BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

*** ASRAMA ***(tamat)

1246789

Comments

  • "SEKARANG PIPIS!"

    Suara tegas pelatih kembali terdengar memerintah haris agar mengencingi kasurnya yang semalam telah dibasahi oleh kencingnya. Ini pasti gara-gara senior keparat itu yang sudah mengadukan hal ini pada pelatih. Ada keraguan di wajah haris. Tapi iya berusaha memenuhi perintah sang pelatih. Pasti akan susah sElkali harus pipis ditengah tekanan seperti itu. disamping itu puluhan pasang mata memandangnya melakukan hal itu.

    "karena kamu tak mau melakukannya, sekarang semuanya push-up"

    "LAKUKAN SEKARANG" teriak pelatih.

    Semua yang ada dalam barisan segera pelakukan perintah itu tanpa membantah sedikit pun.

    "semua akan berhenti kalo temanmu haris ini berbaik hati kencing diatas kasurnya"
  • Beberapa kali semua melakukan gerakan yang di perintah. Awalnya sih terasa ringan. Tapi semakin banyak hitungan semakin sulit dilakukan. Beberapa teman tampak mulai terengah-engah.

    "Currrr...."

    Air bening tampak mengucur terlihat diantara selangka haris. Kasur yang tadi bernoda air seni, kini semakin bernoda. Sang pelatih pun memerintahkan kami ntuk menghentikan kegiatan.

    Tak berapa lama sesudah itu, latihan militer pagi ini pun di hentikan. Tapi kasihan dengan haris hukumannya tidak hanya sampai disitu. Di masih harus tetap berdiri di tengah halaman kampus memanggul kasur bernoda kencing itu sampai noda air seni itu benar-benar kering.
  • Ditoxku1 wrote:
    Beberapa kali semua melakukan gerakan yang di perintah. Awalnya sih terasa ringan. Tapi semakin banyak hitungan semakin sulit dilakukan. Beberapa teman tampak mulai terengah-engah.

    "Currrr...."

    Air bening tampak mengucur terlihat diantara selangka haris. Kasur yang tadi bernoda air seni, kini semakin bernoda. Sang pelatih pun memerintahkan kami ntuk menghentikan kegiatan.

    Tak berapa lama sesudah itu, latihan militer pagi ini pun di hentikan. Tapi kasihan dengan haris hukumannya tidak hanya sampai disitu. Di masih harus tetap berdiri di tengah halaman kampus memanggul kasur bernoda kencing itu sampai noda air seni itu benar-benar kering.

    Waduh...sadis banget bu.....
  • *** SURAM ***

    Setelah acara makan malam,aku bergerak menuju kamar untuk sekedar istirahat sejenak. Ada rudi di situ yang tengah asik duduk diatas kasur. Sebuah buku yang lumayan tebal tampak menemaninya.

    "baca apaan rud?" tanyaku sambil duduk di pembaringanku yang tepat berada di sampingnya

    "ini Novelnya sedney seldon yang lama, lumayan buat ngisi waktu" rudi menghentikan kegiatannya sesaat.

    "loe suka baca nggak nino?"

    "suka juga sih"

    "kalo suka, gue ada bawa beberapa novel tuh" ujarnya menawarkan.

    Aku pun mengiyakan tapi tidak untuk sekarang karena lagi males baca. Kulihat kasur haris dan ryo kosong. Setelah acara makan malam tadi tak kulihat mereka.

    "haris ama ryo di mana rud?"

    "kalo ryo gue Nggak tahu, tapi kalo haris tadi katanya mau kehalaman belakang. Nggak tahu gue ngapain"jawabnya.

    "oh...gitu, haris itu kenapa ya rud?"

    "kenapa gimana?" rudi balas bertanya karena aku memberikan pertanyaan yang menggantung.

    "itu...." aku terdiam sesaat.

    "udah gede gitu kok masih ngompol kalo tidur?"

    "oh...masalah itu!"

    "dia tadi cerita waktu makan malam, katanya dia menderita penyakit apa gitu aku lupa namanya. Jadi dia tuh sudah sekali mengotrol agar nggak ngompol kalo tidur dan itu terjadi setiap hari" ujar rudi menjelaskan panJang lebar.

    "kasian ya rud?"

    Rudi mengiyakan dan sesekali melirik ke novel kesayangannya. Sepertinya dia lagi asik dengan bacaannya. Aku tahu itu karena aku pernah mengalami. kalo lagi baca sebuah novel yang enak jalan ceritanya pasti bisa lupa waktu dibuatnya. Sampai-sampai aku pernah lupa makan karena keasikan baca. Kuputuskan ntuk keluar kamar agar tak mengganggu keasikan rudi, sekalian jalan-jalan agar lebih mengenal lingkungan kampus.

    Lorong asrama tampak kosong. Aku melangkah dengan santai, karena memang tak ada yang ku kejar. Melintasi pintu-pintu kamar. Ada yang tertutup dan ada yang terbuka. Penghuni kamar-kamar yang terbuka nampak dengan kesibukan masing-masing. Kadang beberapa teman yang telah ku kenal menawarkan ntuk mampir. Tapi karena lagi malas bersosialisasi maka kutolak dengan halus tawaran itu.

    Kulanjutkan langkahku. Sampai aku di bagian yang terdapat beberapa ruang kecil. Sepertinya itu bukan kamar. Aku tak terlalu tahu fungsi ruang tersebut. Ruang-ruang tersebut tampak gelap. Tapi ada satu ruang yang terletak dibagian pojok, tampak terang. Aku mendekat.

    Diatas pintu ruang tersebut tertulis "jurnalis". Sepertinya ini poskonya mahasiswa yang punya hobi nulis. Pintu ruang itu sedikit terbuka. Dari celah pintu kulihat seorang tengah duduk menghadap meja.

    "Rio..." ucapku dalam hati.

    Ngapain dia disini? Wajah bayinya tampak suram. Tergambar kesedihan disitu. Apa yang sedang iya fikirkan?

    "tok...tok..."

    Kubuka lebih lebar pintu ruangan kecil itu. Ryo tampak kaget dengan kehadiranku.

    "eh... Kamu no, masuk!"

    "iya ryo"

    "duduk!" Ryo mempersilahkanku.

    Wajah bayi itu masih tampak suram walau ku tahu ryo berusaha keras untuk menyembunyikannya. Sebuah kertas tak terlalu tebal yang dijilid rapi bersampul biru muda tampak di hadapannya. Otakku masih bertanya-tanya. Apakah ada hubungannya wajah suram ryo dengan kertas bersampul biru dihadapannya itu?

    " kamu baik-baik aja ryo?" tanyaku berhati-hati.

    Ryo menatapku dengan pandangan datar. Sepertinya dia berperang dalam hatinya ntuk menceritakan hal yang membuat wajahnya suram atau tidak kepadaku. Aku bisa mengerti itu, karena kami baru kenal sehari. Dia belum begitu mengenal aku dan aku pun demikian sebaliknya.

    Aku tak terlalu berharap dia bercerita kepadaku. Tapi kupasang wajah tulus kepadanya agar dia yakin aku respek dan benar-benar ingin menjadi temannya yang bisa iya percaya. Tiba-tiba ryo menyodorkan kertas yang tak terlalu tebal dan bersampul biru itu.

    "Orang tuaku memuji hasil tulisanku ini dan tulisan-tulisanku yang lain. Setiap kuperlihatkan hasil tulisanku, mereka bilang sangat bagus sekali dan menarik.Tapi aku yakin mereka tak pernah sekalipun membaca hasil karyaku"

    ryo menarik nafasnya sesaat sebelum melanjutkan ceritanya.

    "Mereka memberi pujian kosong tanpa pernah benar-benar melihat apa yang mereka puji. Ibaratnya kamu nino, tak pernah bertanding tinju tapi diberi kemenangan. Bagaimana kalo hal itu terjadi padamu nino?"

    Ada amarah diwajah itu, kecewa dan kesedihan.

    "Dari mana kamu tahu mereka tak membaca tulisanmu ryo?" tanyaku.

    Ryo mengambil kertas bersampul biru itu dariku. Dibukanya halaman kertas itu. Dibentangkannya dihadapanku.

    "Aku sengaja melepas halaman 3,4 dan 5. Seandainya mereka benar-benar membaca tulisanku ini pasti mereka akan menanyakan tentang halaman yang hilang ini kepadaku. Tapi mereka tak pernah menanyakan hal itu saat mengembalikan tulisan ini kepadaku"

    Ryo menyelipkan kembali halaman yang hilang ketempatnya semula. Aku terdiam tak tahu harus ngomong apa untuk menenangkan kegelisahan hati ryo.

    "Mereka benar-benar tak pernah menginginkanku menjadi seorang penulis. Karena mereka fikir masa depan seorang penulis itu suram. Tak seperti orang-orang yang bekerja di pemerintahan yang Mempunyai penghasilan tinggi. Bila pandai korupsi bisa jadi orang kaya. Dan satu lagi uang pensuin yang menjamin masa tua nanti. Karena itu aku di paksa untuk kuliah dikampus ini yang sebetulnya bertentangan dengan hati nuraniku"

    "aku muak nino dengan kebohongan ini"

    Kemarahan itu semakin jelas tergambar diwajah bayinya. Aku tak bisa berkata banyak untuk meredakan amarah dihatinya. Kuambil kertas bersampul biru itu. Berdiri dari kursi dihadapan ryo. Aku berjalan menuju pintu.

    "Kamu mau kemana membawa tulisanku nino?"

    Tatapan heran tampak diwajah manis ryo.

    "Aku akan membacanya. Apa kamu takut dengan kritikanku? Ujarku sambil menatap kedua bola mata ryo.

    Terlihat iya kebingungan seolah tak percaya.

    "tentu tidak nino"

    Aku beranjak menuju pintu.

    "Nino...."

    Terdengar panggilan lembut dari bibir ryo. Aku berbalik sesaat. Kembali menatap kedua mata teduh ryo.

    "makasi ya"

    Tak ku balas ucapannya. Tapi kuberikan senyuman terbaik seorang sahabat kepadanya. Wajah suram itu kini tampak bercahaya. Senyuman indah terlukis diwajah bayi itu. Saat ku tinggalkan ruangan kecil itu hatiku bahagia karena telah bisa menyenangkan hati seorang ryo.
  • lanjuuuuuuuuuut
  • Malam indah

    kegiatan hari ini memforsir tenagaku. Selain latihan militer dan materi pelajaran di kelas. Aku juga mengikuti latihan tinju bersama pak edwar sore tadi. Capek. Pingin tidur.

    Sampai dikamar. Rudi masih tampak asik membaca. Sudah seperempat halaman buku yang dilibasnya.aku berbasa basi sebentar dengannya. Tubuh rudi hanya terbalut celana pendek hitam. Tubuhnya yang bidang tampak indah. Bulu-bulu dikaki tampak lebat. Kriting. Aku melirik tonjolan di kedua pahanya. tampak lumayan besar. Sial! Kok sempat-sempatnya aku melirik bagian itu. haris masih belum ada dikasurnya. Sementara ryo saat ku tinggal masih di ruang junarlis.
  • Setelah kuganti pakaianku dengan yang lebih simpel. Celana pendek hitam.kaus buntung berwarna putih. Kurebahkan tubuhku. kasur busa itu terasa lembut di punggungku. Nyaman. Kuangkat kedua tangan di belakang kepala. Mengganjal agar lebih tinggi. Mataku menatap langit-langit. Berwarna putih. Berdasar asbes. Pikiranku melayang jauh. Tak lama kemudian aku pun terbang ke alam mimpi.
  • "Hikz...hikz.."

    Ditengah malam. Suara tangis mengusik tidurku. Terdengar agak tertahan. Suara tangis itu teredam sesuatu. Kubuka mataku perlahan. Ups...Diatas tempat tidur rudi. Terlihat sosok rudi dan haris tengah berpelukan. Kepala haris terbenam di bahu bidang rudi. Haris yg tengah menangis. Rudi membelakangiku. Hanya punggungnya yang terlihat. Sebetulnya aku merasa aneh dengan dua orang lelaki menuju dewasa saling berpelukan. Apalagi saat ini mereka sama-sama tak mengenakan baju. Cuma celana pendek saja. Sementara itu Ryo tampak tidur tenang di ranjangnya.
  • "Sudahlah haris!! Kamu tak perlu malu. Semua teman bisa mengerti kok"

    Rudi berusaha menenangkan. Sepertinya haris sudah dari tadi menumpahkan kesedihannya pada rudi. Jauh sebelum aku terbangun. Tangis Haris mulai mereda. Tapi pelukan itu masih terus berlangsung.

    Sepertinya kejadian tadi pagi yang membuat haris menangis. Mereka terdiam. Rudi membelai lembut rambut haris. Suasana terasa hening. Sebetulnya aku tak menyangka sosok yang terlihat tegar seperti haris. Kini begitu rapuh dalam dekapan rudi.
  • Akkk..... Ada apa ini. Tiba-tiba.

    Entah siapa yang memulai. Kedua bibir teman baru ku itu saling terpaut. kedua tangan rudi mengunci leher haris. tangan haris merangkul punggung kekar rudi. Kedua kepala saling bersilangan.

    Apa mereka gay? Pertanyaan besar muncul di benakku. pagutan itu begitu lembut. Aku terpana melihat pemandangan ganjil ini.
  • ada apa ini?

    Penisku terasa mengembang. Celana pendekku membongkol besar. Aku bingung dengan ini. Kebingungan ini berawal dari kemarin malam. Saat kedatangan ryo di malam buta. Diantar oleh kedua orang tuanya. Aku terpesona. Tak pernah aku mengalami hal ini sebelumnya. Sosok pria bagi ku adalah sebagai teman dan sahabat yang baik. Tapi aku terpesona dengan ryo. Ingin aku menjadikannya lebih dari seorang sahabat.
  • Dan kini. Saat aku melihat rudi dan haris berciuman. Diriku terangsang. Apa kini aku menjadi seorang gay? Tidaaak..... Bathinku berperang.

    Pagutan kedua lelaki tampan itu. Yang awalnya lembut. Kini semakin beringas. Kepala mereka yang bergerak bersilangan. Tangan haris yang berada di punggung rudi, kini bergerak. Mengelus. Hampir semua bagian punggung rudi ditelusuri.
  • Ryo masih terlelap dalam mimpinya. Tak terusik dengan kegiatan rudi dan haris. Mungkin karena ranjangnya berada diujung, jadi suara-suara aneh ini tak terdengar. Sementara ranjangku berdekatan dengan ranjang rudi tempat mereka berpelukan.

    Dua sosok lelaki setengah telanjang itu terbawa suasana. Mereka tak lagi menghiraukan keadaan sekitar. cuek. Ciuman itu berpindah. Bibir rudi mengecup leher haris. Mengulum telinga. Mengecup belakang telinga. Wajah haris menggeliat saat itu terjadi. Matanya terpejam.
  • Bibir merah rudi terus menjelajah. Kembali kebagian depan leher. Dagu. Pipi. Mata dan kening. kegiatan itu terhenti sejenak. Mereka saling bertatapan.

    Mereka kembali berpelukan. Telinga saling bergesekan. Pasti merinding rasanya. Rudi menarik tubuh haris agar rebah di pembaringan. Tubuh haris telentang menghadap langit-langit kamar. Rudi memeluk dari samping. Tangan kirinya memeluk dada haris. Kaki kiri berada diatas tubuh haris. Tepat di antara penis. Sepertinya penis rudi terganjal dipinggang ramping haris. Kepala rudi rebah dibahu kanan haris. Bibirnya mengecup leher haris yang jenjang.
  • edited March 2009
    sory adengannya gue skip. takut porno
Sign In or Register to comment.