BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Mari Berbagi Kisah Inspiratif

1444547495098

Comments

  • Suatu hari, seorang pria memasuki sebuah toko
    yang bertuliskan BAHAGIA. Penjaganya adalah
    para malaikat Tuhan yang bertugas memberi
    kebahagiaan. Pria: Aku ingin membeli bahagia.
    Malaikat: Baiklah, dan menurut bahagia seperti apa
    yang kamu inginkan? Pria: Aku ingin kaya dan sukses. Aku pasti bahagia
    kalau sudah seperti itu.
    Malaikat: Baiklah. *sambil tersenyum ramah. Besoknya pria ini langsung kaya dan sukses. Dia
    memiliki berbagai mobil mewah dan rumah
    selayaknya istana. Perusahaannya berkembang
    pesat dan dikenal oleh dunia. Tetapi, setahun
    kemudian pria ini mendatangi toko Bahagia para
    malaikat kembali. Pria: Mengapa aku tidak bahagia? *tanyanya lesu.
    Malaikat: Bukankah aku telah memberimu yg
    membuatmu bahagia? Pria: Iya, tetapi mengapa tidak bertahan lama?
    *bingung.
    Malaikat: Karena kamu yang membuatnya
    demikian. Pria: Maksudnya? *semakin bingung.
    Malaikat hanya tersenyum. Malaikat: Ingatkah kamu ketika pertama kali kamu
    mendapatkan pensil dari toko tuan George yang
    baik hati?
    Pria: Iya, aku masih ingat *tersenyum mengenang
    kembali. Malaikat: Bagaimanakah perasaanmu waktu itu?
    Pria: Aku senang sekali. Bahkan aku menjaganya
    baik-baik. Sekarang akupun masih membawanya
    kemanapun aku pergi. *sambil mengerluarkan pensil
    itu dari saku bajunya. Malaikat: Apakah pensil itu mahal harganya?
    Pria: Ini? Tentu saja tidak. Diberikan pada siapapun
    mungkin tidak ada yang mau mengambilnya. Malaikat: Lalu mengapa kamu begitu bahagia
    memilikinya dan menyimpannya? Pria: Karena ini adalah hadiah pertamaku dari tuan
    George (tersenyum). Dia bagaikan seorang ayah
    bagiku. Aku sejak kecil telah kehilangan sosok
    seorang ayah. Ayah meninggalkan kami berdua
    entah kemana. Hanya ibu dan tuan George yang
    memperlakukanku dengan baik. Dan pensil ini adalah hadiah ulang tahunku yang kesepuluh
    darinya. Malaikat tersenyum. Malaikat: Baiklah, apakah kamu masih ingat sepeda
    warna biru pemberian ibumu?
    Pria: Ooohh…, sudah pasti! (bersemangat), ibuku
    membelikanku karena aku naik kelas. Padahal aku
    dulu sangat bandel dan malas belajar. Malaikat: Bagaimanakah perasaanmu waktu itu?
    Pria: Wuiihhh, aku senang sekali. Bahkan ibuku
    sampai marah ketika aku ingin memindahkannya
    kekamar tidurku karena takut hilang. Hahaha…
    (sambil terawa mengenang kepolosannya waktu
    kecil). Malaikat: Apakah itu sepeda itu mahal harganya? Pria: Haha…, pada jaman itu saja sepedanya
    sangatlah murah. Tapi itu adalah hadiah dari ibuku
    yang sangat kusayang. Sejujurnya aku tidak peduli
    mau itu sepeda atau apa, asalkan itu dari ibuku aku
    sudah sangat bahagia. Apalagi melihatnya yang
    begitu bahagia bisa menabung dan memberikanku sepeda itu, aku sudah sangat bahagia (dengan mata
    berkaca-kaca). Malaikat: Lalu apakah kamu masih menyimpannya?
    Maukah kamu menjualnya padaku? Pria: Tentu saja aku masih menyimpannya.
    Sepedanya masih terawat dengan baik dan
    kusimpan digarasi khusus dirumah. Itu adalah
    kenangan paling berhargaku yang tidak akan kujual
    pada siapapun ataupun ditukar apapun didunia i….
    (pria ini sadar maksud malaikat). Malaikat tersenyum puas, lalu dipeluk sebentar pria
    ini. Katanya. “Banyak yang mengira dengan meminta harta dan
    kemewahan dunia ia akan menjadi bahagia. Dan
    mereka berusaha keras mewujudkannya. DIA yang
    Maha Baik melihatmu yang begitu menginginkannya
    dan berusaha keras mewujudkannya,
    memberikanmu apa yang kamu inginkan untuk mengajarkanmu sebuah pelajaran”. “Tetapi, setelah sekian tahun bahkan berpuluh-puluh
    tahun, banyak daripada kamu mulai menyadari dan
    mempertanyakan kebahagiaan itu sendiri seperti
    pertanyaan tadi yang kamu tanyakan padaku”. “Mengapa aku masih tidak bahagia? Mengapa
    kebahagiaan itu hanya sementara?” “Ketika aku bertanya tentang segala kenanganmu
    yang membahagiakan, kamu begitu bersemangat
    bercerita. Bahkan semua barang-barang itu yang
    melekat dengan kenangan membahagiakanmu
    kamu simpan dan kamu jaga dengan sebaik-
    baiknya”. “Kamu juga berkata padaku semua itu barang yang
    murah. Tidak ada harganya. Sederhana dan bisa
    dibeli kapan dan dimana saja. Tetapi ketika kutanya
    apakah kamu mau menjualnya padaku, kamu malah
    menolaknya. Padahal bukankah kamu telah
    mempunyai kekayaan dunia yang bisa membelinya berapa saja kamu suka”. “Dan ketahuilah, itulah KEBAHAGIAAN SEJATI
    yang sesungguhnya. Ia tidak bisa dibeli maupun
    ditukar apapun didunia. Ia tidak ada sampai kamu
    MENCIPTAKANNYA”. “Kebahagiaan sejati tidak datang dari luar diri kita, ia
    datang dari dalam hati kita”. “Kebahagiaan sejati tidak memilih apakah dia harus
    sukses dan kaya dahulu ataupun miskin dan
    sengsara hingga dia butuh. Kebahagiaan sejati
    datang pada mereka yang berbahagia. Bukan pada
    mereka yang memenuhi syarat untuk bahagia
    sesuai aturan manusia maupun dunia”. “Coba lihatlah mahkluk hidup yang kamu sebut
    anjing, apa yang kamu dapatkan ketika kamu
    pulang kerja larut malam? Dia menunggumu dari
    sejak kamu berangkat kerja sampai pulang kerumah
    dengan setia bukan? Dan apakah dia terlihat sedih
    melihatmu?”. “Mungkin saat itu ia sedang kelaparan. Mungkin
    saat itu ia kesepian. Tetapi ketika hanya mendengar
    suara langkah kakimu saja, ia sudah senang bukan
    kepalang”. “Itulah yang disebut kebahagiaan sejati. Ia datang
    dari dalam hati dan ia DICIPTAKAN. Dan baginya,
    tuannya dan keluarga tuannya adalah kebahagiaan
    itu sendiri, makanya ia menjaganya dengan
    kebahagiaan juga. Ia bahagia bukan karena
    mendapatkan apa-apa, ia bahagia karena ia tahu ia INGIN bahagia ada tuannya, dan ia tahu tuannya
    akan bahagia jika ia bahagia”, jawab malaikat
    tersenyum. Sang pria terdiam sambil tersenyum puas.
    Dipeluknya malaikat ini dengan hangat. Dan
    sebelum berlalu, malaikat bertanya lagi dengan
    senyuman penuh arti. Malaikat: Jadi, bahagia seperti apa yang kamu
    inginkan?
  • Dahulu kala, dinegeri EntahDimana hiduplah
    seorang raja bernama SalahKaprah. Raja
    SalahKaprah mempunyai istri yang sangat cantik
    yang selalu setia mendampinginya. Namanya
    MauTauAja. Raja SalahKaprah mempunyai dua
    anak laki-laki yang kelak akan mewarisi kerajaannya. Mereka bernama Siapa dan Apa. Siapa adalah anak yang energik dan nakal sekali.
    Semua yang dilakukannya selalu membuahkan hasil
    hembusan napas panjang. Sedangkan Apa adalah
    anak yang bertolak belakang dengan Siapa. Ia
    pendiamn dan tidak banyak bicara. Suatu hari, terjadi hal yang tidak diinginkan.
    Seorang Pemuda dari kalangan rakyat jelata
    menghadap raja SalahKaprah. “Ampun tuanku, hamba datang ingin melaporkan
    sesuatu berhubungan dengan anak-anak tuan…”,
    kata Pemuda ini sambil bersujud. Raja SalahKaprah
    hanya mengambil napas panjang. “Baiklah, jadi siapa dan apa yang telah
    dilakukannya?…”, Tanya raja SalahKaprah pasrah
    menebak pelakunya. “Ampun tuanku, Siapa yang melakukannya…”,
    jawab Pemuda ini dengan suara pelan karena takut
    raja SalahKaprah murka. “Kenapa kamu bertanya padaku siapa yang
    melakukannya? Bukankah kamu datang untuk
    melaporkan tentang anakku?”, Tanya raja
    SalahKaprah bingung. Pemuda yang mendengar raja
    SalahKaprah berkata begitu menjadi canggung. Ia
    berpikir jangan-jangan raja SalahKaprah tersinggung dengan perkataannya. “Ampun tuanku, maksud hamba adalah Siapa yang
    melakukannya”, jawab Pemuda ini dengan keringat
    mulai bercucuran. “Apa?!…”, teriak kecil sang raja sambil berdiri.
    Pemuda ini terkejut sekali melihat raja SalahKaprah
    berdiri dan menjadi takut, Ia mengira raja telah salah
    kaprah. Spontan ia menjawab, “Ampun beribu-ribu
    ampun tuanku, hamba tidak tahu tentang Apa,
    hamba hanya ingin mengatakan Siapa yang melakukannya…”. “Kamu ini benar-benar cari masalah denganku ya?
    Tadi kamu bilang ingin melapor tentang anakku, lalu
    kamu bertanya siapa yang melakukannya dan
    sekarang kamu bilang tidak tahu apa-apa?”, Kata
    raja SalahKaprah emosi. “Pengawal…”, teriak raja
    SalahKaprah. Pemuda ini semakin takut dan mulai menanggis.
    “Ampun tuanku, ampun beribu-ribu ampun, bukan itu
    maksud hamba, tapi maksud hamba adalah…”,
    belum selesai bicara Pemuda ini ditarik seorang
    pengawal bertubuh besar. “Tuanku, beri hamba
    kesempatan sekali lagi tuanku, hamba mohon…”, teriak Pemuda ini. Raja SalahKaprah menghembuskan napas panjang. “Baiklah, aku memberimu kesempatan sekali lagi.
    Dan kali ini aku akan bertanya padamu”, kata raja
    SalahKaprah duduk kembali. “Terimakasih tuanku,
    hamba akan menjawab sebaik-baiknya”, jawab
    pemuda ini langsung bersujud dan sedikit lega. “Berapakah anakku?”, Tanya raja SalahKaprah.
    “Dua.”, Jawab pemuda ini yakin.
    “Siapakah nama anakku yang tertua?”, Tanya raja
    sekali lagi.
    “Apa.”, Jawab pemuda ini mantap.
    “Kamu tuli ya? Aku tanya siapakah nama anakku yang paling besar?”, Tanya raja SalahKaprah
    dengan nada agak tinggi.
    “Apa.” Jawab pemuda ini bingung.
    “Kamu ini, aku telah memberimu kesempatan kamu
    masih mempermainkanku?”, Tanya raja
    SalahKaprah mulai emosi. “Ampun tuanku, hamba menjawab bahwa anak
    tertua tuanku bernama…”, belum selesai pemuda ini
    menjawab raja SalahKaprah berdiri dan berkata, “Ini
    pertanyaan terakhirku, jika kamu salah
    menjawabnya hukuman mati menantimu. Siapakah
    nama istriku?”. Pemuda ini dalam ketakutannya terlihat tersenyum.
    Air matanya pun mengalir membasahi wajahnya.
    “Ayo jawab, ini kesempatan terakhirmu…”, kata raja
    SalahKaprah terlihat semakin marah. Dengan sangat berat dan pasrah pemuda ini
    memandangi rajanya. Pemuda ini akhirnya mengerti
    mengapa banyak teman-temannya yang datang
    menghadap raja ini melaporkan kenakalan anaknya
    selalu pulang tinggal nama. Bukan karena raja tidak mempunyai hati nurani
    sebagaimana isunya. Bukan karena raja tidak adil
    sebagaimana yang didengarnya. Tetapi raja ini
    adalah raja SalahKaprah. “Apa jawabanmu? Siapakah nama istriku?”, Tanya
    raja SalahKaprah terakhir kalinya. Pemuda ini pun
    tersenyum. Jawabnya. “MauTahuAja”. Raja SalahKaprah terdiam. Mukanya merah.
    Ditunjuknya pengawal yang tadi dipanggilnya. “Bawa
    pemuda ini dan hukum pancung, dan tuliskan
    dibawah kakinya bahwa dia telah mempermainkan
    raja”, perintah raja SalahKaprah. “Sebelum kamu kuhukum, siapakah namamu yang
    begitu berani mempermainkanku dan tidak takut
    mati?”, Tanya raja SalahKaprah terakhir kali.
    Pemuda ini pun semakin jadi tanggisnya. Dengan
    senyumannya yang luar biasa pasrah, ia menjawab. “Namaku, TebakSaja”
  • Suatu hari, seorang pemuda secara tidak sengaja
    hampir terjatuh menyandung kaki seorang kakek tua
    yang sedang terduduk lelah ditepian jalan. Ketika
    menyadari dirinya hampir jatuh, pemuda ini pun
    langsung marah-marah padanya. “Hai kakek tua, tidak adakah tempat lain yang bisa
    kamu tempati selain disini? Aku hampir jatuh tahu.
    Dan tahukah apa yang kubawa ini?”, tanya pemuda
    ini sambil memperlilhatkan sebuah tablet dengan
    logo buah yang sangat tersohor. “Jika ini jatuh dan
    rusak kamu kerja sampai cucumu ikut kerjapun pun tidak bakalan bisa membeli ini”, lanjut hardik
    pemuda ini langsung berlalu pergi. Ternyata waktu itu ada pemuda lain yang melihat
    kakek tua ini. Hatinya tersentuh dan menolong
    kakek tua ini. “Maaf ya kek, tadi itu teman saya.
    Orangnya biasa tidak begitu, mungkin hari ini dia
    banyak masalah dan kebetulan kakek yang jadi
    pelampiasannya”, kata pemuda ini sopan sambil membantu kakek tua ini berdiri. “Tidak apa-apa anak muda. Kakek juga menyadari
    mungkin dia lagi punya banyak masalah. Habis
    jalannya juga buru-buru. Kakek sudah bertahun-
    tahun disini jadi sudah biasa kakek melihat
    perlakuan seperti itu?”, jawab kakek tua ini
    tersenyum ramah. Pertemuan antara kakek tua dan pemuda ini
    ternyata mengubah hidup sang pemuda. Setiap
    harinya pemuda ini selalu mengunjungi kakek tua ini
    sekalipun hanya menyapa dan duduk sebentar
    sebelum berangkat kerja. Kadang pemuda ini juga membawa makanan kecil
    dan makan bersama-sama dengan sikakek tua.
    Mereka saling bercanda tawa dan berbagi berita.
    Beberapa kali pemuda ini menawarkan diri untuk
    memberikan tumpangan pada sikakek tua ketika
    hujan turun dengan lebatnya ataupun cuaca dingin menusuk tulang. Tetapi semua tawaran kebaikkan hati dari sipemuda
    ini ditolaknya dengan halus dengan alasan bahwa
    sikakek tua sudah bahagia karena masih ada yang
    memperhatikannya dan menemukannya. Padahal
    sudah bertahun-tahun ini tidak seorangpun yang
    memperhatikan dan memperlakukannya sebaik itu. Suatu hari, pemuda ini berkunjung menemui sikakek
    tua temannya. Tetapi biasa sikakek tua ini duduk
    sudah kosong, dan terlihat bersih tidak ada jejak
    pernah ada orang yang menempatinya. Pemuda ini bingung. Ia bertanya pada setiap orang
    yang berlalu lalang, tapi tidak seorangpun yang
    mengetahuinya. Pemuda ini juga merasa sangat
    bersalah, “Jangan-jangan karena aku terlalu sibuk
    dengan pekerjaanku sehingga kakek tua ini pergi
    karena kesepian”, katanya dalam hati. Pemuda ini merasa sangat sedih. Ketika malam datang, pemuda ini masih duduk
    ditempat kakek tua ini. Ia merasa cemas sudah
    seharian mencari mengapa tidak menemukan kakek
    tua temannya itu. Lalu terdengar suara yang ramah
    menegurnya dari belakang membuyarkan
    lamunannya. “Anak muda, apa yang kamu cari? Dari tadi aku
    melihat kamu mondar-mandir seperti mencari
    sesuatu dan terlihat cemas”. Ternyata yang
    bertanya adalah seorang pria tua yang hampir
    seumuran kakek tua yang dicari pemuda ini.
    Bedanya, pria ini terlihat sangat menawan bahkan diusia senjanya. “Aku mencari seorang kakek tua, dia temanku. Dan
    karena kesibukkanku, hari ini aku baru bisa
    menemuinya. Aku ingin berbagi kebahagiaanku
    dengannya karena aku baru membuka toko kecil.
    Makanan ini aku sengaja bawa khusus untuknya. Ini
    makanan kesukaan kami…”, jawab pemuda ini dengan suara agak pelan. Bisa ditebak pemuda ini
    telah kelelahan mencari sikakek tua. Pria tua ini tertawa kecil. Katanya. “Hohoho…, anak muda yang baik. Kamu jangan
    mencarinya lagi karena temanmu itu sudah pulang
    kerumah-Nya. Tetapi janganlah kamu sedih,
    temanmu itu sangat bahagia bersamamu selama ini.
    Bahkan dia selalu bercerita padaku tentangmu”,
    jawab pria tua ini. Pemuda ini terlihat bingung dengan maksud pria tua
    misterius yang baru dikenalnya, tetapi entah
    mengapa dia merasa hatinya lega. Pria tua ini
    tertawa lagi lalu melanjutkan perkataannya. “Anak muda, kakek tua itu sebenarnya tidak ada
    didunia ini. Kamulah yang MENCIPTAKANNYA”. Makin bingunglah pemuda ini. “Kamu pasti bertanya, lalu bagaimana kamu bisa
    melihatnya dan bagaimana temanmu yang dulu bisa
    melihatnya dan tersandung bukan? Hohoho…,
    sederhana saja, karena temanmu itu sikakek tua
    INGIN kamu melihatnya. Dan untunglah ternyata
    kamu mau MENERIMANYA tidak seperti temanmu yang justru pergi dan menghinanya”. “Dan SADARKAH kamu? semenjak mengenal
    temanmu itu PERUBAHAN mulai terasa bukan?
    Baik pada pekerjaanmu juga percintaanmu?”, tebak
    pria tua misterius ini sambil diiyakan anggukkan
    kepala pemuda ini tanda setuju. Dan memang benar apa yang dikatakan pria tua
    misterius ini. Sebelum mengenal kakek tua yang
    kemudian menjadi temannya, pemuda ini hidupnya
    penuh dengan keluh kesah. Kehidupannya terasa
    sangat susah. Sekeras apapun ia bekerja, hasilnya
    tidak seberapa dan membuatnya sering kali tidak puas dan mengeluh tiap harinya. Hubungannya dengan sang pujaan hati juga tidak
    lepas dari berbagai masalah. Hal sekecil apapun
    pasti bisa menjadi topik untuk saling melukai.
    Bahkan tidak jarang saling membenarkan diri sendiri
    dengan menyalahkan kekurangan pasangan masing-
    masing. Untunglah semenjak mengenal kakek tua yang
    kemudian menjadi temannya, pemuda ini bisa
    terbuka hatinya. Banyak sekali nasehat-nasehat
    kecil yang disampaikan dengan cara bercanda dan
    tawa yang membuat pemuda ini menjadi lebih ceria. Pekerjaan yang sebelumnya menghasilkan hasil
    yang tidak seberapa dan membuatnya berkeluh
    kesah, sekarang bisa diterima apa adanya dalam
    segala kondisi yang ada. Dulunya pemuda ini yang
    sering cemberut karena suasana hati yang tidak
    kentara, sekarang bisa lebih bisa tertawa dan ceria. Bahkan teman-teman sekerjanya mendapakan
    pemuda ini menjadi lebih menyenangkan dan
    akhirnya berteman baik. Pasangan pemuda ini pun melihat perubahan yang
    menyenangkan darinya. Jika dulunya hal kecil saja
    bisa menimbulkan pertengkaran, sekarang pemuda
    ini lebih banyak mendengar dan mau mengerti.
    Akhirnya, pasangan pemuda ini juga menjadi lebih
    baik dan lebih perhatian pada kekasihnya. Melihat pemuda ini bermain dengan kenangan
    tentang dirinya, pria tua misterius ini tertawa kecil
    dan melanjutkan perkataannya. “Sesungguhnya, bukan karena pekerjaanmu yang
    buruk ataupun pasanganmu yang buruk kamu
    menjadi buruk. Memang benar, hal yang buruk akan
    membuat halyang baik menjadi buruk. Tetapi kamu
    juga diberi PILIHAN MEMILIH bukan?. Apakah ingin
    mempertahankan yang BURUK hanya karena takut menjadi lebih baik yang tidak pasti, ataukah kamu
    MEMILIH untuk MENJADI LEBIH BAIK diantara
    semua yang buruk”. “Dan ketika kamu MEMILIH UNTUK MENJADI
    LEBIH BAIK, kamu sebenarnya tidak membuat
    pekerjaanmu ataupun percintaanmu menjadi baik.
    Hanya saja kamu sekarang bisa MELIHAT LEBIH
    JELAS semua yang buruk dan MENYIKAPI apa
    yang buruk itu dengan lebih baik”. “Ingatlah ini selalu, tidak peduli apakah itu hal yang
    BURUK ataupun BAIK, keduanya sama-sama
    MENULAR. Pertanyaannya, mana yang LEBIH
    BERKUASA dan lebih kuat KEINGINANNYA”. “Lalu kamu pasti bertanya apa hubunganmu dengan
    temanmu sikakek tua itu bukan? Hohoho, kamu
    MELIHATNYA dan kamu MEMILIHNYA. Dan
    hubungannya adalah itulah RAHASIA alam semesta
    yang paling dicari manusia”. “Banyak yang sering bertanya pada-Nya dalam doa
    apa rahasianya untuk menjadi bahagia, dan entah
    sudah berapa kali Dia memberitahu caranya tetapi
    manusia sering MENGABAIKANNYA bahkan
    menghinanya. Dan memang benar, Dia selalu
    memberi jawaban-Nya dengan cara yang misterius seperti yang terjadi padamu dalam bentuk seorang
    teman. Untunglah kamu MENYADARINYA”. Setelah mendengar penjelasan pria tua misterius ini,
    entah mengapa sipemuda merasa MENGERTI dan
    bahagia. Ia tidak merasa kehilangan kakek tua
    seperti perasaannya tadi. Ia justru merasa sangat
    dekat dihati. Karena penasaran pemuda ini bertanya
    pada pria tua misterius ini sebelum berpamitan pulang. “Lalu kakek itu siapa? Dan tuan sendiri
    siapa?”. Pria tua ini tersenyum ramah, jawabnya. “Aku bernama BAHAGIA, dan kakek tua yang
    menjadi temanmu itu adalah adikku yang bernama
    SYUKUR. Kamu MENEMUKAN adikku dan
    bergembira atasnya, sekarang aku datang untuk
    MENGIKUTIMU sebagai bonusnya”.
  • Disebuah hutan yang sangat indah, berdirilah
    sebuah kerajaan wortel yang sangat megah.
    Namanya Worteland. Raja kelinci memerintah
    dengan bijaksana dan rakyatnya hidup bahagia
    sejahtera. Kisah ini diawali dua kelinci yang bersahabat baik.
    Kemana-mana mereka selalu bersama. Yang satu
    bertubuh tinggi putih besar dan kuat. Sedangkan
    yang satunya gemuk pendek dan ada bercak hitam
    menghias ditubuhnya. Tetapi sekalipun perbedaan
    fisik yang menyolok itu, mereka saling menghargai dan tidak membedakan satu sama lain. Suatu hari, saat sedang asyik bermain dengan
    sahabat dan teman-teman lainnya, kelinci yang
    bertubuh tinggi menemukan dua tumpukkan kecil
    bibit wortel diatas batu karang. Lalu dipanggilnya
    sahabatnya itu. “saudaraku, aku menemukan dua
    bibit wortel nih, entah punya siapa. Bagaimana kalau kita mengambilnya dan menanamnya
    dirumah?”, Tanya kelinci bertubuh tinggi. “Tapi ini mungkin punya orang lain saudaraku,
    kasihan kalau kita ambil…”, jawab kelinci bertubuh
    gemuk sambil memandangi sekelilingnya mencari
    siapa yang empunya bibit wortel ini. Sikelinci bertubuh tinggi tertawa. Katanya,
    “Hahaha…, jika ini punya kelinci lain mengapa pula
    dia meletakknya disini tempat yang terlihat jelas.
    Jadi aku rasa ini tidak milik siapapun. Mungkin
    Tuhan yang menaruhnya disini supaya kita
    mengambilnya dan menanamnya”. Walau merasa ragu, kelinci bertubuh gemuk
    mengiyakan juga. Lalu mereka mengambil seorang
    satu tumpukkan kecil dan ditanam dirumahnya
    masing-masing. Hari-hari telah berlalu, wortel yang ditanam kelinci
    bertubuh tinggi tumbuh begitu sempurna. Ini terlihat
    dari daun-daunnya yang hijau mempesonakan mata
    dan besar sekali ukurannya. Padahal ini baru
    beberapa hari. Setiap kelinci lain yang lewat pasti
    berhenti dan berdecak kagum mengaguminya. Tetapi, wortel yang ditanam kelinci bertubuh gemuk
    justru tumbuh sebaliknya. Daun-daunnya sama
    hijaunya tetapi ukurannya kecil-kecil. Bahkan ilalang
    yang baru tumbuh lebih tinggi daripadanya.
    Sekalipun hasilnya tidak seindah sahabatnya,
    kelinci bertubuh gemuk ini tetap merawatnya dengan sukacita walaupun kadang dia sendiri bertanya
    mengapa bisa sedemikian berbeda dan apa yang
    salah. Tidak terasa bulanan telah berlalu, dan pada
    beberapa bulan ini cuaca juga kurang bersahabat.
    Banyak wortel yang mati karena kekurangan air.
    Tetapi anehnya, wortel milik kelinci bertubuh tinggi
    ini justru tumbuh makin besar. Semua yang melihat
    langsung dengan mata kepala sendiripun masih tidak percaya. Bagaimana mungkin wortel ini bisa
    bertumbuh sebesar ini, dan buahnya pasti besar
    sekali. Mendengar pujian-pujian yang mengindahkan telinga
    membuat kelinci bertubuh tinggi ini menjadi bangga.
    Banyak yang datang memberinya selamat dan salut
    karena dalam cuaca seperti ini dia bisa merawatnya
    dengan baik. Karena selalu mendapatkan pujian, kelinci bertubuh
    tinggi ini mulai kehilangan kendali diri. Jika dulu
    semua yang datang sekedar untuk mengagumi
    wortelnya diberi kebebasan untuk melihatnya,
    sekarang ia mulai melarang untuk terlalu dekat
    melihatnya. Bahkan ia mulai mendirikan pagar-pagar kecil penghalang disekitarnya. Kata-katanya juga mulai berubah, jika dulu kata-
    katanya selalu rendah hati jika ditanya bagaimana
    caranya dia merawat wortel itu, kini dengan
    membusungkan dada mengatakan bahwa dialah
    sendiri yang merawatnya dengan segala pupuk
    rahasia yang ada. Semakin lama rendah hatinya dimakan pujian dan bangga yang membutakan mata
    dan telinga. Akhirnya, pada hari menuai hasil pun tiba. Cuaca
    yang selama ini tidak bersahabat hampir
    menghabiskan semua cadangan makanan dinegeri
    Worteland. Raja Worteland mendengar bahwa ada
    satu rakyatnya yang mempunyai wortel yang luar
    biasa. Raja berpikir, mungkin darinya dia bisa meminta beberapa bibitnya sehingga bisa ditanam
    dan dibagikan pada rakyat lainnya. Melihat raja berkunjung bersama para prajuritnya,
    kelinci bertubuh tinggi ini senang luar biasa sekali.
    Disambutnya dengan senyuman lebar dan penuh
    bangga. Lalu diperlihatkan wortel kebanggaannya
    pada sang raja sambil memuji diri sendiri. Raja yang melihatnya juga sangat takjub,
    bagaimana mungkin dikala wortel yang lainnya mati
    justru wortel kelinci bertubuh tinggi ini tumbuh subur.
    Atas permintaan sang raja, kelinci bertubuh tinggi
    mengiyakan bahwa dia akan memberikan bibitnya
    dengan hadiah emas dan permata. Lalu raja memerintahkan agar para prajuritnya
    mencabut wortel berdaun menakjubkan besar itu.
    Tarikkan pertama terasa sulit, lalu, “Plop..”, tarikkan
    kedua begitu mudah. Saat melihat wortel itu, betapa
    terkejutnya semua mata yang melihat. Wortel itu
    kecil sekali, daunnya saja yang besar. Yang lebih terkejut lagi adalah dipemilik wortel ini
    yaitu kelinci bertubuh tinggi. Dia hampir tidak
    percaya apa yang dilihatnya. Lalu dia
    memerintahkan agar prajurit raja mencabut wortel
    lainnya. Para prajurit melihat raja mereka. Raja
    mengangguk mengiyakan. Dan, “Plop…”, hasilnya sama. Betapa kecewanya semua yang hadir disitu. Entah
    sudah berapa banyak wortel yang telah dicabut dan
    hasilnya sama. Raja yang melihat juga merasa
    kecewa. Tapi dia juga tidak bisa menyalahkan
    pemiliknya. Dalam kekecewaan itu, datanglah
    sahabat kelinci bertubuh tinggi yaitu kelinci bertubuh gemuk. Dengan rendah hati kelinci bertubuh gemuk ini
    menawarkan diri ingin memberikan sebagian
    bibitnya sehingga bisa dibagi dengan lainnya. Ia
    juga menjelaskan bahwa wortelnya tidak
    semenakjubkan wortel sahabatnya, tetapi
    setidaknya masih bisa ditanam dan bertahan dicuaca seperti ini. Sang raja setuju dan mengajak prajuritnya kesana.
    Bisa terlihat dimata mereka masih ada kekecewaan
    dan tidak berani terlalu berharap lagi. Wortel yang
    menakjubkan saja isinya kecil apalagi yang biasa? Ketika sampai dirumah kelinci bertubuh gemuk,
    memang benar apa yang dikatakan pemiliknya.
    Semuanya berdaun kecil dan biasa. Malah
    beberapanya seperti baru tumbuh. Dan yang lebih
    aneh lagi, kelinci bertubuh gemuk ini menanam
    wortelnya jarang-jarang dan berjauhan. Karena telah sampai disana dan tidak ingin
    membuat rakyatnya kecewa, sang raja meminta
    agar prajuritnya mencabut wortel itu. Kali ini raja
    meminta semua rakyatnya berdoa dan mensyukuri
    apapun hasilnya. “Hhhmmppphhh…”, Tarikan pertama terasa sulit.
    “Hhhmmppphhh…”, Tarikan kedua juga masih sulit.
    “Hhhmmppphhh…”, Tarikan ketiga juga tidak
    membuahkan hasil. Karena tidak bisa ditarik dan semua yang melihat
    juga bingung, raja tiba-tiba berteriak kecil agar
    semua memakai tangan mengalinya. Awalnya
    semua bingung, tapi tindakan raja yang tidak bisa
    ditebak yang langsung sendiri mengali membuat
    lainnya ikut tanpa diperintah lagi. Dan hasilnya, wortel yang mereka dapatkan hampir
    20 kali lipat lebih besar dari yang pernah mereka
    lihat. Bahkan untuk mencabutnya diperlukan
    berpuluh-puluh kelinci. Semua mata memandang
    tidak percaya, apalagi sahabat sikelinci bertubuh
    gemuk. Mereka mendapatkan bibit yang sama. Menanam ditanah yang sama. Tetapi hasilnya
    begitu berbeda. Raja yang melihat hal tersebut sangat takjub dan
    bertanya, “Saudaraku, apa rahasianya kamu bisa
    mempunyai wortel yang sangat menakjubkan ini?
    Kirannya saudaraku mau berbagi dengan kita semua
    yang ada disini”. Kelinci bertubuh gemuk tertawa kecil, jawabnya. “Sejujurnya aku juga terkejut yang mulia. Aku tidak
    mempunyai rahasia apa-apa yang bisa kubagikan.
    Aku menemukan bibit ini saja secara tidak sengaja
    bersama sahabatku. Lalu kami membawanya pulang
    dan menanamnya bersama-sama dirumah masing-
    masing”. “Aku menyiram seperti biasanya. Aku menjaga
    seperti biasanya. Mungkin yang membedakannya
    aku melakukannya dengan hati gembira dan
    berdoa”. “Lalu apa bedanya denganku? Aku juga melakukan
    hal yang sama sepertimu, bahkan mungkin lebih.
    Aku juga berdoa supaya Tuhan memberikan wortel
    terbaik padaku…”, Tanya sahabatnya kelinci
    bertubuh tinggi menyela tidak mengerti. Kelinci
    bertubuh gemuk ini tersenyum. “Ya, aku tahu sahabatku, kamu pasti lebih baik
    dalam merawat wortelmu dan itu terbukti dengan
    wortelmu yang luar biasa menakjubkan dan indah.
    Yang membedakannya mungkin NIAT dan ISI DOA kita”, jawab kelinci gemuk sambil tersenyum. “Apa ISI DOAMU?’, Tanya sang raja tersenyum bangga. Kelinci bertubuh gemuk menjawabnya. “Sahabat baikku berdoa agar Tuhan memberikan
    wortel terbaik padanya dan Tuhan telah
    mengabulkannya. Sedangkan aku berdoa agar
    diberikan wortel yang terbaik juga sehingga aku bisa BERBAGI dengan lainnya, dan Tuhan mengabulkannya”. “Sahabatku meminta yang terbaik untuk dirinya,
    maka Tuhan memberikan sesuai permintaanya.
    Sebuah wortel terbaik yang pernah dilihatnya. Aku
    juga meminta yang terbaik, tetapi bukan hanya
    untukku melainkan untuk yang lainnya yang
    membutuhkan juga”. “NIATku adalah aku ingin membagikan wortel ini,
    dan Tuhan mengabulkan doaku dengan cara
    membesarkan ISI. Tuhan itu Maha Tahu, dan Dia tahu bahwa yang aku butuhkan bukanlah apa yang
    dilihat dan dibanggai mata, tapi ISInya yang DIBUTUHKAN yang bisa DIBAGI dan DINIKMATI SESAMA”.
  • Hari ini, ketika saya hendak berangkat
    kekantor seperti biasanya, saya merasa
    sangat berat untuk bangun dari tempat tidur.
    Apalagi ini adalah hari Senin dimana hari yang
    paling sangat tidak saya sukai. Bukan karena
    ada hal tidak menyenangkan – memang ada beberapa sih – tapi mengingat pekerjaan yang
    menumpuk menunggu sudah membuatku
    kehilangan mood. Lalu tiba-tiba saya melompat bangun, saya
    teringat hal yang menyenangkan. Tanpa
    menunda sedetikpun saya langsung
    membersihkan muka dan mandi seperti
    biasanya. Setelah itu saya langsung meluncur
    kesebuah cafe sederhana dekat kantor dimana saya bekerja. Tahukah apa hal menyenangkan itu? Ketika
    saya masuk kecafe sederhana ini, saya –
    semua pelanggan – akan disuguhkan sebuah
    pelayanan yang sangat ramah dan
    menyenangkan. Sebuah senyuman. Ya, saya tahu itu memang hanya sebuah
    senyuman. Tetapi senyuman yang TULUS
    dan dari HATI itu selalu bisa mencairkan
    perasaan yang beku oleh dinginnya kemarin
    malam. Cafe inilah terutama senyuman para
    pelayan dan pemiliknyalah yang membuat saya tidak bosan untuk berangkat kerja.
  • Hari ini, ada seorang pembeli datang membei
    sesuatu dari toko kami. Setelah melihat-lihat
    dan tertarik ia pun bertanya harganya. Lalu kami memberikan harga pas karena toko kami sedang promo. Ketika mendengar harga yang kami berikan, ia mengernyitkan dahi. Lalu kami bertanya
    mengapa dan jawabannya bahwa harga kami
    lebih mahal dibandingkan toko sebelumnya
    yang dia kunjungi. Mendengar hal itu kami hanya tersenyum dan menawarkan dengan TULUS agar dia membelinya ditoko sebelumnya karena lebih
    murah. Mendengar hal itu ia mengernyitkan
    dahi lagi dan berkata, “Mengapa kamu justru
    memintaku membeli disana? Bukankah seharusnya kamu menyakinkanku untuk membeli ditempatmu?”. Mendengar pertanyaanya itu, kami hanya bisa tersenyum dan berkata, “Karena kami ingin yang terbaik bagi konsumen kami sekalipun itu kami harus merekomendasikannya membeli ditempat pesaing kami. Kami tidak ingin konsumen rugi”. Setelah mendengar jawanban kami, ia terlihat tersenyum sangat manis. Lalu dia langsung
    membeli produk kami yang sudah lebih mahal
    plus barang lainnya. Awalnya kami masih
    memintanya berpikir ulang, tetapi jawabannya
    membuat kami salah tingkah dengan wajah merona merah. “Aku justru merasa barang ini sangatlah murah jika dibandingkan pelayanan dan
    kepedulian pada konsumen yang kalian berikan. Aku mungkin membayar sedikit mahal untuk produk yang sama, tapi aku justru mendapatkan harga yang sangat murah dengan pelayanan yang ada”
  • Hari ini, saya berangkat pagi-pagi ketempat
    fitness. Saya adalah pecandu fitness. Saya
    memakan sesuai pola yang diberikan oleh
    para pakar kesehatan. Saya tidak merokok
    dan bergadang. Saya tidak mengkonsumsi
    obat-obatan yang merusak tubuhku.Pokoknya saya sangat peduli tentang kesehatan. Suatu hari, ketika saya dan pacarku
    menghabiskan waktu dipantai, pacarku diam-
    diam mengambil fotoku dan mempostingnya
    ke Facebook. Ketika dia memberitahuku
    bahwa foto yang dia post mendapatkan
    banyak “jempol”, aku begitu kuatir dengan arti “jempol” itu. Setelah aku melihat fotoku sendiri, aku
    terdiam. Badan atletis dengan dada bidang
    plus perut bentuk enam kotak alias six pack.
    Aku melihat diriku sendiri tertawa dengan
    lepas bersama teman-temanku, aku terlihat
    cukup menarik jika aku tidak boleh menyombongkan diri berteriak, “Keren…”. Seandainya kamu tahu mengapa aku bisa
    memiliki badan seperti itu. Dan masih ingat
    dalam ingatanku 5 tahun lalu aku ditolak
    seorang wanita yang sangat kusukai. Aku
    ditolak ketika aku menyatakan perasaanku
    padanya, plus semua caci maki hina yang membuat telingaku dan hati remuk rata. Sejak hari itu aku bersumpah akan membuat
    hinaan itu menjadi pujian sekaligus
    membuatnya menyesal. Aku berjuang habis-
    habisan. Dan setelah beberapa tahun inilah
    hasil yang aku dapatkan plus seorang pacar
    yang menerimaku dalam segala kekuranganku. Apakah aku masih membencinya? Tentu saja
    tidak. Justru aku harus berterimakasih
    padanya, dia memberiku luka dan Tuhan
    memberiku penyembuhnya. Kadang kebencian yang mendalam memang
    sangat merusak dan tidak baik, tetapi jika
    kebencian itu dijadikan cambuk semangat
    untuk menjadi lebih baik, mengapa tidak?
  • Hari ini, saya membuka lagu sedih kesukaanku. Aku baru saja diputuskan oleh pacarku yang telah bersamaku selama 6 bulan lebih. Saat sedang mendengarkan lagu itu, aku terbawa perasaan dan menanggis sendiri. Waktu itu aku duduk diujung pojok kiri bar kesukaanku. Tiba-tiba datang seorang wanita menghampiriku dan memelukku. Aku terkejut dengan yang barusan kualami. Kulihat wanita ini, ia juga menangis. . Awalnya aku mengira dia sama sepertiku karena diputusin pacarnya. Sekarang, 25 tahun telah berlalu. Wanita ini masih tetap setia menemaniku dilanjut usiaku. Saat aku bertanya mengapa waktu dulu dia memelukku dan menanggis, dia mengecup keningku dan berkata, “Aku tahu kamu baru diputuskan pacarmu. Dan darimu yang begitu sedih menangis merelakan dia pergi setelah begitu menyakitimu, aku menyakinkan diriku sendiri pria inilah yang kelak tidak akan membuatku menangis dan akan selalu mencintaiku”. Mendengar jawabannya, aku hanya tersenyum. Lalu aku bertanya padanya, “Bagaimana kamu bisa tahu aku seperti itu?”. Jawabnya, “Karena aku teman baik wanita yang dulu melukaimu, dan aku tahu semua tentangmu. Dan melihatmu cara mencintainya dan memperlakukannya, aku tidak ragu ketika kamu melamarku 25 tahun yang lalu”.
  • Hari ini, pacarku melamarku disebuah taman
    kota. Aku kehilangan kata-kata dan hanya bisa menitikkan air mata. Ketika aku hendak bertanya apakah dia tidak menyesal menikahiku yang jelek, seperti bisa membaca pikiranku, ia menjawab. “Aku tahu kamu pasti mengira aku sedang mengodamu bahkan mempermaikanmu, tapi percayalah, aku benar-benar tulus mencintaimu dan ingin menjadikanmu pendamping hidupku”. “Aku tahu bagaimana mereka menggambarkan wajahmu selayaknya tokoh utama penjahat seperti difilm-film fantasi, tetapi ketahuilah, aku tidak peduli akan
    semua itu. Aku tidak jatuh cinta pada wajahmu, aku jatuh cinta pada hatimu.” “Caramu memperlakukan ibumu, caramu memperlakukan yang kurang beruntung dibandingmu, caramu tersenyum ketika orang menghina dan menjauhimu sudah cukup
    bagiku untuk memantapkan hatiku membeli cincin ini kemarin malam dan berlutut dihadapanmu”. “So, would you marry me?”.
  • Pada jaman dahulu kala, hiduplah sepasang sumpit yang bahagia. Kemana-mana mereka selalu berdua dan tidak mau berpisah. Suatu hari ketika mereka bermain disungai, sumpit yang satu terbawa arus dan terjadi hal yang tidak diinginkan. Tubuhnya patah menjadi dua terbentur batu. Ketika diselamatkan sumpit patah ini hanya tinggal
    setengahnya. Merasa dirinya tidak sempurna lagi, sumpit patah ini menghindari kekasihnya. Ia tidak ingin menjadi beban karena ia sudah tidak sama ukurannya. Ia bahkan meminta agar kekasihnya meninggalkannya dan mencari sumpit yang baru dan utuh. Mendengar kekasihnya yang bersedih dan putus asa, sumpit yang masih utuh ini pun pergi meninggalkannya. Tiga hari telah berlalu, sumpit patah ini didatangi oleh kekasihnya. Betapa terkejutnya sumpit patah ini melihat kekasihnya. Ia SAMA dengan dirinya. “Apa yg terjadi denganmu?”, tanya sumpit patah ini tidak percaya apa yg dilihatnya. Kekasihnya hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu. Dikecupnya sumpit patah ini, katanya. “Maafkan aku sayang, aku pergi meninggalkanmu selama tiga hari untuk mencari orang yang bisa memotong tubuhku ini. Jika kamu berpikir aku akan meninggalkanmu yang telah sekian lama menemaniku dalam suka dan duka hanya karena kamu patah, maka kamu telah salah menilaiku”. “Aku tahu kamu pasti tidak akan mendengarkan alasanku jika aku masih ingin bersamamu APAPUN KONDISIMU. Aku tahu kamu pasti berpikir kamu akan menjadi beban bagiku dengan tubuh seperti itu, maka dari itu, daripada aku berjanji dengan kata- kata yang hanya enak didengar telingamu dan belum tentu kamu setuju, aku memilih MEMBUKTIKANNYA dengan ketulusanku”. “Sekarang, kita telah sama. Masihkah kamu mau memintaku meninggalkanmu karena alasan kamu tidak sempurna ?”, tanya sumpit ini pada kekasihnya dengan senyuman yang sangat indah. Dengan air mata bercucuran terharu dan bahagia, sumpit patah ini hanya bisa tertunduk dan bersyukur mempunyai kekasih yang begitu SETIA. Ia tidak menyangka justru kekasihnya lebih menyayanginya daripada dirinya. Kini, apapun alasannya dan keadaannya, mereka berjanji akan selalu bersama selamanya.
  • Suatu hari, kakekku menjemputku pulang dari gereja menggantikan ibuku yang sedang diluar kota. Dan seperti biasanya kami pulang melewati jalur yang biasa digunakan ibuku mengantarku kegereja. Tetapi hari ini jalur pulang yang kami lewati berbeda setelah belokan kedua. Karena penasaran aku bertanya pada kakekku. “Kakek, sebenarnya kita ingin kemana? Sepertinya
    ini bukan jalur yang biasa kita lalui”, tanyaku sambil
    melihat keluar jendela. “Hohoho…”, kakekku tertawa kecil dan aku sangat suka jika dia tertawa seperti itu, suaranya mirip Sinterklas seperti difilm-film klasik yang biasa kulihat. “Maaf ya, hari ini kakek harus memutar sebentar sebelum kita pulang. Kakek ingin membelikan bunga pada nenekmu”, lanjut kakekku tersenyum.
    “Memangnya nenek ulang tahun hari ini ya?
    Seingatku ulang tahun nenek masih lama”, tanyaku
    bingung menerka. Kakekku tertawa lagi dengan ciri khas ya. Katanya. “Hari ini memang bukan hari ulang tahun nenekmu, dan hari ini bahkan hari minggu biasa seperti minggu-minggu sebelumnya”. “Tetapi bagi kakek hari ini adalah hari yang sangat spesial apalagi bagi nenekmu. Kakek sudah melakukan ini sejak pertama kali cinta kakek diterima nenekmu”, jelas kakekku sambil tersenyum. Aku tahu dia sedang mengenang masa lalunya yang indah. “Wow, jadi apa yang kakek selalu lakukan selama ini teurtama hari ini?”, tanyaku penasaran dan bersemangat. “Hohoho…, tidak ada yang spesial, kakek hanya ingin membeli setangkai bunga untuk nenekmu. Kakek telah berjanji padanya, jika kakek keluar meninggalkannya saat kembali akan kakek belikan
    setangkai bunga, dan ini telah kakek lakukan sejak
    masih muda”. “Dan ingatlah ini Mike, tidak akan ada hari yang istimewa sampai kamu sendiri yang MEWUJUDKANNYA. Bukan karena hari itu istimewa kita berlaku istimewa, tetapi karena kita BERLAKU istimewa maka hari itu menjadi istimewa dan segala yang istimewa tidak harus selalu
    ditunggu tanggal mainnya, tetapi semuanya
    tergantung kamu kapan ingin memulainya“, jawab kakekku sambil menghentikan mobilnya didepan
    sebuah toko bunga. Aku mengikuti kakekku masuk ketoko bunga.
    Pemilik toko ini usianya seumuran kakekku. Kulihat
    mereka berbincang-bincang sebentar lalu kakekku
    mengeluarkan dompetnya membayar harga bunga
    itu. Saat sampai dirumah, kulihat nenekku telah
    menunggu kami didepan teras dengan
    senyumannya yang paling manis pernah kulihat.
    Sejujurnya aku heran, mengapa selama ini aku tidak pernah menyadarinya betapa manisnya senyum nenekku bahkan diusianya yang sudah tidak muda. Nenekku menerima bunga itu dari kakekku, lalu dikecupnya penuh mesra pipi kakekku. Kemudian Nenekku membawa bunga itu dan ditanamnya diperkarangan rumah. Tahukah apa yang membuatku terharu melihat semua itu? Sekilas info saja, perkarangan rumah kami ditumbuhi banyak sekali bunga-bunga indah. Banyak yang mengira itu hobi nenekku – termasuk
    aku. Tetapi hari ini aku tahu apa maksud bunga-
    bunga yang tumbuh indah dan dijaga penuh cinta itu. Itulah bunga cinta nenekku.
  • Suatu hari, seorang pemuda datang kepada seorang pertapa untuk meminta nasehat bijaknya. Pemuda ini dari perawakkannya adalah seorang pengusaha. Pakaiannya rapi dan ia datang dengan mengendarai mobil mewah. “Guru, aku ingin bertanya satu hal padamu”, kata pemuda tersebut memberi hormat seadanya. Suaranya terdengar bergetar seperti menahan amarah yang hendak meledak daripadanya. “Baiklah, dan apa masalahmu anak muda?”, tanya sang guru ramah sambil mempersilakannya duduk. Pemuda ini tidak mengubris tawaran sang guru dan pemuda ini terlihat uring-uringan tidak sabaran. Lalu diapun meluapkan emosinya. “Guru, aku benar-benar tidak mengerti jalan pikirian istriku. Dia begitu keras kepala dan selalu membantah apa yang kukatakan padanya. Padahal aku tahu apa yang dilakukanya salah, tapi sedikitpun nasehatku tidak digubrisnya”. “Mengapa kamu berkata begitu?”, tanya sang guru
    sambil memainkan jenggotnya. “Aku bisa berkata begitu karena aku dulu pernah mengalaminya dan aku tidak ingin istriku mengulang sejarah yang sama dan terluka. Tapi balasannya, dia mengatakan bahwa aku terlalu mengekangnya
    dan mengaturnya. Aku benar-benar pusing
    dibuatnya”, jawab pemuda ini terlihat semakin emosi. Sang guru hanya menyimak keluh kesah pemuda ini. Lalu sang guru berdiri dan mengambil dua cangkir gelas. Ditawarkan pemuda ini duduk sekali lagi dengan senyuman ramah dan pandangan yang tajam. Pemuda ini akhirnya mau duduk walaupun emosinya masih tetap meluap. Sang guru menuangkan teh pada cangkir pemuda ini hingga setengah penuh, dan cangkir satunya
    dituang dengan air berwarna hitam pekat setengah
    penuh juga. Pemuda ini yang melihatnya jadi
    bingung. “Cangkir isi air hitam itu untuk siapa?”, tanya sipemuda.
    “Untuk kamu anak muda”, jawab sang guru ramah.
    “Hah? memangnya itu air apa?”, tanya pemuda
    tersebut makin bingung. “Air biasa saja”, jawab sang guru tersenyum lagi penuh arti.
    “Ayo diminum…”, lanjut sang guru sambil
    mengambil cangkir berisi air hitam itu pada pemuda ini.
    “Tidak guru, tidak. Aku memilih minum teh ini saja”, tolak pemuda ini spontan sambil mengernyitkan dahi menebak-nebak air apa itu. Yang pasti tebakkannya bisa ditebak dari wajahnya bukan tebakan yang baik.
    “Kok tidak mau? Memangnya kamu mengira ini
    minuman apa?”, tanya sang guru sambil
    menawarkan minuman itu lagi.
    Semakin ditawarkan semakin pemuda ini menolaknya. Dan karena selalu ditolak, sang guru menuangkan air hitam itu pada cangkir teh pemuda ini. Melihat hal itu, marahlah pemuda ini.
    “Apa-apaan ini guru? Aku tidak mau minum kok
    dipaksa sih? Aku yakin air hitam itu bukan air yang
    baik, makanya guru memintaku meminumnya
    bukan?”, hardik pemuda ini sambil membuang
    semua isi cangkir teh itu yang telah tercampur
    dengan air hitam tadi. Sang guru tertawa kecil melihat tingkah pemuda ini. Lalu dia mengambil satu cangkir gelas lagi yang telah disiapkannya dan dituangkan penuh dengan air hitam pekat tadi. Kemudian sang guru meminum air hitam itu dengan tenang dan terlihat sangat menikmati. Pemuda ini semakin bingung melihatnya. Entah maksud atau pelajaran apa yang hendak disampaikan padanya. Meihat pemuda ini bingung, sang guru hanya memintanya duduk menemaninya minum. Dengan perasaan bercampur aduk antara bingung dan marah, pemuda ini mengiyakan saja dan duduk kembali ketempatnya tadi. Sang guru lalu menuangkan teh kecangkir teh sebelumnya dan air hitam pada cangkir yang sebelumnya juga. Kali ini, sang guru tidak menawarkannya minum air hitam itu lagi. “Hmm…, enak…”, desah kecil sang guru menikmati minuman air hitam itu. Pemuda ini yang awalnya menolak habis-habisan mulai sedikit tergoda. Tetapi karena gengsinya, ia malu mengakuinya dan meminta. Satu cangkir habis, berlanjut pada cangkir kedua. Pemuda ini semakin penasaran dan akhirnya mencoba cangkir berisi air hitam itu walaupun sangat ragu. Ketika minuman ini dikecap lidahnya, pemuda ini terkejut dengan rasanya. “Wow, enak sekali guru… air apa sih ini?”, tanya pemuda ini spontan dan telihat senang. Sang guru tertawa kecil melihat pemuda ini. “Bukankah tadi kamu menolak dan mengatakan bahwa air ini air yang tidak enak?”, goda sang guru. Pemuda ini menahan malu dan hanya bisa tertawa. Lalu sang gurupun menjelaskan apa arti semua ini. “Anak muda, cangkir berisi teh itu selayaknya dirimu
    dan cangkir berisi air hitam ini selayaknya istrimu
    ataupun orang lain yang berseteru denganmu”. “Kita semua bagaikan sebuah cangkir dengan TEH
    masing-masing yang kita pertahankan, banggakan
    dan benarkan. Bagi kita, semua isi cangkir lain
    adalah AIR HITAM. Ia tidak enak, tidak baik bahkan beracun”. “Itulah yang sedang terjadi padamu anak muda. Kamu mempertahankan isi cangkirmu dan istrimu mempertahankan isi cangkirnya. Kamu mengatakan isi cangkirmu adalah yang terbaik karena kamu telah mencobanya dan telah membuktikannya, begitu juga dengan istrimu yang mempertahankan isi cangkirnya dengan alasan yang sama yang kamu
    katakan padanya”. “Kamu menganggap isi cangkirmu adalah teh dan cangkir lainnya adalah air hitam. Begitu juga dengan istrimu yang menganggap cangkirnya berisi teh dan cangkirmu berisi air hitam”. “Ketika dia tidak mau mendengarkan penjelasanmu yang mungkin memang baik, kamu memaksakan
    MENUANGKAN isi cangkirmu padanya seperti aku
    tadi memaksa menuangkan air hitam itu pada
    cangkir tehmu”. “Apa yang terjadi kemudian? Tentunya kamu tidak lupa bukan? Istrimu marah dan membuang isi cangkirnya seperti kamu marah dan membuang isi cangkirmu”. “Sesungguhnya inilah yang sering terjadi pada setiap manusia. Mereka selalu mengatakan bahwa orang lain salah, keras kepala, suka membantah dan tidak mau mendengar apa yang kita kata”. “Maksud kita mungkin baik, tapi caranya tidak baik”. “Harusnya, kita menyampaikan semuanya dengan cara baik-baik. Kita TUANGKAN (menjelaskan) isi cangkir kita padanya, tapi JANGAN PADA CANGKIRNYA (menyerang/menyalahkan) tapi pada CANGKIR LAINNYA (memberi contoh atau memperlihatkan)”. “Awalnya sudah pasti semua menolak dan tidak
    percaya seperti kamu menolak meminumnya.
    Tetapi, dengan berjalannya waktu dan mereka
    melihatmu, hati mereka akan mulai luluh dan
    kemudian akan menerimanya walupun tidak utuh”. “Ingatlah anak muda, tidak ada yang menang ketika kamu berdebat. Justru ketika kamu menang
    berdebat, kamu sekaligus kalah bersahabat. Dan
    ketika kamu kalah berdebat, kamu justru
    menolaknya jadi sahabat. Jadi tidak ada yang hebat dalam hal berdebat”. Pemuda ini tersenyum mengerti maksud sang guru.
    Sebuah pelajaran baru dan luar biasa didapatkannya. Semoga kita semua juga belajar dari pelajaran sang pemuda. Ketika kita hendak berdebat ataupun ingin menyakinkan orang lain, ingatlah selalu kisah cangkir ini.
  • Suatu malam setangkai bunga berdoa sambil
    menanggis, katanya. “Ya Tuhan, mengapakah diantara semua saudaraku, hanya aku yang tidak bisa menjadi apa-apa? Kakakku dipetik dan menjadi hiasan direstoran mewah, adik-adikku dipetik dan dijadikan simbol bagi mereka yangg jatuh cinta, tetapi aku tetap dibiarkan dalam taman tanpa menjadi apa-apa”. Tiba-tiba datanglah malaikat padanya. Kata malaikat itu. “Wahai kamu yang sedang bersedih, saatnya kamu meninggalkan taman ini. Doamu sudah lama
    didengar tuan-Ku dan kini saatnya kamu MENGERTI mengapa kamu lama berada disitu”. Lalu malaikat ini membawanya pada sebuah
    kerajaan mewah. Ia dijatuhkan pada sebuah taman
    yang tandus dan hangus terbakar. Kemudian
    malaikat ini memberinya air yang secukupnya dan
    menghilang. Besoknya, saat raja dan permaisuri kerajaan ini membawa putri mereka berjalan-jalan menelusuri taman, mereka begitu terkejut melihat taman yang tandus kosong itu telah ditumbuhi bunga-bunga yang sangat indah. Bahkan putri mereka yang tidak pernah tersenyum lagi sejak taman itu menjadi tandus karena terbakar, kini bisa tersenyum lagi dan tertawa. Tak henti-hentinya sang raja dan permaisuri bersujud berterimakasih dan memuji kemuliaan nama-Nya. Mereka tidak menyangka akan menerima keajaiban dan kebahagiaan yang tiada tara terutama bagi putrinya. Akhirnya sang bunga mengerti mengapa dia terakhir dipetik dan setelah sekian lama baru dipetik. Ternyata Tuhan sedang mempersiapkan dirinya menjadi sempurna untuk mereka yang sabar menantinya.
  • Suatu malam setangkai bunga berdoa sambil
    menanggis, katanya. “Ya Tuhan, mengapakah diantara semua saudaraku, hanya aku yang tidak bisa menjadi apa-apa? Kakakku dipetik dan menjadi hiasan direstoran mewah, adik-adikku dipetik dan dijadikan simbol bagi mereka yangg jatuh cinta, tetapi aku tetap dibiarkan dalam taman tanpa menjadi apa-apa”. Tiba-tiba datanglah malaikat padanya. Kata malaikat itu. “Wahai kamu yang sedang bersedih, saatnya kamu meninggalkan taman ini. Doamu sudah lama
    didengar tuan-Ku dan kini saatnya kamu MENGERTI mengapa kamu lama berada disitu”. Lalu malaikat ini membawanya pada sebuah
    kerajaan mewah. Ia dijatuhkan pada sebuah taman
    yang tandus dan hangus terbakar. Kemudian
    malaikat ini memberinya air yang secukupnya dan
    menghilang. Besoknya, saat raja dan permaisuri kerajaan ini membawa putri mereka berjalan-jalan menelusuri taman, mereka begitu terkejut melihat taman yang tandus kosong itu telah ditumbuhi bunga-bunga yang sangat indah. Bahkan putri mereka yang tidak pernah tersenyum lagi sejak taman itu menjadi tandus karena terbakar, kini bisa tersenyum lagi dan tertawa. Tak henti-hentinya sang raja dan permaisuri bersujud berterimakasih dan memuji kemuliaan nama-Nya. Mereka tidak menyangka akan menerima keajaiban dan kebahagiaan yang tiada tara terutama bagi putrinya. Akhirnya sang bunga mengerti mengapa dia terakhir dipetik dan setelah sekian lama baru dipetik. Ternyata Tuhan sedang mempersiapkan dirinya menjadi sempurna untuk mereka yang sabar menantinya.
  • Suatu hari, empat sahabat baik yaitu Amir, Amat,
    Budi dan Andi mengadakan reuni bersama setelah
    sekian tahun tidak bersua. Mereka mengadakan
    reuni disebuah cafe favorit mereka sejak masih
    muda. Dalam perbicangan mereka, diketahui mereka telah
    menjadi pengusaha yang sukses. Amir sekarang
    berbisnis bahan-bahan bangunan. Amat mempunyai
    restoran dimana ia tinggal. Budi meneruskan mini
    market orang tuanya, dan Andi adalah seorang
    pengembang yang cukup dikenal. Tetapi, dalam perbincangan mereka juga,
    kebanyakkan yang diperbicangkan bukanlah tentang
    bisnis itu sendiri ataupun kenangan-kenangan
    berharga ketika mereka masih berstatus muda dan
    berjiwa petualang. Yang diperbicangan dan malah
    saling “membanggakan” adalah keluhan dan ketidakbahagiaan mereka. Setelah berdebat cukup lama, Amir yang kebetulan
    lebih banyak mendengar menghentikan
    “kebanggaan” teman-temannya. “Stop bro! Gue
    pusing nih dengar keluhan kalian. Kita harusnya
    bersenang-senang udah lama gak ngumpul malah
    jadi tempat curhat dan keluh kesah…”. “Iya ne bro, tapi kita memang tidak bisa lari dari
    kenyataan bukan? Buktinya gue sekarang mau
    ngumpul dengan kalian aja susah. Mana mini
    market yang gue jalani 24 jam lagi. Capek dee…”,
    jawab Budi sambil diiyakan dengan anggukkan
    kepala teman-temannya. “Oya, mengapa kita tidak menemui guru kita waktu
    SD dulu yang terkenal baik dan bijak? Mungkin dia
    bisa memberi kita jawaban mengapa kita tidak
    pernah merasa bahagia dengan apa yang kita
    lakukan. Padahal banyak diluar sana banyak sekali
    yang ingin mempunyai posisi seperti kita. Pasti ada yang salah dengan kita semua”, lanjut Andi. Semuanya setuju dengan pendapat Andi. Lalu
    setelah menentukan waktu dan lokasi berkumpul,
    keempat sahabat ini pun berpisah dengan
    kendaraan pribadi masing-masing. “Selamat siang pak guru Mike…”, sapa Amir dengan
    semangat sambil melambaikan tangannya. Terlihat
    duduk seorang tua sedang mengajar anak-anak
    kecil dibawah kumpulan pepohonan yang rindang.
    Ternyata itu adalah guru SD mereka yang bernama
    Mike. Setelah berbasa-basi sebentar dan menemani anak-
    anak bermain sebentar sesuai permintaan guru
    mereka Mike, mereka pun disuruh gurunya untuk
    berkumpul dirumah sederhananya. Kedatangan mereka disambut hangat oleh guru
    mereka, dan tanpa mereka ketahui ternyata gurunya
    telah tahu maksud kedatangan mereka. “Ada yang suka teh?’, tanya sang guru. Semua
    mengangguk kepala tanda setuju. Lalu guru mereka
    masuk kedapur dan membawa 6 cangkir teh. 2
    cangkir teh sangat mewah. 2 cangkir teh terlihat
    biasa dan 2 cangkir lainnya terlihat jelek tidak
    menyenangkan mata. Ketika guru mereka meletakkan 6 cangkir itu, 2
    cangkir pertama langsung diambil Amir dan Amat
    seperti saling berebutan. Budi dan Andi saling
    berpandangan dan langsung mengambil 2 cangkir
    yang terlihat biasa itu. Sisanya, 2 cangkir yang
    terlihat jelek itu tidak seorangpun yang mau. Padahal guru mereka sengaja menaruh cangkir
    paling mewah itu jauh dari jangkauan mereka, dan
    yang terlihat jelek ditaruh didekat mereka. Melihat
    mereka, sang guru hanya bisa tersenyum. Lalu ia
    pun menuangkan teh itu pada cangkir pilihan murid-
    muridnya. “Lalu, apa yang membawa kalian kesini menemui
    kakek tua yang sudah pikun ini…”, tanya gurunya
    membuka suara. Lalu keempatnya tanpa babibu
    basa-basi mulai mengeluh dan saling
    membandingkan. Setelah cukup lama mendengar keluhan mereka,
    gurunya hanya tersenyum dan seringkali tertawa
    kecil melihat tingkah mereka. Keempatnya sudah
    jadi pengusaha sukses, tetapi apa yang mereka
    bicarakan seakan-akan menyesal telah sukses. Dengan santai sang guru mengambil cangkir mereka
    semua. Lalu dibawanya cangkir itu kedapur dan
    dicuci bersih lagi. Setelah itu cangkirnya dibawa
    keluar lagi dan diletakkan diatas meja tadi. Kali ini,
    guru mereka melarang mereka untuk mengambil
    cangkirnya dahulu. Lalu dipanggilnya cucunya datang menghampiri
    mereka semua. “Cu…, mau minum teh kakek?”,
    tanya sang guru pada cucunya. “Mau kek, mau
    banget…”, jawab sang cucu sambil melompat-
    lompat senang. “Kalau begitu pilih cangkir yang
    kamu mau”, lanjut sang guru sambil tersenyum ramah. Sang cucu langsung saja ambil satu cangkir yang
    dimeja dan kebetulan yang diambil adalah cangkir
    yang terlihat paling jelek. Lalu sang guru
    menuangkan teh pada cangkir itu. “Hmmm…, enak kek, minta lagi”, pinta sang cucu.
    Sang kakek tertawa kecil. “Kalau begitu pakai
    cangkir ini saja”, pinta sang kakek sambil
    memberikan cangkir yang terlihat biasa. “Boleh
    kek…”, jawab sang cucu senang. “Hmmm…, enak banget kek. Teh kakek memang
    hebat”, puji sang cucu sambil meminta secangkir
    lagi. Kali ini sang kakek meminta cucunya memakai
    cangkir paling mewah. Sang cucu mengiyakan dan
    berkata, “Mau pakai cangkir apapun boleh kok kek,
    lagipula aku bukan suka cangkirnya, aku suka TEHNYA“. Setelah 3 cangkir, sang cucupun puas dan kembali
    keluar bermain bersama teman-teman sebayannya.
    Keempat sahabat ini hanya bisa bingung melihat
    apa yang dilakukan gurunya. “Apakah kalian telah menemukan jawabannya?”,
    tanya sang guru. Keempat sahabat ini saling
    memandang dan menggelengkan kepala. Sang guru
    hanya tertawa kecil dan menambah bingung
    keempat muridnya. “Murid-muridku, apa yang kamu tanyakan tadi,
    jawabannya baru saja dikatakan cucuku. Sayang,
    kalian tidak menyadarinya dan aku juga tidak heran
    kalian datang padaku dengan segala keluhan itu”.

    “Ketika aku membawa 6 cangkir tadi diawal, kamu
    berdua (Amir dan Amat) langsung mengambil
    cangkir yang terlihat paling mewah padahal aku
    meletakkannya paling jauh. Sedangkan kamu
    berdua (Budi dan Andi) melakukan hal yang sama,
    padahal didepan dan paling dekat adalah cangkir yang sama hanya berbeda terlihat jelek saja”. “Ketika kamu mendapatkan cangkir yang kurang
    bagus menurutmu, kamu mulai memperhatikan
    sekelilingmu dan sesamamu yang mendapatkan
    cangkir yang bagus dan mewah. Kamu mulai
    membandingkan cangkirmu dengan cangkir orang
    lain sehingga menjadi iri dan dengki dengan cangkirmu sendiri”. “Tetapi, kalian lupa, cangkir itu hanyalah wadah.
    Kalian lupa bahwa cangkir itu akan diisi tehnya. Dan
    sesungguhnya menurutmu mana yang lebih penting
    ketika kamu INGIN meminuh teh, cangkirnya
    ataukah TEHNYA?”. “Itulah mengapa kamu tidak menemukan
    kebahagiaan seberapapun kamu mengejarnya,
    karena kamu MENGEJAR dan MEMBANDINGKAN CANGKIRNYA, bukan MENIKMATI TEHNYA. Semakin kamu membandingkan cangkirnya,
    semakin kamu tidak menikmati tehnya”. “Ketika cucuku kuminta meminum teh kesukaanku
    dan juga kesukaannya, apapun cangkir yang
    kutawarkan, dia terima dengan gembira. Baginya,
    mau cangkir apa saja tidak masalah karena dia
    menginginkan tehnya”. “Itulah yang sekarang kamu perbuat murid-muridku.
    Kamu mengejar cangkirnya (luar), tapi kamu
    melupakan isinya (dalam). Kebahagiaan tidak
    berasal dari luar, ia berasal dari dalam”. “Menginginkan cangkir yang bagus itu baik, tetapi
    ketika kamu mulai MEMBANDINGKAN cangkirmu dengan cangkir orang lain, itu sudah tidak baik.
    Semua mempunyai teh yang sama enaknya,
    sayangnya banyak yang MENGIRA dan
    BERASUMSI bahwa tehnya akan menjadi lebih
    enak dipadukan cangkir yang mewah”. “Kamu tidak memakan cangkirnya, kamu meminum
    tehnya. Kamu juga tidak bisa membeli bahagia,
    kamu hanya bisa MEMILIH untuk berbahagia. KAPAN SAJA dan DIMANA SAJA“.
Sign In or Register to comment.