It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
yang bertuliskan BAHAGIA. Penjaganya adalah
para malaikat Tuhan yang bertugas memberi
kebahagiaan. Pria: Aku ingin membeli bahagia.
Malaikat: Baiklah, dan menurut bahagia seperti apa
yang kamu inginkan? Pria: Aku ingin kaya dan sukses. Aku pasti bahagia
kalau sudah seperti itu.
Malaikat: Baiklah. *sambil tersenyum ramah. Besoknya pria ini langsung kaya dan sukses. Dia
memiliki berbagai mobil mewah dan rumah
selayaknya istana. Perusahaannya berkembang
pesat dan dikenal oleh dunia. Tetapi, setahun
kemudian pria ini mendatangi toko Bahagia para
malaikat kembali. Pria: Mengapa aku tidak bahagia? *tanyanya lesu.
Malaikat: Bukankah aku telah memberimu yg
membuatmu bahagia? Pria: Iya, tetapi mengapa tidak bertahan lama?
*bingung.
Malaikat: Karena kamu yang membuatnya
demikian. Pria: Maksudnya? *semakin bingung.
Malaikat hanya tersenyum. Malaikat: Ingatkah kamu ketika pertama kali kamu
mendapatkan pensil dari toko tuan George yang
baik hati?
Pria: Iya, aku masih ingat *tersenyum mengenang
kembali. Malaikat: Bagaimanakah perasaanmu waktu itu?
Pria: Aku senang sekali. Bahkan aku menjaganya
baik-baik. Sekarang akupun masih membawanya
kemanapun aku pergi. *sambil mengerluarkan pensil
itu dari saku bajunya. Malaikat: Apakah pensil itu mahal harganya?
Pria: Ini? Tentu saja tidak. Diberikan pada siapapun
mungkin tidak ada yang mau mengambilnya. Malaikat: Lalu mengapa kamu begitu bahagia
memilikinya dan menyimpannya? Pria: Karena ini adalah hadiah pertamaku dari tuan
George (tersenyum). Dia bagaikan seorang ayah
bagiku. Aku sejak kecil telah kehilangan sosok
seorang ayah. Ayah meninggalkan kami berdua
entah kemana. Hanya ibu dan tuan George yang
memperlakukanku dengan baik. Dan pensil ini adalah hadiah ulang tahunku yang kesepuluh
darinya. Malaikat tersenyum. Malaikat: Baiklah, apakah kamu masih ingat sepeda
warna biru pemberian ibumu?
Pria: Ooohh…, sudah pasti! (bersemangat), ibuku
membelikanku karena aku naik kelas. Padahal aku
dulu sangat bandel dan malas belajar. Malaikat: Bagaimanakah perasaanmu waktu itu?
Pria: Wuiihhh, aku senang sekali. Bahkan ibuku
sampai marah ketika aku ingin memindahkannya
kekamar tidurku karena takut hilang. Hahaha…
(sambil terawa mengenang kepolosannya waktu
kecil). Malaikat: Apakah itu sepeda itu mahal harganya? Pria: Haha…, pada jaman itu saja sepedanya
sangatlah murah. Tapi itu adalah hadiah dari ibuku
yang sangat kusayang. Sejujurnya aku tidak peduli
mau itu sepeda atau apa, asalkan itu dari ibuku aku
sudah sangat bahagia. Apalagi melihatnya yang
begitu bahagia bisa menabung dan memberikanku sepeda itu, aku sudah sangat bahagia (dengan mata
berkaca-kaca). Malaikat: Lalu apakah kamu masih menyimpannya?
Maukah kamu menjualnya padaku? Pria: Tentu saja aku masih menyimpannya.
Sepedanya masih terawat dengan baik dan
kusimpan digarasi khusus dirumah. Itu adalah
kenangan paling berhargaku yang tidak akan kujual
pada siapapun ataupun ditukar apapun didunia i….
(pria ini sadar maksud malaikat). Malaikat tersenyum puas, lalu dipeluk sebentar pria
ini. Katanya. “Banyak yang mengira dengan meminta harta dan
kemewahan dunia ia akan menjadi bahagia. Dan
mereka berusaha keras mewujudkannya. DIA yang
Maha Baik melihatmu yang begitu menginginkannya
dan berusaha keras mewujudkannya,
memberikanmu apa yang kamu inginkan untuk mengajarkanmu sebuah pelajaran”. “Tetapi, setelah sekian tahun bahkan berpuluh-puluh
tahun, banyak daripada kamu mulai menyadari dan
mempertanyakan kebahagiaan itu sendiri seperti
pertanyaan tadi yang kamu tanyakan padaku”. “Mengapa aku masih tidak bahagia? Mengapa
kebahagiaan itu hanya sementara?” “Ketika aku bertanya tentang segala kenanganmu
yang membahagiakan, kamu begitu bersemangat
bercerita. Bahkan semua barang-barang itu yang
melekat dengan kenangan membahagiakanmu
kamu simpan dan kamu jaga dengan sebaik-
baiknya”. “Kamu juga berkata padaku semua itu barang yang
murah. Tidak ada harganya. Sederhana dan bisa
dibeli kapan dan dimana saja. Tetapi ketika kutanya
apakah kamu mau menjualnya padaku, kamu malah
menolaknya. Padahal bukankah kamu telah
mempunyai kekayaan dunia yang bisa membelinya berapa saja kamu suka”. “Dan ketahuilah, itulah KEBAHAGIAAN SEJATI
yang sesungguhnya. Ia tidak bisa dibeli maupun
ditukar apapun didunia. Ia tidak ada sampai kamu
MENCIPTAKANNYA”. “Kebahagiaan sejati tidak datang dari luar diri kita, ia
datang dari dalam hati kita”. “Kebahagiaan sejati tidak memilih apakah dia harus
sukses dan kaya dahulu ataupun miskin dan
sengsara hingga dia butuh. Kebahagiaan sejati
datang pada mereka yang berbahagia. Bukan pada
mereka yang memenuhi syarat untuk bahagia
sesuai aturan manusia maupun dunia”. “Coba lihatlah mahkluk hidup yang kamu sebut
anjing, apa yang kamu dapatkan ketika kamu
pulang kerja larut malam? Dia menunggumu dari
sejak kamu berangkat kerja sampai pulang kerumah
dengan setia bukan? Dan apakah dia terlihat sedih
melihatmu?”. “Mungkin saat itu ia sedang kelaparan. Mungkin
saat itu ia kesepian. Tetapi ketika hanya mendengar
suara langkah kakimu saja, ia sudah senang bukan
kepalang”. “Itulah yang disebut kebahagiaan sejati. Ia datang
dari dalam hati dan ia DICIPTAKAN. Dan baginya,
tuannya dan keluarga tuannya adalah kebahagiaan
itu sendiri, makanya ia menjaganya dengan
kebahagiaan juga. Ia bahagia bukan karena
mendapatkan apa-apa, ia bahagia karena ia tahu ia INGIN bahagia ada tuannya, dan ia tahu tuannya
akan bahagia jika ia bahagia”, jawab malaikat
tersenyum. Sang pria terdiam sambil tersenyum puas.
Dipeluknya malaikat ini dengan hangat. Dan
sebelum berlalu, malaikat bertanya lagi dengan
senyuman penuh arti. Malaikat: Jadi, bahagia seperti apa yang kamu
inginkan?
seorang raja bernama SalahKaprah. Raja
SalahKaprah mempunyai istri yang sangat cantik
yang selalu setia mendampinginya. Namanya
MauTauAja. Raja SalahKaprah mempunyai dua
anak laki-laki yang kelak akan mewarisi kerajaannya. Mereka bernama Siapa dan Apa. Siapa adalah anak yang energik dan nakal sekali.
Semua yang dilakukannya selalu membuahkan hasil
hembusan napas panjang. Sedangkan Apa adalah
anak yang bertolak belakang dengan Siapa. Ia
pendiamn dan tidak banyak bicara. Suatu hari, terjadi hal yang tidak diinginkan.
Seorang Pemuda dari kalangan rakyat jelata
menghadap raja SalahKaprah. “Ampun tuanku, hamba datang ingin melaporkan
sesuatu berhubungan dengan anak-anak tuan…”,
kata Pemuda ini sambil bersujud. Raja SalahKaprah
hanya mengambil napas panjang. “Baiklah, jadi siapa dan apa yang telah
dilakukannya?…”, Tanya raja SalahKaprah pasrah
menebak pelakunya. “Ampun tuanku, Siapa yang melakukannya…”,
jawab Pemuda ini dengan suara pelan karena takut
raja SalahKaprah murka. “Kenapa kamu bertanya padaku siapa yang
melakukannya? Bukankah kamu datang untuk
melaporkan tentang anakku?”, Tanya raja
SalahKaprah bingung. Pemuda yang mendengar raja
SalahKaprah berkata begitu menjadi canggung. Ia
berpikir jangan-jangan raja SalahKaprah tersinggung dengan perkataannya. “Ampun tuanku, maksud hamba adalah Siapa yang
melakukannya”, jawab Pemuda ini dengan keringat
mulai bercucuran. “Apa?!…”, teriak kecil sang raja sambil berdiri.
Pemuda ini terkejut sekali melihat raja SalahKaprah
berdiri dan menjadi takut, Ia mengira raja telah salah
kaprah. Spontan ia menjawab, “Ampun beribu-ribu
ampun tuanku, hamba tidak tahu tentang Apa,
hamba hanya ingin mengatakan Siapa yang melakukannya…”. “Kamu ini benar-benar cari masalah denganku ya?
Tadi kamu bilang ingin melapor tentang anakku, lalu
kamu bertanya siapa yang melakukannya dan
sekarang kamu bilang tidak tahu apa-apa?”, Kata
raja SalahKaprah emosi. “Pengawal…”, teriak raja
SalahKaprah. Pemuda ini semakin takut dan mulai menanggis.
“Ampun tuanku, ampun beribu-ribu ampun, bukan itu
maksud hamba, tapi maksud hamba adalah…”,
belum selesai bicara Pemuda ini ditarik seorang
pengawal bertubuh besar. “Tuanku, beri hamba
kesempatan sekali lagi tuanku, hamba mohon…”, teriak Pemuda ini. Raja SalahKaprah menghembuskan napas panjang. “Baiklah, aku memberimu kesempatan sekali lagi.
Dan kali ini aku akan bertanya padamu”, kata raja
SalahKaprah duduk kembali. “Terimakasih tuanku,
hamba akan menjawab sebaik-baiknya”, jawab
pemuda ini langsung bersujud dan sedikit lega. “Berapakah anakku?”, Tanya raja SalahKaprah.
“Dua.”, Jawab pemuda ini yakin.
“Siapakah nama anakku yang tertua?”, Tanya raja
sekali lagi.
“Apa.”, Jawab pemuda ini mantap.
“Kamu tuli ya? Aku tanya siapakah nama anakku yang paling besar?”, Tanya raja SalahKaprah
dengan nada agak tinggi.
“Apa.” Jawab pemuda ini bingung.
“Kamu ini, aku telah memberimu kesempatan kamu
masih mempermainkanku?”, Tanya raja
SalahKaprah mulai emosi. “Ampun tuanku, hamba menjawab bahwa anak
tertua tuanku bernama…”, belum selesai pemuda ini
menjawab raja SalahKaprah berdiri dan berkata, “Ini
pertanyaan terakhirku, jika kamu salah
menjawabnya hukuman mati menantimu. Siapakah
nama istriku?”. Pemuda ini dalam ketakutannya terlihat tersenyum.
Air matanya pun mengalir membasahi wajahnya.
“Ayo jawab, ini kesempatan terakhirmu…”, kata raja
SalahKaprah terlihat semakin marah. Dengan sangat berat dan pasrah pemuda ini
memandangi rajanya. Pemuda ini akhirnya mengerti
mengapa banyak teman-temannya yang datang
menghadap raja ini melaporkan kenakalan anaknya
selalu pulang tinggal nama. Bukan karena raja tidak mempunyai hati nurani
sebagaimana isunya. Bukan karena raja tidak adil
sebagaimana yang didengarnya. Tetapi raja ini
adalah raja SalahKaprah. “Apa jawabanmu? Siapakah nama istriku?”, Tanya
raja SalahKaprah terakhir kalinya. Pemuda ini pun
tersenyum. Jawabnya. “MauTahuAja”. Raja SalahKaprah terdiam. Mukanya merah.
Ditunjuknya pengawal yang tadi dipanggilnya. “Bawa
pemuda ini dan hukum pancung, dan tuliskan
dibawah kakinya bahwa dia telah mempermainkan
raja”, perintah raja SalahKaprah. “Sebelum kamu kuhukum, siapakah namamu yang
begitu berani mempermainkanku dan tidak takut
mati?”, Tanya raja SalahKaprah terakhir kali.
Pemuda ini pun semakin jadi tanggisnya. Dengan
senyumannya yang luar biasa pasrah, ia menjawab. “Namaku, TebakSaja”
hampir terjatuh menyandung kaki seorang kakek tua
yang sedang terduduk lelah ditepian jalan. Ketika
menyadari dirinya hampir jatuh, pemuda ini pun
langsung marah-marah padanya. “Hai kakek tua, tidak adakah tempat lain yang bisa
kamu tempati selain disini? Aku hampir jatuh tahu.
Dan tahukah apa yang kubawa ini?”, tanya pemuda
ini sambil memperlilhatkan sebuah tablet dengan
logo buah yang sangat tersohor. “Jika ini jatuh dan
rusak kamu kerja sampai cucumu ikut kerjapun pun tidak bakalan bisa membeli ini”, lanjut hardik
pemuda ini langsung berlalu pergi. Ternyata waktu itu ada pemuda lain yang melihat
kakek tua ini. Hatinya tersentuh dan menolong
kakek tua ini. “Maaf ya kek, tadi itu teman saya.
Orangnya biasa tidak begitu, mungkin hari ini dia
banyak masalah dan kebetulan kakek yang jadi
pelampiasannya”, kata pemuda ini sopan sambil membantu kakek tua ini berdiri. “Tidak apa-apa anak muda. Kakek juga menyadari
mungkin dia lagi punya banyak masalah. Habis
jalannya juga buru-buru. Kakek sudah bertahun-
tahun disini jadi sudah biasa kakek melihat
perlakuan seperti itu?”, jawab kakek tua ini
tersenyum ramah. Pertemuan antara kakek tua dan pemuda ini
ternyata mengubah hidup sang pemuda. Setiap
harinya pemuda ini selalu mengunjungi kakek tua ini
sekalipun hanya menyapa dan duduk sebentar
sebelum berangkat kerja. Kadang pemuda ini juga membawa makanan kecil
dan makan bersama-sama dengan sikakek tua.
Mereka saling bercanda tawa dan berbagi berita.
Beberapa kali pemuda ini menawarkan diri untuk
memberikan tumpangan pada sikakek tua ketika
hujan turun dengan lebatnya ataupun cuaca dingin menusuk tulang. Tetapi semua tawaran kebaikkan hati dari sipemuda
ini ditolaknya dengan halus dengan alasan bahwa
sikakek tua sudah bahagia karena masih ada yang
memperhatikannya dan menemukannya. Padahal
sudah bertahun-tahun ini tidak seorangpun yang
memperhatikan dan memperlakukannya sebaik itu. Suatu hari, pemuda ini berkunjung menemui sikakek
tua temannya. Tetapi biasa sikakek tua ini duduk
sudah kosong, dan terlihat bersih tidak ada jejak
pernah ada orang yang menempatinya. Pemuda ini bingung. Ia bertanya pada setiap orang
yang berlalu lalang, tapi tidak seorangpun yang
mengetahuinya. Pemuda ini juga merasa sangat
bersalah, “Jangan-jangan karena aku terlalu sibuk
dengan pekerjaanku sehingga kakek tua ini pergi
karena kesepian”, katanya dalam hati. Pemuda ini merasa sangat sedih. Ketika malam datang, pemuda ini masih duduk
ditempat kakek tua ini. Ia merasa cemas sudah
seharian mencari mengapa tidak menemukan kakek
tua temannya itu. Lalu terdengar suara yang ramah
menegurnya dari belakang membuyarkan
lamunannya. “Anak muda, apa yang kamu cari? Dari tadi aku
melihat kamu mondar-mandir seperti mencari
sesuatu dan terlihat cemas”. Ternyata yang
bertanya adalah seorang pria tua yang hampir
seumuran kakek tua yang dicari pemuda ini.
Bedanya, pria ini terlihat sangat menawan bahkan diusia senjanya. “Aku mencari seorang kakek tua, dia temanku. Dan
karena kesibukkanku, hari ini aku baru bisa
menemuinya. Aku ingin berbagi kebahagiaanku
dengannya karena aku baru membuka toko kecil.
Makanan ini aku sengaja bawa khusus untuknya. Ini
makanan kesukaan kami…”, jawab pemuda ini dengan suara agak pelan. Bisa ditebak pemuda ini
telah kelelahan mencari sikakek tua. Pria tua ini tertawa kecil. Katanya. “Hohoho…, anak muda yang baik. Kamu jangan
mencarinya lagi karena temanmu itu sudah pulang
kerumah-Nya. Tetapi janganlah kamu sedih,
temanmu itu sangat bahagia bersamamu selama ini.
Bahkan dia selalu bercerita padaku tentangmu”,
jawab pria tua ini. Pemuda ini terlihat bingung dengan maksud pria tua
misterius yang baru dikenalnya, tetapi entah
mengapa dia merasa hatinya lega. Pria tua ini
tertawa lagi lalu melanjutkan perkataannya. “Anak muda, kakek tua itu sebenarnya tidak ada
didunia ini. Kamulah yang MENCIPTAKANNYA”. Makin bingunglah pemuda ini. “Kamu pasti bertanya, lalu bagaimana kamu bisa
melihatnya dan bagaimana temanmu yang dulu bisa
melihatnya dan tersandung bukan? Hohoho…,
sederhana saja, karena temanmu itu sikakek tua
INGIN kamu melihatnya. Dan untunglah ternyata
kamu mau MENERIMANYA tidak seperti temanmu yang justru pergi dan menghinanya”. “Dan SADARKAH kamu? semenjak mengenal
temanmu itu PERUBAHAN mulai terasa bukan?
Baik pada pekerjaanmu juga percintaanmu?”, tebak
pria tua misterius ini sambil diiyakan anggukkan
kepala pemuda ini tanda setuju. Dan memang benar apa yang dikatakan pria tua
misterius ini. Sebelum mengenal kakek tua yang
kemudian menjadi temannya, pemuda ini hidupnya
penuh dengan keluh kesah. Kehidupannya terasa
sangat susah. Sekeras apapun ia bekerja, hasilnya
tidak seberapa dan membuatnya sering kali tidak puas dan mengeluh tiap harinya. Hubungannya dengan sang pujaan hati juga tidak
lepas dari berbagai masalah. Hal sekecil apapun
pasti bisa menjadi topik untuk saling melukai.
Bahkan tidak jarang saling membenarkan diri sendiri
dengan menyalahkan kekurangan pasangan masing-
masing. Untunglah semenjak mengenal kakek tua yang
kemudian menjadi temannya, pemuda ini bisa
terbuka hatinya. Banyak sekali nasehat-nasehat
kecil yang disampaikan dengan cara bercanda dan
tawa yang membuat pemuda ini menjadi lebih ceria. Pekerjaan yang sebelumnya menghasilkan hasil
yang tidak seberapa dan membuatnya berkeluh
kesah, sekarang bisa diterima apa adanya dalam
segala kondisi yang ada. Dulunya pemuda ini yang
sering cemberut karena suasana hati yang tidak
kentara, sekarang bisa lebih bisa tertawa dan ceria. Bahkan teman-teman sekerjanya mendapakan
pemuda ini menjadi lebih menyenangkan dan
akhirnya berteman baik. Pasangan pemuda ini pun melihat perubahan yang
menyenangkan darinya. Jika dulunya hal kecil saja
bisa menimbulkan pertengkaran, sekarang pemuda
ini lebih banyak mendengar dan mau mengerti.
Akhirnya, pasangan pemuda ini juga menjadi lebih
baik dan lebih perhatian pada kekasihnya. Melihat pemuda ini bermain dengan kenangan
tentang dirinya, pria tua misterius ini tertawa kecil
dan melanjutkan perkataannya. “Sesungguhnya, bukan karena pekerjaanmu yang
buruk ataupun pasanganmu yang buruk kamu
menjadi buruk. Memang benar, hal yang buruk akan
membuat halyang baik menjadi buruk. Tetapi kamu
juga diberi PILIHAN MEMILIH bukan?. Apakah ingin
mempertahankan yang BURUK hanya karena takut menjadi lebih baik yang tidak pasti, ataukah kamu
MEMILIH untuk MENJADI LEBIH BAIK diantara
semua yang buruk”. “Dan ketika kamu MEMILIH UNTUK MENJADI
LEBIH BAIK, kamu sebenarnya tidak membuat
pekerjaanmu ataupun percintaanmu menjadi baik.
Hanya saja kamu sekarang bisa MELIHAT LEBIH
JELAS semua yang buruk dan MENYIKAPI apa
yang buruk itu dengan lebih baik”. “Ingatlah ini selalu, tidak peduli apakah itu hal yang
BURUK ataupun BAIK, keduanya sama-sama
MENULAR. Pertanyaannya, mana yang LEBIH
BERKUASA dan lebih kuat KEINGINANNYA”. “Lalu kamu pasti bertanya apa hubunganmu dengan
temanmu sikakek tua itu bukan? Hohoho, kamu
MELIHATNYA dan kamu MEMILIHNYA. Dan
hubungannya adalah itulah RAHASIA alam semesta
yang paling dicari manusia”. “Banyak yang sering bertanya pada-Nya dalam doa
apa rahasianya untuk menjadi bahagia, dan entah
sudah berapa kali Dia memberitahu caranya tetapi
manusia sering MENGABAIKANNYA bahkan
menghinanya. Dan memang benar, Dia selalu
memberi jawaban-Nya dengan cara yang misterius seperti yang terjadi padamu dalam bentuk seorang
teman. Untunglah kamu MENYADARINYA”. Setelah mendengar penjelasan pria tua misterius ini,
entah mengapa sipemuda merasa MENGERTI dan
bahagia. Ia tidak merasa kehilangan kakek tua
seperti perasaannya tadi. Ia justru merasa sangat
dekat dihati. Karena penasaran pemuda ini bertanya
pada pria tua misterius ini sebelum berpamitan pulang. “Lalu kakek itu siapa? Dan tuan sendiri
siapa?”. Pria tua ini tersenyum ramah, jawabnya. “Aku bernama BAHAGIA, dan kakek tua yang
menjadi temanmu itu adalah adikku yang bernama
SYUKUR. Kamu MENEMUKAN adikku dan
bergembira atasnya, sekarang aku datang untuk
MENGIKUTIMU sebagai bonusnya”.
sebuah kerajaan wortel yang sangat megah.
Namanya Worteland. Raja kelinci memerintah
dengan bijaksana dan rakyatnya hidup bahagia
sejahtera. Kisah ini diawali dua kelinci yang bersahabat baik.
Kemana-mana mereka selalu bersama. Yang satu
bertubuh tinggi putih besar dan kuat. Sedangkan
yang satunya gemuk pendek dan ada bercak hitam
menghias ditubuhnya. Tetapi sekalipun perbedaan
fisik yang menyolok itu, mereka saling menghargai dan tidak membedakan satu sama lain. Suatu hari, saat sedang asyik bermain dengan
sahabat dan teman-teman lainnya, kelinci yang
bertubuh tinggi menemukan dua tumpukkan kecil
bibit wortel diatas batu karang. Lalu dipanggilnya
sahabatnya itu. “saudaraku, aku menemukan dua
bibit wortel nih, entah punya siapa. Bagaimana kalau kita mengambilnya dan menanamnya
dirumah?”, Tanya kelinci bertubuh tinggi. “Tapi ini mungkin punya orang lain saudaraku,
kasihan kalau kita ambil…”, jawab kelinci bertubuh
gemuk sambil memandangi sekelilingnya mencari
siapa yang empunya bibit wortel ini. Sikelinci bertubuh tinggi tertawa. Katanya,
“Hahaha…, jika ini punya kelinci lain mengapa pula
dia meletakknya disini tempat yang terlihat jelas.
Jadi aku rasa ini tidak milik siapapun. Mungkin
Tuhan yang menaruhnya disini supaya kita
mengambilnya dan menanamnya”. Walau merasa ragu, kelinci bertubuh gemuk
mengiyakan juga. Lalu mereka mengambil seorang
satu tumpukkan kecil dan ditanam dirumahnya
masing-masing. Hari-hari telah berlalu, wortel yang ditanam kelinci
bertubuh tinggi tumbuh begitu sempurna. Ini terlihat
dari daun-daunnya yang hijau mempesonakan mata
dan besar sekali ukurannya. Padahal ini baru
beberapa hari. Setiap kelinci lain yang lewat pasti
berhenti dan berdecak kagum mengaguminya. Tetapi, wortel yang ditanam kelinci bertubuh gemuk
justru tumbuh sebaliknya. Daun-daunnya sama
hijaunya tetapi ukurannya kecil-kecil. Bahkan ilalang
yang baru tumbuh lebih tinggi daripadanya.
Sekalipun hasilnya tidak seindah sahabatnya,
kelinci bertubuh gemuk ini tetap merawatnya dengan sukacita walaupun kadang dia sendiri bertanya
mengapa bisa sedemikian berbeda dan apa yang
salah. Tidak terasa bulanan telah berlalu, dan pada
beberapa bulan ini cuaca juga kurang bersahabat.
Banyak wortel yang mati karena kekurangan air.
Tetapi anehnya, wortel milik kelinci bertubuh tinggi
ini justru tumbuh makin besar. Semua yang melihat
langsung dengan mata kepala sendiripun masih tidak percaya. Bagaimana mungkin wortel ini bisa
bertumbuh sebesar ini, dan buahnya pasti besar
sekali. Mendengar pujian-pujian yang mengindahkan telinga
membuat kelinci bertubuh tinggi ini menjadi bangga.
Banyak yang datang memberinya selamat dan salut
karena dalam cuaca seperti ini dia bisa merawatnya
dengan baik. Karena selalu mendapatkan pujian, kelinci bertubuh
tinggi ini mulai kehilangan kendali diri. Jika dulu
semua yang datang sekedar untuk mengagumi
wortelnya diberi kebebasan untuk melihatnya,
sekarang ia mulai melarang untuk terlalu dekat
melihatnya. Bahkan ia mulai mendirikan pagar-pagar kecil penghalang disekitarnya. Kata-katanya juga mulai berubah, jika dulu kata-
katanya selalu rendah hati jika ditanya bagaimana
caranya dia merawat wortel itu, kini dengan
membusungkan dada mengatakan bahwa dialah
sendiri yang merawatnya dengan segala pupuk
rahasia yang ada. Semakin lama rendah hatinya dimakan pujian dan bangga yang membutakan mata
dan telinga. Akhirnya, pada hari menuai hasil pun tiba. Cuaca
yang selama ini tidak bersahabat hampir
menghabiskan semua cadangan makanan dinegeri
Worteland. Raja Worteland mendengar bahwa ada
satu rakyatnya yang mempunyai wortel yang luar
biasa. Raja berpikir, mungkin darinya dia bisa meminta beberapa bibitnya sehingga bisa ditanam
dan dibagikan pada rakyat lainnya. Melihat raja berkunjung bersama para prajuritnya,
kelinci bertubuh tinggi ini senang luar biasa sekali.
Disambutnya dengan senyuman lebar dan penuh
bangga. Lalu diperlihatkan wortel kebanggaannya
pada sang raja sambil memuji diri sendiri. Raja yang melihatnya juga sangat takjub,
bagaimana mungkin dikala wortel yang lainnya mati
justru wortel kelinci bertubuh tinggi ini tumbuh subur.
Atas permintaan sang raja, kelinci bertubuh tinggi
mengiyakan bahwa dia akan memberikan bibitnya
dengan hadiah emas dan permata. Lalu raja memerintahkan agar para prajuritnya
mencabut wortel berdaun menakjubkan besar itu.
Tarikkan pertama terasa sulit, lalu, “Plop..”, tarikkan
kedua begitu mudah. Saat melihat wortel itu, betapa
terkejutnya semua mata yang melihat. Wortel itu
kecil sekali, daunnya saja yang besar. Yang lebih terkejut lagi adalah dipemilik wortel ini
yaitu kelinci bertubuh tinggi. Dia hampir tidak
percaya apa yang dilihatnya. Lalu dia
memerintahkan agar prajurit raja mencabut wortel
lainnya. Para prajurit melihat raja mereka. Raja
mengangguk mengiyakan. Dan, “Plop…”, hasilnya sama. Betapa kecewanya semua yang hadir disitu. Entah
sudah berapa banyak wortel yang telah dicabut dan
hasilnya sama. Raja yang melihat juga merasa
kecewa. Tapi dia juga tidak bisa menyalahkan
pemiliknya. Dalam kekecewaan itu, datanglah
sahabat kelinci bertubuh tinggi yaitu kelinci bertubuh gemuk. Dengan rendah hati kelinci bertubuh gemuk ini
menawarkan diri ingin memberikan sebagian
bibitnya sehingga bisa dibagi dengan lainnya. Ia
juga menjelaskan bahwa wortelnya tidak
semenakjubkan wortel sahabatnya, tetapi
setidaknya masih bisa ditanam dan bertahan dicuaca seperti ini. Sang raja setuju dan mengajak prajuritnya kesana.
Bisa terlihat dimata mereka masih ada kekecewaan
dan tidak berani terlalu berharap lagi. Wortel yang
menakjubkan saja isinya kecil apalagi yang biasa? Ketika sampai dirumah kelinci bertubuh gemuk,
memang benar apa yang dikatakan pemiliknya.
Semuanya berdaun kecil dan biasa. Malah
beberapanya seperti baru tumbuh. Dan yang lebih
aneh lagi, kelinci bertubuh gemuk ini menanam
wortelnya jarang-jarang dan berjauhan. Karena telah sampai disana dan tidak ingin
membuat rakyatnya kecewa, sang raja meminta
agar prajuritnya mencabut wortel itu. Kali ini raja
meminta semua rakyatnya berdoa dan mensyukuri
apapun hasilnya. “Hhhmmppphhh…”, Tarikan pertama terasa sulit.
“Hhhmmppphhh…”, Tarikan kedua juga masih sulit.
“Hhhmmppphhh…”, Tarikan ketiga juga tidak
membuahkan hasil. Karena tidak bisa ditarik dan semua yang melihat
juga bingung, raja tiba-tiba berteriak kecil agar
semua memakai tangan mengalinya. Awalnya
semua bingung, tapi tindakan raja yang tidak bisa
ditebak yang langsung sendiri mengali membuat
lainnya ikut tanpa diperintah lagi. Dan hasilnya, wortel yang mereka dapatkan hampir
20 kali lipat lebih besar dari yang pernah mereka
lihat. Bahkan untuk mencabutnya diperlukan
berpuluh-puluh kelinci. Semua mata memandang
tidak percaya, apalagi sahabat sikelinci bertubuh
gemuk. Mereka mendapatkan bibit yang sama. Menanam ditanah yang sama. Tetapi hasilnya
begitu berbeda. Raja yang melihat hal tersebut sangat takjub dan
bertanya, “Saudaraku, apa rahasianya kamu bisa
mempunyai wortel yang sangat menakjubkan ini?
Kirannya saudaraku mau berbagi dengan kita semua
yang ada disini”. Kelinci bertubuh gemuk tertawa kecil, jawabnya. “Sejujurnya aku juga terkejut yang mulia. Aku tidak
mempunyai rahasia apa-apa yang bisa kubagikan.
Aku menemukan bibit ini saja secara tidak sengaja
bersama sahabatku. Lalu kami membawanya pulang
dan menanamnya bersama-sama dirumah masing-
masing”. “Aku menyiram seperti biasanya. Aku menjaga
seperti biasanya. Mungkin yang membedakannya
aku melakukannya dengan hati gembira dan
berdoa”. “Lalu apa bedanya denganku? Aku juga melakukan
hal yang sama sepertimu, bahkan mungkin lebih.
Aku juga berdoa supaya Tuhan memberikan wortel
terbaik padaku…”, Tanya sahabatnya kelinci
bertubuh tinggi menyela tidak mengerti. Kelinci
bertubuh gemuk ini tersenyum. “Ya, aku tahu sahabatku, kamu pasti lebih baik
dalam merawat wortelmu dan itu terbukti dengan
wortelmu yang luar biasa menakjubkan dan indah.
Yang membedakannya mungkin NIAT dan ISI DOA kita”, jawab kelinci gemuk sambil tersenyum. “Apa ISI DOAMU?’, Tanya sang raja tersenyum bangga. Kelinci bertubuh gemuk menjawabnya. “Sahabat baikku berdoa agar Tuhan memberikan
wortel terbaik padanya dan Tuhan telah
mengabulkannya. Sedangkan aku berdoa agar
diberikan wortel yang terbaik juga sehingga aku bisa BERBAGI dengan lainnya, dan Tuhan mengabulkannya”. “Sahabatku meminta yang terbaik untuk dirinya,
maka Tuhan memberikan sesuai permintaanya.
Sebuah wortel terbaik yang pernah dilihatnya. Aku
juga meminta yang terbaik, tetapi bukan hanya
untukku melainkan untuk yang lainnya yang
membutuhkan juga”. “NIATku adalah aku ingin membagikan wortel ini,
dan Tuhan mengabulkan doaku dengan cara
membesarkan ISI. Tuhan itu Maha Tahu, dan Dia tahu bahwa yang aku butuhkan bukanlah apa yang
dilihat dan dibanggai mata, tapi ISInya yang DIBUTUHKAN yang bisa DIBAGI dan DINIKMATI SESAMA”.
kekantor seperti biasanya, saya merasa
sangat berat untuk bangun dari tempat tidur.
Apalagi ini adalah hari Senin dimana hari yang
paling sangat tidak saya sukai. Bukan karena
ada hal tidak menyenangkan – memang ada beberapa sih – tapi mengingat pekerjaan yang
menumpuk menunggu sudah membuatku
kehilangan mood. Lalu tiba-tiba saya melompat bangun, saya
teringat hal yang menyenangkan. Tanpa
menunda sedetikpun saya langsung
membersihkan muka dan mandi seperti
biasanya. Setelah itu saya langsung meluncur
kesebuah cafe sederhana dekat kantor dimana saya bekerja. Tahukah apa hal menyenangkan itu? Ketika
saya masuk kecafe sederhana ini, saya –
semua pelanggan – akan disuguhkan sebuah
pelayanan yang sangat ramah dan
menyenangkan. Sebuah senyuman. Ya, saya tahu itu memang hanya sebuah
senyuman. Tetapi senyuman yang TULUS
dan dari HATI itu selalu bisa mencairkan
perasaan yang beku oleh dinginnya kemarin
malam. Cafe inilah terutama senyuman para
pelayan dan pemiliknyalah yang membuat saya tidak bosan untuk berangkat kerja.
sesuatu dari toko kami. Setelah melihat-lihat
dan tertarik ia pun bertanya harganya. Lalu kami memberikan harga pas karena toko kami sedang promo. Ketika mendengar harga yang kami berikan, ia mengernyitkan dahi. Lalu kami bertanya
mengapa dan jawabannya bahwa harga kami
lebih mahal dibandingkan toko sebelumnya
yang dia kunjungi. Mendengar hal itu kami hanya tersenyum dan menawarkan dengan TULUS agar dia membelinya ditoko sebelumnya karena lebih
murah. Mendengar hal itu ia mengernyitkan
dahi lagi dan berkata, “Mengapa kamu justru
memintaku membeli disana? Bukankah seharusnya kamu menyakinkanku untuk membeli ditempatmu?”. Mendengar pertanyaanya itu, kami hanya bisa tersenyum dan berkata, “Karena kami ingin yang terbaik bagi konsumen kami sekalipun itu kami harus merekomendasikannya membeli ditempat pesaing kami. Kami tidak ingin konsumen rugi”. Setelah mendengar jawanban kami, ia terlihat tersenyum sangat manis. Lalu dia langsung
membeli produk kami yang sudah lebih mahal
plus barang lainnya. Awalnya kami masih
memintanya berpikir ulang, tetapi jawabannya
membuat kami salah tingkah dengan wajah merona merah. “Aku justru merasa barang ini sangatlah murah jika dibandingkan pelayanan dan
kepedulian pada konsumen yang kalian berikan. Aku mungkin membayar sedikit mahal untuk produk yang sama, tapi aku justru mendapatkan harga yang sangat murah dengan pelayanan yang ada”
fitness. Saya adalah pecandu fitness. Saya
memakan sesuai pola yang diberikan oleh
para pakar kesehatan. Saya tidak merokok
dan bergadang. Saya tidak mengkonsumsi
obat-obatan yang merusak tubuhku.Pokoknya saya sangat peduli tentang kesehatan. Suatu hari, ketika saya dan pacarku
menghabiskan waktu dipantai, pacarku diam-
diam mengambil fotoku dan mempostingnya
ke Facebook. Ketika dia memberitahuku
bahwa foto yang dia post mendapatkan
banyak “jempol”, aku begitu kuatir dengan arti “jempol” itu. Setelah aku melihat fotoku sendiri, aku
terdiam. Badan atletis dengan dada bidang
plus perut bentuk enam kotak alias six pack.
Aku melihat diriku sendiri tertawa dengan
lepas bersama teman-temanku, aku terlihat
cukup menarik jika aku tidak boleh menyombongkan diri berteriak, “Keren…”. Seandainya kamu tahu mengapa aku bisa
memiliki badan seperti itu. Dan masih ingat
dalam ingatanku 5 tahun lalu aku ditolak
seorang wanita yang sangat kusukai. Aku
ditolak ketika aku menyatakan perasaanku
padanya, plus semua caci maki hina yang membuat telingaku dan hati remuk rata. Sejak hari itu aku bersumpah akan membuat
hinaan itu menjadi pujian sekaligus
membuatnya menyesal. Aku berjuang habis-
habisan. Dan setelah beberapa tahun inilah
hasil yang aku dapatkan plus seorang pacar
yang menerimaku dalam segala kekuranganku. Apakah aku masih membencinya? Tentu saja
tidak. Justru aku harus berterimakasih
padanya, dia memberiku luka dan Tuhan
memberiku penyembuhnya. Kadang kebencian yang mendalam memang
sangat merusak dan tidak baik, tetapi jika
kebencian itu dijadikan cambuk semangat
untuk menjadi lebih baik, mengapa tidak?
kota. Aku kehilangan kata-kata dan hanya bisa menitikkan air mata. Ketika aku hendak bertanya apakah dia tidak menyesal menikahiku yang jelek, seperti bisa membaca pikiranku, ia menjawab. “Aku tahu kamu pasti mengira aku sedang mengodamu bahkan mempermaikanmu, tapi percayalah, aku benar-benar tulus mencintaimu dan ingin menjadikanmu pendamping hidupku”. “Aku tahu bagaimana mereka menggambarkan wajahmu selayaknya tokoh utama penjahat seperti difilm-film fantasi, tetapi ketahuilah, aku tidak peduli akan
semua itu. Aku tidak jatuh cinta pada wajahmu, aku jatuh cinta pada hatimu.” “Caramu memperlakukan ibumu, caramu memperlakukan yang kurang beruntung dibandingmu, caramu tersenyum ketika orang menghina dan menjauhimu sudah cukup
bagiku untuk memantapkan hatiku membeli cincin ini kemarin malam dan berlutut dihadapanmu”. “So, would you marry me?”.
setengahnya. Merasa dirinya tidak sempurna lagi, sumpit patah ini menghindari kekasihnya. Ia tidak ingin menjadi beban karena ia sudah tidak sama ukurannya. Ia bahkan meminta agar kekasihnya meninggalkannya dan mencari sumpit yang baru dan utuh. Mendengar kekasihnya yang bersedih dan putus asa, sumpit yang masih utuh ini pun pergi meninggalkannya. Tiga hari telah berlalu, sumpit patah ini didatangi oleh kekasihnya. Betapa terkejutnya sumpit patah ini melihat kekasihnya. Ia SAMA dengan dirinya. “Apa yg terjadi denganmu?”, tanya sumpit patah ini tidak percaya apa yg dilihatnya. Kekasihnya hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu. Dikecupnya sumpit patah ini, katanya. “Maafkan aku sayang, aku pergi meninggalkanmu selama tiga hari untuk mencari orang yang bisa memotong tubuhku ini. Jika kamu berpikir aku akan meninggalkanmu yang telah sekian lama menemaniku dalam suka dan duka hanya karena kamu patah, maka kamu telah salah menilaiku”. “Aku tahu kamu pasti tidak akan mendengarkan alasanku jika aku masih ingin bersamamu APAPUN KONDISIMU. Aku tahu kamu pasti berpikir kamu akan menjadi beban bagiku dengan tubuh seperti itu, maka dari itu, daripada aku berjanji dengan kata- kata yang hanya enak didengar telingamu dan belum tentu kamu setuju, aku memilih MEMBUKTIKANNYA dengan ketulusanku”. “Sekarang, kita telah sama. Masihkah kamu mau memintaku meninggalkanmu karena alasan kamu tidak sempurna ?”, tanya sumpit ini pada kekasihnya dengan senyuman yang sangat indah. Dengan air mata bercucuran terharu dan bahagia, sumpit patah ini hanya bisa tertunduk dan bersyukur mempunyai kekasih yang begitu SETIA. Ia tidak menyangka justru kekasihnya lebih menyayanginya daripada dirinya. Kini, apapun alasannya dan keadaannya, mereka berjanji akan selalu bersama selamanya.
ini bukan jalur yang biasa kita lalui”, tanyaku sambil
melihat keluar jendela. “Hohoho…”, kakekku tertawa kecil dan aku sangat suka jika dia tertawa seperti itu, suaranya mirip Sinterklas seperti difilm-film klasik yang biasa kulihat. “Maaf ya, hari ini kakek harus memutar sebentar sebelum kita pulang. Kakek ingin membelikan bunga pada nenekmu”, lanjut kakekku tersenyum.
“Memangnya nenek ulang tahun hari ini ya?
Seingatku ulang tahun nenek masih lama”, tanyaku
bingung menerka. Kakekku tertawa lagi dengan ciri khas ya. Katanya. “Hari ini memang bukan hari ulang tahun nenekmu, dan hari ini bahkan hari minggu biasa seperti minggu-minggu sebelumnya”. “Tetapi bagi kakek hari ini adalah hari yang sangat spesial apalagi bagi nenekmu. Kakek sudah melakukan ini sejak pertama kali cinta kakek diterima nenekmu”, jelas kakekku sambil tersenyum. Aku tahu dia sedang mengenang masa lalunya yang indah. “Wow, jadi apa yang kakek selalu lakukan selama ini teurtama hari ini?”, tanyaku penasaran dan bersemangat. “Hohoho…, tidak ada yang spesial, kakek hanya ingin membeli setangkai bunga untuk nenekmu. Kakek telah berjanji padanya, jika kakek keluar meninggalkannya saat kembali akan kakek belikan
setangkai bunga, dan ini telah kakek lakukan sejak
masih muda”. “Dan ingatlah ini Mike, tidak akan ada hari yang istimewa sampai kamu sendiri yang MEWUJUDKANNYA. Bukan karena hari itu istimewa kita berlaku istimewa, tetapi karena kita BERLAKU istimewa maka hari itu menjadi istimewa dan segala yang istimewa tidak harus selalu
ditunggu tanggal mainnya, tetapi semuanya
tergantung kamu kapan ingin memulainya“, jawab kakekku sambil menghentikan mobilnya didepan
sebuah toko bunga. Aku mengikuti kakekku masuk ketoko bunga.
Pemilik toko ini usianya seumuran kakekku. Kulihat
mereka berbincang-bincang sebentar lalu kakekku
mengeluarkan dompetnya membayar harga bunga
itu. Saat sampai dirumah, kulihat nenekku telah
menunggu kami didepan teras dengan
senyumannya yang paling manis pernah kulihat.
Sejujurnya aku heran, mengapa selama ini aku tidak pernah menyadarinya betapa manisnya senyum nenekku bahkan diusianya yang sudah tidak muda. Nenekku menerima bunga itu dari kakekku, lalu dikecupnya penuh mesra pipi kakekku. Kemudian Nenekku membawa bunga itu dan ditanamnya diperkarangan rumah. Tahukah apa yang membuatku terharu melihat semua itu? Sekilas info saja, perkarangan rumah kami ditumbuhi banyak sekali bunga-bunga indah. Banyak yang mengira itu hobi nenekku – termasuk
aku. Tetapi hari ini aku tahu apa maksud bunga-
bunga yang tumbuh indah dan dijaga penuh cinta itu. Itulah bunga cinta nenekku.
sambil memainkan jenggotnya. “Aku bisa berkata begitu karena aku dulu pernah mengalaminya dan aku tidak ingin istriku mengulang sejarah yang sama dan terluka. Tapi balasannya, dia mengatakan bahwa aku terlalu mengekangnya
dan mengaturnya. Aku benar-benar pusing
dibuatnya”, jawab pemuda ini terlihat semakin emosi. Sang guru hanya menyimak keluh kesah pemuda ini. Lalu sang guru berdiri dan mengambil dua cangkir gelas. Ditawarkan pemuda ini duduk sekali lagi dengan senyuman ramah dan pandangan yang tajam. Pemuda ini akhirnya mau duduk walaupun emosinya masih tetap meluap. Sang guru menuangkan teh pada cangkir pemuda ini hingga setengah penuh, dan cangkir satunya
dituang dengan air berwarna hitam pekat setengah
penuh juga. Pemuda ini yang melihatnya jadi
bingung. “Cangkir isi air hitam itu untuk siapa?”, tanya sipemuda.
“Untuk kamu anak muda”, jawab sang guru ramah.
“Hah? memangnya itu air apa?”, tanya pemuda
tersebut makin bingung. “Air biasa saja”, jawab sang guru tersenyum lagi penuh arti.
“Ayo diminum…”, lanjut sang guru sambil
mengambil cangkir berisi air hitam itu pada pemuda ini.
“Tidak guru, tidak. Aku memilih minum teh ini saja”, tolak pemuda ini spontan sambil mengernyitkan dahi menebak-nebak air apa itu. Yang pasti tebakkannya bisa ditebak dari wajahnya bukan tebakan yang baik.
“Kok tidak mau? Memangnya kamu mengira ini
minuman apa?”, tanya sang guru sambil
menawarkan minuman itu lagi.
Semakin ditawarkan semakin pemuda ini menolaknya. Dan karena selalu ditolak, sang guru menuangkan air hitam itu pada cangkir teh pemuda ini. Melihat hal itu, marahlah pemuda ini.
“Apa-apaan ini guru? Aku tidak mau minum kok
dipaksa sih? Aku yakin air hitam itu bukan air yang
baik, makanya guru memintaku meminumnya
bukan?”, hardik pemuda ini sambil membuang
semua isi cangkir teh itu yang telah tercampur
dengan air hitam tadi. Sang guru tertawa kecil melihat tingkah pemuda ini. Lalu dia mengambil satu cangkir gelas lagi yang telah disiapkannya dan dituangkan penuh dengan air hitam pekat tadi. Kemudian sang guru meminum air hitam itu dengan tenang dan terlihat sangat menikmati. Pemuda ini semakin bingung melihatnya. Entah maksud atau pelajaran apa yang hendak disampaikan padanya. Meihat pemuda ini bingung, sang guru hanya memintanya duduk menemaninya minum. Dengan perasaan bercampur aduk antara bingung dan marah, pemuda ini mengiyakan saja dan duduk kembali ketempatnya tadi. Sang guru lalu menuangkan teh kecangkir teh sebelumnya dan air hitam pada cangkir yang sebelumnya juga. Kali ini, sang guru tidak menawarkannya minum air hitam itu lagi. “Hmm…, enak…”, desah kecil sang guru menikmati minuman air hitam itu. Pemuda ini yang awalnya menolak habis-habisan mulai sedikit tergoda. Tetapi karena gengsinya, ia malu mengakuinya dan meminta. Satu cangkir habis, berlanjut pada cangkir kedua. Pemuda ini semakin penasaran dan akhirnya mencoba cangkir berisi air hitam itu walaupun sangat ragu. Ketika minuman ini dikecap lidahnya, pemuda ini terkejut dengan rasanya. “Wow, enak sekali guru… air apa sih ini?”, tanya pemuda ini spontan dan telihat senang. Sang guru tertawa kecil melihat pemuda ini. “Bukankah tadi kamu menolak dan mengatakan bahwa air ini air yang tidak enak?”, goda sang guru. Pemuda ini menahan malu dan hanya bisa tertawa. Lalu sang gurupun menjelaskan apa arti semua ini. “Anak muda, cangkir berisi teh itu selayaknya dirimu
dan cangkir berisi air hitam ini selayaknya istrimu
ataupun orang lain yang berseteru denganmu”. “Kita semua bagaikan sebuah cangkir dengan TEH
masing-masing yang kita pertahankan, banggakan
dan benarkan. Bagi kita, semua isi cangkir lain
adalah AIR HITAM. Ia tidak enak, tidak baik bahkan beracun”. “Itulah yang sedang terjadi padamu anak muda. Kamu mempertahankan isi cangkirmu dan istrimu mempertahankan isi cangkirnya. Kamu mengatakan isi cangkirmu adalah yang terbaik karena kamu telah mencobanya dan telah membuktikannya, begitu juga dengan istrimu yang mempertahankan isi cangkirnya dengan alasan yang sama yang kamu
katakan padanya”. “Kamu menganggap isi cangkirmu adalah teh dan cangkir lainnya adalah air hitam. Begitu juga dengan istrimu yang menganggap cangkirnya berisi teh dan cangkirmu berisi air hitam”. “Ketika dia tidak mau mendengarkan penjelasanmu yang mungkin memang baik, kamu memaksakan
MENUANGKAN isi cangkirmu padanya seperti aku
tadi memaksa menuangkan air hitam itu pada
cangkir tehmu”. “Apa yang terjadi kemudian? Tentunya kamu tidak lupa bukan? Istrimu marah dan membuang isi cangkirnya seperti kamu marah dan membuang isi cangkirmu”. “Sesungguhnya inilah yang sering terjadi pada setiap manusia. Mereka selalu mengatakan bahwa orang lain salah, keras kepala, suka membantah dan tidak mau mendengar apa yang kita kata”. “Maksud kita mungkin baik, tapi caranya tidak baik”. “Harusnya, kita menyampaikan semuanya dengan cara baik-baik. Kita TUANGKAN (menjelaskan) isi cangkir kita padanya, tapi JANGAN PADA CANGKIRNYA (menyerang/menyalahkan) tapi pada CANGKIR LAINNYA (memberi contoh atau memperlihatkan)”. “Awalnya sudah pasti semua menolak dan tidak
percaya seperti kamu menolak meminumnya.
Tetapi, dengan berjalannya waktu dan mereka
melihatmu, hati mereka akan mulai luluh dan
kemudian akan menerimanya walupun tidak utuh”. “Ingatlah anak muda, tidak ada yang menang ketika kamu berdebat. Justru ketika kamu menang
berdebat, kamu sekaligus kalah bersahabat. Dan
ketika kamu kalah berdebat, kamu justru
menolaknya jadi sahabat. Jadi tidak ada yang hebat dalam hal berdebat”. Pemuda ini tersenyum mengerti maksud sang guru.
Sebuah pelajaran baru dan luar biasa didapatkannya. Semoga kita semua juga belajar dari pelajaran sang pemuda. Ketika kita hendak berdebat ataupun ingin menyakinkan orang lain, ingatlah selalu kisah cangkir ini.
menanggis, katanya. “Ya Tuhan, mengapakah diantara semua saudaraku, hanya aku yang tidak bisa menjadi apa-apa? Kakakku dipetik dan menjadi hiasan direstoran mewah, adik-adikku dipetik dan dijadikan simbol bagi mereka yangg jatuh cinta, tetapi aku tetap dibiarkan dalam taman tanpa menjadi apa-apa”. Tiba-tiba datanglah malaikat padanya. Kata malaikat itu. “Wahai kamu yang sedang bersedih, saatnya kamu meninggalkan taman ini. Doamu sudah lama
didengar tuan-Ku dan kini saatnya kamu MENGERTI mengapa kamu lama berada disitu”. Lalu malaikat ini membawanya pada sebuah
kerajaan mewah. Ia dijatuhkan pada sebuah taman
yang tandus dan hangus terbakar. Kemudian
malaikat ini memberinya air yang secukupnya dan
menghilang. Besoknya, saat raja dan permaisuri kerajaan ini membawa putri mereka berjalan-jalan menelusuri taman, mereka begitu terkejut melihat taman yang tandus kosong itu telah ditumbuhi bunga-bunga yang sangat indah. Bahkan putri mereka yang tidak pernah tersenyum lagi sejak taman itu menjadi tandus karena terbakar, kini bisa tersenyum lagi dan tertawa. Tak henti-hentinya sang raja dan permaisuri bersujud berterimakasih dan memuji kemuliaan nama-Nya. Mereka tidak menyangka akan menerima keajaiban dan kebahagiaan yang tiada tara terutama bagi putrinya. Akhirnya sang bunga mengerti mengapa dia terakhir dipetik dan setelah sekian lama baru dipetik. Ternyata Tuhan sedang mempersiapkan dirinya menjadi sempurna untuk mereka yang sabar menantinya.
menanggis, katanya. “Ya Tuhan, mengapakah diantara semua saudaraku, hanya aku yang tidak bisa menjadi apa-apa? Kakakku dipetik dan menjadi hiasan direstoran mewah, adik-adikku dipetik dan dijadikan simbol bagi mereka yangg jatuh cinta, tetapi aku tetap dibiarkan dalam taman tanpa menjadi apa-apa”. Tiba-tiba datanglah malaikat padanya. Kata malaikat itu. “Wahai kamu yang sedang bersedih, saatnya kamu meninggalkan taman ini. Doamu sudah lama
didengar tuan-Ku dan kini saatnya kamu MENGERTI mengapa kamu lama berada disitu”. Lalu malaikat ini membawanya pada sebuah
kerajaan mewah. Ia dijatuhkan pada sebuah taman
yang tandus dan hangus terbakar. Kemudian
malaikat ini memberinya air yang secukupnya dan
menghilang. Besoknya, saat raja dan permaisuri kerajaan ini membawa putri mereka berjalan-jalan menelusuri taman, mereka begitu terkejut melihat taman yang tandus kosong itu telah ditumbuhi bunga-bunga yang sangat indah. Bahkan putri mereka yang tidak pernah tersenyum lagi sejak taman itu menjadi tandus karena terbakar, kini bisa tersenyum lagi dan tertawa. Tak henti-hentinya sang raja dan permaisuri bersujud berterimakasih dan memuji kemuliaan nama-Nya. Mereka tidak menyangka akan menerima keajaiban dan kebahagiaan yang tiada tara terutama bagi putrinya. Akhirnya sang bunga mengerti mengapa dia terakhir dipetik dan setelah sekian lama baru dipetik. Ternyata Tuhan sedang mempersiapkan dirinya menjadi sempurna untuk mereka yang sabar menantinya.
Budi dan Andi mengadakan reuni bersama setelah
sekian tahun tidak bersua. Mereka mengadakan
reuni disebuah cafe favorit mereka sejak masih
muda. Dalam perbicangan mereka, diketahui mereka telah
menjadi pengusaha yang sukses. Amir sekarang
berbisnis bahan-bahan bangunan. Amat mempunyai
restoran dimana ia tinggal. Budi meneruskan mini
market orang tuanya, dan Andi adalah seorang
pengembang yang cukup dikenal. Tetapi, dalam perbincangan mereka juga,
kebanyakkan yang diperbicangkan bukanlah tentang
bisnis itu sendiri ataupun kenangan-kenangan
berharga ketika mereka masih berstatus muda dan
berjiwa petualang. Yang diperbicangan dan malah
saling “membanggakan” adalah keluhan dan ketidakbahagiaan mereka. Setelah berdebat cukup lama, Amir yang kebetulan
lebih banyak mendengar menghentikan
“kebanggaan” teman-temannya. “Stop bro! Gue
pusing nih dengar keluhan kalian. Kita harusnya
bersenang-senang udah lama gak ngumpul malah
jadi tempat curhat dan keluh kesah…”. “Iya ne bro, tapi kita memang tidak bisa lari dari
kenyataan bukan? Buktinya gue sekarang mau
ngumpul dengan kalian aja susah. Mana mini
market yang gue jalani 24 jam lagi. Capek dee…”,
jawab Budi sambil diiyakan dengan anggukkan
kepala teman-temannya. “Oya, mengapa kita tidak menemui guru kita waktu
SD dulu yang terkenal baik dan bijak? Mungkin dia
bisa memberi kita jawaban mengapa kita tidak
pernah merasa bahagia dengan apa yang kita
lakukan. Padahal banyak diluar sana banyak sekali
yang ingin mempunyai posisi seperti kita. Pasti ada yang salah dengan kita semua”, lanjut Andi. Semuanya setuju dengan pendapat Andi. Lalu
setelah menentukan waktu dan lokasi berkumpul,
keempat sahabat ini pun berpisah dengan
kendaraan pribadi masing-masing. “Selamat siang pak guru Mike…”, sapa Amir dengan
semangat sambil melambaikan tangannya. Terlihat
duduk seorang tua sedang mengajar anak-anak
kecil dibawah kumpulan pepohonan yang rindang.
Ternyata itu adalah guru SD mereka yang bernama
Mike. Setelah berbasa-basi sebentar dan menemani anak-
anak bermain sebentar sesuai permintaan guru
mereka Mike, mereka pun disuruh gurunya untuk
berkumpul dirumah sederhananya. Kedatangan mereka disambut hangat oleh guru
mereka, dan tanpa mereka ketahui ternyata gurunya
telah tahu maksud kedatangan mereka. “Ada yang suka teh?’, tanya sang guru. Semua
mengangguk kepala tanda setuju. Lalu guru mereka
masuk kedapur dan membawa 6 cangkir teh. 2
cangkir teh sangat mewah. 2 cangkir teh terlihat
biasa dan 2 cangkir lainnya terlihat jelek tidak
menyenangkan mata. Ketika guru mereka meletakkan 6 cangkir itu, 2
cangkir pertama langsung diambil Amir dan Amat
seperti saling berebutan. Budi dan Andi saling
berpandangan dan langsung mengambil 2 cangkir
yang terlihat biasa itu. Sisanya, 2 cangkir yang
terlihat jelek itu tidak seorangpun yang mau. Padahal guru mereka sengaja menaruh cangkir
paling mewah itu jauh dari jangkauan mereka, dan
yang terlihat jelek ditaruh didekat mereka. Melihat
mereka, sang guru hanya bisa tersenyum. Lalu ia
pun menuangkan teh itu pada cangkir pilihan murid-
muridnya. “Lalu, apa yang membawa kalian kesini menemui
kakek tua yang sudah pikun ini…”, tanya gurunya
membuka suara. Lalu keempatnya tanpa babibu
basa-basi mulai mengeluh dan saling
membandingkan. Setelah cukup lama mendengar keluhan mereka,
gurunya hanya tersenyum dan seringkali tertawa
kecil melihat tingkah mereka. Keempatnya sudah
jadi pengusaha sukses, tetapi apa yang mereka
bicarakan seakan-akan menyesal telah sukses. Dengan santai sang guru mengambil cangkir mereka
semua. Lalu dibawanya cangkir itu kedapur dan
dicuci bersih lagi. Setelah itu cangkirnya dibawa
keluar lagi dan diletakkan diatas meja tadi. Kali ini,
guru mereka melarang mereka untuk mengambil
cangkirnya dahulu. Lalu dipanggilnya cucunya datang menghampiri
mereka semua. “Cu…, mau minum teh kakek?”,
tanya sang guru pada cucunya. “Mau kek, mau
banget…”, jawab sang cucu sambil melompat-
lompat senang. “Kalau begitu pilih cangkir yang
kamu mau”, lanjut sang guru sambil tersenyum ramah. Sang cucu langsung saja ambil satu cangkir yang
dimeja dan kebetulan yang diambil adalah cangkir
yang terlihat paling jelek. Lalu sang guru
menuangkan teh pada cangkir itu. “Hmmm…, enak kek, minta lagi”, pinta sang cucu.
Sang kakek tertawa kecil. “Kalau begitu pakai
cangkir ini saja”, pinta sang kakek sambil
memberikan cangkir yang terlihat biasa. “Boleh
kek…”, jawab sang cucu senang. “Hmmm…, enak banget kek. Teh kakek memang
hebat”, puji sang cucu sambil meminta secangkir
lagi. Kali ini sang kakek meminta cucunya memakai
cangkir paling mewah. Sang cucu mengiyakan dan
berkata, “Mau pakai cangkir apapun boleh kok kek,
lagipula aku bukan suka cangkirnya, aku suka TEHNYA“. Setelah 3 cangkir, sang cucupun puas dan kembali
keluar bermain bersama teman-teman sebayannya.
Keempat sahabat ini hanya bisa bingung melihat
apa yang dilakukan gurunya. “Apakah kalian telah menemukan jawabannya?”,
tanya sang guru. Keempat sahabat ini saling
memandang dan menggelengkan kepala. Sang guru
hanya tertawa kecil dan menambah bingung
keempat muridnya. “Murid-muridku, apa yang kamu tanyakan tadi,
jawabannya baru saja dikatakan cucuku. Sayang,
kalian tidak menyadarinya dan aku juga tidak heran
kalian datang padaku dengan segala keluhan itu”.
“Ketika aku membawa 6 cangkir tadi diawal, kamu
berdua (Amir dan Amat) langsung mengambil
cangkir yang terlihat paling mewah padahal aku
meletakkannya paling jauh. Sedangkan kamu
berdua (Budi dan Andi) melakukan hal yang sama,
padahal didepan dan paling dekat adalah cangkir yang sama hanya berbeda terlihat jelek saja”. “Ketika kamu mendapatkan cangkir yang kurang
bagus menurutmu, kamu mulai memperhatikan
sekelilingmu dan sesamamu yang mendapatkan
cangkir yang bagus dan mewah. Kamu mulai
membandingkan cangkirmu dengan cangkir orang
lain sehingga menjadi iri dan dengki dengan cangkirmu sendiri”. “Tetapi, kalian lupa, cangkir itu hanyalah wadah.
Kalian lupa bahwa cangkir itu akan diisi tehnya. Dan
sesungguhnya menurutmu mana yang lebih penting
ketika kamu INGIN meminuh teh, cangkirnya
ataukah TEHNYA?”. “Itulah mengapa kamu tidak menemukan
kebahagiaan seberapapun kamu mengejarnya,
karena kamu MENGEJAR dan MEMBANDINGKAN CANGKIRNYA, bukan MENIKMATI TEHNYA. Semakin kamu membandingkan cangkirnya,
semakin kamu tidak menikmati tehnya”. “Ketika cucuku kuminta meminum teh kesukaanku
dan juga kesukaannya, apapun cangkir yang
kutawarkan, dia terima dengan gembira. Baginya,
mau cangkir apa saja tidak masalah karena dia
menginginkan tehnya”. “Itulah yang sekarang kamu perbuat murid-muridku.
Kamu mengejar cangkirnya (luar), tapi kamu
melupakan isinya (dalam). Kebahagiaan tidak
berasal dari luar, ia berasal dari dalam”. “Menginginkan cangkir yang bagus itu baik, tetapi
ketika kamu mulai MEMBANDINGKAN cangkirmu dengan cangkir orang lain, itu sudah tidak baik.
Semua mempunyai teh yang sama enaknya,
sayangnya banyak yang MENGIRA dan
BERASUMSI bahwa tehnya akan menjadi lebih
enak dipadukan cangkir yang mewah”. “Kamu tidak memakan cangkirnya, kamu meminum
tehnya. Kamu juga tidak bisa membeli bahagia,
kamu hanya bisa MEMILIH untuk berbahagia. KAPAN SAJA dan DIMANA SAJA“.