It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Duh..hahaha.. galaknya... uber-uber yang seperti apa nih? :roll: 8)
Pelan-pelan, kubuka mata.
'Hai,' suara itu menyapa. Masih berat. Bas. Dan tentu saja, seksi.
'Hai..' kuusap mata. Kesadaran masih belum sepenuhnya berkumpul, tatkala Tomi membungkukkan wajahnya dan menciumku. Tepat di bibir. Hanya sebentar. Hanya bibir yang bertemu bibir. Tak ada yang lebih. Tapi sanggup menyeret semua kesadaranku yang bertebaran entah ke mana, kembali berkumpul di ragaku. Di jiwaku. Seperti sengatan listrik, yang hanya menyentil jantung, sedikit. Listriknya lalu mengirim sinyal-sinyal ke seluruh tubuh.
'Sudah pagi ya?'
'Ya..'
Untuk sesaat, mata kami saling bertemu. Untuk sesaat, kami saling bertatapan. Untuk sesaat, dunia serasa tak berarti. Untuk sesaat, aku membiarkan diriku tersesat ke dalam bola mata itu.
Tapi, mungkin untuk seterusnya, kutemukan percik itu di matanya..
Cinta..
[continued]
Tomi berbisik. Lirih.
"Untuk apa?" Aku menengadah sedikit, mencari-cari wajahnya. Lalu mata kami beradu. Ia tersenyum. Aku membalas senyumannya.
"Menerima aku dalam hidupmu..."
Aku tersenyum lagi. Perlukah terima kasih untuk sesuatu yang seperti ini?
Malam kian larut. Kian sepi. Hanya suara motor yang lewat sesekali, membelah keheningan.
Di bawah selimut, kami saling berpelukan. Meski telanjang, tak terasa dingin sama sekali. Yang ada hanya hangat. Hangat yang membelai, dan memabukkan. Kukecup dadanya yang bidang. Alangkah nyamannya, bila pagi tak perlu datang... bisa selamanya seperti ini...
Aku masih berada di pelukan Tomi. Ia masih terlelap. Pulas seperti bayi. Lengkap dengan senyuman polosnya. Hatiku bertanya-tanya, sudah berapa lama sejak ia terakhir kali memeluk seseorang? Lalu aku teringat lagi. Pada Heri..sedang apa dia sekarang? Sudahkah ada seseorang yang membawanya menerobos hujan masa lalunya?
"Hai..sedang apa?"
Aku tersentak. Tomi sudah bangun rupanya.
Aku tersenyum padanya.
"Sini..."
Kami berciuman. Lama.
A thumb up, bro!
Btw, lanjut!
Lidah yang berpagut.
Tubuh yang berpeluk.
Bibir yang menelusuri lekuk-lekuk tubuh..
Tomi menyingkap selimut, menyibak dua tubuh yang telanjang. Matanya liar menjelajahi ragaku. Lidahnya, sama liarnya, menciumiku dadaku, putingku, pusarku, semuanya.. seperti menandai semua itu adalah miliknya.
Aku mendesah.
Aku menggelinjang.
Aku mengerang.
Aku mengeras.
Aku basah....
Lalu ia menindihku. Dan di dalam bola matanya yang bening, aku mendapati diriku...
Ia menciumi bibirku. Pipiku. Dahiku. Hidungku. Dan cupingku.
Ia begitu dekat. Begitu intim. Aku bisa mendengar desah napasnya. Debar jantungnya. Aku bisa membaui kelelakiannya.
Merah. Merekah. Tegak.
Detik berlalu. Nafas memburu. Nafsu membuncah.
Ia mengangkat tubuhku. Memasang pengaman. Lubrikat. Dan sebentar kemudian, kurasakan bagian dirinya memasuki diriku...
*
Di bawah kucuran shower, aku memenjamkan mata. Berharap dengan begitu, akan ada kesunyian yang meredakan gejolak di dalam hati.
Gejolak yang akhir-akhir ini selalu muncul. Gejolak yang meneriakkan pemberontakan. Gejolak yang membebani... Berdosakah aku? Salahkah aku?
Aku kangen pada ruang kecil yang hening, yang muncul setiap kali nafsu itu memuncak dan bertransformasi menjadi sperma...
*
Hai pembaca setia..hehehe..
Duh, yang lagi bimbang neh. Apakah adegan erotisnya harus detail? Apakah itu yang ditunggu2? Jadi bingung... komentar donk.. thanx.
Buat Esa, sabar yah. Ceritanya masih panjang. hehehe.
Cafe tempatku magang masih sepi. Hanya satu-dua pengunjung, termasuk Chris. Membuatku bisa leluasa duduk bersamanya, dan mengobrol melewati hari yang membosankan.
Aku tersenyum, "Biasa aja."
Dia menatapku dengan tatapan judes khasnya.
"What?" Balasku.
"Ada yang mau diceritain ga?"
Keningku mengernyit. "Ga ada."
"Pacarmu?"
"Siapa?"
"Tomi."
Dan aku menatapnya dengan heran. Dari mana dia tahu? Aku belum cerita apa-apa.
"Oops."
Giliran aku yang menatapnya dengan penuh selidik.
"How do you know?"
"Ya.." dia tampak serba salah, "Karena.."
Dan kesadaran itu mendadak menyala di benakku. "Kamu yang ngasih nomer gue ke dia?"
"He-eh."
Aku masih menatapnya.
"Rei, supervisor kamu manggil tuh."
Kulirik sebentar. Aku tengah dipelototi manusia reseh satu itu. Bukan salahnya juga sih, ada dua-tiga tamu yang datang.
"We're not finished."
Dia mengangkat bahunya. Lalu tersenyum nakal.
[continued]
Tergantung mood aja
Good story.. Mau d critain adegn erotis lebi byk jg gpp..anggp pelengkp aja. Tp aku lebih prefer ke crita personality ny.
Btw, gmn dgn bang heri??
*penasaran*
-CMIIW-
Tomi berhenti membelai punggungku. Terdiam. Membuatku menoleh padanya.
"Dia adik kelasku, dulu pas di SMA."
"Oh ya? Kenalnya di mana?"
"Lewat situs gay-dating."
"Oh.."
"Kenapa?"
"Heran aja."
"Heran?"
"Pernah pacaran ama dia?"
"Bukan tipe."
"Fisik?"
"Salah satunya."
Dia menciumi punggungku. Tengkukku.
[continued]