It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Aku melirik wajahnya. Nafasnya teratur dan tampak tidurnya pulas.
Aku meletakkan kedua tangan kananku di buah pantatnya dan mulai memijatnya, meremas-remasnya. Empuk, kenyal dan berotot. Aku menggeser dudukku lebih dekat ke kakinya dan menekan-nekan pantatnya dari arah pangkal pahanya. Pijatanku lebih kepada raba-rabaan di pahanya sekarang. Celana dalam bagian pahanya sudah berkerut melipat ke arah pangkal pahanya.
Tanganku semakin berani. Aku selipkan jari-jari ku ke bawah celana dalamnya dari arah pangkal pahanya. Menekan-nekan ibu jariku di area sekitar duburnya. Di pangkal pahanya. Jariku sedikit menyentuh bagian pangkal bolanya. Terasa kerut lipatan kulit bolanya dan bulu-bulu kemaluannya menggelitik buku jariku . Terkadang ia sedikit menggerakkan pantatnya.
Aku meliriknya. Matanya terpejam, nafasnya masih teratur.
Aku mengeluarkan tanganku dari pantatnya. Dari balik celana dalamnya. Memijat-mijat kembali bagian pinggangnya di atas tulang ekornya.
This is going no where.
Aku menghentikan pijatanku.
Menarik duvet menyelimutinya kembali sampai ke punggungnya.
Aku Menyelipkan badanku di bawah duvet, berusaha bergerak sehalus mungkin supaya tidak mengganggu tidurnya. Aku memejamkan mataku, mencoba melupakan kenyataan bahwa aku sedang tidur di bawah satu selimut dengan atasanku yang setengah telanjang. Tiga perempat telanjang.
Aku mungkin terlelap sekitar dua atau tiga jam, terbangun ketika merasakan seseorang memeluk tubuhku. Aku membuka mataku dan melihat pak Willy di atas tubuhku sedang menciumi leherku. Tangannya memeluk punggungku masuk ke dalam kaosku. Kaosku telah terlipat naik sampai ketiakku. Aku merasakan penisnya yang keras di gesekkan ke penisku, yang ternyata juga telah bangun.
Untung juga aku bukan type orang yang gampang kaget. Jika tidak barangkali aku akan langsung menolak tubuhnya atau bahkan menendangnya. Aku melirik ke arah jendela yang curtainnya tidak terlalu menutup rapat. Di luar masih gelap. Belum pagi.
jadi ternyata mereka.....
lanjut ahhh
setuju banget!!!!!!
indikoko
ditoxku1
linguini-remi
feffendy
reis
bunny.blue
.................................. cerita2nya menarik, merangsang tapi tidak terlalu jorok, bagus.............tapi jangan kelamaan ya nyambungnya nanti banyak yang lupa dengan lakon utama nya
"jatulelaki"
Tambah lagi..
MarvelBlue
And here comes the "jorok" part. Watch out! huhuhu...
Hope you'd all like it. Look forward to your comments.
Dia menciumi lengan dalamku menuju ke arah ketiakku. Aku menggeliat kegelian. Pada saat bangun tidur, kulit tubuhku selalu terasa lebih peka dari biasanya. Aku memindahkan tanganku memeluk punggungnya. Mencegahnya terus menciumi lengan dekat ketiakku. Kepalanya sekarang di dadaku menciumi dadaku yang telah telanjang menuju ke putingku. Ia menciumi kulit di sekitar putingku sebelum kemudian mengulumnya. Aku menggelinjang nikmat. Menaikkan pinggulku menekan penisku ke perutnya. Penisnya menekan dan menggesek pahaku. Ia terus menggesekkan penisnya naik ke arah penisku sambil lidahnya menyusuri naik dari dadaku kembali ke leherku. Hangat dan licin. Permainan lidahnya membuatku mendesah nikmat. Begitu lembut dan penuh kesabaran.
Jemariku menelusuri tulang punggungnya turun ke arah pantatnya. Aku menyelipkan tanganku ke dalam celananya. Mencari belahan pantatnya. Tangan kirinya berusaha membantuku menurunkan celananya. Aku membalikkan tubuhnya. Kini ia yang terlentang di bawahku. Duvet yang menyelimuti kami sudah terbuka tertindih punggungnya. Ia menutup matanya.
Aku menurunkan celana dalamnya. Penisnya terpampang di depan mataku. Menjulang tegak menuju pusarnya. Sedikit miring ke kiri. Kepala penisnya besar. Batangnya yang berurat menonjol seperti tubuh yang memakai helm agak kebesaran. Aku menyukai bentuknya.. Aku ingin menciuminya. Tetapi ia bergerak duduk memelukku, membalikku dan menindihku kembali. Ia kembali menekan penisnya ke penisku yang masih dibalut celana katun dan celana dalam. Untung celana dalamku tidak terlalu ketat.
Aku mengangkat kakiku ke pahanya, melepaskan celana dalamnya dari kakinya dengan jari-jari kakiku. Kini ia di atasku telanjang bulat. Sementara aku masih memakai celana pendekku.
”Buka celanamu, Jun.” perintahnya berbisik. Ia menciumi pipiku dan kembali ke arah telingaku. Menunggingkan pantatnya memberiku kesempatan melepas celanaku.
Tanpa menjawab, aku menuruti perintahnya. Aku Menurunkan celana pendek dan celana dalamku sekaligus dengan masih dalam pelukannya. Ia kembali menggesekkan penisnya, kali ini persis di atas penisku. Ia sedikit mengangkat tubuhnya melihat kepala penisnya menekan kepala penisku dan kembali memelukku dengan erat. Aku suka dipeluknya. Aku suka memeluknya.
Kemudian ia merambat naik, duduk di atas dadaku mengarahkan penisnya ke mulutku. Aku membuka mulutku meraih kepala penisnya dengan lidahku. Ia menyorongkannya semakin masuk. Sepertinya ia mulai sangat bernafsu. Aku mendengar nafasnya mulai memburu. Aku meraih bantal di sebelah kepalaku dan mengganjal leherku, ia mulai menggerak-gerakkan pantatnya maju mundur perlahan. Aku hampir tersedak ketika ia menghunjamkan penisnya semakin dalam. Aku harus memegang pinggulnya mengatur goyangannya agar tidak membuatku tercekik.
Ia begitu menikmatinya, kepalanya mendongak dan nafasnya memburu. Sekali-sekali aku mengelus perut dan putingnya. Kemudian aku mulai memegang batang penisnya dan mulai meremas dan mengocoknya. Goyangannya semakin liar. Mulut dan lidahku masih melumat kepala penisnya, bermain seperti menghisap lolipop kenyal keluar masuk bibirku. Tidak lama kemudian aku merasa penisnya semakin mengeras. Ia mencoba menarik keluar penisnya dari mulutku. Aku tidak membolehkannya bahkan meremas batangnya semakin keras dan semakin menghisap dan melumat kepalanya.
Dia mengejang dan menumpahkan isinya ke dalam mulutku. Asin, manis, harum yang khas bercampur menjadi satu. Aku tetap mengulumnya sampai merasakan semua tetesannya dan kedutannya berakhir. Menjilat bersih kepalanya dan batangnya yang mulai melemas. Aku menelan spermanya dan mengusap bibirku dengan punggung tanganku.
Ia melorot berbaring di atas tubuhku. Kepalanya di leherku sebelah kanan. Sekali-sekali masih terasa kejangan orgasmenya. Aku mencium pipinya dan mencium telinganya. Tanganku memeluknya dengan erat di punggungnya yang berkeringat.
Aku berusaha duduk bersandar bantal di kepala ranjang dan memegang kepalanya. Menarik wajahnya dari penisku dan memandang matanya. Mencoba memberitahunya bahwa dia tidak harus melakukannya juga untukku.
Dia menatapku dan berkata. ”Giliran kamu.” dan kemudian mengulum kepala penisku dengan lembut. Menyusuri batang penisku dengan lidahnya dan mengulum kembali kepalanya dalam mulutnya.
Aku membiarkannya memainkan penisku seperti mainan barunya. Kelihatan sekali ia tidak terbiasa. Aku sekali-sekali membantunya dengan tanganku. Aku lebih banyak mengelus rambutnya yang masih lebat dan dicat hitam. Tidak berani menggoyangkan pantatku lebih dalam. Tetapi ia berkali-kali mengangkat pantatku membuat kepala penisku masuk dalam ke arah kerongkongannya. Aku menggelinjang nikmat. Matanya mengikuti setiap gelinjangku. Seolah ia sedang belajar mana gerakan mulutnya yang paling merangsangku.
Akhirnya aku mengejang dan merasa tidak dapat menahan lagi semburan spermaku.
”Aku hampir keluar, Pak.” desahku.
”Hmmfh..” Ia tidak melepaskan penisku, malah semakin mempercepat kocokan dan hisapannya.
Aku mencoba menjauhkan pantatku.
Ia semakin menggila.
Aku tidak tahan.
Aku semprotkan di dalam mulutnya.
Dia juga tidak melepasku.
Dalam nikmatku aku memperhatikannya.
Dalam sinar matanya yang tersedak berair dia memperhatikanku.
Aku mendesah panjang.
Menyelesaikan gelinjangku.
Menyelesaikan orgasmeku.
Di dalam mulutnya.
Ahhhh....
lanjut ahhhh
Tetapi aku berusaha sekuat hati meyakinkan diri kalau itu cuma one night stand. Ia cuma seorang om-om straight yang ingin mencari variasi karena mungkin kehidupan sex dengan istrinya membosankan. Tetapi mengapa denganku? Apakah karena kebetulan tidur satu kamar denganku. Bagaimana kalau ia tidur sekamar dengan rekan kerjaku yang lain? Deni atau Andrew misalnya, apakah akan terjadi hal yang sama? Beribu tanya memenuhi otakku. Begitu mengganggu.
Dan Pak Willy tidak memberikan isyarat sedikitpun bahwa ia ingat malam itu. Bahwa malam itu adalah sesuatu yang istimewa. Bahkan sepertinya ia sama sekali sudah lupa bahwa ia telah menelusuri setiap inci tubuhku dengan lidahnya malam itu.
Bahkan pada hari Minggu pagi di Novotel itu pun kami tidak pernah membicarakan hal itu lagi. Kami tertidur masih berpelukan dan terbangun terpisah. Aku terbangun terlebih dahulu kemudian mandi dan bersiap-siap ke restaurant untuk breakfast. Dia belum bangun dan aku tidak membangunkannya. Aku pergi ke restaurant untuk breakfast sendirian, bertemu dengan rekan-rekanku di sana. Masih sekitar pukul 8:00 pagi. Kira-kira 40 menit kemudian Pak Willy baru muncul di Restaurant.
Tidak ada yang berubah dalam sikapnya. Dalam caranya berbicara denganku baik pada saat kami hanya berdua ataupun di depan orang lain. Tidak ada sesuatu yang istimewa pada saat ia memandangku. Semuanya kembali seperti biasa, seolah-olah tidak ada sesuatu kejadian istimewa apapun atas kami berdua. Dan itu benar-benar membingungkan aku. Mungkin bahkan sedikit menyebalkan. Begitu tidak istimewanyakah having sex denganku? Was he that drunk?