It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
pedih ayahnya yang jatuh sakit dan hilang
kesadaran. Lari dari rumah sakit satu ke rumah
sakit lainnya, mereka selalu mendapatkan
penolakan. Alasannya klasik, kamar sudah penuh,
tidak ada alat memadai, harus antri panjang seperti ular, atau entah alasan apa saja yang menghalangi
proses pengobatan. James Bwelle, mengalami kecelakaan di dekat Yaounde pada tahun 1981. Awalnya ia hanya mengalami patah tulang lengan saja yang mungkin bisa sembuh dalam hitungan minggu. Namun karena tidak segera mendapatkan pertolongan, infeksi menyebar hingga ke otaknya. Infeksi tersebut kemudian menyebabkan hematoma, yang pada akhirnya membuat ia harus berbaring saja di tempat tidur. "Tak ada dokter bedah syaraf di Kamerun," kenang
Georges Bwelle, seperti dilansir CNN.com.
Seandainya sewaktu itu ada uang, ia tentu akan
membawa ayahnya keluar dari Kamerun dan
mencari rumah sakit lain. Namun, kala itu, bisa
makan saja sudah merupakan suatu wujud syukur yang lebih. Setiap hari Georges tidak pernah menyerah. Ia akan bangun pagi buta dan berlari ke rumah sakit demi mendapatkan antrean dokter. Sekalipun sudah berusaha bangun dan datang paling pagi, nyatanya di rumah sakit sudah banyak antrean panjang yang menunggu dokter. Bahkan, tak jarang beberapa orang dalam antrean tersebut meninggal di sana sebelum sempat ditolong oleh dokter. Situasi seperti ini tidak banyak berubah. Ketika James Bwelle meninggal tahun 2002-pun, Kamerun masih menjadi wilayah yang miskin bantuan medis. Setidaknya satu dokter di sana harus melayani 5 ribu pasien. Perbandingan yang sangat jauh rasionya dengan di Amerika, di mana satu orang dokter menangani 413 pasien saja. Sebenarnya ada sih dokter terapis yang bisa
membantu ayahnya dulu, namun biayanya sangat
mahal untuk berobat padanya.
Karena tingkat kemiskinan yang tinggi, tak sedikit
warga Kamerun yang menderita dalam penyakitnya. Melihat penderitaan ayah dan orang lain, hati Georges terketuk untuk menciptakan sebuah perubahan. Georges kemudian masuk sekolah kedokteran dan berjuang keras demi menjadi seorang dokter bedah. Iapun bekerja di rumah sakit pusat Yaounde, dan mulai membuat organisasi nonprofit bernama ASCOVIME. Organisasi nirlaba tersebut bergerak masuk ke pedesaan dan pedalaman hutan, menyediakan pertolongan medis gratis. Setidaknya hingga 2008 silam, Georges dan tim sukarelawan yang membantunya telah membantu 32 ribu pasien
tidak mampu. Setiap hari Jumat hingga Minggu, Georges dibantu 30 orang akan berangkat dengan membawa supply medis dan perlengkapannya. Mereka masuk ke pedalaman hutan di desa-desa untuk memberikan pertolongan medis. Penduduk di sana sangat antusias dan bersemangat
menanggapi aksi Dr. Georges. Mereka menyediakan bantuan sebisanya untuk memperlancar aksi Georges.
Setiap bepergian, ada sekitar 500 orang yang
dibantu Georges dan teman-temannya. Pasiennya
datang dari desa sekeliling yang jaraknya sekitar 60 kilometer. Mereka datang umumnya dengan berjalan kaki. Pasien yang ditangani Georges umumnya menderita malaria, TBC, malnutrisi, diabetes, penyakit seksual menular, dan lain sebagainya. Ada yang mendapat donasi kacamata, melahirkan gratis, dan beberapa operasi yang biasanya diadakan di gedung-gedung sekolah atau lahan yang cukup steril dan memadai. Tak jarang Georges dan teman-temannya harus melakukan operasi hingga keesokan paginya. Dan di sinilah penduduk desa berkumpul untuk tetap membuat Georges terjaga dengan menabuh dan membunyikan alat-alat musik tradisional mereka.
Sebuah kerja sama yang saling menguntungkan satu sama lain.
Kian hari, kian bertambah sukarelawan yang mau membantu team Dr Georges. Semuanya dilakukan secara gratis, hanya berdasarkan rasa kemanusiaan, dan keinginan untuk membuat keadaan masyarakat di Kamerun lebih baik. "To make people laugh, to reduce the pain, that's why I'm doing this," tutup Georges Bwelle. Sebuah alasan yang sederhana namun benar-benar memberikan aksi yang besar dan perubahan bagi dunia.
orang di dunia, kehidupan mereka harus
diperjuangkan dengan banyak sekali pengorbanan.
Demi mendapatkan uang, beragam usaha berat
harus dijalani. Seperti yang dialami banyak wanita di Pakistan, mereka harus bekerja membuat batu bata setiap harinya untuk dapat hidup dan membayar hutang-hutang mereka.
Kisah menyentuh hati dialami oleh Amma Bhatti,
seperti dilansir globalnews.ca, Wanita ini telah
menghabiskan setengah abad hidupnya untuk
mengubah tanah liat menjadi batu bata. Wanita yang tinggal di selatan ibukota Pakistan, Islamabad in harus bekerja keras untuk membayar hutang-hutang yang diwariskan kepadanya. Sejak berusia 10 tahun, Amma sudah bekerja untuk membayar
hutang-hutang orangtuanya. Kini, saat dirinya sudah berusia 60 tahun, dia masih harus membayar hutang sekitar Rp 30 juta warisan suaminya yang telah meninggal 12 tahun yang lalu.
Amma Bhatti mungkin tidak akan dapat melunasi
hutangnya meskipun dia menghabiskan semua sisa waktu hidupnya untuk bekerja membuat batu bata. "Kita adalah orang miskin, dan kita akan selalu hidup miskin. Jika Anda masuk ke jalan ini, satu- satunya jalan keluar ialah kematian." ujarnya putus asa. Masih ada ribuan wanita Pakistan lain yang harus menghabiskan masa hidupnya untuk membuat batu bata demi membayar hutang warisan atau bertahan hidup. Mereka bahkan tidak mendapat fasilitas hidup yang mendasar seperti air bersih atau kamar mandi. Setiap harinya mereka mendapat upah sekitar Rp 42 ribu yang mereka gunakan untuk membayar hutang.
adalah hal yang baik. Selain bisa membangun
kepribadian yang kuat juga bisa menjadikan mereka sebagai bibit masa depan yang berbudi luhur. Salah seorang guru kreatif yang mengajarkan hal ini adalah Akbar Rezaie. Ia adalah pria 27 tahun yang menjadi guru sekolah dasar di Iran. Dilansir dari stasiun TV Al Arabiya, guru muda ini mengikuti kelas khusus robotik sehingga bisa merakit robot buatannya sendiri.
Tujuannya adalah untuk mengajarkan anak-anak
didikannya tentang sholat. Robot ini bisa
mengucapkan bacaan sholat sehingga bisa ditirukan oleh anak-anak di sekolah. Bersama robot yang ia beri nama Veldan (Pemuda dari Surga), Akbar berhasil menarik perhatian siswa-siswanya untuk mau belajar sholat. "Seperti yang Anda lihat reaksi anak-anak di wajah mereka, Anda menyadari bagaimana menariknya robot itu bagi mereka dan melihat bagaimana ilmu robotika telah digunakan dengan baik untuk tujuan keagamaan, dan saya yakin ini akan sangat efektif dalam mengajar mereka bagaimana caranya sholat," kata Akbar.
Akbar sudah mendaftarkan hak paten untuk robot
ciptaannya ini. Ia berharap robot itu juga bisa
membantu dunia pendidikan dan diproduksi secara
massal. Wah, keren banget ya guru kreatif yang
satu ini. Ia menjadi pencerahan dalam dunia
pendidikan dan rela belajar membuat robot demi kemajuan murid-muridnya.
tertunduk lesu. Ia baru saja diberitahu oleh dokter
tentang hasil tes kesehatan anaknya. LEUKIMIA. Momok mengerikan yang tak pernah diduga menyerang puteranya. Seperti ibu-ibu yang
lain, ia juga ingin melihat puteranya tumbuh dewasa, ceria, mencapai cita-citanya, menikah dan
memberikan cucu untuknya. Tetapi semua mimpi itu tampaknya akan segera harus direlakan, karena leukimia bukan penyakit yang dengan mudah
disembuhkan, dan belum ada obat yang dengan
ampuh. "Apakah benar aku harus membiarkan impian- impian anakku juga hancur karena penyakit itu, Tuhan?" rintihnya dalam hati.
Suatu hari, ia berpikir tak akan membiarkan
anaknya kehilangan mimpi. Sekalipun waktunya tak panjang lagi, setidaknya ada hal yang ingin ia
lakukan demi membuat anaknya bahagia. "Bopsy, hal apa yang paling kau impikan saat dewasa?Apakah kau pernah punya impian melakukan sesuatu atau menjadi seseorang yang kau inginkan?" tanya sang ibu. "Oh iya bu, aku ingin sekali menjadi seorang pemadam kebakaran ketika dewasa nanti," katanya penuh semangat. "Baiklah, mari kita lihat apakah kita bisa mewujudkan keinginanmu nanti," kata ibunya sambil
tersenyum.
Tak menunggu lama, ketika anaknya masih berbaring di rumah sakit, sang ibu pergi ke sebuah
kantor pemadam kebakaran di Phoenix, Arizona. Ia
bertemu dengan seorang pemadam kebakaran bernama Bob yang punya hati seluas wilayah Phoenix. Ia menjelaskan kondisi Bopsy padanya dan bertanya, apakah bisa apabila anaknya diperbolehkan berkeliling blok rumah dengan mengendarai mobil pemadam kebakaran? Bob menjawab, "dengar ya bu, kami bahkan bisa
melakukan hal yang lebih dari itu. Jika hari Rabu
pagi besok kau bisa membawa anakmu ke sini jam
7 pagi, kami akan akan membuatnya menjadi
pemadam kebakaran honorer dalam sehari. Dia bisa datang ke sini, makan bersama dengan kami, ikut menjawab panggilan darurat dan bekerja dengan kami. Kami akan menjaganya. Dan bila kami bisa tahu berapa ukuran bajunya, kami akan
membuatkan seragam pemadam kebakaran serta
topi pemadam sungguhan, bukan mainan. Lengkap
dengan emblem, serta sepatu karet yang biasa kami gunakan. Pabrik kami bisa membuatnya khusus untuknya."
Terharu dan berkaca-kaca, sang ibu menyeka air
mata yang sempat jatuh mendengarkan kepedulian
orang yang bahkan tak dikenalnya itu. Tiga hari kemudian, Bob memberi seragam pada Bopsy dan menjemputnya dari rumah sakit, naik ke atas mobil pemadam kebakaran, di mana ia duduk di pangkuan Bob di belakang setir. Ada tiga panggilan darurat hari itu, dan Bopsy juga ikut serta menjawab panggilan tersebut. Aksinya
bahkan direkam oleh sebuah televisi setempat, di
mana pada akhirnya ia mampu mewujudkan impian
terakhirnya. Karena kebahagiaan yang dimilikinya, Bopsy hidup 3 bulan lebih lama dari perkiraan dokter.
Malam di mana kondisi Bopsy sangat menurun,
suster kepala tidak ingin Bopsy melewatkan malam
terakhirnya sendirian. Ia mulai menghubungi seluruh keluarganya untuk datang ke rumah sakit. Ia juga ingat soal cerita Bopsy menjadi pemadam
kebakaran, ia pun berusaha menghubunginya dengan harapan setidaknya ada perwakilan
pemadam kebakaran yang bisa mengantar
kepergian Bopsy. Tak terduga, Bob yang menjawabnya (lagi). Ia mengatakan akan tiba di rumah sakit dalam waktu lima menit. Ia juga akan membawa serta truk pemadam kebakaran lengkap bersama anggota mereka. Mereka tidak akan datang lewat pintu, melainkan naik tangga dan muncul lewat jendela. Begitu Bob masuk ke ruang perawatan Bopsy, ia tersadar. "Pak kepala pemadam, apakah aku benar- benar seorang pemadam kebakaran saat ini?" tanyanya melemah. "Iya Bopsy, kau adalah seorang pemadam kebakaran sekarang," jawab Bob. Bopsy akhirnya meninggal dengan tersenyum bahagia. Impiannya menjadi pemadam kebakaran telah diwujudkan oleh ibu dan kepedulian orang- orang yang penuh cinta.
tertunduk lesu. Ia baru saja diberitahu oleh dokter
tentang hasil tes kesehatan anaknya. LEUKIMIA. Momok mengerikan yang tak pernah diduga menyerang puteranya. Seperti ibu-ibu yang
lain, ia juga ingin melihat puteranya tumbuh dewasa, ceria, mencapai cita-citanya, menikah dan
memberikan cucu untuknya. Tetapi semua mimpi itu tampaknya akan segera harus direlakan, karena leukimia bukan penyakit yang dengan mudah
disembuhkan, dan belum ada obat yang dengan
ampuh. "Apakah benar aku harus membiarkan impian- impian anakku juga hancur karena penyakit itu, Tuhan?" rintihnya dalam hati.
Suatu hari, ia berpikir tak akan membiarkan
anaknya kehilangan mimpi. Sekalipun waktunya tak panjang lagi, setidaknya ada hal yang ingin ia
lakukan demi membuat anaknya bahagia. "Bopsy, hal apa yang paling kau impikan saat dewasa?Apakah kau pernah punya impian melakukan sesuatu atau menjadi seseorang yang kau inginkan?" tanya sang ibu. "Oh iya bu, aku ingin sekali menjadi seorang pemadam kebakaran ketika dewasa nanti," katanya penuh semangat. "Baiklah, mari kita lihat apakah kita bisa mewujudkan keinginanmu nanti," kata ibunya sambil
tersenyum.
Tak menunggu lama, ketika anaknya masih berbaring di rumah sakit, sang ibu pergi ke sebuah
kantor pemadam kebakaran di Phoenix, Arizona. Ia
bertemu dengan seorang pemadam kebakaran bernama Bob yang punya hati seluas wilayah Phoenix. Ia menjelaskan kondisi Bopsy padanya dan bertanya, apakah bisa apabila anaknya diperbolehkan berkeliling blok rumah dengan mengendarai mobil pemadam kebakaran? Bob menjawab, "dengar ya bu, kami bahkan bisa
melakukan hal yang lebih dari itu. Jika hari Rabu
pagi besok kau bisa membawa anakmu ke sini jam
7 pagi, kami akan akan membuatnya menjadi
pemadam kebakaran honorer dalam sehari. Dia bisa datang ke sini, makan bersama dengan kami, ikut menjawab panggilan darurat dan bekerja dengan kami. Kami akan menjaganya. Dan bila kami bisa tahu berapa ukuran bajunya, kami akan
membuatkan seragam pemadam kebakaran serta
topi pemadam sungguhan, bukan mainan. Lengkap
dengan emblem, serta sepatu karet yang biasa kami gunakan. Pabrik kami bisa membuatnya khusus untuknya."
Terharu dan berkaca-kaca, sang ibu menyeka air
mata yang sempat jatuh mendengarkan kepedulian
orang yang bahkan tak dikenalnya itu. Tiga hari kemudian, Bob memberi seragam pada Bopsy dan menjemputnya dari rumah sakit, naik ke atas mobil pemadam kebakaran, di mana ia duduk di pangkuan Bob di belakang setir. Ada tiga panggilan darurat hari itu, dan Bopsy juga ikut serta menjawab panggilan tersebut. Aksinya
bahkan direkam oleh sebuah televisi setempat, di
mana pada akhirnya ia mampu mewujudkan impian
terakhirnya. Karena kebahagiaan yang dimilikinya, Bopsy hidup 3 bulan lebih lama dari perkiraan dokter.
Malam di mana kondisi Bopsy sangat menurun,
suster kepala tidak ingin Bopsy melewatkan malam
terakhirnya sendirian. Ia mulai menghubungi seluruh keluarganya untuk datang ke rumah sakit. Ia juga ingat soal cerita Bopsy menjadi pemadam
kebakaran, ia pun berusaha menghubunginya dengan harapan setidaknya ada perwakilan
pemadam kebakaran yang bisa mengantar
kepergian Bopsy. Tak terduga, Bob yang menjawabnya (lagi). Ia mengatakan akan tiba di rumah sakit dalam waktu lima menit. Ia juga akan membawa serta truk pemadam kebakaran lengkap bersama anggota mereka. Mereka tidak akan datang lewat pintu, melainkan naik tangga dan muncul lewat jendela. Begitu Bob masuk ke ruang perawatan Bopsy, ia tersadar. "Pak kepala pemadam, apakah aku benar- benar seorang pemadam kebakaran saat ini?" tanyanya melemah. "Iya Bopsy, kau adalah seorang pemadam kebakaran sekarang," jawab Bob. Bopsy akhirnya meninggal dengan tersenyum bahagia. Impiannya menjadi pemadam kebakaran telah diwujudkan oleh ibu dan kepedulian orang- orang yang penuh cinta.
bagian tubuh Anda pada orang yang tak Anda
kenal? Mungkin Anda akan pikir-pikir hingga puluhan kali untuk melakukannya.
Sementara itu di China, seseorang pria rela
menyiapkan dirinya untuk menjadi donor sumsum
bagi orang lain. Hal tersebut termasuk kemauan Pan Weizhong, pria berhati emas itu, untuk
meninggalkan rokok, minuman keras dan diet
hingga turun 22 kg demi menyumbangkan sumsumnya. Pan Weizhong yang bekerja di bidang petrokimia, dengan senang hati menyiapkan diri setelah ia mendapatkan telepon dari Palang Merah yang mengatakan bahwa darah Pan cocok dengan
seorang pasien yang saat ini sedang sakit, Han
Guilin. Dengan mantap Pan mengiyakan bahwa dia
bersedia menyumbang sumsum miliknya. Demi hal
tersebut, Pan mengatakan bahwa dirinya
menggalakkan gaya makan yang lebih sehat, menolak ajakan jajan hingga berhenti minum dan
merokok.
Akhirnya setelah bertekad kuat, Pan berhasil turun
22 kg dari berat sebelumnya dan akhirnya berhasil
menyumbangkan sumsumnya pada Han. Sementara itu Han Guilin yang tinggal berjauhan dengan Pan, merasa tersentuh dan tak tahu bagaimana harus berterima kasih karena Pan telah menyelamatkan jiwanya. "Aku mungkin tak akan lama di dunia ini tanpa bantuan orang-orang. Keinginan terbesarku adalah bisa menemui orang yang menyumbangkan sumsumnya untukku suatu saat nanti," kata Han penuh harap dan keharuan. Han dan Pan tak bisa bertemu karena ketentuan
donor organ tubuh menjaga kerahasiaan penerima
dan pemberi organ. Han sangat berterima kasih
pada pendonornya, sementara Pan merasakan
kepuasan tersendiri ketika dirinya bisa bermanfaat
bagi orang lain.
berdiri. Kisah Louis Evan ini akan memberikan Anda banyak pelajaran berharga.
Dilansir oleh dailymail.co.uk, Louis Evan, 22 tahun,
selama bersekolah selalu menjadi bahan ejekan
teman-temannya. Pasalnya, ia memiliki rambut
merah dengan flek-flek di wajahnya. Dikenal sebagai "ginger hair", Louis menjalani masa-masa
sekolahnya dengan rasa minder akibat ejekan orang-orang di sekitarnya. Menjelang usia 20 tahun, ibu Louis yang selalu memberinya motivasi mengatakan bahwa Louis pasti dapat melakukan hal-hal yang besar. Akhirnya, Louis memasukkan profil dirinya ke sebuah agency model terkenal di London. Tak disangka, penampilan Louis yang dulunya menjadi bahan ejekan, ternyata justru menarik perhatian. Di Eropa, model dengan rambut merah merupakan model yang banyak dicari.
Louis yang dulunya tampak culun, kini tumbuh
menjadi pria yang tampan dengan wajah yang bersih dari flek dan jerawat serta tulang pipi dan rahang yang kuat. Ia menjadi model di perhelatan bergengsi London Fashion Week, muncul di halaman majalah fashion British Vogue bahkan diminta menjadi model di Milan. Hidup Louis seketika berubah dari seorang pemuda yang pemalu menjadi laki-laki yang terkenal dan dikagumi. Dari seseorang yang tidak dihargai kini
menjadi orang yang dikagumi. Nasib seseorang tak
ada yang tahu, bukan? Louis berani mengubah
hidupnya dan menggenggam mimpinya.
memiliki persahabatan yang sejati. Ya, tak mudah
mempertahankan persahabatan dalam waktu yang
cukup lama, bahkan jika maut memisahkan.
Namun, kisah Jane dan Gina ini membuktikan
bahwa sahabat sejati memang ada.
Dilansir oleh dailymail.co.uk, Gina mengalami
kecelakaan mobil yang menyebabkan ia meninggal
selamanya. Gina yang saat itu masih berusia 34
tahun, meninggalkan seorang suami dan 2 orang
anak yang masih kecil. Kejadian ini sungguh
membuat Jane, sahabatnya sangat bersedih dan merasa kehilangan. Pasalnya, Jane dan Gina telah
bersahabat selama 14 tahun semenjak mereka
sama-sama bekerja. Hanya dalam waktu 2 tahun setelah meninggalnya Gina, suami Gina yang bernama Shaun, tiba-tiba mengajak Jane bertemu di sebuah cafe. Jawaban Jane "Of course, I will" (Tentu, aku bersedia) ternyata mengubah seluruh hidup Jane selanjutnya.
Hari itu Shaun mengutarakan keinginannya kepada
Jane agar Jane mau merawat kedua anaknya.
Shaun yang menderita kanker, ingin agar ada orang terpercaya yang merawat anak-anaknya kelak sebelum dirinya meninggal dunia. Pada bulan November 2012, Shaun akhirnya menghembuskan nafas terakhir di usia 40 tahun
menyusul sang istri, Gina. Sejak saat itu, Lewis dan
Ashton yang merupakan kedua anak Gina dan
Shaun, diasuh oleh Jane.
Tentunya tak mudah bagi Jane yang merupakan
orang tua tunggal dari 3 anak kandungnya untuk
mengasuh 2 anak sahabatnya. Ia harus membagi
dirinya kepada dua keluarga dan melepaskan
pekerjaannya untuk merawat 5 orang anak. Tetapi
Jane mengaku ia melakukannya karena cintanya kepada sahabatnya, Gina dan Shaun yang kini telah tiada.
pelajaran yang bisa diambil. Hidup bersama dengan banyak orang senasib dan selalu berbagi
menorehkan pengalaman yang tidak terlupakan bagi anak-anak yang harus tinggal di sana. Seperti yang dialami anak-anak di Yayasan Yatim Piatu Mardhotillah Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta
Timur.
Seperti dilansir Merdeka.com, mereka menikmati hidup mereka yang seadanya, jauh dari kemewahan. Makan seadanya, hanya dengan lauk
tempe dan sambal sudah biasa mereka rasakan. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan pada panti
yang ditinggali 25 anak ini. Salah satu penghuni panti, Bayu Nata Linggar mengatakan, "Kita di sini biasa makan bareng- bareng dengan lauk seadanya, nasi tempe. Ramai- ramai 1 loyang bersama-sama (satu tempat seperti piring besar, istilahnya kembulan)." Menurut Bayu, dengan makan bersama-sama mereka bisa membangun nuansa kebersamaan. Mereka merasakan perasaan senasib, belajar, berjuang bersama, dan terpisah dari orang tua.
Teman senasib Bayu, Muhammad Jafar Assidik
menyatakan dirinya tidak malu bergaul dengan
rekan pantinya, justru tinggal bersama-sama
memiliki keunikan sendiri baginya. Tidur hanya dengan beralaskan tikar dan ditemani nyamuk tak masalah bagi Siddik. Karena kamarnya sedang diperbaiki, Siddik dan teman-temannya arus
mengungsi ke aula panti, tidur tanpa beralaskan
kasur. Siddik dan teman-temannya tidak setiap hari bisa mendapatkan uang jajan. Kadang-kadang saja dia diberi uang yang dititipkan lewat pembinanya
sejumlah seribu sampai dengan lima ribu rupiah. Bayu dan Siddik memiliki cita-cita yang tinggi.
Kehidupannya di panti yang serba pas-pasan tidak
menjadi penghalang bagi mereka. Bayu ingin
menjadi seorang sarjana dan bermanfaat bagi orang lain nantinya.
Kehidupan di panti selalu mengajari mereka berjuang mandiri untuk kehidupannya. Untuk itu, jika Anda merasa tidak puas dengan kehidupan Anda, ingatlah, banyak yang di luar sana
yang memiliki nasib tidak seberuntung Anda.
Sepenuh hati ibu menjaga anak supaya mereka bisa bertumbuh besar dan menjadi orang yang berguna. Namun, nasib malang harus dialami ibu yang satu ini. Adalah Loubna Khader, wanita yang satu ini harus mengalami patah hati yang teramat sangat. Pasalnya, pada tahun 2009 lalu, seorang pengemudi mabuk menabrak belakang mobil yang ia tumpangi bersama keluarganya. Tabrakan parah ini mengakibatkan putranya yang kala itu masih berusia 2 tahun harus mengalami 80 % kerusakan
otak.
5 tahun lamanya tak lantas membuat Khader
memaafkan Richardson, sang pengemudi mabuk,
begitu saja. Dilansir dari dailymail (24/2), beberapa
hari lalu Khader pergi ke penjara untuk menemui
Richardon. Ia pun menggedor-gedor kaca pembatas sel sambil berteriak. "Sudah lima tahun!! Ini sudah lima tahun! Anakku sekarat setiap hari, kata maafmu tak akan mengubah apapun!" teriaknya. Kini, Abdallah, sang buah hati Khader sudah berusia 7 tahun. Ia tak mampu berjalan, melihat, bahkan berbicara.
"Aku tidak pernah berpikir untuk memafkan orang
ini. Berkali-kali saya meyakinkan diri untuk
memaafkannya, karena hal ini tak akan mengubah
apapun. Tapi saat aku melihatnya, aku hanya
melihat setan dalam dirinya," ujar Khader dengan
emosi membara. Kasus Richardson ini terus ditahan hingga dilakukan pengadilan banding. Semoga kasus ini bisa menjadi pelajaran bagi kita ya. Alkohol memang tak baik apabila dikonsumsi secara berlebihan, apalagi hingga merugikan orang lain. Kita doakan saja semoga ada keajaiban yang membuat Abdallah cepat sembuh.
Ia pun akhirnya bertemu dengan Amber, seekor
anjing golden retriever yang akhirnya menjadi
sahabat terbaiknya. Amber tak hanya menjadi
teman, namun Amber juga menjadi tangan kanan
Amber. Ia bisa melakukan banyak hal seperti
menjawab telepon sampai memakaikan pakaian Helen di pagi hari dan menanggalkan sepatunya di
malam hari.Amber bahkan belajar bagaimana
membawa pakaian kotor ke keranjang pakaian dan
menaruhnya di mesin cuci.
Amber bertemu dengan Helen setahun yang lalu. Ia benar-benar bersyukur memiliki anjing yang benar-benar bisa membantu dia menghadapi hidupnya yang tiba-tiba berubah sulit dikarenakan kelumpuhan otak. Helen pun akan melatih Amber lagi untuk melakukan pekerjaan lain untuk membantunya menjalani hidup. Amber bukan hanya sekedar peliharaan bagi Helen. Ia merupakan penolong sekaligus teman hidup yang
sangat berharga baginya.
berkorban apa saja. Kita bisa melepaskan sesuatu
yang begitu penting dalam hidup asalkan bisa
membahagiakan orang tercinta. Kita juga bisa rela
berjuang apa saja demi menyelamatkan orang yang begitu kita sayangi. Kisah seorang remaja berusia 17 tahun ini begitu menyentuh. Di saat anak-anak seusianya pergi ke sekolah dan menyiapkan diri untuk mengikuti ujian masuk universitas, ia malah memutuskan untuk putus sekolah. Dilansir dari shanghaiist.com, remaja asal Guangxi, Cina ini memang sengaja berhenti
sekolah supaya ia bisa bekerja. Dengan bekerja, ia
bisa membantu biaya pengobatan sang adik.
Tahun 2013 lalu sang adik didiagnosis penyakit
leukimia. Keluarga yang tadinya tinggal di pedesaan Jingshan harus pindah ke Nanning supaya bisa lebih dekat ke rumah sakit tempat sang adik menjalani kemoterapi. Orang tua mereka pun harus berhenti bekerja sebagai petani supaya bisa merawat putranya yang baru berusia tiga tahun ini. Orang tua tak bekerja, otomatis tak ada
pemasukan untuk membiayai pengobatan. Akhirnya, sang kakak memutuskan untuk bekerja. Hanya saja karena usianya baru 17 tahun, peluang kerja pun sedikit. Terpaksa ia melakukan pekerjaan serabutan seperti mencetak pintu plastik atau membuat instalasi. Sebulan ia bisa mengantongi 1.000 yuan atau sekitar 2 juta rupiah.
Pada tahun baru Imlek lalu, sang kakak bisa
mengumpulkan uang 5.000-6.000 yuan (10-12 juta
rupiah) untuk membantu biaya pengobatan adiknya. Sebenarnya sangat disayangkan karena sang kakak seharusnya mempersiapkan diri untuk ke perguruan tinggi. Tapi sebagai seorang kakak, ia mengatakan kepada wartawan kalau saat ini yang paling penting adalah kesehatan adiknya. Ia berharap pengorbanannya untuk berhenti sekolah saat ini bisa dibayar dengan kesembuhan sang adik hingga nantinya adiknya bisa bersekolah sendiri. Sungguh sangat menyentuh sekali, ya Ladies. Sang kakak rela korbankan masa depannya dengan berhenti sekolah demi bisa membiayai pengobatan adik tercinta. Semoga sang adik segera diberi kesembuhan dan sang kakak bisa melanjutkan sekolahnya.
tidak jarang orang-orang yang serba kekurangan
bisa mewujudkan mimpinya. Bagi kita, sangat perlu
untuk belajar banyak dari orang-orang yang serba
kekurangan. Melalui mereka, terkadang kita
diajarkan bagaimana untuk kerja keras dan yakin untuk mewujudkan sebuah mimpi. Seorang remaja penyandang down syndrom bernama Jake Backman, dikatakan akan melawan seorang tokoh karate bernama Nathan Quarry (43). Dilansir dari mirror.co.uk, Quarry sendiri merupakan tokoh seni bela diri yang telah banyak mendapatkan gelar juara di setiap kompetisi.
Jake Backman yang juga sering disebut dengan
"The Snake" ini rencananya akan bersaing
memperebutkan gelar juara kelas menengah UFC di acara Rumble, Roseland di Portland, Amerika
Serikat dan melawan Nathan Quarry. Dalam sebuah acara, Jake remaja penyandang Down Syndrom mengatakan bahwa ia tidak takut untuk melawan Quarry. Ia mengatakan "Saya pasti bisa mengalahkannya. Saya yakin saya bisa. Saya
telah berlatih keras untuk menjadi seorang juara."
Backman sendiri diketahui telah berlatih bela diri
selama 4 tahun terakhir. Ia juga merupakan remaja yang giat berlatih, tidak mudah putus asa dan baik.
Bagi Backman, Quarry adalah tokoh bela diri
idolanya. Dan sudah sejak lama ia bermimpi untuk
mengalahkannya meskipun ia diliputi segala
keterbatasan.
Backman tercatat akan melawan Quarry pada
tanggal 18 April 2015 mendatang. Mengingat
semakin dekatnya pertandingan, ia dikatakan mulai
berlatih dengan sungguh-sungguh