BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

*** ASRAMA ***(tamat)

12345679»

Comments

  • buk....

    Sebuah pukulan keras bersarang di perutnya. Sakit sekali. Tubuhnya sampai terbungkuk agar sakit tak terlalu terasa.

    "Diam kamu, kalo kamu berteriak dan meronta lagi bakal saya mampusin kamu" ancam bujang.

    Haris tak berani berkata-kata dan meronta lagi. Sakit di perutnya karena pukulan tadi membuatnya jera.

    "Udah! Telanjangin aja jang!" usul temannya.

    Kedua tangan haris semakin kuat dipegang. Iya benar-benar tak bisa bergerak. Mata bujang dengan senyum anehnya membuat haris tak berani berfikir lagi yang akan terjadi padanya. Iya pasrah. Karena tubuh besar ketiga senior ini memang bukan tandingannya.

    Dengan kasar bujang membuka gasper celana haris. Walau takut haris berusaha bergerak. Namun siasia usahanya. Pegangan kedua teman bujang mengunci gerakannya. Dengan lancar gasper itu terlepas. Kancing Pengait dan resleting mengalami nasib yang sama. Sesaat kemudian celananya dilepas dengan paksa. Celana dalam haris juga direnggut dengan paksa.

    Kemudian Bujang membuka kancing pengait celananya sendiri. Menurunkan resleting. Dia tak memakai celana dalam. Saat penisnya muncul kepermukaan haris tertengut melihatnya. Batang gemuk dan panjang berwarna hitam legam.

    "Balikan dia" perintah bujang pada kedua temannya.

    "ampun bang, ampun"

    Haris ketakutan hal yang akan dia alami. Tak terbayangkan benda gemuk,panjang dan hitam itu akan merobek-robek tubuhnya. Haris berusaha meronta.

    "HOI! LEPASKAN DIA!' suara lantang rudi mengagetkan ketiga berandalan kampus itu.

    "Siapa kamu, ikut campur usuran kami?"

    "Saya temannya" Rudi mendekat.

    "JAdi apa maumu?"

    "le?"

    Belum sempat rudi menyelesaikan jawabannya. Sebuah pukulan keras dilontarkan bujang. Gerakan reflek. Rudi menghindari pukulan itu. Sehingga pukulan itu tak begitu telak mengenainya. Rudi membalas. Tangan kanannya terayun dengan kencang. Tapi bisa ditepis.

    Buk?..

    Kaki bujang menghantam keras dada bidang rudi. Tubuh rudi bergetar. Haris yang melihat hal itu membetontak.pegangan pada tangannya terlepas. Berusaha tuk menolong. Belum sempat haris bergerak lebih lanjut.

    Buk?

    Pukulan keras menghantam tengkuknya. Terjerebab mengenyuh tanah.

    "HARIS"

    Rudi berteriak. Temannya itu tampak tak bergerak. Haris pingsan. Amarah rudi bekobar. Pukulannya membabi buta. Beberapa mengenai tubuh besar bujang. Bujang sedikit kewalahan. Ajik dan odi berusaha membantu. Tiga lawan satu. Rudi terdesak. Menjadi bulan-bulanan. Kedua tangannya di pegang aji dan odi. Sementara Bujang dengan leluasa melepaskan pukulan-pukulan ke beberapa bagian tubuh

    "BERHENTI"

    Bujang dan kedua temannya kaget. Pak Edwar bersama beberapa pengajar lainnya berdiri dihadapan mereka. Ajik dan odi melepaskan pegangannya pada rudi. Rudi terseok-seok mendekati Haris. Haris tampak diam. Dibalikannya tubuh setengah telanjang haris yang tertelungkup. Rudi memeraih tubuh HAris. Iya benar-benar takut kalau terjadi apa-apa dengan temannya. Kepala Haris ada di pangkuannya.

    "Haris..bangun"

    Di elusnya pipi haris yang tampak pucat. Tak ada gerakan. Haris diam. Rudi semakin cemas. Tak serasa air mata menetes di pipinya. Beberapa kali di panggil nama Haris. Tak ada jawaban. Rudi meletakkan tubuh Haris sejajar dengan tanah. Tanpa berpikir panjang disentuhnya bibir haris dengan bibirnya. Memberi nafas buatan. Terasa lembut. Nafas mereka bersatu. Saling memberi kehidupan. Air matanya jatuh. Membasahi wajah pucat Haris.

    "Uhuk..uhuk?"

    Haris terbatuk. Matanya perlahan terbuka. Walau pandangan matanya masih nanar, berusaha menemukan sukmanya. Suasana begitu tenang dan damai. Iya merasa berada disebuah padang rumput yang luas. Pandangannya terpaku pada wajah dihadapannya yang tampak basah berlinang air mata. Wajah itu tampak diselimuti cahaya. Bagai wajah seorang malaikat yang turun dari langit. Tampak seulas senyum di wajah sang malaikat.

    "Haris"

    Rudi kembali membawa tubuh haris kedalam pangkuan. Dipeluknya tubuh Haris. Pipi mereka saling bertemu. Kegundahannya sirna. Iya telah kembali menemukan sahabatnya
  • Kebohongan

    "Bagaimana, pihak kampus menyikapi kejadian ini?" Tanya wartawan suatu Koran ternama dalam jumpa press.

    "Tiga orang pelaku tindakan ini sudah dikeluarkan dari kampus" jawab ketua yayasan.

    "Kabarnya hal ini sudah sering terjadi, kenapa pihak kampus tak mengetahui hal ini"

    "Oh tidak, hal ini baru terjadi kali ini" tangki ketua yayasan.

    "Kami mendapat info dari sumber terpercaya kalo hal ini sudah sering terjadi"

    'Apa anda bisa membuktikannya?"

    Ketua yayasan agak mulai terdesak dengan pertanyaan-pertanyaan yang memberatkan. Para wartawan yang hadir di ruangan itu tak melanjutkan pertanyaannya. Sepertinya ada sesuatu sehingga wartawan yang biasa terkenal bawel dalam mencari berita sampai keakar-akarnya. kini tak terlalu mengintervensi sampai ke detail kejadian. Sepertinya dengan jawaban dari ketua yayassan itu para wartawan sudah cukup puas.
  • Cerita ini terinspirasi dari film jerman berjudul "napola"
    karena satu dan lain hal saya tidak bisa melanjutkan cerita ini.

    "Kalo anda suka cerita ini, bisa anda tonton film napola. Walau ada sedikit perbedaan, tapi garis besar ceritanya sama"

    mohon maaf jika ada yg nggak senang kalo saya menulis cerita yg terinspirasi dari sebuah film. Saya cuma mau sedikit berbagi sama teman-teman tentang film yang paling saya sukai.

    Terima kasih pada semua yg telah mendukung saya dalam penulisan cerita ini.

    Sukses slalu
    **dito**
  • Huff sebel knapa c mesti slesai, gantung bgt. Knapa c lg pada musim meng ending kan crita. Sebel...
  • Billicious wrote:
    Huff sebel knapa c mesti slesai, gantung bgt. Knapa c lg pada musim meng ending kan crita. Sebel...
    mungkin aku kurang bertanggung jawab tidak menyelesaikan cerita yang telah ku mulai ini.
    ku putuskan tuk melanjutkannya?
    sekali lagi saya minta maaf seandainya ada yang tidak berkenan aku membuat cerita yang terinspirasi dari sebuah film.
  • Damai
    (Nino Side)


    Malam ini begitu sunyi dan sepi. Aku tengah berdiri di depan pintu kayu. Pintu yang bertuliskan jurnalis diatasnya. Aku tahu pintu itu tak terkunci. Kubuka perlahan dan masuk. Ada ryo disana.

    Ryo berdiri di depan jendela ruangan yang berada di lantai dua ini. Pandangannya tampak kosong memandang keluar jendela. Wajah manisnya suram ibarat lampu templok kurang minyak. Sama seperti hari-hari sebelumnya. Aku tak tahu apa yang difikirkannya. Kuperhatikan sosok ryo dengan lebih seksama. Sosok kurusnya beku. Bayangan tubuhnya di diding tampak diam seperti ada yang memakukannya disitu.

    Sebetulnya aku bingung dengan perasaanku. Kenapa sosok manis bertubuh kurus ini bisa menghipnotis diriku. Dari aWal kehadirannya dikampus ini aku terpesona. Selalu ingin berada didekatnya. Telingaku juga merasa tergelitik setiap ada suara lembut yang keluar dari bibir merahnya itu.

    Aku merasa tersiksa dengan kehilangan akan sosok ryo beberapa hari ini. Tak pernah ku rasakan sebelumnya. Aku ingin seperti dulu. Aku ingin mendengar suara lembutnya. Aku ingin menglihat senyum indah di wajahnya. Aku ingin perhatiannya. Aku ingin memeluknya. Kapan lagi semua itu bisa kembali terwujut. Egoku yang selama ini menghalangi kubunuh dan kubur dalam-dalam.

    "Ryo...." panggilan pelanku mengagetkannya.

    "Oh...kamu" jawabnya datar. Aku benar-benar tak dianggap olehnya. Aku jadi gila dibuatnya. Tapi berusaha ku tahan emosiku.

    "Sampai kapan kamu akan marah padaku ryo" kutekan suaraku. Ryo memandangku dengan tatapan tanpa ekspresi. Aku merasa tak berarti. Sepertinya harapanku terlalu besar. Dia terlalu egois ntuk mau memaafkan kesalahan yang kurasa bukan sepenuhnya kesalahanku.

    "Tak ada yang harus ku maafkan, karena kamu tak pernah ada salah sama sekali padaku nino" jawabnya.

    "Tapi sikapmu beberapa hari ini padaku ryo menunjukan kamu marah padaku" kutatap kedua matanya. Seolah kedua mataku ikut berbicara, menanyakan tentang sikapnya padaku.

    "Aku cuma lagi pingin sendiri"

    "Bohong kamu ryo, kamu sebenarnya marah karena kejadian dirumahmu itu bukan? Makanya beberapa hari ini kamu selalu menghindariku." suaraku agak meninggi. Kupegang kedua bahunya. Wajahnya melenggah. Kembali tatapan matanya tertuju ke luar jendela. Tak ada suara yang keluar dari bibir tipisnya. Kupandangi wajahnya.

    "Ryo...! Pandang aku ryo!" Wajahnya menoleh ke arahku.

    "Sebetulnya ada apa denganmu ryo" gurat suram diwajahnya semakin terlukis.

    Emosiku benar-benar memuncak. Kenapa ryo, kenapa kau tak bisa mengerti aku. Aku yang begitu ingin mengisi setiap harimu. Orang yang ingin memberi warna setiap hari-harimu. Wajah surammu membuatku terpuruk. Aku tak ingin wajah manismu yang memberikan ketenangan setiap memandangnya, layu.

    kuguncang tubuh kurusnya "KENAPA RYO? KENAPA?"

    "Aku aku cemburu dengan dirimu. Kau begitu sempurna. Kau selalu diagungkan. Kau segalanya. Sementara aku seseorang yang tak mempunyai arti. Aku yakin kau akan mencapakkanku dari hari-harimu. Karena itu aku menarik diri darimu. Sebelum aku kau tinggalkan seperti semua orang yang selama ini berada disekelilingku. Aku takut... Aku takut semua itu terjadi. Kau begitu penting bagiku nino. Aku tak sanggup bila semua yang ku takutkan itu terjadi" kepalanya menunduk. butir-butir bening bergulir menetesi pipi halusnya. Wajah suram itu semakin suram.

    Aku tak menyangka. Begitu besarnya arti diriku baginya. Beribu rasa bercampur aduk mengelilingiku. Kesal, benci, senang, rindu, damai, marah dan berbagai rasa lainnya. Dia tak tahu sebetulnya dirinyalah yang sangat penting dan berarti bagiku. Tampanya aku lemah. Tampanya aku hidup rasa tak berarti. Tampanya semangatku hilang. Dunia terasa sepi.

    Kuangkat dagunya dengan lembut. Kedua tanganku menghapus beningnya air mata yang mengotori wajah lembutnya yang memberi keteduhan jiwaku. Wajah kami begitu dekat. Kedua bola kami saling berbicara walau tampa suara yang terdengar dari bibir kami. Wajahku semakin mendekat. Dan kedua bibir kami bertemu. Mengecup penuh kehangatan. Penuh kelembutan. Damai... Waktu berjalan terasa lambat. Dunia seolah terhenti. Walau tampa sepatah kata. Aku yakin ryo kIni tahu bahwa dirinya begitu berarti bagiku. Malam yang panjang ini kami arungi dengan indah bersama sampai pagi menjelang.
  • Pergi (tamat)

    Setelah malam itu tak lagi ku lihat suram di wajah lembut ryo. Kini guratan-guratan bahagia tergambar disana. Bahagia itu juga bahagiaku.

    Matahari sore yang bersinar tak terlalu terik memberi warna pada bayang-bayang pepohonan yang disentuhnya. Dari atap bagunan berlantai tiga kampus ini semua keindahan sekitar tergambar jelas dimataku. Mungkin karena saat ini aku cuma berdua ryo disini. Semilir angin lembut membelai kulit tubuh kami yang di balut cinta.

    Ryo naik keatas beton penahan atap yang tak terlalu lebar itu dengan santainya. Lebarnya Cuma sekitar 15 cm. Kedua tangannya terentang. Aku ngeri melihatnya. Tak terbayang seandainya dia jatuh dari sana. Ketinggian tempat kami berdiri dari tanah sekitar 18 meter.

    Ryo berjalan meniti beton penyangga bolak balik seperti pemain akrobat profisional "nino.....! Andai nanti kita terpisah, apakah kamu akan merindukanku?" tanyanya.

    Aku benar-benar cemas "Turun Ryo, aku ngeri liatnya"

    "jawab dulu pertanyaanku"

    "turun dulu, nanti aku akan menjawab seluruh pertanyaan yang kamu berikan"

    Ryo sepertinya ingin mempermainkanku. Sebelah kakinya di permain-mainkan seolah ingin melangkah kebagian beton yang kosong. Aku berteriak.

    "RYO, NGAK LUCU CANDAANMU"

    Dia terbahak-bahak melihat kecemasanku. "Jawab pertanyaanku!"

    "Aku akan jawab kalo kamu udah turun dari situ" aku pura-pura ngambek. Berdiri membelakanginya. Mencoba untuk diam. Ryo memanggil-manggil namaku. Tak ada suara yang keluar dari mulutku.

    "iya deh kalo gitu aku turun. Tapi kamu kesini nino bantu aku turun" ujarnya manja. Sebetulnya dia bisa saja tinggal turun dengan melangkahkan kakinya. Tapi sejak malam perdamaian itu dia sering bermanja-manja kepadaku. Aku pun kadang suka seperti itu padanya.

    Kubalikan kembali tubuhku. Aku bergerak menuju tempatnya berada. Kedua tangannya terulur padaku. Semakin dekat aku akan meraih tubuhnya.

    grrrrr......

    Pijakanku terasa goyah. Aku oleng. Gempa.... Getarannya terasa hebat. Tanganku yang tadi hampir meraih tangan ryo terasa kosong. Kedua tangan ryo yang tadi ada dihadapanku sirna. Aku tertegun dalam goyah. Tak percaya. Sosok ryo hilang dari hadapanku.

    "RYOOOOO....."Aku melolong.

    Dunia terasa lenyap. Berputar begitu cepat. Semua hitam. Tak ada lagi cahaya. Kelam dalam kesendirian. Semua begitu sunyi tanpa cahaya. tubuhku rebah.
Sign In or Register to comment.