BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

CERBUNG : This Pain is Called... LOVE [Bab 1]

13468922

Comments

  • Melihatnya tertidur aku melanjutkan jemariku bermain. Kali ini di punggungnya. Jari-jariku memutari lingkaran lebam merah yang sekarang berwarna coklat kekuningan karena olesan betadine. Aku memijat menurun mengikuti tulang punggungnya. Sampai di pinggangnya aku menyelipkan kedua ibu jariku sedikit masuk ke dalam celana dalamnya. Mendekat ke arah tulang ekornya. Duvetnya sekarang hanya menutupi kakinya sampai di betis. Pantat dan pahanya menantang di depan mataku. Pantatnya bulat penuh, kelihatan cukup berotot di balik celana dalam abu-abunya. Pahanya pun cukup berotot dan kekar. Pantas ia dapat berlari gesit pada saat perang tadi.

    Aku melirik wajahnya. Nafasnya teratur dan tampak tidurnya pulas.

    Aku meletakkan kedua tangan kananku di buah pantatnya dan mulai memijatnya, meremas-remasnya. Empuk, kenyal dan berotot. Aku menggeser dudukku lebih dekat ke kakinya dan menekan-nekan pantatnya dari arah pangkal pahanya. Pijatanku lebih kepada raba-rabaan di pahanya sekarang. Celana dalam bagian pahanya sudah berkerut melipat ke arah pangkal pahanya.

    Tanganku semakin berani. Aku selipkan jari-jari ku ke bawah celana dalamnya dari arah pangkal pahanya. Menekan-nekan ibu jariku di area sekitar duburnya. Di pangkal pahanya. Jariku sedikit menyentuh bagian pangkal bolanya. Terasa kerut lipatan kulit bolanya dan bulu-bulu kemaluannya menggelitik buku jariku . Terkadang ia sedikit menggerakkan pantatnya.

    Aku meliriknya. Matanya terpejam, nafasnya masih teratur.

    Aku mengeluarkan tanganku dari pantatnya. Dari balik celana dalamnya. Memijat-mijat kembali bagian pinggangnya di atas tulang ekornya.

    This is going no where.
    Aku menghentikan pijatanku.
    Menarik duvet menyelimutinya kembali sampai ke punggungnya.
  • Aku mengambil remote control di dekat tangannya dan mematikan TV. Kemudian aku ke kamar mandi untuk menyikat gigiku. Keluar dari kamar mandi, aku mematikan lampu-lampu, kemudian mengambil bantalku dari sofa bed dan naik ke ranjang di sebelahnya. Dia yang memaksaku tidur di sampingnya. Kenapa pula aku musti menolaknya.

    Aku Menyelipkan badanku di bawah duvet, berusaha bergerak sehalus mungkin supaya tidak mengganggu tidurnya. Aku memejamkan mataku, mencoba melupakan kenyataan bahwa aku sedang tidur di bawah satu selimut dengan atasanku yang setengah telanjang. Tiga perempat telanjang.

    Aku mungkin terlelap sekitar dua atau tiga jam, terbangun ketika merasakan seseorang memeluk tubuhku. Aku membuka mataku dan melihat pak Willy di atas tubuhku sedang menciumi leherku. Tangannya memeluk punggungku masuk ke dalam kaosku. Kaosku telah terlipat naik sampai ketiakku. Aku merasakan penisnya yang keras di gesekkan ke penisku, yang ternyata juga telah bangun.

    Untung juga aku bukan type orang yang gampang kaget. Jika tidak barangkali aku akan langsung menolak tubuhnya atau bahkan menendangnya. Aku melirik ke arah jendela yang curtainnya tidak terlalu menutup rapat. Di luar masih gelap. Belum pagi.
  • waduh... :oops:
    jadi ternyata mereka.....
    lanjut ahhh
  • SonicBoy89 wrote:
    Nice story...
    *Jd pnasarn lanjutan ny*

    setuju banget!!!!!!
    indikoko
    ditoxku1
    linguini-remi
    feffendy
    reis
    bunny.blue
    .................................. cerita2nya menarik, merangsang tapi tidak terlalu jorok, bagus.............tapi jangan kelamaan ya nyambungnya nanti banyak yang lupa dengan lakon utama nya
  • Bahar_69 wrote:
    setuju banget!!!!!!
    indikoko
    ditoxku1
    linguini-remi
    feffendy
    reis
    bunny.blue
    .................................. cerita2nya menarik, merangsang tapi tidak terlalu jorok, bagus.............
    Satu lagi...



    "jatulelaki"
  • hAm_HaM wrote:
    Bahar_69 wrote:
    setuju banget!!!!!!
    indikoko
    ditoxku1
    linguini-remi
    feffendy
    reis
    bunny.blue
    .................................. cerita2nya menarik, merangsang tapi tidak terlalu jorok, bagus.............
    Satu lagi...



    "jatulelaki"

    Tambah lagi..
    MarvelBlue
  • Thanks for all the comments.


    And here comes the "jorok" part. Watch out! huhuhu...


    Hope you'd all like it. Look forward to your comments.
  • Merasakan aku bangun, pak Willy melepaskan kaosku. Aku membantunya, membuatnya mengerti bahwa aku juga menginginkannya. Aku tidak berani menatap matanya. Lagipula aku masih setengah mengantuk. Ia kembali menciumi leherku dengan lembut. Naik ke belakang telingaku dan menjilati daun telingaku. Jilatannya lembut, kontras dengan pelukannya yang menyesakkan nafasku. Kedua tangannya yang di bawah punggungku naik memegang lenganku dan mendorong tanganku ke atas. Aku melipat kedua siku tanganku di atas kepalaku. Bantal yang tadinya di atas kepalaku telah menghilang entah di mana.

    Dia menciumi lengan dalamku menuju ke arah ketiakku. Aku menggeliat kegelian. Pada saat bangun tidur, kulit tubuhku selalu terasa lebih peka dari biasanya. Aku memindahkan tanganku memeluk punggungnya. Mencegahnya terus menciumi lengan dekat ketiakku. Kepalanya sekarang di dadaku menciumi dadaku yang telah telanjang menuju ke putingku. Ia menciumi kulit di sekitar putingku sebelum kemudian mengulumnya. Aku menggelinjang nikmat. Menaikkan pinggulku menekan penisku ke perutnya. Penisnya menekan dan menggesek pahaku. Ia terus menggesekkan penisnya naik ke arah penisku sambil lidahnya menyusuri naik dari dadaku kembali ke leherku. Hangat dan licin. Permainan lidahnya membuatku mendesah nikmat. Begitu lembut dan penuh kesabaran.

    Jemariku menelusuri tulang punggungnya turun ke arah pantatnya. Aku menyelipkan tanganku ke dalam celananya. Mencari belahan pantatnya. Tangan kirinya berusaha membantuku menurunkan celananya. Aku membalikkan tubuhnya. Kini ia yang terlentang di bawahku. Duvet yang menyelimuti kami sudah terbuka tertindih punggungnya. Ia menutup matanya.
  • Aku duduk di pahanya, memainkan jari-jariku di dadanya yang sedikit berbulu halus di tengah belahan dadanya. Mengikuti alur bulu-bulu dadanya tangan kananku meraba ke perut. Tangan kiriku memainkan puting kirinya. Aku tahu dia sangat menikmatinya. Mulutnya sedikit terbuka. Aku memandang wajahnya, membayangkan ketampanannya lima belas tahun yang lalu. Saat inipun ia masih cukup tampan.

    Aku menurunkan celana dalamnya. Penisnya terpampang di depan mataku. Menjulang tegak menuju pusarnya. Sedikit miring ke kiri. Kepala penisnya besar. Batangnya yang berurat menonjol seperti tubuh yang memakai helm agak kebesaran. Aku menyukai bentuknya.. Aku ingin menciuminya. Tetapi ia bergerak duduk memelukku, membalikku dan menindihku kembali. Ia kembali menekan penisnya ke penisku yang masih dibalut celana katun dan celana dalam. Untung celana dalamku tidak terlalu ketat.

    Aku mengangkat kakiku ke pahanya, melepaskan celana dalamnya dari kakinya dengan jari-jari kakiku. Kini ia di atasku telanjang bulat. Sementara aku masih memakai celana pendekku.

    ”Buka celanamu, Jun.” perintahnya berbisik. Ia menciumi pipiku dan kembali ke arah telingaku. Menunggingkan pantatnya memberiku kesempatan melepas celanaku.

    Tanpa menjawab, aku menuruti perintahnya. Aku Menurunkan celana pendek dan celana dalamku sekaligus dengan masih dalam pelukannya. Ia kembali menggesekkan penisnya, kali ini persis di atas penisku. Ia sedikit mengangkat tubuhnya melihat kepala penisnya menekan kepala penisku dan kembali memelukku dengan erat. Aku suka dipeluknya. Aku suka memeluknya.
  • Ia menciumi leherku. Lidahnya menyapu dan menggelitik leherku menuju ke putingku. Sementara tangan kirinya menggenggam dan mengocok penisku perlahan. Lidahnya berputar-putar di puting kananku. Aku menggelinjang nikmat. Tidak berhenti sampai di sana lidahnya menurun ke perutku. Bermain di sekitar pusar menuju ke pinggangku. Inikah nikmatnya bermain dengan orang yang sudah berumur? Ia begitu sabar menelusuri setiap inci permukaan kulitku. Diciuminya lutut sampai ke pangkal pahaku. Lidahnya basah bermain di permukaan kulit kedua pangkal paha dan perutku. Aku ingin menyodorkan penisku ke mulutnya. Tapi aku masih takut ia menolaknya.

    Kemudian ia merambat naik, duduk di atas dadaku mengarahkan penisnya ke mulutku. Aku membuka mulutku meraih kepala penisnya dengan lidahku. Ia menyorongkannya semakin masuk. Sepertinya ia mulai sangat bernafsu. Aku mendengar nafasnya mulai memburu. Aku meraih bantal di sebelah kepalaku dan mengganjal leherku, ia mulai menggerak-gerakkan pantatnya maju mundur perlahan. Aku hampir tersedak ketika ia menghunjamkan penisnya semakin dalam. Aku harus memegang pinggulnya mengatur goyangannya agar tidak membuatku tercekik.

    Ia begitu menikmatinya, kepalanya mendongak dan nafasnya memburu. Sekali-sekali aku mengelus perut dan putingnya. Kemudian aku mulai memegang batang penisnya dan mulai meremas dan mengocoknya. Goyangannya semakin liar. Mulut dan lidahku masih melumat kepala penisnya, bermain seperti menghisap lolipop kenyal keluar masuk bibirku. Tidak lama kemudian aku merasa penisnya semakin mengeras. Ia mencoba menarik keluar penisnya dari mulutku. Aku tidak membolehkannya bahkan meremas batangnya semakin keras dan semakin menghisap dan melumat kepalanya.

    Dia mengejang dan menumpahkan isinya ke dalam mulutku. Asin, manis, harum yang khas bercampur menjadi satu. Aku tetap mengulumnya sampai merasakan semua tetesannya dan kedutannya berakhir. Menjilat bersih kepalanya dan batangnya yang mulai melemas. Aku menelan spermanya dan mengusap bibirku dengan punggung tanganku.

    Ia melorot berbaring di atas tubuhku. Kepalanya di leherku sebelah kanan. Sekali-sekali masih terasa kejangan orgasmenya. Aku mencium pipinya dan mencium telinganya. Tanganku memeluknya dengan erat di punggungnya yang berkeringat.
  • Aku mencoba melupakan nafsuku yang masih setengah memuncak. Aku tidak berani berharap ia akan melakukan hal yang sama kepadaku. Tetapi ketika aku memejamkan mata mencoba kembali tidur dan membiarkannya tidur di atasku. Ia kembali menciumi leherku dan kemudian menuruni tubuhku dan mengulum penisku.

    Aku berusaha duduk bersandar bantal di kepala ranjang dan memegang kepalanya. Menarik wajahnya dari penisku dan memandang matanya. Mencoba memberitahunya bahwa dia tidak harus melakukannya juga untukku.

    Dia menatapku dan berkata. ”Giliran kamu.” dan kemudian mengulum kepala penisku dengan lembut. Menyusuri batang penisku dengan lidahnya dan mengulum kembali kepalanya dalam mulutnya.

    Aku membiarkannya memainkan penisku seperti mainan barunya. Kelihatan sekali ia tidak terbiasa. Aku sekali-sekali membantunya dengan tanganku. Aku lebih banyak mengelus rambutnya yang masih lebat dan dicat hitam. Tidak berani menggoyangkan pantatku lebih dalam. Tetapi ia berkali-kali mengangkat pantatku membuat kepala penisku masuk dalam ke arah kerongkongannya. Aku menggelinjang nikmat. Matanya mengikuti setiap gelinjangku. Seolah ia sedang belajar mana gerakan mulutnya yang paling merangsangku.

    Akhirnya aku mengejang dan merasa tidak dapat menahan lagi semburan spermaku.

    ”Aku hampir keluar, Pak.” desahku.

    ”Hmmfh..” Ia tidak melepaskan penisku, malah semakin mempercepat kocokan dan hisapannya.

    Aku mencoba menjauhkan pantatku.
    Ia semakin menggila.
    Aku tidak tahan.

    Aku semprotkan di dalam mulutnya.
    Dia juga tidak melepasku.

    Dalam nikmatku aku memperhatikannya.
    Dalam sinar matanya yang tersedak berair dia memperhatikanku.

    Aku mendesah panjang.
    Menyelesaikan gelinjangku.
    Menyelesaikan orgasmeku.
    Di dalam mulutnya.

    Ahhhh....
  • ternyata.... :shock:

    lanjut ahhhh
  • Top bgt ceritanya!
  • keren...
  • Hari Senin di kantor aku berusaha berlaku wajar dan biasa saja. Mencoba melupakan malam itu. Malam penuh nafsu dengan Pak Willy. Tetapi bayangan tentang malam itu, frame demi frame berkilas-kilas balik di benakku. Apakah dia juga memikirkan hal itu? Apakah dia melihatku dan membayangkan aku telanjang? Seperti aku juga membayangkannya telanjang setiap kali melihatnya. Aku terus bertanya-tanya dalam hati.

    Tetapi aku berusaha sekuat hati meyakinkan diri kalau itu cuma one night stand. Ia cuma seorang om-om straight yang ingin mencari variasi karena mungkin kehidupan sex dengan istrinya membosankan. Tetapi mengapa denganku? Apakah karena kebetulan tidur satu kamar denganku. Bagaimana kalau ia tidur sekamar dengan rekan kerjaku yang lain? Deni atau Andrew misalnya, apakah akan terjadi hal yang sama? Beribu tanya memenuhi otakku. Begitu mengganggu.

    Dan Pak Willy tidak memberikan isyarat sedikitpun bahwa ia ingat malam itu. Bahwa malam itu adalah sesuatu yang istimewa. Bahkan sepertinya ia sama sekali sudah lupa bahwa ia telah menelusuri setiap inci tubuhku dengan lidahnya malam itu.

    Bahkan pada hari Minggu pagi di Novotel itu pun kami tidak pernah membicarakan hal itu lagi. Kami tertidur masih berpelukan dan terbangun terpisah. Aku terbangun terlebih dahulu kemudian mandi dan bersiap-siap ke restaurant untuk breakfast. Dia belum bangun dan aku tidak membangunkannya. Aku pergi ke restaurant untuk breakfast sendirian, bertemu dengan rekan-rekanku di sana. Masih sekitar pukul 8:00 pagi. Kira-kira 40 menit kemudian Pak Willy baru muncul di Restaurant.

    Tidak ada yang berubah dalam sikapnya. Dalam caranya berbicara denganku baik pada saat kami hanya berdua ataupun di depan orang lain. Tidak ada sesuatu yang istimewa pada saat ia memandangku. Semuanya kembali seperti biasa, seolah-olah tidak ada sesuatu kejadian istimewa apapun atas kami berdua. Dan itu benar-benar membingungkan aku. Mungkin bahkan sedikit menyebalkan. Begitu tidak istimewanyakah having sex denganku? Was he that drunk?
Sign In or Register to comment.