It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Aku suka berpetualang menerobos bahaya.
Menjadi pengintip para lelaki kampung dalam kepolosan badan kekar mereka.
Punggung melengkung mereka yang keras berotot.
Penuh busa sabun di dada bidang mereka.
Penuh butir air segar yang meng-kristal terang tembus cahaya di sekujur lengan mereka yang berotot.
Terpeleset berkali-kali, terkena lumpur, terkena duri menuruni tebing demi sebuah pemandangan yang mencengangkan.
Adegan pria-pria muda belia yang mandi tanpa peduli sekitarnya.
Pemuda yang riang gembira di suatu senja.
Mandi bersama.
Yang membuat aku NGACENG berat.
Yang membuat aku TEGAK hebat.
Yang membuat nafasku pendek-pendek.
Yang memuaskan batinku sebagai pecinta lelaki lokal Indonesia.
Dan itu semua maksiat terkeji dalam sejarah.
Dosa.
Tapi ampunilah aku ya Tuhan.
Aku tak akan bisa mencintai wanita manapun secara lahir batin.
Secara total hingga aku mau berkorban dan berjuang.
Aku hanya cinta lelaki.
Mulai aku kecil.
Mulai aku tak mengerti mengapa nikmat sekali melihat bulge celana kakak kelasku.
Semuanya di luar dayaku sebagai manusia biasa.
Bagaimana aku bisa menghentikan kegilaanku ini...
Ampunilah aku Tuhan.
I am NOT perfect.
I just mengikuti takdir hidupku.
Terseok-seok penuh derita menghadapi "cobaan" dan "garis tangan" nasibku...
Dan yang terburuk.
Aku mengajak Ubay ke sana???
Mengajak "bermaksiat berjamaah"??
Betapa hina dina-nya aku.
Ubay.
Baru kukenal beberapa hari.
Bahkan aku tak tahu bagaimana wujud nyata asli dirinya.
Hanya snapshots di akun Friendster-nya saja.
Dan aku sudah berani bertingkah "sejauh" ini???
Why Jatu?
Why?
"Hm..tunggu aja kabar berikutnya ya..".
Aku takut berjanji.
Aku takut.
Sebenarnya siapakah Ubay ini?
Mahasiswa di UK, Bahasa Inggris..semester akhir...
Universitas di dekat rumah "baru" ku.
Aku diam. Meletakkan Nokia N73-ku.
Tidak ada balasan.
Mungkin memang tak perlu dibalas.
Tak ada bahan untuk membalas pesan singkatku.
Atau mungkin kehabisan pulsa.
Aku tak paham benar.
Aku lewatkan hari-hariku dengan rutinitas biasaku.
Membaca tabloid, download musik dan video di YouTube, pergi ke warnet, online dan sibuk melanjutkan kisah The Pasar Besi Boys...
Bergelut dengan nafsu lagi...
Dalam keadaan bergairah, di suatu kesempatan, setelah membayangkan yang "tidak-tidak" aku kembali mengambil telepon selularku.
Ubay.
Ya.
Teringat kembali padanya.
Pada pemuda asal Borneo itu.
"Boleh. Pakai MMS ya." balas Ubay.
Entah mengapa aku ingin menunjukkan foto Yudhi the Konter Boy---yang aku jepret menggunakan Nokia N73-ku padanya.
Kukirim menggunakan MMS.
"Udah nyampai?" tanyaku.
Ubay bilang:
"Belum, mas. Gagal dibuka."
Damn.
Berulangkali aku coba memgirimkan foto kepadanya.
Gagal.
Pesan multimedia tidak dapat dibuka.
Indosat tetap saja error.
"Udah, kirim pakai email saja gimana?" tawarku.
"Okay. Kutunggu."
Diberikannya alamat email-nya.
Langsung kukirim.
Berhasil.
Kenapa harus susah-susah pakai MMS kalau memakai Email langsung dari hape saja bisa.
Kutunggu responnya.
"Hmm...jadi itu ya si Yudhi. Lumayan." katanya.
Aku pandangi deretan karakter di Nokia-ku.
"Jadi?" tanyaku.
"Lumayan." jawabnya.
Lumayan?
"Enaknya aku teruskan gak ya sama dia?" tantangku.
Ubay membalas:
"Kalau mas masih penasaran ya teruskan saja. Silakan."
Kalau masih penasaran teruskan.
Kalau masih penasaran teruskan.
Hmmmm...
Rasanya ada sebelas durian jatuh tepat di kepalaku saat itu.
Deg. Pecah semua.
Kalau masih penasaran ya dilanjut saja....
My God.
Betapa dirty-nya diriku.
I suddenly felt that I was not innocent at all.
I was a straight hunter.
A straight seeker.
And abruptly, I felt that I was very very bad...
The nasty damned gay ever...
Buru-buru kubalas SMS-nya.
"Gak ah. Sudah gak minat." tulisku.
"Okay." katanya.
Aku menyalakan radio kembali.
Entah kenapa aku jadi suka mendengarkan lagu-lagu sekarang.
Tanda-tanda sedang "berubah"?
Mungkin saja.
Atau tanda-tanda aku mulai "terbawa suasana"??
I just can't answer it.
Pokoknya kunyalakan radio.
Kudengarkan musik sambil tidur-tiduran.
Sudah.
Dan aku paling suka lagu tentang cinta.
Parah.
Jatu sedang jatuh cinta??
Is Jatu falling in love?
Mungkin Nagabonar akan berkata : "Apa kata dunia?"
Tapi ini bukan Nagabonar.
Ini adalah Electrolove.
Listrik cinta.
Bergiga juta volt dayanya.
Jatu jadi "lemah".
Powerless.
Tetap SMS Ubay.
Masih di bulan Oktober.
Tahun 2008.
Baru saja kok.
Hari Minggu.
Sore.
Aku di kamar.
Browse sebentar pakai Opera Mini.
Tiba-tiba aku kangen pada Ubay.
My GOD...
My goodness...
Oh Gosh...
Ya Allah...
Kok bisa aku kangen pada Ubay?
Ketemu saja tidak pernah.
Kok bisa kangen?
Tanda-tanda ElectroLove mulai menyerang??
Kenapa tidak aku kirim saja fotoku lewat MMS padanya...
Semuanya akan lebih mudah.
Semuanya pasti akan berbeda.
Mengirim MMS berisi potret wajahku padanya?
Ya Tuhan.
Ini langkah besar.
Langkah "berbahaya".
Berarti Ubay akan segera tahu wajah "horor" diriku...
So how?
"Masak gak punya mas?" balasnya.
Memang gak punya aku.
Memang tak memiliki.
Aku sudah terlalu "sadar diri" untuk tidak mengumbar pose-pose wajahku yang biasa saja di internet.
Internet bakal terguncang.
Mozilla FireFox bakal hang selamanya...
Netscape bakal rontok menu-menunya...
Internet Explorer bakal macet loadingnya...
Bisa-bisa Google akan rontok data base-nya...
"Terus gimana mas?" katanya.
"Someday kamu akan tahu aku." jawabku.
"Okay."
Impressive.
Ubay sama sekali tidak memaksaku menunjukkan siapa diriku yang sebenarnya. Dia biasa saja.
Tapi aku yang "blingsatan".
Ubay terlalu berharga untuk dilewatkan.
Perasaanku berbisik.
Bahasa Jawa-nya "eman".
Sayang kalau dibiarkan lewat saja.
MMS saja.
Otakku berkata.
Ya.
Mungkin sudah waktunya aku membuka diri?
Aku selama ini selalu "discreet"...
Dan sekarang gejolak jiwaku memintaku menjadi "open"...
Sanggupkah aku?
Tuhanku...
Apakah sudah waktunya aku terbuka sedikit?
Membuka jendela demi Ubay?
Kapan lagi.
Mengapa tidak?
Apa yang kau takutkan, Jatu?
Apa?
Feeling.
Perasaanku berkecamuk.
Antara ragu dan memburu.
Antara perasaan, fear dan logika.
Apa yang harus kulakukan?
tapi tolong donk cerita PASAR BESI Boys nya diteruskan
penasaran banget nih sama Dimas, Irul, Panca dan Yunus..
banget banget penasarannya.. :oops: :P
Antara ya dan tidak.
Aku sudah siapkan MMS berisi potret diriku.
Dalam sekali tekan, bakal terkirim.
Beberapa menit rasanya menjadi beberapa tahun.
Proklamasi kalau aku adalah gay.
Siap.
Perasaanku sangat yakin kala itu kalau Ubay tak bakalan abuse my trust.
My instinct told me to trust him. Apa benar?
Jantungku berdegup keras menahan gejolak hatiku.
Uupps.
Yang terjadi terjadilah.
This was my first time to be open to another gay.
Moreover, we just knew for days. And the worst was I did NOT know him physically.
Nekad.
Mungkin sudah waktunya.
Apa karena aku jatuh cinta? Apa hanya karena ini adalah sensasi baru belaka sampai aku hanyut begini.
Tak pernah berhasil setiap kali aku kirim ulang lagi dan lagi.
Aku berkeringat.
Sensasi-nya berubah menjadi 'kesal'.
Apa ini pertanda buruk?
Atau malah pertanda baik?
Atau bukan hint at all?
Just a coincidence.
Nothing's meaningful.
Ubay membalas.
'Ah, ngerjain aku ya?'
'Gak kok. Memang gak bisa.' belaku.
Jadi gak enak dengan Ubay.
Mungkin dipikirnya aku ini lelaki yang suka main-main.
Suka bercanda.
Ah. Tetap error tak bisa terkirim.
Aku merebahkan diri di atas kasur tuaku.
Memandang langit kamar.
Memandang lampu.
Berdetak kuat jantungku.
Kuputuskan untuk menelponnya saja.
Kenapa tidak dari dulu kulakukan.
Apa yang engkau khawatirkan Jatu?
Kau punya pulsa.
Kau biasa berbicara.
Kau yakin bisa.
Cukup SMS-nya.
Ayo, telpon Ubay.
Sekarang.
Call him.
Keputusan besar.
Melangkah lebih jauh.
And swear, I was just like a teen with his very first love story..
Awkward.
Bewildered.
I dialled the number.
The tone in his side was audible enough.
One. Two.
I was as if being choked with a big ice cube in my throat.
I took a deep breath.
Relax.
Enjoy your time.
Calm down.
Take it easy.
Lembut. Tidak kasar.
Kesan pertama adalah suara yang 'romantic'.
'Hai. Ini Agus.Ehmmm..jatulelaki yang di forum...' kataku, tergagap sebentar.
'Oh, ya..salam kenal.'
'Salam kenal juga.'
Tiba-tiba saja aku menjadi sangat lega dapat menelpon-nya.
Aku sangat lega dapat mendengar suaranya yang khas itu.
Untuk pertama kalinya.
'Sedang apa?' tanyaku.
'Baca buku mas.'
Ya. Ubay memang a good reader. Dia sering meminjam buku di perpustakaan untuk membunuh rasa sepinya.
Dia bilang sedang menyelesaikan 'Black Mission'. Buku yang ada 'teori faktual' di dalamnya.
Kami terus bicara.
Aku sudah semakin tenang.
Ubay sangat menyenangkan di jalur telepon.
Responsif.
Ada jawaban.
Menghargai.
Menentramkan.
Entahlah.
Feeling-ku lagi sepertinya.
Renyah.
Enak diajak bicara.
'Dan rencananya setelah lulus gimana?' tanyaku.
'Aku suka Malang mas. Tapi aku harus pulang.'
Pulang.
Ke Borneo.
Entahlah.
Saat itu sudah 'habis dayaku' .
Ada apa denganmu Jatu?
Tiba-tiba saja semangat yang menggebu di benakku beberapa hari terakhir langsung rontok.
Runtuh.
Langsung ada yang hilang di irisan hatiku.
Aneh.
Kok bisa.
'Pulang?' tegasku. Kuatur nada suara 'kecewa'-ku.
Agar tak terdengar.
Kalau pulang, buat apa semua ini kulakukan?
Kecewa.
Sirna.
Perasaan yang aneh kala itu.