BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

ELECTROLOVE: Ubay, ElectroTouch pertama kita..(p.9)

1235710

Comments

  • 'Ya, mas. Aku harus pulang.' tegasnya lagi.
    'Oh...begitu ya. Okay.' jawabku.
    Kok aku jadi sedih.
    Blue.
    Sepertinya terluka.
    Hmmm..

    Tetap bicara. Aku tetap melanjutkan pembicaraan kami. Bicara banyak hal.
    'Kesanmu ditelpon Jatulelaki gimana?' tanyaku kemudian.
    Diam.
    'Kesan? Hmm..gimana ya?'
    Ubay terdiam sebentar.
    Entahlah Ubay.
    Aku sudah merasakan sengatan Electrolove kala itu.
  • Mas jatu, banyak yang protes cerita Pasar Besi Boys tidak dilanjutkan. ayo donk mas lanjutkan. :lol: :oops: :o :cry: :oops: :roll: :D :shock:
  • @dua ribu
    Thanks very much atas semangatnya pada The Pasar Besi boys.
    Jika mas membaca kisah Electrolove ini sampai habis kelak---maka akan terungkap alasan aku tidak melanjutkan kisah tersebut.
    Terima kasih atas atensinya...
    NOTE:
    Electrolove thread ini khusus aku persembahkan untuk Ubay tercinta.
    Syukur jika ada yang ikut suka membacanya.
    Apabila kurang berkenan, mohon maaf.
    Namanya saja kisah sederhana, apa adanya, jauh dari kesempurnaan.
    Yang penting, this is totally for Ubay.
    Thanks for Mr. Moderators to make it happen...
  • "Mas Agus orangnya kelihatan sekali Jawa-nya. Meskipun sedang berbicara Bahasa Inggris. Lainnya gak tahu. Gak bisa bayangkan." katanya kemudian.
    Aku tertawa.
    "Aku gendut dan hitam." balasku.
    "Kenapa dengan gendut dan hitam?"
    "Ya...many people don't like gendut dan item..hehe.."
    "No problem."

    Aku banyak berbicara dengannya mungkin sampai 45 menitan.
    Bicara apa saja. Mulai dari kuliahnya, acaranya hari itu dan seterusnya.
    "Hm..jadi tahu banyak soal mas Agus." simpul dia.
    "Menyesal gak sudah kenal aku?" tanyaku.
    "Kenapa? Rasanya gak percaya..." kata Ubay.
    "Gak percaya gimana?"
    "Ya...like a dream saja...akhirnya bisa mendengar suara jatulelaki."
    "Hmm..suka ceritaku ya?"

    Ubay tertawa kecil di ujung sana.
    "Ya..gimana ya...suka..." jawabnya.
    Aku bertanya lagi, "Why do you like my story?"

    Ubay tertawa kecil lagi.
    "Kisahnya lain daripada yang lain. Beda pokoknya."
    "Beda? Biasa saja menurutku. Kisah sederhana." kataku.
    "Justru itu. Sederhana. Apa adanya saja. Tidak muluk-muluk ditulis. Khas."
    "Thanks, then. Sebenarnya aku malu." kataku.
    "Malu? Kenapa mas?"

    Saat itu aku memakai handsfree. Sambil telentang memandang tembok kamarku.
    Seperti menikmati percakapan kami.

    "Malu saja. Sepertinya aku ini penuh nafsu. Gairah. Serba meledak-ledak." kataku.
    "Aku kayaknya liar ya..." tambahku lagi.
    Ubay terdiam sebentar.
    "I like your words. Seolah-olah pembaca ikut larut dalam ceritamu, mas." katanya.
    "Larut dalam cerita?" timpalku.
    "Iya...ikut masuk di dalamnya."

    Am I that good?
    Rasanya terlalu tinggi.
    Aku bukan penulis cemerlang yang bisa memainkan rangkaian kata sedemikian rupa. Hanya mengekspresikan diri semampu aku.
    Tidak mengikuti gaya siapa-siapa.
    My own style.

    "Tujuanku nulis The Pasar Besi boys cuma untuk mengekspresikan diri." kataku.
    "Aku baru tahu kalau mas nulis Yudhi The Konter Boy juga..."
    Ubay berkata.
    Aku menghela nafas.
    "Tambah malu aku. Kisahnya parah banget kan." kataku.
    "Pokoknya aku suka membacanya. That's why I sent you a PM." kata Ubay.

    Aku bergerak miring ke kanan.
    "Kenapa kau mengirimiku pesan pribadi?" tanyaku.
  • "Kenapa?" tanyanya.
    "PortNet. Aku tahu tempat itu. Mungkin kita saling kenal." katanya.
  • Ubay menambahkan:
    'Mungkin karena aku penasaran mas tahu PortNET, aku memberanikan diri kontak mas. Seperti mimpi, bisa bicara langsung seperti sekarang.'
    'What do you feel now?' tanyaku.
    'Happy. Still surprised. Really.'
  • Kuakhiri percakapan saat itu dengan lebih tahu banyak tentangnya. Tentang diri Ubay yang tanpa dinyana sangat menarik perhatianku.

    Pendek kata, aku menjadi 'orang lain', penuh semangat dan terkenang-kenang akan dirinya terus.
    Tidak ada tempat berbagi yang tepat akhir-akhir ini dan dalam sekejab aku menemukannya.
    Jiwaku berkata inilah 'sahabat' yang selama ini aku cari.

    Hanya satu ganjalan saja.
    Dia akan segera meninggalkan kota Malang di pertengahan Nopember 2008. Beberapa minggu ke depan.
    Sekarang sekitar 10 Oktober, pikirku.
    Hmmm.
    Waktunya sangat pendek.
    Ubay tadi bilang,'Setelah wisuda aku akan kembali ke Borneo.'

    Kesimpulanku, ini tidak mungkin diteruskan.
    Tidak mungkin.
    Kalau pulang, tak akan mungkin bersua lagi.
    Jawa vs Borneo.
    That's too much a distance.
    I must be realistic.

    Kutinggalkan kamarku menuju ruang depan.
    Duduk di kursi depan.
    Menikmati kacang sisa lebaran.
    Berpikir.
    Menerawang.
    Ah, lupakan saja si Ubay.
  • Back to my routines.
    A friend of mine asked me to help him learn firmwares of phone.
    'Yo wis, gak opo. Aku belajar bareng.'
    We were learning new things about mobile phone firmwares. It was a lot of fun.
    We flashed phones, killed a few of them, but we were very overexcited when we managed to bring them back to work.
    Fun.
    It made me know more about this technology.
    Despite being tired, I found it challenging and most importantly, killing the time.

    I was fixing a Sony Ericsson W810i when I suddenly was awaken to Ubay.
    Yup.
    I tested the ringtone and it was a shocking trigger in a wink of an eye.
  • I tested the quality of Sony Ericsson Walkman firmware by testing its speaker, and to my surprise Dewa's Risalah Hati was there:

    'Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta, kepadaku.'

    Aku terhenyak sebentar.
    Meletakkan kabel data DCU-60 yang baru saja aku pakai nge-flash firmware-nya di atas meja.
    Teman kerjaku rupanya memperhatikan perubahan raut mukaku.

    'Opo o, Gus? Trouble ta?' tanyanya.
    Buru-buru aku kembali fokus.
    'Gak. Gak masalah kok.'

    Lagu berformat .mp3 itu terus menghentak.
    Lirik terindah yang menyentuh hatiku adalah bagian utama lagu lawas itu.
    'Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta, kepadaku'.
    Oh Tuhan.
    My favourite song.

    Ubay.
    Ubay.
    The Borneo boy.
    Romantisme suaranya di telpon kemarin terngiang-ngiang di telingaku.
    Seperti bisikan yang silih berganti dari satu nada ke nada lainnya.
    Benar-benar tak habis pikir mengapa perasaan ini makin kuat saja.

    Dapatkah aku yang biasa saja seperti ini membuat Ubay jatuh cinta?

    Dan tanpa diperintah, my Adrenaline langsung mendidih panas.

    Ubay.
    Aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku, meski kau tak cinta, kepadaku.

    Aku menggebu.
    Ingat Ubay lagi.
  • Kuangkat Nokia N73-ku. Kucek pulsa. Masih 27 ribuan.
    Kucari kontak si Ubay.
    Saatnya sudah tiba.
    Sudah bulat keputusanku.
    Aku berdebar dan menggigil.
    Swear. Aku seperti orang demam saja. Tak doyan makan. Melupakan my dinner.
    Tuhan, doaku hanya satu.
    Dalam menjalani takdir-Mu yang penuh jebakan ini, aku mohon jika Ubay adalah yang tepat buatku maka dekatkanlah.
    Jika ternyata aku salah, jauhkanlah dia dariku.

    Entahlah.
    Virus apa yang membuat aku tersengat listrik seperti ini.
    Mungkin memang benar aku teraliri 'listrik cinta'.
    Electrolove.
    Sederhana dan biasa saja sebenarnya.
    Setiap orang tidak ada yang punya imunitas kebal padanya.
    Dan Electrolove inilah yang membangkitkan sisi 'romantisme' dalam buasnya aku, seorang Jatulelaki.
    Dan dalam sekejap aku mengambil keputusan besar dalam my being very very discreet.
    I'll reveal my identity.
    I'll show off.
    Aku akan menemui Ubay!
    Untuk pertamakalinya.
  • Lagu ny pz bgt "risalah hati".

    @jatulelaki: ubay udh bs nrima bang jatu apa ada ny, so jgn ada rasa minder lg buat kenalan lebi jauh.
    Semangat bang!!
    Hehehh...


    Btw, org yg lg kasmarn emg seneng dengerin lagu cinta n itu wajar ko,

    -CMIIW-
  • 'Ubay, kamu gak ada acara setelah Maghrib?' tanyaku.
    Ubay langsung menjawab.
    'Gak ada mas. Di kos-kosan saja kok.'
    Aku menahan nafas.
    Biarlah ini menjadi roman picisan tak berkualitas bagi mereka yang tak paham akan asal muasalnya.
    Yang penting dalam kegugupanku sore itu, aku gemetar menelponnya.
    Mungkin ujung telingaku menjadi merah terbakar.
    Malu. Stress. Gugup.
    'Ketemuan yuk. I'm ready now. Mau?' kataku.

    Lega sudah berhasil mengatakannya.
    Ubay langsung menimpalinya.
    'Okay, mas. Di mana?'
    Oh, Tuhan.
    Another step up for an 'open' contact.
    Aku harus siap.
    Sekali melangkah, aku harus siap dengan segala konsekuensinya.
    Pantang mundur.
    Apapun resiko-nya.
  • Aku tentukan tempat ketemuannya.
    Benar-benar tempat yang 'bukan semestinya' untuk pertemuan semacam ini.
    Mungkin orang akan tertawa mendengarnya.
    Namun aku orang biasa saja, yang tak biasa ke mall maupun cafe, atau restoran mahal dan sebagainya.
    Jatulelaki hanyalah pria sederhana yang discreet, arek Malang asli yang apa adanya.
    'Okay, mas. Aku datang.' kata Ubay.
    'Ini cuma pertemuan biasa. Just as friends. Friends. Okay?' tandasku.
    Friends.
    'Aku pakai jaket sport merah. Jeans. Dan guendut juelek sekali.' kataku.
    'Memang chubby ya mas?' tandasnya lagi.
    'Iya. Super gemuk. Takut ya?' kataku lagi.
    'We're friends.' jawabnya.
    Thanks God.
    Kami akan segera berjumpa.
    Pertemuan as simple as flipping your paper.
    Chubby dan gendut. Item. Jelek.
    Pasti itu yang bakal ada di benaknya.
    Padahal jatulelaki tidak seperti itu. Kalau jelek iya..
    Just to test him.
    Do you rank a person's physical look above all or not?
  • @sonicboy89
    Thanks buat semangatnya!
    Risalah Hati memang dasyat kok.
  • CHAPTER 2: ELECTROENCOUNTER, The First Encounter with Ubay

    Minggu sore. Setelah Maghrib, mungkin sepuluh menit setelahnya, aku sudah siap, berdiri harap-harap cemas di tempat ini.
    Tempat sederhana.
    Jauh dari bayangan banyak orang.
    Ini adalah halte angkot di depan toko buku Gramedia di Jalan Basuki Rahmad, depan Sarinah dan mcDONALD's, di samping Toko OEN, Malang.
    Aku tak punya tempat lain.
    Mungkin seharusnya aku ke cafe ya, untuk pertemuan perdana ini.
    Tapi Jatu ya seperti ini.
    Hanya Gramedia yang paling dekat dengan kosan Ubay. Dekat juga dengan rumahku.
    Dan aku gak suka ketemuan di Alun-Alun.
    Gak enak kesannya.
    Dingin.
    Angin bertiup dingin.
    Membekukan tulang.
    Jam 17.50.
    Ubay belum datang.
Sign In or Register to comment.