It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
kasian kau cal
“Jadi ini saatnya?” Aku bertanya dengan nada gamang. Kulihat Max mengerutkan dahinya tanda tak mengerti. “Ini saatnya gue dapat balasan atas sesuatu yang tak pernah gue kerjakan” Aku melihat Max tersenyum culas.
“Kenapa lo tidak pernah ngerti perasaan dia?” Teriakan Max membuat aku menatapnya dengan pandangan kosong.
“Gue saat itu sedang jatuh cinta dan cinta itu membuat gue egois hanya untuk mengerti seorang Daniel yang mencintai gue hanya gara-gara gue mendorong dia ke kolam dan menyelamatkannya” Aku menjawab seadanya. Aku hanya tak mengerti dengan orang yang mencintai secara berlebihan pada orang yang tak membalas perasaanya.
“Lo gak tahu gimana dia setiap malamnya selalu bercerita pada gue tentang lo dan lo. Lo gak tahu gimana gue saat tahu kematian dia yang saat itu begitu membuat gue terpukul” Aku menggeleng dengan kesakitan yang kembali menghantuiku, rasa bersalahku. Rasa bersalah yang coba ku kubur dalam-dalam menyeruak keluar.
“Siapa sangka ya dia mati karena gue, gue bunuh dia. Dia sebenarnya sudah mati di kolam waktu itu tapi gue berusaha berdoa pada tuhan kalau gue akan melakukan apapun asal dia selamat dan tuhan terlalu cepat mengabulkannya dengan membuat ia terbatuk-batuk. Gue ingat waktu itu bagaimana gue bahagianya melihat dia selamat. Gue juga sampai heran bagaimana bisa gue tidak mengenal dia saat gue lihat dia menatap gue di depan rumahnya. Gue tidak berani terlalu jauh masuk dalam hidupnya, gue gak mau cinta itu datang pada gue karena gue tahu sekali gue jatuh gue gak akan bisa bangkit lagi. Gue takut jatuh cinta padanya, sangat takut.” Penjelasan panjang lebarku di sertai dengan isakan yang seiring keluar mengingat bagaimana dulu keras kepalanya Daniel dan bagaimana psikopatnya dia padaku.
“Lo memang pantas mendapat rasa bersalah itu bahkan sampai lo bawa matipun gak akan ngebuat saudara gue balik. Lo tahu malam saat gue coba bunuh lo itu? Saat itu gue udah gak tahan hanya main-main dari jauh dengan lo jadi gue jalanin rencana buat ngehabisin lo malam itu di hutan tapi anjingnya saat gue melihat mata lo yang menatap gue di bawah sinar rembulan gue inget kata-kata Danie. –Tatap matanya dan lo akan tahu apa yang membuat gue sampai rela mati hanya demi seorang Ical- Itu yang dia tulis di surat terakhirnya. Gue tenggelam dalam mata itu bahkan dengan mudahnya lo buat gue terluka hanya karena terpesona akan tatapan lo.” Aku menganga merasa betapa berartinya aku dimata Daniel tapi dengan bodohnya aku membuat ia mengakhiri hidupnya hanya demi aku. Andai tidak ada Nathan rasanya tak akan sulit mencintai Daniel tapi hatiku seolah sudah terpaku dalam diri Nathan bahkan sampai detik ini perasaan itu masih milik Nathan.
Aku merosot terduduk dengan perasaan bersalah yang teramat parah. Matipun percuma tak akan membuat Daniel kembali dan kata Max terus terngiang di pendengaranku. Aku sudah hancur tuhan, sekarang akhiri semuanya.
Aku menatap seluruh ruangan ini dan malah berhenti pada satu sosok yang sekarang tengah menatapku dengan tatapan tak terbacanya.
“Bella tak pernah salah dalam semua ini, dia hanya ingin suaminya kembali tapi dengan bodohnya dia mempercayaiku akan membantunya agar kamu pisah dengan Nathan dan bodohnya juga dia percaya kalau aku akan dengan rela membuat mamaku berpisah dengan suaminya saat mamaku tengah meneguk kebahagiaannya. Papa yang brengsek itu tak pernah sekalipun membuat mamaku tersenyum. Yang ada hanya air mata.” Aku terus mendengar semua kata-kata Max. Kusandarkan punggungku kearah pintu dan saat itulah aku dapat merasakan betapa menyiksanya hidup dalam rasa bersalah.
“Kamu tahu Max, aku belajar satu hal dalam hal ini kalau cinta adalah pembawa penyakit yang paling hebat. Kalau cinta mampu membutakan orang-orang yang bahkan memang sudah buta. Cinta itu bodoh dan bodoh itu indah. Selama ada cinta, walau sakit dan derita mengiringinya maka semua akan selalu terasa baik-baik saja. Tapi saat cinta meninggalkanmu, saat itulah kehancuran akan menghantuimu. Tak akan adalagi kesakitan karena memang kamu sudah terkubang dalam darahmu sendiri. Cinta yang coba kamu teguk malah meninggalkanmu dengan secara gampangnya. Andai saja aku boleh berandai-andai, maka aku ingin kamu datang saat aku menemui kehancuranku itu. Akan dengan sangat mudah kamu membunuhku, karena harapanku saat itu hanya satu mati dalam pelukannya dan bahkan saat aku tahu harapan mati dalam pelukannya adalah terlalu indah maka aku akan lebih bersyukur lagi kalau aku mati dalam kesakitan parah agar aku tak mengingat lagi bagaimana aku di tinggalkan.” Aku tersenyum miris mengingat masalalu yang bahkan selalu terasa satu jengkal di belakangku.
“Kemarilah!” Aku dapat merasakan pelukan hangat itu, ya tuhan rasanya tubuhku mati kaku dan pelukan Max adalah jalan satu-satunya menyingkirkan kekakuanku. jika aku mati sekarangpun rasanya tak akan apa.
***
Aku mengernyit karena sang surya tiba-tiba menembak tepat di mataku. Mataku mengerjap beberapa kali hanya untuk membiasakan dengan sang surya yang menerangi seluruh ruangan yang di dominasi dengan warna hitam dan putih.
“Terlalu siang untuk tidak membangunkanmu sayang.” Aku mendongak melihat senyum Max yang membuat dadaku bertalu-talu rasanya baru tadi malam kami perang kata tapi sekarang dia sudah kembali menjadi Max yang manis. Aku membalas senyumnya dengan sepenuh hati berharap ia mengerti kalau aku tak main-main dengan kata-kataku.
Max duduk di pinggir ranjang dan menyerahkanku sepiring roti yang sudah ia olesi dengan selai kacang dan juga ada susu di nakas. Rasanya begitu berharga,
“Max!” Aku memanggil namanya membuat ia menoleh dan berhenti dari aktivitasnya mengetik balasan. “Kita ke makam Daniel ya?” Pintaku membuat ia mengernyit tak suka, dari tadi malam dia memintaku untuk tak membahas masalah Daniel, aku juga tahu kalau Max terus membisikkan cinta padaku saat dia merengkuhku dalam pelukannya di ranjang ini.
“Harus ya kesana?” Tanyanya dengan nada rendah.
“Please,, Aku mau melihat dia. Tadi malam dia datang ke mimpiku suruh aku buat datengin dia.” Aku tak berbohong dengan kedatangan Daniel di mimpiku tapi aku berbohong dengan Daniel yang menyuruhku datang karena Daniel hanya tersenyum padaku dalam mimpiku.
Max menatapku tak percaya dan aku hanya memandangnya dengan sorot mata tak terbaca. “Baiklah tapi hanya sebentar.” Aku mengangguk antusias
***
@Otho_WNata92 @lulu_75 @nakashima
@hendra_bastian
@akina_kenji @harya_kei @NanNan
@boy @BangBeki @arieat @Asu123456
@boybrownis @DM_0607 @littlemark04
@dimasalf9 @freeefujoushi @4ndho
@jacksmile @kristal_air @Pradipta24
@abong @cute_inuyasha @Aurora_69
@JimaeVian_Fujo
@ArDewa @wita @Rifal_RMR
@balaka @ridhosaputra @Lovelyozan
@amir_tagung @keanu_
@Watiwidya40Davi
Sudah pandai mengkiasan kata cinta
Dlm sekali kalu di resapi dan dihayati.
memang betul kata Patkai " Derita Cinta Memang Tiada Akhir"
Good job Ts
atau sebenernye daniel lom mati, jadi die ber main2 dg max wat ngerjain ical
Apa ical akan terpesona lagi setelah max tiba2 berubah baik lagi...
Penasaran penasaran penasaran...