It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Mulai hal seputar kuliahnya, kampusnya, kegiatannya.
Apa saja.
'Nih, my KTP...my real identity. Supaya kita sama-sama enak.' kataku.
Sebenarnya lucu juga.
Pakai KTP segala.
Tapi ya udah, mau gimana lagi.
Saat itu yang aku pikirkan cuma KTP saja.
Aku sodorkan my real KTP padanya.
Ubay menerimanya.
Hmm.
Tangannya berbulu lebat.
Halus sampai punggung tangannya.
Unik.
Ubay membaca nama asliku, tanggal lahirku, alamatku, pekerjaanku..
'Nah, tuh adalah the real me. Any comment?' tanyaku.
Ubay tersenyum.
' Kaget aku mas. Ternyata mas..bla..bla..bla.' jawabnya.
Hanya Ubay, anggota forum ini yang tahu nama lengkapku dengan benar.
Pekerjaanku yang sekarang. Alamat rumahku. Tanggal bulan tahun kelahiranku.
Tepat di first encounter dengannya.
Ubay tampak 'agak bingung'. Mungkin aku penuh kejutan ya.
'Kaget ya?' tanyaku.
'Iya. Sedikit.' jawabnya.
'Terus?' desakku.
'Hm. Kaget saja.'
Sama sekali tidak.
Aku suka memandang matanya.
Gaya rambutnya.
Bahunya.
Punggungnya.
Semua.
Logat Borneo-nya.
Semua.
Tapi tetap aku bilang padanya:
'This is a friend and friend encounter.'
Ubay mengiyakan.
'Sure it is. That's what I want.'
Kami bercakap bermenit-menit di sana.
Sudah tak terhitung banyaknya suku kata yang terpakai, berapa banyak kata kerja dan kata tanya yang terlontar.
Ribuan mungkin.
Mungkin setengah jam lebih.
Ubay sangat ramah.
Hangat.
Antusias bercerita.
Menjawab panjang lebar.
Sangat pintar anaknya.
Cerdas.
Penilaianku padanya.
Beberapa orang lewat di depan kami. Sepertinya rombongan wisatawan asing.
Rambut mereka pirang.
Tinggi besar badannya.
Ubay diam sesaat.
'Mas beda. Beda dari yang lain.' katanya.
'Beda apanya?' tandasku.
'Semuanya beda. You have your unique principles. Semuanya ada di cerita mas. Pasar Besi dan Konter Boy. Tak pernah kuduga ada orang seperti sampeyan.' katanya.
Aku tersanjung.
Semoga tidak memabukkanku.
'Prinsip serupa dalam hidupku, mas. We are in the same boat.' katanya lagi.
Udara malam kota Malang cukup dingin malam itu.
Tiba-tiba aku sudah bisa mengatasi kegugupanku.
Ubay listed them.
The ones that he discovered from my stories in the forum, explicitly or implicitly.
Some of them are:
- a discreet gay, gak open ke public terlalu berlebihan, wajar saja. Tidak perlu memproklamirkan diri.
- NO ANAL SEX. Tidak pernah ada dalam kamus pribadiku..mohon maaf bagi yang tidak sependapat.
- a straight lover alias pecinta lelaki straight.
- apa adanya saja, jika A katakan A, jika B katakan B..gak penuh rekayasa.
Aku jadi malu.
Aku bukan manusia sempurna.
Ubay mungkin terlalu berlebihan.
'I'm very dirty. Kotor. Jahat.' tambahku.
Jujur.
Aku ini 'super mesum'.
'Tapi kau selalu berpikir mas. Selalu sadar. You are different.' kata Ubay.
Memang ya, klo kita dah rasa nyaman bgt, nyatain identitas asli ga jd msalah...
Keep posting... Ini kisah nyatakan bro?...
Yup. This is a real story. Thanks for the support.
Kemudian Ubay berkisah banyak tentang peristiwa dalam hidupnya.
Tentang prinsipnya yang discreet, tak open pada siapapun---kecuali beberapa sahabat terpercayanya, tentang awal muasalnya sadar akan being a gay, dan tentang beberapa point in life yang menyakitkan hatinya.
'When I came here in Java, I was a total noob. Knew nothing about mirc, yahoo!messenger, such a gay channel, even the websites! I experienced them one by one. From friends, from accidental encounter..bla..bla..' Ubay berkisah.
Kupandang matanya yang bening.
Ada truth di sana.
Entahlah, Ubay langsung begitu banyak membuka diri tentang sekelumit cerita hidupnya padaku yang baru saja dikenalnya.
'Aku pernah punya Boyfriend, mas. Tapi itu dulu. Kisah manis di awalnya, namun menyedihkan di akhirnya.' tambahnya.
Aku antusias mendengarnya.
'Aku juga harus berjuang, to make my parents proud of me. Aku pernah gagal kuliah di sana di Borneo, lalu mencoba kembali di Jawa ini. Aku punya teman-teman hebat yang senantiasa memberi aku semangat yang menginspirasi aku.' lanjutnya.
Malam semakin dingin.
'Kita sambil jalan yuk.' ajakku sambil berdiri meninggalkan Halte kecil itu.
Ubay beranjak.
'Why did you tell me all of these? I am new to you.' kataku.
Ubay tersenyum.
'I don't know. You are different. My feeling told me.'
'Aku gak suka di sana. Too many gays there.' kataku.
'Sama mas. Aku juga tak nyaman di sana. Banyak gay yang di otaknya hanya make love, make love dan make love, berganti pasangan. That's what I hate.' tambahnya.
Kami memutar, lewat tepian Alun-alun, sampai di depan Kantor Pos, menyeberang jalan.
'Duduk di pagar lagi saja.' kataku.
Ubay mengangguk.
Aku tak bisa jelaskan mengapa aku felt cozy bersamanya.
Gugupku hilang.
Khawatirku lenyap.
Entah, mungkin Ubay memang spesial.
Kami duduk di depan pagar di Kantor Kas Negara, dekat perempatan.
Jauh lebih gelap.
Tapi ramai lalu lalang orang dari Mitra dan Gajahmada Plaza yang datang dan pergi.
Kami memandang Alun-alun yang gelap remang namun ramai di kejauhan.
Seolah memanggil kami untuk bergabung di sana.
'The more we knew them, the more temptations we got.' katanya.
Ubay sangat terbuka padaku. Membuka semua kisahnya.
Ubay tetap berusaha menjadi 'the real man'.
'Aku akan menikah. Mencoba.' katanya.
Aku terperangah.
'Oh ya? How?' tanyaku.
Ubay ketawa.
'Pakai obat mungkin. Because I dream of having babies..hehe.' jawabnya.
Aku diam.
How, Ubay?
Pertanyaan yang dulu selalu menggundahkan aku, namun selalu tahu jawabnya.
'Aku gay dari kecil, Ubay. Dari lahir sudah begini. Namun aku gak mau jadi wanita..' jawabku.
'Sama mas. I was a gay inborn. Baru nyadar sekarang. Kita sama nasibnya.' katanya.
'Aku mungkin tak akan married dengan woman. Gak bisa. Itu malah akan hurt mereka. Aku gak mau melukai siapa-siapa. Biar aku menderita, tapi jangan menyakiti orang lain.' kataku kemudian.
Ubay mengangguk.
'Mas suka petualang dengan straight macam the Pasar Besi boys. Wow. Kalau aku gak bakal berani mas. Too risky. Lagian aku juga gak bakalan bisa..takut. Gak tahu caranya.' Ubay berkata.
Aku menggigit bibirku.
'Aku suka sekali kisah mas. Dasyat sekali. Pokoknya aku suka.' katanya.
Malunya aku.
'Ah, thanks. Biasa saja lah. Cuma kisah biasa saja. Gak ada make love--nya karena memang gak pernah terjadi. Cuma pegang-pegang saja. Itupun saat mereka tak sadar. Memalukan.' kataku.
Memang.
Tak ada make love.
Aku cuma dapat fatamorgana.
'I am your biggest fan.' kata Ubay.
'Itu kisah mesum. Porn.' kataku. Memang demikian adanya.
'Aku suka sensasinya. Jujur.' Ubay bilang.
Sudah jam 20.35 saat itu.
Sudah semakin malam.
'Gak satu kalipun. Just with straight. Jatuh cinta yang selalu sia-sia. Gak pernah berbalas. Aku gak pernah BF-an dengan sesama gay. Tak pernah kubayangkan.' kataku.
Memang.
Terlalu discreet mungkin.
Atau memang too foolish.
Entahlah.
'Just straight and straight and straight. That's it.' kataku kembali.
Ubay menganggukkan kepalanya.
'Kalau pengen ya do it myself. Sudah itu saja.' tambahku juga.
Ubay ketawa.
'Satu-satunya jalan terbaik, aman, tidak merugikan siapa-siapa. Sama, hehe.' katanya menimpali.
Kami tertawa berdua.
Tertawa atas 'do it ourselves'.
'But you had a BF kan. Bisa make love.' kataku.
Ubay berpikir sebentar.
'Aku benci anal mas. Never. Aku gak mau melakukannya lagi. Never.' katanya pasti.
'In my opinion, make love kan gak selalu begituan.' kataku.
'Justru itu, aku berpikiran, masih banyak jalan menuju Roma. Mengapa banyak gay meminta yang begituan. Kita punya prinsip yang sama. That's why aku kagum sama mas. You are not the same.' Ubay berkata.
'Aha..pengen ya?' tanyaku.
Ubay tersenyum.
'Sangat penasaran mas. Dari dulu aku bermimpi ada yang mengajakku hunting melihat cowok-cowok mandi. Eh, mas ngajak. Ya, why not?' jawabnya.
'Wah, ini kan mesum bersama jadinya.' komentarku.
'Tapi kan cuma liat saja kan mas? Gak ngapa-ngapain? Kan wajar?' balasnya.
Aku tepuk pundaknya.
Sentuhan pertamaku.
Pundak yang kokoh.
'Kalau pengen?' candaku.
'Ayo, ngapain?' jawab Ubay.
Kami tertawa lagi.
Malam itu sangat membahagiakan buat aku.
Aku merasa Ubay adalah 'the one'.
Entah bagaimana perasaan Ubay.
Aku tak mau berspekulasi.
'Pulang yuk. Udah malam.' ajakku.
Ubay mengangguk.
'Mas pulang ke Sawojajar?' tanyanya.
'Gak. Ke rumah satunya. Kita bareng naik GA. Dekat kosanmu juga kok.' jawabku.
Ubay melongo.
Speechless.
'Kan kita bertetangga. Gak ada sekilo.' kataku.
Ubay masih terperangah.