BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

ELECTROLOVE: Ubay, ElectroTouch pertama kita..(p.9)

1468910

Comments

  • Aku memakai jaket merah tua yang dipadu warna abu-abu gelap. Celana jeans.
    Tampilan biasa apa adanya.
    Dan yang jelas aku bukan chubby. Gak item. Dan gak gendut.
    Aku seperti lelaki pada umumnya. Biasa saja.
    Tampil straight.
    Wajar apa adanya.
    Mungkin aku datang terlalu dini. Too early.
    Kusandarkan punggungku pada tiang halte.
    Kupandangi jalan raya di depan yang mulai gelap.
    Lampu-lampu mulai bekerja menerangi.
    Sarinah berpendar putih terang. Menara merahnya tampak gagah berdiri.
    Orang-orang bergerak dari satu penjuru ke penjuru yang lain.
    Membawa tas.
    Membawa belanjaan.
    Menggandeng anaknya.
    Ada yang sibuk menulis pesan di hapenya.
    Ada yang menyeberang jalan.
    Beberapa lainnya bergerak melintas di depan halte.

    Aku hanya ditemani seorang Bapak tua yang mangkal di halte itu dengan becak kosongnya.
    Kuambil nafas.
  • 'Becak, mas. Atau nunggu AG?' tanyanya.
    Aku menggeleng.
    'Mboten pak. Ngrantosi rencang.' kataku, menunggu teman.
    Dia mengangguk.
    Beberapa kali mikrolet AG berhenti di depanku dan menawarkan Arjosari, Blimbing atau Celaket.
    Aku menggeleng terus.
    Aku menunggu Ubay, pak.
    Kataku dalam hati.
    Dingin.
    Jangan-jangan Ubay tidak datang.
    Sebenarnya pingin kutelpon dia, tapi segan.
    Gak enak saja.
    Sabar, Jatu.
  • Aku memandang setiap gerakan yang ada di seberang. Aku tahu Ubay dari foto FS-nya, paling tidak perawakannya tidak akan jauh dari tampilan di web itu.
    Belum ada.
    Belum muncul sama sekali.
    Gelisah?
    Ambil nafas.
    Ini bukan kencan.
    Just a simple encounter.
    Pertemuan biasa antar teman.
    Friends?
    Kok gemetar begini.
    Jangan ke-GR-an kamu, Jatu.
    Belum tentu Ubay merasakan hal yang serupa.
    Jangan berangan terlalu lepas ke atmosfir terluar.
    Jangan banyak berharap.
    Nanti kecewa.
  • Aku merapatkan kedua lengan tanganku, menghangatkan diri sendiri.
    Jatu, this is a 'critical' step.
    Bagaimana jika engkau benar-benar jatuh cinta pada Ubay?
    Akankah engkau sanggup menanggung beban berat, efek samping yang muncul berikutnya?
    Have you ever heard of 'the Domino Effect'?
  • You are a 'straight' in disguise.
    You pretend to be at least.
    Then your identity as a 'gay' will be revealed.
    Are you ready socially?
    You will be seen here and there with this Ubay.
    Will your surroundings see that as normal?
    Your Mom?
    Your Dad?
    Your colleagues at work?
    People around you?
    How do you take the responsibility?
    Are you ready to be 'open'?
    Being the object of suspicion?
  • Oh, STOP it, you damned idiot!
    Teriakku pada my conscience.
    Aku cuma ingin bertemu Ubay.
    Sudah. Ketemu saja.
    Ada yang salah?

    Hei, Jatu.
    Dia anak Borneo.
    Kamu anak Jawa.
    Ingat jarak kalian ketika dia pulang nanti.
    Maukah engkau menderita, Gus?
    Mau merasakan perihnya hubungan jarak jauh?
    Hentikan. Hentikan langkahmu, Jatu.

    Distance?
    Tuhan. Benarkah Electrolove, listrik cinta ini begitu kuatnya mengaliri aku?
    Tuhan, mengapa?
  • Ada pertikaian batin kala itu. Antara melangkah pasti, atau malah mundur teratur.
    Aku siap gak ya?
    Berkecamuk semua.
    Siap. Siap.
    Sudah waktunya siap.
    Menanggung resiko seburuk apapun.
    Jatu siap.

    Tuhan.
    Itu dia. Ubay!
    Ubay menyeberang tepat di jalan depan yang tegak lurus dengan halte Gramedia ini.
    Ubay.
    Jantungku mulai ber-marathon cepat.
    Ubay is coming, dengan sweater merah lengan panjangnya.
    Aku mengatur nafas.
    Dia menyeberang jalan.
    Dalam hitungan detik kami akan saling bertemu.
    Electroencounter.
    Pertemuan yang penuh 'listrik'.
    Ubay pasti sudah melihatku dari kejauhan.

    What will his reaction be?
  • Ubay tampak tegap.
    Straight sekali.
    Pakai jeans.
    Rambutnya gak keriting ternyata.
    Dia setinggi aku.
    Cuman lebih tegap. Lebih berisi.
    Ah..
    Gantengnya.
    Jujur. Dia ganteng. Lebih hot aslinya. Hmmm..

    Aku deg-degan gak karuan.
    Malu. Segan. Tak punya harapan.
    Ah. Gimana ini. Harus bagaimana. How to act.

    Ketika Ubay sampai di halte, aku beranjak mendekat. Kujulurkan tanganku. Aku menyalami tangannya.
    'Hai.. Akhirnya kita berjumpa juga.' kataku.
    Sumpah. Aku gugup sekali.
    Kok jadi begini.
    Mana kehebatanmu, Jatu?
    Ubay menyambut tanganku.
    Tersenyum.
    Maka terjadilah pertemuan perdana kami.
    Jatu dan Ubay.
    Aku penulis The Pasar Besi boys dan Yudhi the konter boy, si jatulelaki.
    Dan Ubay adalah salah satu pembacanya, member forum juga. Si 'Kalajengking Merah'.
    Dipertemukan karena PM dan sama-sama curious.
    Terjadilah.
  • Kami sama-sama tersenyum.
    Kikuk rasanya.
    Di halte Gramedia yang terbuka. Banyak orang lewat di sana.
    'Duduk sini aja. Gak apa kan?' tanyaku, sambil menunjuk tepian pagar Gramedia.
    Ubay mengangguk.
    Dia lebih tenang. Entahlah.
    Mungkin sudah sifatnya.
    Kami duduk berdampingan di sana. Memandang jalan.
    Melihat lalu lintas dua arah di depan yang saat itu padat.
    Ah..
    Akhirnya bertemu Ubay juga.
    Akhirnya terwujud juga semua angan selama ini.
  • 'Ubay' ditunggu komen-
    nya...

    Nice story btw,..
  • Thanx buat Ubay yg telah memberi kebahagiaan pada mas Jatu. Kami ikut bahagia. Semoga pertemanan kalian lancar.
  • @ade89 dan blueriyo
    Thanks buat semuanya.
    Really appreciate that.
  • Kami duduk berdampingan.
    Di tepi jalan, tepi trotoar, sebelah selatan halte.
    Gak peduli orang lewat.
    Senang sekali hatiku.
    Tapi keringetan.
    'Hmm. Ya inilah aku. Gimana? Jelek kan?' kataku.
    Ubay memang berlogat Melayu-Borneo. Khas banget.
    Logat Indonesia agak Malaysia.
    Suka.
    Unik.
  • 'Ah, mas gak chubby. Biasa aja. Gak gemuk. Aku dibohongin.' katanya.
    Dia tersenyum.
    Aku suka melihat matanya.
    Aduh, Tuhan.
    Bulu matanya sweet sekali.
    Panjang-panjang.
    Halus.
    Mata terindah yang pernah aku lihat.
    Ubay setinggi aku.
    Mungkin lebih tinggi aku beberapa senti.
    'Aku kayak mimpi bertemu mas. Hmm. Gak nyangka.' katanya.
    Aku keringetan.
    Terus.
    Gerah gak karuan.
    My first encounter yang memang menggugupkan aku.
    Gugup.
    Mungkin malu.

    Lampu Gramedia menyala terang di punggung kami berdua. Bersinar di belakang.
    Bagaikan background---seolah matahari tenggelam.
    Romantis.
    Indah.
Sign In or Register to comment.