BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Buat Puisimu

13468911

Comments

  • kesana kesini
    kita saling mencari
    disenja ini
    kita saling melengkapi
  • pinjami aku sebilah belati tajam
    supaya sakit didada ku ini dapat kutikam
  • edited October 2016
    Cinta, Madu, dan Racun

    Teruslah berpikir Cinta tak ada logika,
    Maka kamu tidak akan pernah tau apa yang kamu dapat darinya,
    Apakah madu atau racun.
    Atau mungkin kamu pikir kamu tau,
    Padahal sebenarnya kamu tertipu.
    Kamu bisa saja mengira meminum madu, padahal ada racun di dalamnya,
    Atau bisa saja kamu pikir kamu meminum racun, kamu minum seteguk, lalu membuang sisanya karena rasanya pahit.
    Padahal yang kamu buang itu adalah madu
    dengan khasiat terbaik buat tubuhmu.
    "Gak mungkin ah!" pikirmu.
    Tapi Cinta sudah melakukannya berkali kali.
    Dulunya tentu saja tidak.
    Madunya adalah madu murni,
    Racunnya adalah racun asli.
    Dialah yang menyembunyikan madu dan racun di kedua tangannya,
    Lalu menyembunyikannya di balik punggung.
    Orang lalu tinggal memintanya menunjukkan tangannya, dan mereka tinggal memilih.
    Mereka akan memilih yang wangi, lalu didapatilah madu yang manis.

    Tapi kemudian manusia mulai memilih racun.
    Katanya mereka ingin memberikannya kepada orang orang terkasih.
    Cinta tentu saja mengingatkan konsekuensinya, tapi mereka tidak peduli.
    "Kamu yakin orang orang mau meminum racun ini?" Cinta bertanya.
    "Semua orang akan menerima apapun yang berasal dari kamu"
    "Bahkan racun sekalipun?"
    "Bahkan racun sekalipun! Lagipula kan kamu yang menyediakan 2 pilihan. Madu dan racun. Tidak masalah kan kalau saya pilih racun?"
    "Pilihan yang saya sediakan adalah hasil dari bahan bahan yang kalian beri. Selalu ada 2 hasil. Saya tidak akan menyembunyikan salah satunya karena saya Cinta. Saya memberikan kebebasan. Tapi saya tentu akan menyarankan madu. Karena madu itu baik. Racun tidak. Begitu kan logikanya?
    "Di antara kita tidak ada logika".

    "Bodoh sekali manusia ini!" pikir Cinta.

    Lalu kebodohan ini menyebar.
    Manusia semakin mengabaikan logika.
    Bahan bahan yang diterima Cinta semakin rumit karenanya.
    Cinta tetap membuat madu dan racun.
    Ia tetap membebaskan manusia memilih.
    Tapi madu dan racunnya tak lagi sama.
    Membuat logika orang semakin hilang.
    Membuat mereka tidak benar benar tau, mana madu, mana racun.
    Cinta masih tetap tau.
    Tapi manusia tidak
  • Madu ditangan kananmu
    Racun ditangan kirimu
    Aku tak tahu
    Mana yang akan kau berikan padaku
  • Senja Itu Kamu



    Kadang aku membayangkanmu sebagai senja.
    Agar aku bisa melihatmu setiap sore.
    Senja yang selalu ku nikmati bersama secangkir kopi dan sebuah lagu tentang kamu.

    Dan seperti halnya senja, kamu adalah keindahan yang tak bisa aku jamah.
    Aku hanya bisa menikmatimu dari jauh.
    Keindahan yang sementara namun terus berulang.

    Pernah aku berfikir, jika kamu adalah senja berarti bukan cuma aku yang mengagumimu, bukan cuma aku yang takjub akan ke elokanmu.

    Aku hanya sebagian dari mereka yang ketika sore selalu menghadap ke barat menanti sinar jingga yang kau pancarkan yang aku anggap sebagai senyuman.

    Biarlah, biar mereka membuat pesawat yang mampu mengantarkannya lebih dekat denganmu, biar mereka menjadi pelangi yang melengkapi keindahanmu atau burung-burung yang terbang disekitarmu agar kamu tak merasa sepi.

    Dan saat mereka sampai di dekatmu, aku akan tersenyum dan menyanyikan lagu tentang kamu, meski senyumku terhalang pelangi, meski suaraku tak seindah kicauan burung-burung itu.
  • Ku lewati pematang sawah
    Jalan pintas ke kebun randu
    Kenapa harus berpisah
    Bila masih saling merindu
  • aku masih disini
    tak beranjak sedikitpun
    didepan pintu,menunggumu pulang.
    saat engkau lelah dipecundangi semesta
    aku masih disini,menerimamu pulang,
    menyambut bebanmu,kita bawa bersama
    tak meringankan bebanmu memang,
    tapi aku berusaha untuk disampingmu.

    aku masih disini
    menunggumu bercerita,
    bercerita tentang kamu melewati hari
    aku mendengarkan
    kamu bercerita
    bila kau tertarik,aku akan bercerita tentang hari-hari ku
    menunggu mu,
    didepan pintu.
  • Tiga dari mereka membawa simpul yang ikatannya mati. . .
    Hanya aku yang yang membawa ikatan bersimpul tiga. . .
    Entah aku yang salah, atau mereka memang lupa. . .
  • angin berhembus tandaku lara
    air mengalir tanda kau ceria
    tanah berguncang tandaku hampa
    api membakar tanda kau setia
  • “Aku harus bagaimana, disaat puing-puing rinduku sudah tak ada harganya lagi dimatamu?”

    — .... dan aku harus pergi ke mana di saat malam selalu mengundang sepi?


    (t)
  • Ketika dirimu bosan
    Pergilah sejauh mungkin
    Dan ketika dirimu sudah senang
    Pulanglah sedekat mungkin
  • Diam bukan berarti ku resah
    Ku hanya sedikit merasa salah
    Ku takut hidup menjadi susah
    Dan kamu sombong bertambah gagah
  • aku masih di sini
    aku masih menunggumu
    menunggu hatimu
    membuka pintu hatimu untukku

    kuharap kau tau
    aku sangat mencintaimu
    walau harusku menunggu hingga ahir nanti
  • Diam

    "Adakah diam yang tidak ambigu? Bagaimana aku menikmati rasa, jika diam-mu bias tanpa sketsa..?"

    Runtutan tanyamu sesaat sebelum berlalu. Dirimu akhirnya beranjak menjauh, lalu lenyap pada suatu waktu diujung senja. Bersama keping-keping rasa yang terlanjur terserak. Aku hanya terdiam, meski raga menggodaku untuk beriak. Keping rinduku dan keping harapku kini berpendar dalam balutan absurd tak berbentuk, luluh lantak.

    Diamku adalah caraku untuk memahami dan menikmati pesonamu. Bukankah setiap makhluk mempunyai caranya sendiri dalam mengekspresikan rasa pada sesuatu yang dikaguminya? Seperti setangkai teratai yang rela menguncup ketika senja membalut semesta. Lalu genit merekah manakala pagi yang dinantinya telah hadir menyapa.
Sign In or Register to comment.