'tik..tik..tik..' suara hujan mulai jatuh diatap sekolah.
'waduh....hujan nih' ucapku saat palajaran terakhir masih berlangsung. pak joko tampak berapi-api menerangkan pelajaran sejarah yang membosankan.
Beberapa murid kulihat asik berbisik-bisik dengan teman sebangkunya tanpa memperhatikan suara pak joko. hanya sebagian kecil saja yang serius memperhatikan.
'iya nih dit, bakalan basah nih sampe rumah' balas rama teman sebangkuku.
Memang aku dan rama sudah bersahabat dari kelas satu smu sampai sekarang dikelas tiga smu ini. teringat kembali saat pertemuan pertama kami.
Aku begitu terpesona dengan tubuh mungil rama yang putih dan berwajah cute.
Comments
regards
~ART~
Semoga .. ^^
kok di daerah gue bunyi nya beda sih klo ujan..
lanjut dong 8)
Sengatan cahaya pagi begitu nikmat terasa mengenai tubuhku. Dibalut oleh pakaian abu-abu putih cemerlang yang wangi kainnya masih tercium.
Kami murid-murid semua berkumpul dilapangan basket sekolah ntuk upacara bendera dan mendengarkan ceramah perkenalan bapak kepala sekolah. Wajah-wajah ceria dari murid sekolah ini begitu bersemangat terlihat dihari pertama sekolah ini.
Saat acara usai semua berhamburan menuju kelas masing-masing. Namun aku tidak bisa mengikuti mereka karena panggilan alam ntuk setoran pagi yang kelupaan tadi pagi gara-gara terburu-buru kesekolahan.
saking terburu-burunya aku tak melihat.
"bruk........"
badanku menghantam benda lumbut yang membuatku terpental.
"oh...maaf saya terburu-buru" ujar suara didepanku.
Sesaat kuperhatikan apa yang ada didepanku. Aku terdiam hanya memandang. Wajah cute yang indah dikulit putih itu bermain dikedua bola mataku. Wajah ini mengingatkan pada artis sinetron richard kevin. Badannya tinggi dan cukup terlihat berisi.
"maaf aku pergi dulu" ucapnya sambil berdiri dan pergi menjauhiku.
Aku masih terduduk dilantai sekolah yang berdebu sambil memperhatikan tubuh itu menghilang kedalam ruangan kelas.
Saat sadar dari lamunan ku. kutepuk-tepuk pantatku yang berdebu.Sambil melangkah perlahan menuju WC sekolah pikiranku bertanya-tanya "siapakah yang memiliki wajah bagus itu?"
Trus??
@~
LOL
auk ah gelap
regards
~ART~
Disengaja kali, biar pada gondok
Oh..gitu yah ...
regards
~ART~
Ada 20 murid cewek dan 25 murid cowok dikelas ini. Semua mempunyai karakter yang unik-unik. ada si culun adi, si cerewet mira, si pendiam rangga, si hebah inoy dan banyak lainnya yang membuat kelas ini memberi warna sendiri bagiku menjalani hari-hariku.
Aku duduk dideret kedua dari belakang karena postur tubuhku yang cukup tinggi dari anak-anak seumurku. Sementara teman-teman yang punya postur lebih pendek duduk dibangku bagian depan.
"dit...tugas kemarin bikinkan? tanya ical teman sebangkuku.
"emang napa?" balasku
"Ah....enggak boleh liat ngak" katanya lagi.
"o....o..... loe pasti ngak bikin lagi ya" tebakku, karena udah beberapa kali ical ngontek pekerjaan rumahku. Aku sebetulnya ngak habis fikir sama nih anak. Apa sih yang dia kerjain sepulang sekolah sampai-sampai sering lalai ngerjain pr.
"hehehe....tahu aja loe" ujarnya sambil tertawa dengan mempelihatkan giginya yang sedikit dempet dibagian taring kiri. sehingga menambah manis wajahnya yang mirip artis wingky wiryawan.Tapi yang satu ini dalam versi hitamnya, karena kulitnya terkesan seperti orang yang sering bermain dipanas matahari.
Sejauh ini aku senang bisa berteman dengan ical. karena nih anak simpel banget orangnya dan ngocol tentunya.
"Nih..." jawabku sambil memberikan buku tugas kepadanya.
"hehe.... makasi ya, kamu emang teman yang paling baik didunia"
"Yey...kalo ada maunya pasti kayak gini" kataku sambil memukuli ringan bahu.
"hehehe..." sambil bergegas menyakin tulisanku kedalam buku tugasnya.
"Emang lue ngapain aja dirumah sampai sering banget ngak bikin tugas" tanyaku mengusik kegiatan ical.
Sejenak ia berhenti menyalin tugasku. Sedikit keraguan diwajahnya ntuk menjawab pertanyaanku.
"Emang....kenapa cal...lue jarang bikin tugas?" tanyaku lagi
"Bapak dit" jawabnya singkat.
"bantu ngapain?" ujarku penasaran.
"A...aku.. kerja dit"
"kerja apa....?"
kembali iya terdiam sambil tetap melanjutkan menyalin prku ke bukunya. seolah-olah dia tak mendengar pertanyaan terakhirku.