It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Otho_WNata92 @lulu_75 @nakashima
@hendra_bastian
@akina_kenji @harya_kei @NanNan
@boy @BangBeki @arieat @Asu123456
@boybrownis @DM_0607 @littlemark04
@dimasalf9 @freeefujoushi @4ndho
@jacksmile @kristal_air @Pradipta24
@abong @cute_inuyasha @Aurora_69
@JimaeVian_Fujo @Hiruma
@ArDewa @wita @Rifal_RMR
@balaka @ridhosaputra @Lovelyozan
@amir_tagung @keanu_ @Watiwidya40Davi
Thanks
Nebak doang
Dan selanjutnya terserah anda
Yg terhormat @yeniariani
Hehehe
Aku berdosa sungguh sangat berdosa karena mengadilinya atas kesakitan yang telah ia berikan padaku sedangkan aku sendiri seolah menutup mata dengan kesakitannya.
Rasanya permohonan maaf pun tak akan cukup untuk mendekskripsikan kesalahanku. Aku terus meletakkan kepalaku di dada bidangnya.
“Jangan seperti ini lagi, janji padaku?” Aku medongak menatapnya sambil membelai bekas-bekas luka itu. Kulihat ia terus menatapku dengan tatapan redupnya.
“Tidak akan jika kamu ada di sisiku, hanya kamu yang dapat mencegah kelakuan gilaku” Jawabnya setelah cukup lama mendiamkanku.
“Aku tidak sanggup melihat kamu kembali terluka, kamu tahu aku mencintaimu dan akan selalu begitu jangan pernah menyakitiku dengan melukai dirimu. Aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku sendiri kalau sampai hal ini terjadi.” Aku dapat merasakan kecupannya di kepalaku. Andai saja waktu bisa di hentikan di sini dapat di pastikan aku akan memilih tetap bersama pemuda ini tanpa mau menatap orang lain.
“Aku sangat ingin mendengar kata-kata itu dan kamu mengatakannya. Terimakasih karena masih mau mencintaiku dan terimakasih juga karena mau mengerti kalau aku tidak bisa mencintai orang lain selain kamu” Entahlah walau aku sedang ada di dekatnya tapi aku selalu merasa khawatir seolah ini adalah saat terakhir aku bisa seperti ini bersamanya.
“Apa yang akan terjadi setelah ini?” Pertanyaan itu lebih tepatnya kuajukan untuk diriku sendiri. Hembusan nafasnya seolah menjawab kalau ia juga tak tahu apa yang akan kami hadapi besok .
“Jangan tinggalkan aku!” Itu sebuah perintah bukan permintaan. Andai saja masalah kami tak sepelik ini dapat ku pastikan kalau kata itu tak perlu keluar dari mulutnya karena aku akan dengan senang hati tetap berada di sisinya.
“Tidakkah kata itu harusnya aku yang mengucapkan?” Aku bertanya padanya dengan menggenggam jemarinya.
“Jangan tinggalkan aku dan ku janjikan padamu kalau aku tidak akan meninggalkanmu” Aku mengangguk dengan senyum yang terhias di wajahku. Biarkan apapun yang akan terjadi besok asal dia tetap ada bersamaku, aku akan mampu menghadapinya.
***
Aku melambaikan tanganku kearah taksi yang dia naiki yang sudah melaju dengan pelan, tadinya dia mau ikut masuk denganku tapi aku melarangnya. Kurasa lebih baik aku sendiri yang menghadapi keluargaku.
Aku berjalan memasuki gerbang rumahku, ku hembuskan nafasku dengan berat apalagi saat mataku menangkap mobil sport putih yang terparkir di dekat mobil papa. Semuanya bertambah dengan hadirnya mobil Kak Rudi. Sepertinya semua orang mengkhawatirkan aku.
Aku membuka pintu dan langsung di kejutkan dengan tamparan yang menghiasi pipi kananku, Oke aku dapat menerima tamparan ini tapi yang tak bisa ku terima adalah sosok yang ku sayangi yang telah menamparku, papaku.
Aku menatap nyalang kearah papa yang juga menatapku dengan tatapan bencinya. Kulihat mama hanya bisa menangis di dekat tangga dan juga Kak Mey yang ikutan menangis sambil terus mendiamkan bayinya yang merengek.
“Anak durhaka!” Papa berteriak kearahku dan rasanya bumi tak lagi ku pijaki. Untuk pertama kalinya keluarga menatapku dengan tatapan jijiknya. Apa papa tidak menerima kelainan seksualku.
“Apa mereka tidak pernah mengatakan padamu kalau keluarga bangsat itu bukan lagi tetangga atau teman kita dan kamu malah dengan entengnya menjalin hubungan dengan anaknya. Papa bisa terima kamu penyuka sesama atau apapun itu namanya tapi bisakan kamu tidak mejalin hubungan dengan anak bangsat itu!” Papa menghardik dengan tajam seolah lewat katanya ia mampu membelahku. Hatiku hancur, semua kekhawatiranku terjawab sudah. Jadi semua ini hanya karena cintaku pada Nathan. Aku mencintainya dan kalau boleh aku meneriakkannya maka akan aku lakukan karena cintaku tak akan semudah itu untuk di lenyapkan.
“Aku anak durhaka hanya karena aku mencintai pemuda itu? Begitukah?” Aku beradu tatap dengan papaku yang sudah menggertakkan giginya.
“Kamu benar-benar” Tangan papa yang akan menamparku terhenti di udara karena mama sudah berdiri di sana dengan lelehan airmata.
“Sudah Pa! Dia anakmu” Mama memohon dan aku hanya bisa mengalihkan tatapanku tak sanggup rasanya menatap kearah mamaku yang terlihat hancur di depan mataku sendiri.
“Dia tidak tahu apapun, dia harus di beritahu agar dia tak berbuat seenaknya. Tahukah kamu wanita iblis itu datang ke kantor Papa dengan berteriak kalau kamu sudah menculik anaknya.” Aku menganga menatap kearah papa yang di penuhi dengan amarah. Sejahat itukah mamanya Nathan?
“Aku tidak melakukan itu” Aku bergumam bagai orang linglung dengan tatapan liar. “Aku tak seperti itu” Aku terus meracau, ya tuhan aku bisa gila jika terus seperti ini.
“Ical dengar Mama, Ical. Kamu anak mama, mama tahu kamu tidak melakukan itu jangan pernah menyalahkan dirimu sayang” Dapat kurasakan dekapan mama di tubuhku tapi tiba-tiba dadaku terasa sesak. Aku memegang dadaku dengan keras berharap sesak itu bisa menghilang. Aku limbung dan terjatuh kelantai.
Dapat ku dengar suara teriakan Mama. “Ambilkan obatnya!” Hanya kata itu dan semuanya berubah gelap.
***
Aku membuka mata dengan berat, dan wajah pertama yang ku temukan adalah wajah Max. Dia hanya menatap datar kearahku seolah ekspresinya hilang semua.
Aku terus menatapnya yang tak juga mau mengalihkan tatapannya dan juga tak mau bersuara. Apa dia semarah papa atau bisa menerima seperti mama. Atau dia ada di tengah-tengahnya.
“Apa seberat itu menjauhinya?”Dia bertanya dengan nada gamang. Aku tidak mengerti dengan situasi ini, hubunganku dan Nathan seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja.
“Jika aku menjauh darinya maka kamu tidak akan mendapatkan utuh diriku. Kamu hanya akan mendapatkan tubuhku tapi tidak hatiku. Aku akan hancur seperti dulu mungkin sekarang akan berakhir dengan kematian” Aku mencoba jujur padanya. Kulihat dia hanya menghembuskan nafas beratnya.
“Bagaimana dengan kematian papamu?” Aku melotot kearahnya tak mengerti dengan kata itu. “Bangsat itu sudah berhasil menguasai perusahaan papamu dan sebentar lagi papamu akan hancur. Itukah yang kamu inginkan?” Aku menggeleng dengan tegas, tentu saja bukan itu yang aku inginkan.
“Bagaimana bisa hubunganku dengan Nathan mempengaruhi semuanya?” Aku bertanya masih tak menegrti dengan semuanya.
“Karena taruhanku dengan wanita iblis itu adalah, jika kamu berhubungan dengan Nathan maka aku tak ada hak ikut membantu apapun masalah yang terjadi padamu tapi jika kamu menjauh darinya maka dapat di pastikan aku akan ikut membantu dalam masalah pelik perusahaan itu.” Aku hanya mampu menggeleng mendengar penuturan Max. Masih tak percaya kalau tante Bela setega itu padaku dan anaknya sendiri.
“Jauhi dia dan aku akan membantu”
***
@Otho_WNata92 @lulu_75 @nakashima
@hendra_bastian
@akina_kenji @harya_kei @NanNan
@boy @BangBeki @arieat @Asu123456
@boybrownis @DM_0607 @littlemark04
@dimasalf9 @freeefujoushi @4ndho
@jacksmile @kristal_air @Pradipta24
@abong @cute_inuyasha @Aurora_69
@JimaeVian_Fujo
@ArDewa @wita @Rifal_RMR
@balaka @ridhosaputra @Lovelyozan
@amir_tagung @keanu_
@Watiwidya40Davi