It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
balutan hijab, namun remaja cantik ini punya
ketegasan luar biasa di lapangan sepak bola.
Namanya Chahida Chekkafi, usianya baru 16 tahun. Nama Chahida terkenal di seluruh dunia saat dia menjadi wasit liga sepak bola Italia untuk pemain muda, karena posisi itu mengantarnya sebagai wasit wanita pertama yang memakai hijab, seperti dilansir oleh islam.ru.
Chahida Chekkafi tinggal dan besar di Italia, namun dia berasal dari Maroko. Gadis ini akrab dengan sepak bola karena ibu Chahida adalah pemain sepak bola di Maroko. Tidak hanya kecantikan dan hijab Chahida yang membuat gadis ini terkenal, tetapi juga ketegasan dan kegesitannya saat menjadi wasit muda. Ketegasan ini tampak jelas walaupun pertandingan sepak bola yang berlangsung adalah pertandingan sepak bola pria.
Dengan prestasi yang hebat ini, koran Italia Corriere Della Sera memasang wajah Chahida di sampul paling depan. Presiden Komite Wasit di Milan menggambarkan Chahida Chekkafi sebagai gadis yang pemalu dan masih sangat muda, tetapi dia memiliki bakat dan tahu cara untuk mewujudkan impiannya. Semoga kisah Chahida Chekkafi menjadi inspirasi bagi Anda semua. Di usia yang masih muda, saat gadis lain masih bersenang-senang, Chahida memiliki pekerjaan profesional tanpa meninggalkan perintah agamanya.
mereka Esther Earl yang berusia 16 tahun
meninggal karena kanker tiroid. Dan, suatu hari ada sebuah surat yang diterima oleh Lori dan Wayne (orang tua Esther) yang ditulis oleh putri mereka sendiri. Surat itu memang benar-benar ditulis oleh Esther sendiri lengkap dengan emoticon dan tanda baca khas seorang remaja. Yang lebih mengejutkan surat itu seperti ditulis oleh remaja yang tak pernah menderita kanker. Bagaimana bisa begitu?
Dilansir dari closeronline.co.uk, Esther Earl adalah sosok yang sangat luar biasa. Meskipun ia terkena
kanker tiroid di usia yang masih sangat muda, ia tak pernah patah semangat untuk berjuang agar bisa sembuh. Ia sendiri sering membuat video blogs inspiratif yang berisi kisah perjuangannya melawan penyakit kanker tersebut. John Green bahkan terinspirasi membuat sebuah novel berdasarkan kisah nyata Esther. Dan, novel yang selesai ia tulis itu diberi judul The Fault in Our
Stars. Saat ini, proses adaptasi novel itu menjadi
film sedang berjalan. Selain novel yang diangkat
dari kisah nyata Esther, orang tuanya menerbitkan sebuah buku tersendiri yang berjudul This Star
Won't Go Out yang berisi koleksi catatan tulisan
tangan Esther, esai, dan gambar-gambar yang tidak hanya dari Esther sendiri, tetapi juga dari teman- teman dan para dokter.
Saat Esther sedang berjuang melawan kanker itulah, ia sempat membuat sebuah surat untuk
dirinya di masa depan melalui futureme.org. Ini
adalah sebuah situs yang membuat kita bisa
membuat surat atau catatan yang akan dikirimkan
ke diri kita di masa yang akan datang. Esther yang
saat itu berusia 14 tahun membuat sebuah surat untuk dikirimkan ke dirinya 3 tahun mendatang,
yaitu saat berusia 17 tahun. Hanya saja, sayangnya ia menghembuskan nafas terakhirnya di usia 16 tahun, dan surat itu pun diterima oleh orang tuanya. Surat itu berisi: "kuharap jika memang kamu masih menderita kanker, kanker itu tidak terlalu parah agar kamu bisa terbebas dari selang oksigen. tetapi jika tidak, jangan lupa untuk menggunakan Ocean Spray agar lubang hidup tetap lembab :] dan kuharap kamu sudah berusaha untuk mengajak bicara lebih banyak orang yang yang terkena kanker juga. "di dunia ini, tidak HANYA ada orang terkena kanker yang membosankan. ada juga orang-orang luar
biasa, tapi mungkin kamu hanya belum bertemu
dengan mereka. kamu tak akan pernah bertemu
mereka jika kamu tidak berusaha."
Di dalam surat itu, Esther juga menulis sesuatu
untuk memberi semangat kepada dirinya sendiri: "ingatkah bagaimana kamu selalu ingin melakukan
sesuatu untuk dunia? ingat, kan? jika kamu belum
melakukan sesuatu yang luar biasa, jangan lupa
untuk berusaha.
"Hal terburuk yang dapat terjadi adalah jika kamu
gagal, tetapi kemudian kamu hanya perlu mencoba lagi hingga kamu berhasil. kata-kata itu mungkin tak cocok untukku sekarang, tapi cobalah untuk
sekadar mengingatnya."
Orang tua Esther semakin tersentuh dengan tulisan Esther selanjutnya, tentang betapa Esther sangat mencintai orang tuanya. "dan sekarang tentang mom dan dad. oh, mom, bagaimana ia sekarang? apakah ia kembali mengajar? apakah ia bahagia? ia bekerja sangat keras sekarang, setiap hari ia sangat kelelahan. ia melakukan lebih dari kemampuannya. aku mencintainya, dan ingat untuk memberitahunya setiap hari."
Di akhir surat, Esther menulis
"sudah...berbahagialah. dan jika kamu tidak bisa
bahagia, lakukan hal-hal yang membuatmu bahagia. atau tak perlu lakukan apapun dengan orang-orang yang membuatmu bahagia."
Saat ini, orang tua Esther telah menerbitkan biografi Esther untuk menggalang dana dan kampanye untuk This Star Won't Go Out Foundation. Yayasan ini adalah yayasan untuk membantu keluarga yang anak-anaknya menderita kanker. Sang Ayah berkata, "Saya rasa orang tua harus membaca buku biografi ini. Para pelaku rawat juga harus membacanya. Orang tua yang memiliki anak-anak sehat juga perlu membacanya."
kebijaksanaan pada penderitanya, dibanding hanya sekedar rasa sakit dan penderitaan. Seperti seorang anak yang berhati mulia ingin menyelamatkan ibunya karena tahu bahwa usianya tak akan lama lagi. Chen Xiatian, sejak usia 5 tahun didiagnosa menderita tumor otak. Hingga memasuki usia 7 tahun, tumor itu makin agresif dan membuatnya mengalami kelumpuhan serta kebutaan. Di samping itu, sang ibu ternyata menderita penyakit ginjal yang parah dan membutuhkan donor.
Tim medis yang memeriksa Chen mengatakan
bahwa anak ini tak akan bisa mengecap usia
dewasa karena begitu kronisnya. Meski begitu, ibu
dan anak ini sama-sama berusaha menjalani
perjuangan melawan penyakit mereka. Hingga suatu hari, Chen berkata pada ibunya, "Aku ingin menyelamatkan hidupmu." Zhou, sang ibu, selalu mengalihkan pembicaraan karena bagaimanapun ia tak ingin anaknya menderita. Tim dokter mendekati ibu Zhou, Lu Yuanxiu untuk meyakinkan Zhou bahwa dia memerlukan ginjal anaknya. "Mereka mengatakan bahwa cucuku tak akan selamat, tapi ginjalnya bisa menolong ibunya serta 2 orang lain. Aku membicarakannya dengan Zhou dan ia menolak mentah-mentah. Ia sama sekali tak ingin mendengar hal itu."
Chen mendengar dilematis yang terjadi dan
memaksa ibunya untuk mau menerima donor ginjal
yang ia berikan. Dengan menitikkan air mata, Zhou
akhirnya mengabulkan keinginan anaknya. Ia
melakukannya agar bagian dari Chen masih melekat dalam dirinya. Chen meninggal pada tanggal 2 April lalu. Ia segera dioperasi untuk mengambil organ ginjal dan hatinya demi menyelamatkan Zhou, ibunya, dan dua pasien
lainnya. Zhou dan dokter telah mengabulkan
keinginan Chen untuk menyelamatkan ibunya dan
orang yang membutuhkan donor darinya.
Usai operasi, Chen mendapat penghormatan dari tim medis. Kepergiannya menjadi perpanjangan hidup bagi banyak orang dan hal itu merupakan jasa besar yang tak ternilai harganya. "Tim medis berkumpul sejenak untuk berdoa dan mengheningkan cipta bagi bocah malang ini. Ada banyak orang yang menitikkan air mata saat itu," ujar juru bicara rumah sakit. Tak banyak yang bisa dikatakan oleh Zhou sepeninggal anaknya. Kini satu-satunya yang ada hanyalah kenangan serta ginjal sang anak yang telah menyelamatkan jiwanya. Semoga Zhou dapat bangkit kembali dan merelakan kepergian sang putra, Chen Xiatian.
Ketika anak-anak tenggelam beberapa menit saja,
mereka biasanya tidak akan bisa ditolong lagi, jelas
Profesor Lothar Schweigere direktor Helios Clinic.
Tiga jam 18 menit setelah jantung Paul berhenti
berdetak, ia kembali bangun dan hidup kembali.
Dan, ketika ia bangun, ia mulai menceritakan pengalaman yang dialaminya.
"Ada banyak cahaya dan aku mengambang. Aku
sampai di sebuah gerbang dan aku melihat nenek
Emmi di seberang. Ia berkata padaku, 'Apa yang
kau lakukan di sini, Paul? Kau harus kembali ke ibu
dan ayah. Aku akan menunggumu di sini.' Aku tahu aku ada di surga. Tapi nenek bilang aku harus
pulang ke rumah. Ia bilang aku harus pulang saat itu juga."
"Surga terlihat bagus. Tetapi aku senang kembali
bersama ibu dan ayah sekarang." Saat ini, Paul
sudah kembali ke rumahnya di Lychen, utara Berlin, Jerman. Paul yang tadinya dinyatakan sudah meninggal, lalu tiba-tiba hidup kembali adalah sebuah keajaiban. Terkadang kita tak pernah bisa menyangka dan menduga bagaimana keajaiban datang dan bisa terjadi. Tapi, masih bisa hidup dan bernapas saat ini pun adalah sebuah keajaiban tersendiri, bukan?
bersama dengan anjing kesayangannya Romeo.
Dilansir dari dailymail.co.uk, Riina Cooke wanita asal Kanada ini awalnya tidak bisa menerima
kenyataan ketika Romeo yang berusia 9 tahun
ternyata mengidap kanker tulang. Namun Riina
Cooke harus bangkit menghadapi kenyataan. Bukan kesedihan yang tentunya ingin dikenang oleh Romeo. Akhirnya Riina membuat daftar hal-hal yang ingin dilakukannya bersama Romeo, termasuk pawcure dan pijat relaksasi untuk anjing
kesayangannya tersebut. Bahkan Riina tidak lupa
untuk mempertemukan Romeo dengan kekasih
hatinya.
Sebenarnya penyakitnya Romeo bisa diobati dengan car amputasi, namun hal ini tidak dapat dilakukan karena tubuh Romeo sudah tidak terlalu kuat mengingat usianya yang sudah tua. Akhirnya Riina memberikan kado spesial dengan petualangan seru untuk Romeo. Bahkan meskipun ini ulang tahun Romeo yang terakhir, Riina sangat antusias dan sebisa mungkin menghabiskan lebih banyak waktu bersama dengan Romeo. Menurut dokter yang menangani Romeo, kanker akan menggerogoti tubuh Romeo dan hanya memiliki siswa waktu selama 4 bulan. Waktu itu digunakan untuk Riina memberikan apapun yang bisa membuat Romeo bahagia.
Banyak orang yang harus berjuang melawan
sakitnya di usia yang sangat muda, seperti Triona
Priestley. Di usia 15 tahun, remaja asal Inggris ini
harus melawan penyakit cystic fibrosis yang
dideritanya. Dilansir oleh dailymail.co.uk, Triona mengalami sakit yang menyerang paru-paru dan sistem pencernaannya tersebut sejak lahir. "Sejak lahir Triona sudah berulang kali keluar-masuk rumah sakit dan hal ini tidak mengurangi sakit yang
dideritanya," ujar sang ibu. "Justru, penyakit ini dengan cepat menggerogoti nyawa putriku selama 2 tahun belakangan ini. Ia tidak pergi ke sekolah
sesering gadis seusianya karena tubuhnya terlalu
lemah untuk melakukan itu." Tetapi tahukah, Triona memiliki keinginan terakhir yang sungguh menyentuh. Impian gadis ini terwujud saat penyanyi Ed Sheeran meneleponnya beberapa menit sebelum Triona menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Ya, sahabat Triona yang bernama Lucy Hanlon berusaha mewujudkan mimpi terakhir Triona dengan menghubungi penyanyi favorit Triona tersebut melalui e-mail. Di luar dugaan, manajer Ed menelepon Lucy dan menyampaikan malam itu Ed akan menelepon Triona langsung dan akan menyanyikan lagu Little Bird, lagu favoritnya. Malam itu, Ed menyanyikan lagu Little Bird untuk Triona dengan diiringi petikan gitar khasnya. Tak lama kemudian Triona menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya. Rupanya duka mendalam juga dirasakan oleh Ed. Ia menuliskan di Twitternya ucapana belasungkawa untuk Triona. "Rest in peace Triona, so heartbreaking x," tulis Ed sesaat setelah kabar duka diterimanya. Hal ini membuat seluruh pengguna Twitter di dunia terkejut dan menyampaikan simpatinya dengan tagar #SongForTri setelah Lucy menuliskan permintaan terakhir Triona.
Barangkali yang dilakukan oleh Ed dan sahabatnya, Lucy adalah hal yang sederhana. Namun, tentunya dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya merupakan hal berharga terakhir yang dimiliki Triona di dunia ini.
Pekerjaan yang umumnya dikerjakan oleh pria ini dia pelajari dari suaminya Daniel Ajiraku. "Pada awalnya sangat sulit, tetapi sekarang saya
bersyukur kepada Tuhan, saya bisa mengatasi
ketakutan saya dan dapat sukses dalam karir
pilihan saya," ujarnya, seperti dilansir AFP.com. Suaminya mengajari Ololade semua teknik menggali sumur, bagaimana mengukur kedalaman, berapa biayanya, dan bagaimana menghadapi tantangan- tantangan dalam menggali sumur. Namun, suaminya telah meninggal sebulan yang lalu di usia 64 tahun. Kematian suaminya tidak lantas membuatnya menyerah. Dia tetap bersemangat dalam menekuni karirnya sebagai penggali sumur profesional. "Kehidupan harus berlanjut. Saya tidak bisa membiarkan kematian suami saya menghancurkan karir saya." ungkapnya penuh semangat.
Tetangga dan klien-kliennya memuji kemampuannya dalam menggali sumur. Bahkan, wanita ini pernah menggali sumur sedalam 40 meter. "Dia dianugrahi kemampuan untuk menggali sumur. Saya yakin dia melakukannya lebih baik dari banyak pria," kata mantan pemilik tanah Ololade, Yisa Abdul. Anak-anak dari Ololade yang tinggal di Spanyol telah mengikuti pekerjaan ibunya di bidang penggalian sumur. Putrinya yang masih berusia 14 tahun, Kobina, dapat terjun ke dalam sumur berisi air dan muncul kembali hanya beberapa menit kemudian. Pekerjaan menggali sumur rata-rata ditekuni oleh kaum pria. Namun, wanita ini tak mau gendernya menjadi penghalang apa yang dia inginkan. Pekerjaan ini termasuk pekerjaan berbahaya, Ololade menyadari hal ini. Kepercayaannya pada Tuhan membuatnya dapat menghadapi tantangan ini.
Saat menghadiri pertemuan dengan para penggali sumur, Mama Kanga merupakan satu-satunya wanita dari ratusan pria berprofesi sama. Namun ini tidak membuatnya minder, terlebih para penggali sumur lainnya menghormatinya dan menganggapnya sebagai ibu. "Mama Kanga adalah ratu kami, pahlawan kami, dan ibu kami. Kami sangat bangga padanya." ungkap salah satu penggali sumur pria, Yusuf Mainsara.
sebuah kertas karton yang dibuat oleh Chris
Ashmoneit. Mahasiswa Teknik Sipil di University of
Connecticut ini menyandarkan kertas karton
tersebut di sebuah pohon dan ia sendiri "nangkring" di atas pohon sambil menunggu orang-orang yang mau menggunakan jasanya. Jasa apa? Ia menawarkan diri sebagai teman mengobrol, tentang apa saja, dengan siapa saja.
Seperti yang dilansir oleh upworthy.com, ide in muncul ketika beberapa kali ia melihat video tentang papan kertas karton di Upsworthy. Lalu, ia pun ikut mencoba tren tersebut dan membuat papan kertas kartonnya sendiri. Di bawah tulisan "Wanna talk? I'll listen," ada tulisan dengan huruf yang lebih kecil yang berbunyi, "I also give free hugs." Jadi, selain menawarkan diri untuk menjadi teman mengobrol dan pendengar, ia juga bersedia memberi pelukan bagi siapa saja.
"Ide dasarnya adalah untuk menyebarkan kebaikan
kepada orang-orang. Berusaha untuk bersikap baik
kepada makhluk lainnya di dunia ini. Jika kita melihat seseorang sedang mengalami hari yang
buruk, kita bisa menemuinya dan mengajaknya
mengobrol. Kita pada akhirnya bisa membuat
hidupnya lebih baik dengan satu kali interaksi itu.
Cobalah berbicara dengan orang-orang yang tidak
benar-benar kita kenal. Cobalah pahami seseorang jika ia terlihat sedih bukannya marah pada mereka.
Juga pahami bahwa kita bukanlah pusat segala hal, pandang keluar dan lihat apa yang dialami orang lain, mereka mungkin berhadapan dengan hal yang lebih banyak dan bisa menggunakan sedikit bantuan.
" Dengan papan karton ini, Chris sering bertemu
dengan orang-orang yang mampir dan duduk
sebentar untuk mengobrol bersamanya. Ia mengaku telah bertemu banyak orang yang menarik; beberapa aneh, beberapa lainnya bijaksana, dan ada juga yang benar-benar lucu. "Aku bisa terlibat dalam percakapan yang dalam dengan masing-masing dari mereka; entah tentang mereka, diriku sendiri, atau hal-hal acak. Menyenangkan juga bisa melakukan interaksi dengan orang-orang baru," ungkap Chris.
pasti menimbulkan belenggu tersendiri dalam
kehidupan. But, living your life, mungkin ini yang
menjadi semangat anak laki-laki asal Phillipsburg.
Terlahir tanpa lengan dan kini sudah menginjak usia 10 tahun. Kekurangan yang dimilikinya tidak membuat Jahmir Wallace berhenti belajar hal baru.
Dilansir dari nydailynews.com, dengan tanpa sedikitpun ragu Jahmir Wallace yang sedang duduk di kelas 5 SD memilih alat musik trumpet untuk dimainkan di kelas kesenian. Lalu bagaimana Wallace memainkan trumpet sedangkan dia tidak memiliki lengan sejak lahir?
Kaki adalah keajaiban yang diberikan Tuhan kepada Wallace. Menggunakan kakinya dia belajar sangat keras untuk menguasai trumpet. Wallace mengatakan, "Saya sangat suka pentas dan inilah saatnya saya menunjukkan kemampuan saya kepada semua orang. Anak berbakat yang kini sekolah di Green Street Elementary menggunakan kaki kanannya untuk menekan tombol pada trumpet dan menggunakan kaki kirinya untuk mengatur suara trumpet. Wallace mengatakan bahwa dirinya merasa bahwa jari kaki
seperti layaknya jari tangan yang bisa membantunya melakukan hal-hal yang bisa dilakukan oleh anak normal. Wallace memainkan
trumpet dengan bantuan penyangga dan mengikat
trumpet agar Wallace bisa memainkannya dengan
mudah. Desiree Kratzer bahkan mengagumi kemampuan Wallace karena anak ini mampu bermain trumpet bahkan lebih bagus dari teman-temannya.
Selain itu, Wallace ternyata juga anak yang sangat mandiri. Memakai pakaian dan makan tanpa bantuan orang lain. Ibu Wallace yang sangat khawatir dengan keadaan anaknya di sekolah merasa sangat beruntung ketika kepala sekolah Raffaele LaForgia menjamin bahwa dia akan turut menjaga Wallace selama belajar di sekolah. Namun demikian ibu Wallace masih merasa cemas dengan transisi anaknya ketika masuk sekolah menengah nanti. Wallace meskipun cacat, dia sangat berbakat dan selalu berperilaku sopan kepada orang lain.
dan keinginan yang selalu bisa terlaksana. Bagi
beberapa orang kebahagiaan sangat sederhana
namun sangat bermakna dalam hidup selamanya.
Seperti misalnya Joanne Milne sangat bahagia dan
takjub ketika bisa mendengar untuk pertama kali dalam hidupnya. Selama 39 tahun Milne
menghabiskan hidupnya tanpa mendengar suara
apapun. Dilansir dari nydailynews.com, kebahagiaan yang tak terbendung sampai jatuh dalam butiran air mata ditunjukkan oleh Milne setelah pemasangan implan koklea di University Hospital Birmingham.
Perangkat elektronik ditanam pada bagian telinga
yang rusak sehingga secara langsung merangsang
saraf pendengaran. Meskipun suara yang dihasilkan tidak sama dengan orang yang bisa mendengar secara alami.Tapi setidaknya alat tersebut membantu penderita tuli untuk memahami
pembicaraan dan suara dari sekitar lingkungannya. Milne lahir dengan simndrome Usher yang
menyebabkan kehilangan pendengaran sekaligus
penglihatan pada beberapa kasus. Milne yang
akhirnya bisa mendengar menceritakan bahwa
dirinya merasa suara manusia seperti robot dan
dirinya berusaha membangun perpustakaan suara di dalam otaknya. Beberapa kata yang pertama kali
didengarnya adalah suara perawat yang
menyebutkan hari dalam seminggu dan bulan dalam setahun. Milne mengaku sangat senang selama 2 hari setelah memakai implan, dirinya bisa
mendengarkan orang tertawa dan burung-burung yang berkicau.
Kenyataan bahwa sang ibu terkena kanker sangat mengguncang Juanita. Ia mulai tidak berperilaku
buruk dan gagal naik kelas di kelas empat.
Hidupnya mulai tidak stabil, ia mulai melakukan
banyak hal buruk. Hingga pada tahun 1998, sang ibu meninggal. Beberapa bulan kemudian, ia menjalin hubungan dengan seorang pria dan memiliki seorang anak. Tapi hidupnya juga masih belum sempurna, karena setelah bertengkar hebat dengan suaminya, ia memutuskan untuk menjadi orang tua tunggal. Menjadi orang tua tunggal bukanlah hal yang mudah, apalagi Juanita tidak memiliki bekal pendidikan yang cukup. Sampai ia bertemu dengan seorang pria yang luar biasa bernama Ron Schmadel. Perlahan kehidupannya mulai membaik, hingga pada satu waktu ia mendapatkan pekerjaan untuk membantu anak-anak korban kekerasan rumah tangga. Di situlah ia menemukan pekerjaan yang tepat untuk dirinya.
Berangkat dari pengalamannya sendiri dan
kenangan atas ibu angkatnya, ia bertekad untuk
membantu lebih banyak anak lain. "Aku tahu kami
semua hanyalah tragedi dari kaum tuna wisma,
kemiskinan atau pelecehan, jadi aku menciptakan
sebuah program untuk menemukan orang tua yang mereka butuhkan juga." Kini dengan suaminya Ron
dan kedua anaknya Michael dan Ava, Juanita
kembali melanjutkan hidupnya dan membuatnya
jauh lebih bermakna.
Bennet mengajar, Anda akan bertemu dengan anak- anak yang berasal dari budaya dan latar belakang yang berbeda-beda. Anak-anak yang diajarnya berasal dari Filipina, Indian, Maori, Pulau Pasifik, dan Pakeha. Sangat beragam dan berwarna, tapi bukankah sulit untuk mengajar kelas dengan anak didik yang berasal dari latar belakang dan budaya yang berbeda?
Seperti yang dilansir dari nzherald.co.nz, Yolly Bennet punya trik dan caranya sendiri. Tantangan terberat mengajar di ruang kelas yang diisi oleh anak-anak dari latar belakang dan budaya yang berbeda-beda adalah untuk bisa saling
menghormati satu sama lain. "Atmosfernya harus
santai dan menyenangkan, tetapi selalu sibuk.
Batasan-batasannya adalah hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Kita harus berkomunikasi dengan baik dan saling menghormati satu sama lain," jelasnya.
Yolly Bennet pun punya caranya sendiri yang unik, kreatif, sekaligus menyenangkan agar bisa saling menghormati satu sama lain. Yolly Bennet mengoper sebuah bola kuning dan meminta setiap anak melengkapi kalimat "Saya istimewa karena..." Dan, setiap anak memiliki jawaban-jawaban yang menakjubkan. "Saya istimewa karena saya memiliki kehidupan yang luar biasa," kata seorang murid. Murid lainnya berkata, "Saya istimewa karena saya adalah saya." Seorang anak laki-laki berkata dirinya spesial karena dia jelek. "Mengapa jelek? Semua gadis mengejar- ngejarmu minggu lalu," jawab Mrs. Bennet dengan sebuah senyuman. Jawaban yang diberikan oleh anak-anak sangat bervariasi, ada yang lucu, manis, dan juga mengejutkan. Yolly Bennet adalah orang Filipina. Ia menuturkan bahwa di Filipina semua murid seperti tentara yang berbaris menuju perpustakaan.
Pada awal-awal ia mengajar di Gate Pa School, South Auckland, ia merasa sedikit kaget dengan perbedaan budaya yang ada. Di sekolah tempat ia mengajar sekarang, semua anak bebas berbicara dan hal tersebut sempat membuatnya merasa dirinya tidak dihargai sebagai guru. Namun, sekarang ia sudah bisa beradaptasi dengan baik dan bahkan membuat suasana kelas jauh lebih menyenangkan. Menjadi guru itu memang tidak mudah, tetapi jika semuanya dilakukan dengan hati, segala sesuatunya akan menjadi mudah. "Hari di mana aku tak bisa lagi menikmati hidupku adalah hari ketika aku berhenti bekerja (menjadi guru). Anak-anak bisa tahu mana yang nyata dan bukan," ungkap Mrs. Bennet.