It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kedatangannya untuk menyelamatkan
segerombolan kucing. Selama dua bulan terakhir, sopir ambulans di Suriah telah memberi makan kucing liar di kotanya dengan daging yang ia beli dari uangnya sendiri, The Independent melaporkan.
Pria yang dikenal oleh penduduk setempat sebagai
Alaa menghabiskan US$ 4 per hari untuk memberi
makan kucing. Hampir 150 kucing menggantungkan hidupnya pada Alaa, Reuters melaporkan. Kucing- kucing itu kehilangan majikannya yang memilih mengungsi dari Aleppo. Banyak netizen yang simpatik pada tindakan Alaa.
Dari Chicago, California, bahkan di seluruh dunia
yang membaca kisah Alaa. Mereka bahkan
menawarkan diri untuk memberikan donasi baginya. Diperkirakan 6,5 juta orang telah terlantar akibat perang yang sedang berlangsung di Suriah. Aleppo, salah satu kota terbesar di negara itu, telah menyaksikan kehancuran yang besar.
"Saya bisa lari lebih cepat daripada kebanyakan
teman-teman dan saya memiliki pekerjaan tetap
sebagai pelayan di restoran keluarga," kata Wang
dikutip Mirror.co.uk. "Jadi tidak ada alasan untuk mengasihani dan memperlakukan saya sebagai orang cacat."
Menurutnya ada satu hal yang membedakan ia
dengan orang kebanyakan, yakni Wang memakai
sepatu dalam kondisi terbalik. Wang dikabarkan sudah menikah dan memiliki seorang anak yang lahir dalam kondisi normal. Diketahui, Wang bukanlah satu-satunya orang yang lahir dengan anggota tubuh di terbalik. Seorang pria di Brazil Claudio Vieira de Oliveira, terlahir dengan kepala terbalik.
Montford di Perambur, Chennai, India. Akibat ide
mulia itu, seorang pengemis bisa mengecap
kehidupan yang lebih baik. R Naagar, 52 tahun, telah bekerja sebagai pengemis selama tiga tahun. Awalnya Naagar adalah penjual sayur di pasar Perambur. Usahanya itu kemudian bangkrut karena ditipu temannya. Untuk mencari nafkah, dia sempat menjadi penjual lukisan dinding. Namun dia jatuh hingga mengalami patah pinggul. Karena tidak memiliki keluarga lainnya, dia memutuskan menjadi pengemis. Namun sejak dua bulan lalu, Naagar sudah beralih profesi sebagai penjual cokelat di depan pintu masuk Candi Ayyappan, Perambur setelah mendapat bantuan dari siswa Kaligi Ranganathan Montford.
Semuanya berawal saat 13 siswa Kaligi
Ranganathan Montford melihat seorang laki-laki dan seorang anak perempuan mengemis di depan
sekolah mereka. Mereka merasa iba sekaligus risih hingga ingin melakukan sesuatu untuk mengentas para pengemis itu. Selanjutnya, mereka mencari para pengemis di sekitar lingkungan mereka dan
menawarkan pekerjaan lebih layak. Dari hasil penelusuran di sekitar candi dan taman,
didapatkan 30 pengemis, salah satunya Naagar. Para siswa ini kemudian mengumpulkan uang saku
mereka dan membantu beberapa pengemis itu
membuka toko kecil-kecilan dengan modal masing-
masing 2.500 rupee (Rp 489 ribu). "Kami sedang mencarikan pekerjaan bagi mereka, mulai dari penyapu jalanan hingga personel keamanan," kata M Roshni, salah seorang kelompok siswa itu. "Kami juga bertemu walikota dengan membawa ide
tersebut. Ia bahkan menawarkan pinjaman kepada
pengemis yang kami data." Tidak semua pengemis berhak menerima bantuan tersebut. "Kami melakukan tes darah pada mereka untuk memastikan mereka bukan pecandu alkohol
atau perokok," kata kepala sekolah sekolah Anitha
Daniel. Beberapa pengemis mencoba untuk memanfaatkan kami, kata anak-anak lain. "Beberapa dari mereka mengajukan syarat dalam mencari nafkah. Kami berhati-hati dalam memilih. Hanya mereka yang ingin menjalani kehidupan yang layak yang kami pilih," kata AC Hariharan, siswa lain.
Naagar senang bahwa ia tidak lagi mengulurkan
tangan untuk meminta-minta. Untuk sementara, dia
makan, mandi dan tidur di sekitar candi. Pada sore
hari, beberapa pemilik toko di sekitar candi berbaik
hati untuk menjualkan cokelatnya pada malam hari. Para siswa Kaligi Ranganathan Montford bahkan
meresmikan misi mereka sebagai hari anti-
mengemis pada Sabtu lalu.
Menengadahkan tangan dari satu mobil ke mobil
lainnya. Meminta uang sekadarnya kepada para
pengemudi yang berhenti di lampu merah. Empat
tahun sudah dia melakoni `pekerjaan` ini. Kesulitan hiduplah yang memaksa Rashad menjadi
peminta-minta. Kondisi itu pula yang membuat
dirinya tak menamatkan sekolah dasarnya. Karena
harus meninggalkan kampung halamannya, di luar
Saudi, menuju ke Jeddah. Namun, di tengah belitan nasib buruk itu, bocah yatim ini masih bisa mengembangkan hobinya: menulis puisi. Dia memang punya bakat luar biasa dalam memainkan kata-kata. Merajutnya menjadi puisi yang begitu indah. Meskipun hidupnya pahit, namun setiap untaian kalimat yang dia tulis terasa manis. Teman-teman, guru, serta pengawasnya di panti asuhan, yakin bocah ini punya bakat luar biasa sebagai pujangga. Sekarang, bagi siapa pun yang
singgah ke panti asuhan milik Al-Bir Society akan
disambut dengan puisi Rashad. Dia memastikan
setiap tamu panti akan merasa unik dan disambut secara istimewa dengan pusinya. Perjalanan hidup Rashad memang lekat dengan keprihatinan. Orangtuanya meninggal dalam sebuah
kebakaran tragis. Saudara lelakinya terluka. Dalam
usia belia itu, dia juga harus menanggung hidup
keempat saudarinya. Inilah yang mendorongnya
untuk hijrah dari sebuah negara di teluk menuju Jeddah. Rashad nekat pindah ke Arab Saudi untuk
mendapatkan uang yang selanjutnya dia kirim untuk menghidupi keluarganya di kampung halaman.
Cerita hidupnya berlanjut di jalanan Jeddah.
“Kemudian saya mulai menjual permen karet dan
handuk di lampu merah,” kata Rashad mengenang awal kehidupan jalanannya, sebagaimana dikutip Dream dari Arab News, Senin 22 September 2014. Setiap hari, Rashad mampu mendapatkan uang
sekitar Rp 225 ribu. Uang hasil keringatnya itu
secara periodik dikirim kepada saudarinya di
kampung halaman. Namun, angin kehidupan kemudian berubah. Suatu hari dia ditangkap petugas dalam sebuah razia pengemis. Dia kemudian dikirim ke panti asuhan. Di sanalah dia ketemu dengan teman-teman barunya.
“Di sana, saya mulai menghidupkan kembali masa
kanak-kanak saya yang hilang dengan menemukan bakat saya dan mengembangkannya,” tutur dia. Rashad sangat yakin dengan bakatnya dalam bernyanyi, menulis puisi, dan mempelajari Alquran dengan hati. Dengan bakat itu Rashad berharap bisa menapaki hidup yang lebih baik dan segera bisa mengarungi kehidupan baru di kampung halaman bersama saudari-saudarinya.
Asian Games Incheon, Kores Selatan. Sang Putri
menjalani debutnya sebagai atlet berkuda dengan
tunggungan kuda gagah berbulu hitam mengkilap,
bernama 'Pangeran Tampan'. Putri berusia 27 tahun yang pernah masuk daftar
"Top 20 hottest royals" versi Forbes itu merupakan cucu Raja Thailand. Meski demikian, dia mengaku
tak ada perlakuan khusus. Pada pesta olahraga
benua Asia itu, dia ditempatkan di desa,
sebagaimana atlet lainnya. "Mereka melayani saya seperti teman," tutur
Sirivannavari di pusat pacuan kuda Dream Park
Incheon, sebagaimana dikutip Dream.co.id dari laman Malaymail Online, Kamis 25 September 2014. "Jika mereka memperlakukan saya sebagai seorang
Putri, saya tidak akan berada di sini, saya akan di
pacuan lain dengan dekorasi cantik. Semua
diperlakukan sama, satu hal yang mereka berikan
kepada saya, rasa hormat," tambah dia. Sirivannavari hanya mendapat fasilitas istimewa
saat prosesi pembukaan Asian Games. Setelah itu,
Putri yang dikenal merakyat itu menerima fasilitas
sebagaimana atlet lainnya. Dan dia memang
mengharapkan perlakuan seperti ini, diperlakukan
seperti atlet lain, bukan seperti Putri Kerajaan. Pada Asian Games 2006, Sirivannavari juga
diterjunkan oleh negaranya. Namun bukan menjadi
joki di atas pelana kuda. Melainkan menjadi atlet
bulu tangkis. Bagi Sirivannavari, itu tidak menjadi
soal. Dia mampu menjalankan tugas itu. Sirivannavari bukanlah atlet bau kencur di cabang
berkuda. Dia pernah tampil di Olimpiade London
tahun 2012 dan bersaing dengan joki sekelas Zara
Phillips dari Inggris yang meraih perak kala itu. Di ajang Asian Games ini, Sirivannavari mampu
tampil baik. Meski pacuan kuda kali ini lebih
didominasi oleh para joki Korea Selatan sebagai
tuan rumah dan juga Jepang. Namun, dia merasa
puas dengan penampilannya di hipodrom kali ini,
jika menilik persiapannya hanya dua bulan bersama si "Pangeran Tampan". "Secara keseluruhan, saya sangat senang bahwa
dia [kuda] sangat rileks tapi saya tahu bahwa dia
terkadang ingin bekerja lebih keras lagi. Sehingga
saya perlu membawanya kembali," tutur
Sirivannavari. Dia juga masih punya impian bisa tampil di
Olimpiade Rio de Janeiro 2016. "Hari ini adalah hari
ini, besok adalah besok. Saya ingin berjalan sedikit
demi sedikit, bekerja keras hari ini, bekerja keras
besok hari, dan jika Tuhan menginginkan saya
tampil di Olimpiade mengapa tidak?" kata dia
cinta untuk istrinya yang tengah sekarat. Howard, seolah membalas hal yang pernah dilakukan Laura, Istrinya, saat melepasnya pergi berperang pada Perang Dunia II. Kala itu, Laura menyanyikan lagu You'll Never Know. Kini di saat terbaring lemah, Laura yang berusia 93 tahun, sejoli ini melantunkan kembali lagu cinta mereka. Momen mengharukan ini direkam oleh cucu perempuan mereka, rin Solari. Erin kemudian mengunggahnya ke Facebook dengan penjelasan sebagai berikut. "Ini adalah lagu yang dinyanyikan nenekku saat
Kakek pergi berperang. Sejak saat itu, lagu ini
menjadi lagu cinta mereka," jelas Erin. Nenek dan kakek Erin saat ini berusia 93 dan 92
tahun. Mereka telah menikah selama 73 tahun. "Kini Kakek yang menyanyikan lagu cinta itu saat Nenek bersiap meninggalkan kami selamanya." Salah seorang teman dari pasangan itu, Joy kepada littlething.com mengatakan, "video ini membawa banyak kenangan bagiku dan tentunya untuk semua orang juga." "Entah bagaimana video yang hanya beberapa menit saja ini bisa menggambarkan kehidupan pasangan ini selama ini." Joy mengatakan, selama 73 tahun pasangan ini hidup dan menyongsong masa tua bersama.
Keduanya saling berbagi kenangan yang hanya
dipahami mereka berdua. "Kini mereka membuktikan bahwa kenangan itu nyata."
direkam ibunya Cherish Sherry, membuat sebuah
permohonan yang mengharukan. Tiana
mengungkapkan isi hatinya agar kedua orangtuanya kembali bersatu seperti dulu lagi. Dalam video Tiana duduk di anak tangga sementara ibunya merekam. "Ibu, apakah ibu siap menjadi temannya?" Tiana mulai berbicara di depan kamera yang dijawab Sherry "Ya". Sepertinya Tiana ingin ibunya bisa berteman lagi
dengan ayahnya seperti dulu. "Aku tidak ingin ibu
dan ayah berubah dan bermusuhan lagi. Aku ingin
ibu dan ayah tetap menjadi teman." Tiana kemudian mengatakan bahwa dia hanya ingin
semua orang menjadi teman. "Aku tidak bermaksud jahat. Aku hanya ingin semua orang berteman. Dan jika aku bisa baik, seharusnya semuanya juga bisa baik. Aku mencoba melakukan yang terbaik menurut hatiku. Tidak ada yang lain," Tiana berceloteh dalam video. "Aku ingin ibuku, ayahku, dan semua orang menjadi teman. Aku ingin semua orang tersenyum." Tiana kemudian memberitahu ibunya: "Aku yakin ibu bisa melakukannya. Aku yakin ibu bisa mengurangi rasa marah dari yang setinggi ini menjadi serendah ini." Saat mengucapkan itu, Tiana menggerakan tangannya. Di akhir video, Sherry memeluk dan mencium putrinya sambil berkata, "Terima kasih, Tiana." Pesan yang disampaikan Tiana membuat Sherry terharu dan merasa bersalah. "Aku sangat
tersentuh. Dia memberiku pelajaran. Membuatku
tersadar," katanya. Video yang diunggah di halaman Facebook Sherry ini telah ditonton jutaan kali. Sementara itu belum diketahui apa reaksi ayah Tiana setelah menyaksikan video mengharukan ini.
dan Taman Pendidikan Alquran (TPA) gratis.
Padahal penghasilannya pas-pasan. Kemulian Jek yang sudah 23 tahun menjadi tukang parkir tersebut seakan mengubah pandangan negatif
pada profesi yang dilakoninya. Kebanyakan orang
beranggapan bahwa tukang parkir itu urakan dan
sering berkelahi, karena sebagian besar waktunya
dihabiskan di jalan. Tetapi kenyataannya tidak demikian, apa yang dilakukan Jek layaknya seorang berpendidikan tinggi dan memiliki wawasan sangat luas, serta memiliki visi dan harapan yang besar untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. Jek mengatakan, ide tersebut mulai muncul ketika melihat anak-anak usia sekolah tidak mendapatkan haknya untuk mendapatkan pendidikan. Kata dia, mereka yang seharusnya belajar malah menghabiskan waktu untuk bermain dan membantu orangtuanya bekerja. "Saya tanya mereka, bukan tidak mau sekolah tapi orangtuanya tidak punya biaya untuk menyekolahkan," kata Jek saat berbincang beberapa waktu lalu. Menurut Jek, sekolah gratis tersebut diberi nama TK-TPA Al-Raudatul Jannah yang lokasinya berada
di Kampung Babakan Loak, RT 03, RW 12,
Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Sekolah gratis ini sudah berjalan selama 4 tahun.
Awalnya proses belajar mengajar dilakukan di
sebuah masjid yang berada di kampungnya. Besarnya antusiasme dari masyarakat dan
bertambahnya murid membuat masjid itu tak bisa
lagi menampung. Jek pun memutuskan menyewa
sebuah rumah yang letaknya tidak jauh dari masjid
yang awalnya dijadikan belajar anak-anak. "Tapi setelah berjalan beberapa tahun, saya
khawatir tidak sanggup membayar uang sewa, jadi
pindah ke rumah mertua saya," ucap dia. Jek menuturkan, meski dia memanfaatkan rumah
mertuanya untuk sekolah gratis itu, bukan berarti dia bebas dari biaya sewa rumah. Jek tetap harus
membayar sebesar Rp2,5 juta per tahun. Uang itu
murni dikeluarkan dari kantongnya sendiri. "Kalau saya tidak bayar ke mertua kan tidak enak.
Masalahnya masih ada adik-adik istri saya dan
keluarga lainnya. Untuk menjaga kepercayaan dan
silaturahmi, saya tetap bayar kontrakan ke mertua,"
terang dia. Alasan utama Jek menyewa rumah mertua karena berharap kelonggaran soal pembayaran uang kontrakkan untuk sekolah tersebut. Kata dia, kalau masalah uang, urusan dengan keluarga tidak seketat dengan orang lain. "Jadi apabila belum ada uang waktu pembayarannua kan bisa sedikit diulur," tutur Jek.
menjadi buah bibir setelah terpilih menjadi anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sragen,
Jawa Tengah, untuk periode 2014-2019. Kisah Gus Bombong menuju kursi DPRD Sragen ini
cukup unik. Pemilik nama asli Bombong Lukito
Samudro itu tak pernah mendaftarkan diri sebagai
calon legislatif pada pemilu legislatif April silam. Dia
dicalonkan oleh santri Ponpes Nurul Huda Sragen
melalui Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Gus Bombong ini awalnya kaget ketika didaftarkan
menjadi caleg DPRD oleh santri Ponpes Nurul Huda itu. Dia memang tak berniat mencalonkan diri. Namun ya sudah, dirinya tetap siap menjalankan amanah. Saat kampanye pun dia mengaku tak megeluarkan duit sepeser pun. Dengan semangat mudanya, pria kelahiran Sragen, 28 Maret 1992 ini bertekad mengembalikan gajinya sebagai anggota DPRD kepada rakyat. Sebab, dia merasa diusung oleh rakyat. "Bukannya nggak mau terima gaji, saya terima gajinya, terus saya kasih ke rakyat. Biasanya untuk membenahi langgar atau musala dan jalan. Ya untuk silahturahmi dan sosial pokoknya," kata Bombong dikutip Dream dari merdeka.com.
Menurut Bombong, gaji yang diterima sebagai
anggota DPRD hampir Rp 10 juta. "Kurang lebih itu
Rp 9.916.000 (sembilan juta sembilan ratus enam
belas ribu), itu sudah termasuk dipotong partai," ujar dia. Bombong mengaku hanya punya visi dan misi yang sederhana. Dia ingin menjadikan Sragen lebih baik dan benar. Walau demikian, dia mengakui masih bingung duduk sebagai wakil rakyat. "Saya kan belum tahu yang sepenuhnya, sambil jalan danbelajar. Saya juga masih kecil," kata dia. Meski masih meraba-raba sebagai anggota DPRD, Bombong sesumbar akan membenahi jalananSragen yang rusak. Terutama jalan yang menghubungkan antardesa. "Jalan-jalan (di Sragen) pada rusak. Baru saja saya ngaspal jalan hampir 1 kilometer di Desa Gamping," ucap Gus Bombong.
di jalanan. Secara kasat mata tak terlihat bahwa Dudung merupakan pejuang veteran perang 45. Dia tak gengsi melakoni pekerjaan itu. Dudung memang tak ingin di hari tuanya bergantung pada anak cucunya, yang sudah tak terhitung. Mengawali aktivitas sekitar pukul 08.00 WIB dengan modal timbangan tua. Dudung pergi menggunakan angkutan kota dan menjajakan timbangan di kawasan pusat belanja Factory Outlet (FO). Di sana dia menggelar timbangan bagi siapa saja yang mau menggunakan jasanya itu. "Aki enggak pasang tarif, biasa seridhonya saja," ujar Dudung dikutip Dream.co.id dari laman Merdeka.com. Dudung menyebut penghasilan
seharinya bisa mencapai Rp 30-50 ribu. Pendengaran Dudung tidak begitu sempurna.
Bahkan jika bicara dia harus sedikit berteriak. Tapi
semangat hidup harus diacungi jempol. Hasil dari kerjanya itu dia bagikan ke orang seisi rumahnya di bilangan Kiaracondong, Bandung. Di rumah yang berada kawasan padat penduduk itu kinidihuni tiga keluarga. "Dibagi-bagikan saja, ini cuma kemauan saya biar sehat, cari rizki halal. Ini saya cuma ingin main saja," ungkapnya. Dudung sudah 9 tahun menjadi tukang timbangan keliling. Alasannya ia akan sakit jika hanya diam di rumah. Lantas sampai kapan aki akan menjadi tukang timbangan keliling? "Sampai aki enggak diberi kesehatan lagi. Aki masih kuat, sehat, bahkan dulu aki pernah enggak tidur sampai delapan hari," kata dia.
Secara materi aki memang tidak serba kekurangan. Apalagi anak cucunya masih sangat menyayangi sosok aki ini. Salah satu cucunya, Ari Supriatna (29) mengatakan sebelum menjadi tukang timbang keliling, aki pernah menjadi tukang jas hujan, tukang antar kue. "Karena aki masih ingin cari uang sendiri, enggak mau mengharapkan orang lain. Makanya saya sebagai cucu mengatakan umur mah boleh 100, tapi semangatnya muda," kata Ari. Ia menambahkan, Aki sering marah jika dihalang- halangi agar bekerja. Sebab, keluarga khawatir dengan kesehatannya. "Tapi ya aki jawabnya biar sambil olahraga saja." Tidak ada yang tahu usia pasti aki Dudung. Cucunya hanya mendapatkan kabar aki kelahiran 1912. Jika benar maka usianya sudah 100 lebih!
keturunan darah AIDS dari kedua orang tuanya.
Kebanyakan orang-orang sekitar takut mendekat
dan bersahabat dengannya. Satu-satunya kawan
setia Ah Long hanyalah seorang anjing bernama Lao Hei.
Ah Long harus rela menghidupi diri sendiri mulai dari memasak, mencari makanan, memelihara ayam dan lain-lain. Satu-satunya keluarga yang masih ada adalah neneknya yang berusia lanjut berumur 84 tahun. Kadang si nenek datang dan memasakan makanan untuknya namun ia pun tidak mau tinggal bersamanya. Karena penyakitnya itu, Ah Long sering dikucilkan dari orang sekitar bahkan hampir tidak ada orang yang peduli kepadanya. Pihak sekolah tidak mau menerimanya lagi, bahkan para orang tua murid sepakat akan mencelakainya apabila Ah Long muncul ke sekolah dan bermain dengan anak - anak mereka. Bahkan dokterpun enggan mengobatinya apabila Ah
Long kecil sakit, penderitaan anak itu bertambah
ketika Departemen Kesejahteraan juga tidak mau
mengurus anak tersebut. Biro sipil setempat
menyediakan dana sebesar 70 yuan per bulan atau
sekitar Rp. 90.000 perbulan. jumlah ini tidak cukup untuk anak kecil seumur Ah Long untuk hidup. Ah Long menjalani kehidupan sendiri hanya ditemani sahabat setianya anjing yang bernama Lao Hei.
Sejak cerita Ah Long mulai banyak tersiar ke
beberapa media, Ah Long mulai mendapatkan
banyak perhatian termasuk dari pemerintahan
China. Ada juga yang bersimpati dengan Ah Long
dengan memberikan pakaian, makanan dan selimut bekas. Juga ada yang memberikan 20 kilogram beras, 5 kilogram mie, dan ada juga yang
membawakan dia sebuah surat kabar mingguan
untuk mengikuti berita dunia terbaru. Pemerintah China pun ikut bersimpati dengan ikut membantu mendirikan sebuah rumah amal dikota Liuzhou setuju untuk mengurusnya. Ah Long juga mendapat perhatian dari orang - orang yang baik
hati. Ah Long pun dibangunkan rumah baru tepat di
sebelah rumahnya yang lama dengan dua kamar tidur, satu ruang keluarga dan satu toilet.
Betapa kerasnya hidup yang dialami oleh Ah Long,
dengan umur yang seharusnya masih bermain
dengan teman sebayanya, ia harus rela menjalani
peliknya kehidupan. Apalagi dengan pengucilan dari orang-orang sekitar. Mungkin dia akan bertanya- tanya, "Apa salahku?. Mengapa kau lakukan semua ini?"
sebuah Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta di
Ibukota. Tetapi, dia harus mengambil keputusan yang berat, mengundurkan diri dari tempatnya mengajar. Penyebabnya, dia harus merawat istrinya yang mengidap kanker rahim stadium 3C. Dia tahu betul aktivitas mengajarnya akan sangat
terganggu dan pasti dia akan sering tidak masuk
kerja. Untuk bisa menyambung hidup dan
membiayai pengobatan sang istri, Thomas
memutuskan bergabung menjadi pengendara Go-
Jek. Pekerjaan sebagai pengendara Go-Jek dia jalankan di sela-sela kegiatan merawat sang istri. Ada hal luar biasa yang ternyata juga dikerjakan
Thomas. Dia selalu berusaha berkonsentrasi untuk
menyelesaikan kuliah S3. Di sela mengantarkan
penumpang dan merawat istri, dia menyempatkan
waktu untuk mengerjakan tugas kuliahnya pada
kajian Teknologi Pendidikan.
Meski sibuk, Thomas masih bisa menorehkan
prestasi. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang
mampu diraihnya pada semester lalu cukup
membanggakan, 3,75. Dia punya keinginan menyelesaikan riset dan seluruh waktu kuliahnya dalam dua tahun ke depan. Demi sebuah mimpi, terciptanya lingkungan pendidikan yang kondusif bagi para generasi penerus bangsa.
Seperti yang dikutip dari pakistantribe , dan akhirnya surat anak tersebut ditanggapi Presiden Turki, sungguh sangat mengejutkan sekali , ternyata Presiden Erdogan telah tiba di sekolah Turki dan bersedia mengikuti pertemuan para ayah sekaligus menjadi wali dari anak tersebut. Semua yang melihat kejadian dikelas tersebut sangat terharu dengan kebaikan hati Erdogan terhadap anak yatim tersebut. "Bahwa menyelamatkan seorang anak tidak akan mengubah dunia, tetapi dunia berubah selamanya bagi anak ini,"Ungkap Presiden Erdogan. Permohonan yang tidak biasa terjadi terlebih permohonan tersebut dari anak yatim piatu yang mengharapkan kehadiran seorang wali di sekolahnya, Suatu Kebaikan yang telah melelehkan hati jutawan orang dari seorang Presiden Turki Erdogan. Hal tersebut telah menjadi kebahagiaan bagi anak tersebut dan menjadikan suatu momen yang berharga dihidupnya terlebih sosok Presiden yang begitu mengasihani tanpa batas usia.