BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Dia..Lelakiku

245678

Comments

  • Sementara itu, di bumi Jakarta.....

    "Apa-apaan ini? Laporan keuangan dari mana ini? Ini transaksi apa? Kapan saya pernah memberi otorisasi untuk ini? Kredit ini? Angka-angka ini fiktif ya?"

    Seluruh karyawan diam saja mendengar mencak-mencak dan bentakan sang bos. Bos yang biasanya selalu baik hati dan sabar. Tak jarang keluar pujian. Paling sadis juga biasanya hanya kritikan. Tapi tak pernah pedas. Tak pernah membonuskan bentakan 3 oktaf.

    Mereka hanya bisa diam menunduk. Mencoba mereka-reka dalam hati, apa penyebab emosi Bos. Mencoba menguraikan paradoks di depan mata; habis liburan ke Bali bukannya harusnya malah jadi segar? Lha, ini koq jadi tambah penat?

    Lalu, sang sekretaris yang baik hati segera membubarkan mereka, dengan catatan revisi ulang semua laporan keuangan.
    Dan setelah gerombolan manusia dan angka-angka itu berlalu dari ruangan kecil itu, keheningan langsung melanda. Tapi gejolak di hati Heri masih belum reda-reda juga.

    Kenapa bisa-bisanya aku seperti anak SMA yang jatuh cinta begini? Kenapa bisa-bisanya pula aku seperti kehilangan akal sehat? Mungkin aku sudah betulan gila. Kewarasanku mungkin sudah diambil sama dia. Piuh.. dan aku... menulis puisi pula! Gila! Sungguh gila!

    Seperti matahari yang kehilangan sinarnya,
    seperti itu jugalah aku,
    gelap, dan terlupakan
    tatkala aku kehilangan cintamu..



    [continued]

    ps. poem taken from my personal blog. :)
  • Lanjutin dunk!
    Crta ny bgus dh.
  • Tiga bulan berada di Surabaya, aku dan Reina mulai beradaptasi. Kadangkala memang ada sedikit kangen yang menyesak di dada, yang membuat kami begitu ingin menatap kembali langit Bali, merenangi lautnya, dan menyelami hiruk-pikuk pantai. Namun, di sisi lain, kami juga sadar, itu hanya bagian dari masa lalu; yang hanya untuk dikenang, bukan justru menjadi pemberat langkah ke depan.

    Aku menyibukkan diri bekerja part-time di sebuah cafe di dekat kos. Reina bekerja sebagai guru privat bagi anak-anak SD. Dengan demikian, kami hampir tidak mempergunakan uang sisa hasil penjualan rumah di Bali. Uang di kami simpan di Bank, sebagai cadangan untuk hal-hal gawat-darurat. Kami memang hidup pas-pasan, tetapi hidup itu sendiri memang tidak pernah mudah bagi kami sejak awalnya. Aku percaya, semua kesulitan ini justru akan menempa kami menjadi lebih baik lagi.

    Kesibukan belajar untuk mempertahankan indeks prestasi demi beasiswa dan bekerja untuk menafkahi perut membuatku jarang terlihat di kampus. Biar begitu, aku punya seorang teman baik, yang berasal dari Jakarta. Namanya Chris. Darinya aku mengenal istilah 'gaydar'; katanya, dengan 'radar'-nya itulah dia berhasil mem'bau'iku.

    Aku masih ingat, hari itu, sebulan setelah perkenalan kami, ia menghampiriku, dan bertanya langsung: 'Rei, jangan marah ya? Kamu.. binan ya?'
    Waktu itu, jantungku hampir berhenti berdetak rasanya. Tapi aku mencoba tenang; 'Maksudmu..?'
    'Masa ga ngerti istilah binan? Demen laki.'
    Aku menelan ludah. Tak tahu bagaimana harus bersikap.
    Lalu ia kembali bersuara, 'tenang saja, aku juga koq.'

    Sejak itu, kami menjadi lebih akrab. Akrab yang hanya berteman, lho, tak ada yang lebih. Lagipula, aku tak punya waktu untuk pacaran, apalagi ngeceng-in cowok. Terlebih, aku masih belum paham betul diriku ini.

    [continued]
  • Lalu, siang itu, siang yang cerah, sedikit terik, ponselku berdering. Yah, masih berdering, karena ponsel tipe murah.

    'Halo?'
    'Halo, ini Rei ya?'
    'Iya, dengan siapa saya bicara ya?'
    'Hai, Rei. Gue Tomi. Boleh kenalan ga?'
    'Tomi siapa ya?' dengan lugunya aku bertanya.
    'Namaku Tomi. Aku tinggal di Surabaya. Kamu agak di pinggiran kota, kan? Umurku 26, tinggi 175, dan berat 63.'
    'Eh..iya..mm..'
    'Gimana kalo kita ketemu?'
    'Mmm..' aku bimbang. Mana ada waktu untuk ketemuan? Mana ada waktu untuk yang beginian? Tapi ada rasa penasaran yang meledak-ledak di jantungku. Ada adrenalin yang terus memacu detak jantungku.
    'Kapan..di mana?' akhirnya kata-kata itu keluar juga dari mulutku.
    'Terserah. Hari ini mau? Di TP, mungkin?'
    'Oke. Ntar kontak-kontakan aja ya..'
    'Oke. See ya.'
    'See ya.'
    Klik! Suara telepon diputus. Kutatap ponselku lama-lama. Masih mencerna apa yang telah terjadi. Gila! Aku sedang apa sih tadi? Mendadak, rasanya wajahku memerah. Debar jantungku masih belum mau berhenti juga. Tapi..whatever happens, happens.

    [continued]
  • Kami janjian bertemu jam 4 siang; kebetulan hari ini memang aku tidak punya shift kerja di cafe. Aku tiba di TP jam 3, sejam lebih cepat. Dengan debar jantung yang serasa kian cepat setiap detiknya. Dengan rasa senewen yang kian membuncah. Dengan rasa gugup yang begitu membunuh.

    Enam puluh menit yang terasa selamanya itu kemudian berakhir, begitu ponselku berdering dan kulihat namanya di layar. Detik ketika kuangkat, sambungan langsung diputuskan. Begitu seterusnya, dua atau tiga kali.

    Keningku berkerut. Kupandangi sekelilingku. Tak ada yang mencurigakan. Lalu kutelepon balik. Dan telingaku menangkap suara ponsel berbunyi. Aku menoleh ke belakang. Kulihat lelaki itu, gelagapan. Pasti dia. Aku tersenyum.

    'Yeah, I am so busted!' dia bersuara. Bas. Berat. Seksi.
    'Well, hai!'

    Sore itu kami habiskan berdua. Dari makan bersama sampai nonton bersama. Menyenangkan.

    *

    Jam sepuluh malam.
    'Besok kuliah pagi? Kerja?'
    Aku menggeleng. 'Besok tidak ada jadwal kuliah. Kerja mulai jam 10.'
    'Oh. Mau nginap aja ga di tempatku?'
    'Tapi aku ga bawa apa-apa.'
    'Pake punya gue aja ntar.'
    Aku dengan polos mengangguk. Belum menyadari bagaimana anak singa di hadapanku itu sudah menjelma menjadi singa betulan.

    [continued]
  • Curhat penulis/part 3



    Duh, koq sepi ya? Hehehe. Buat dhidhi, thanx for the comment here. Semoga kualitas tulisan tetap terjaga ya? :)
    Buat rekan2 BFers lain, diriku masih menunggu saran dan kritik dan masukan neh..;) tentang tulisan gue, tentang diriku.. :oops:

    Atau jangan2 tulisan gue ngebosenin ya? Drama queen banged? Standar? Klise? hmmm
  • bgus koq....di lanjutin donkk...hehehehe.....gw tunggu ya.....
  • bgus koq....di lanjutin donkk...hehehehe.....gw tunggu ya.....
  • bgus koq....di lanjutin donkk...hehehehe.....gw tunggu ya.....
  • Aku tertegun sejenak begitu memasuki kamar Tomi. Jauh dari bayanganku akan kesan kumuh seperti yang ia ceritakan. Kamar itu cukup luas untuk dua orang. Rapi dan bersih. Sebuah televisi 15' terdiam di sudut ruangan, dilengkapi dengan DVD player ala kadarnya. Ranjang double-bed ditutupi sprei bersih dan selimut, lengkap dengan sepasang bantal-guling.

    'Kenapa?' Tomi bertanya setelah sekian lama aku hanya berdiri mematung di depan pintu.
    Aku tersentak lagi. 'Oh, ga koq.'
    'Ga seperti harapanmu?' ia tersenyum.
    'Ga juga. Rapi, koq. Nyaman.'
    'Ya udah, bentar ya, aku ke kamar mandi dulu,' sahutnya sambil menyalakan televisi, 'Kamu nonton aja dulu.'

    Aku duduk di tepi ranjang Tomi, tak berani lebih jauh lagi. Takut membuat kusut ranjang besar itu.
    Televisi sedang menayangkan acara lawak malam. Sudah lama aku tak pernah menontoni kotak berwarna itu.

    'Lho, koq duduknya di pinggir begitu?' Tomi sudah kembali dari kamar mandi rupanya.
    'Eh, gak apa-apa koq..'
    'Ayo, jangan malu-malu, sini, bareng aku..' ia mengajakku beranjak ke ujung yang satunya lagi.
    Aku bangkit, dan menuju sampingnya.
    'Sini, dipeluk..'
    Aku menurut saja. Masih polos. Entah suara televisi yang cukup besar, entah pikiranku yang terfokus pada acara TV, entah memang diriku yang terlampau polos, tak kudengar nafasnya yang memburu. Tak kuperhatikan tatapan matanya yang begitu sarat...nafsu....

    Detik terus berlalu..
    .
    .
    .
    'Rei..?'
    Aku menoleh. Menatapnya sejenak. Masih belum mengerti sesuatu yang tidak beres.
    Dia diam saja. Lalu menunduk, menciumi dahiku. Lalu beranjak ke bibirku.............
    Aku mencoba mengelak.
    'Tom..'
    Dia mulai menggerayangi tubuhku.
    Jantungku berdebar tak karuan.
    Paru-paruku rasanya sesak.

    'Jangan, Tom...' aku mengelak lagi. Aku bangkit, menuju kamar mandi. Lalu membasuh mukaku berkali-kali.

    Saat aku kembali, ia sudah berdiri tegak.
    'Rei... Kamu...marah?'
    Aku menggeleng. 'Aku pulang saja, Tom. Maaf.'
    'Rei.. apa yang salah? Aku ga pantas untukmu?'
    Aku menggeleng lagi. 'Entahlah. Aku tak bisa yang begituan tadi.'
    Ia menghela napas. 'Ya sudah. Kamu jangan pulang, ya? AKu janji, ga akan terjadi apa-apa.'
    'Yakin? Kamu yakin?'
    'Swear!' Ia mengacungkan kedua jarinya.

    *

    Tengah malam, aku terbangun. Mungkin karena suasana baru. Mungkin karena aku belum terbiasa. Mungkin karena suara-suara yang kudengar.

    Kubuka mataku sedikit. Tomi di samping. Suara-suara itu, suara desah napasnya. Ia bertelanjang dada. Ia..bugil. Dan sedang melakukan sesuatu dengan kejantanannya. Aku terkesiap.

    Kupenjamkan mataku erat-erat lagi.

    [continued]
  • lagi ngapain tuh? :shock:
  • Tapi.. meski mataku tertutup rapat, telingaku masih bisa menangkap jelas suara-suaranya. Desahannya. Erangannya. Meski suaranya tak begitu jelas, tapi begitu terburu. Begitu menghentak.

    Hidungku pelan-pelan menciumi bau kelelakiannya. Bau peluh yang bercampur dengan feromon. Meski samar, baunya begitu cepat memenuhi kamar kecil itu. Begitu memabukkan.

    Lalu, ia mengerang. Panjang. Setelahnya, sepi. Hidungku membaui bau yang kukenal setiap kali nafsu itu membuncah di dadaku. Telingaku berusaha mencuri-curi dengar. Tapi tetap tak terdengar apa-apa. Nafsu itu, erangan itu, desah napas itu, hormon-hormon itu, semuanya seolah ikut lenyap ke dalam pekat malam.

    Suara tisu. Sesekali. Suara celana.
    .
    .
    .
    Lalu kembali hening. Detik jam.
    .
    .
    .
    Aku terjaga. Tak bisa tidur. Tubuhku terasa panas sekali.
    .
    .
    .
    Aku bangkit. Beranjak ke kamar mandi.

    [continued]
  • lagi ngapain tuh? :shock:


    hehehe..maap ga pake sound effect. Bayangin aja sendiri ya..:P
  • :o ternyata lagi.... :shock:
  • lagi apa coba ? :mrgreen:

    Ceritanya baru segini... TAMBAH LAGI !!!!!

    Awas kalau putus di tengah jalan... gw uber-uber situ ntar :x
Sign In or Register to comment.