It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
menjadi tentara di pasukan Ukraina. Ekaterina Bilyik dari Zhidaev lebih suka dipanggil
The Punisher saat berlatih bersama rekan-rekannya yang usianya 4 dekade lebih muda darinya. Kontras dengan penampilannya yang renta, Nenek Bilyik benar-benar tentara tulen.
Dia baru saja menyelesaikan pelatihan militer layaknya seorang tentara. Dia berguling di salju, melompat, dan belajar menembak bersama teman-teman di 'kesatuannya'. Dan percaya atau tidak, dia akan ditugaskan ke medan perang di Ukraina Timur untuk menghalau pemberontak pro-Rusia. Nenek Bilyik mengatakan pembantaian mengerikan dalam bentrokan antara separatis yang didukung Rusia dan pejuang pro-Ukraina mendorong dirinya untuk mendaftar menjadi tentara. Ibu tiga anak dan nenek dari lima cucu ini mengatakan dia tidak menganggap usia sebagai penghalang saat berperang untuk negaranya. "Saya ingin memberi contoh kepada para pemuda
bahwa tidak peduli berapa usia Anda, Anda dapat
membuat perbedaan. Dan itu sebabnya saya
memutuskan untuk mendaftar," katanya penuh
semangat. "Saya telah tinggal di sini sepanjang hidup saya dan kita selamat dari pendudukan Nazi dan Soviet. Dan saya percaya karena membela yang benar dan memastikan kami tidak pernah melihat penjajahan lagi," sambung pensiunan dari kota Zhidaev ini.
Menurut juru bicara militer Nataliya Ishenko, latihan
militer yang dijalani Nenek Bilyik tidak sama seperti
semua rekrutan lainnya. Dia bahkan melewati
semua tes dan sekarang dapat menggunakan
senjata dengan tingkat akurasi yang sama seperti
yang lain. Nenek Bilyik mengatakan dia siap untuk melayani bangsanya di garis depan. Pernyataan penuh inspirasi Nenek Bilyik membuatnya mendapat julukan 'The Punisher' di media lokal. "Kita perlu memberi pesan bahwa Ukraina adalah
negara bebas dan jika mereka tidak menyukainya,
mereka bisa kembali ke Rusia," katanya.
menulis cerita fiksi hanya dengan kaki kirinya. China Youth Daily melaporkan, Jumat 23 Januari 2015, wanita bernama Hu Huiyuan itu lahir prematur di rumah sakit Anhui, Tiongkok. Saat kelahirannya, dokter telah memprediksi bahwa dia tidak akan berhasil. Ajaibnya, Hu selamat, namun didiagnosis dengan cerebral palsy hanya 10 bulan setelah kelahirannya. Saat tumbuh dewasa, Hu belajar bagaimana melakukan tugas sehari-hari menggunakan kakinya, karena dia hanya bisa menggerakkan kepala dan kakinya. Hu, yang tidak pernah menerima pendidikan formal tetapi sangat pandai bicara. "Saya mengajar diri sendiri. Saya tidak jenius tapi sangat fokus. Saat menonton TV, saya selalu memperhatikan kata-kata di bagian subtitle," kata Hu. Ibu Hu sangat telaten dalam mendidik dan mengajar puterinya untuk berbicara.
"Ketika saya mencoba untuk mengajarinya
bagaimana berbicara, saya harus sangat sabar
karena setiap kata bisa diulang seribu kali. Namun
saat dia bisa menguasai kata, saya merasa cukup
puas," kata ibu Hu. Bukan pekerjaan mudah bagi Hu untuk mengetik setiap kata pada laptop dengan hanya kakinya. Dia harus menargetkan tombol huruf, menggerakkan kakinya menuju huruf tersebut dan kemudian menekannya dengan kuat Sementara dia mengetik, tubuhnya diikat ke kursi rodanya dengan sabuk untuk membantunya tetap stabil. Hu mengatakan kepada wartawan bahwa dia mampu mengetik sekitar 20 sampai 30 kata per menit. Novel yang ditulis Hu bercerita tentang mengejar impian dan cinta. Hu mengatakan dia berencana menulis delapan bab dan ia baru saja
menyelesaikan bab enam.
Beberapa hari yang lalu, seorang pria memeluk
jasad sang istri selama dua jam, tanpa melepasnya. Dikutip Dream dari laman Shanghaiist, istri pria itu tiba-tiba tersungkur di pinggir jalan. Dia wafat karena serangan jantung
saat berjalan. Lelaki 63 tahun yang tak disebutkan namanya itu lantas memburu tubuh sang istri. Dia memeluknya erat. Sambil bercucuran air mata, pria itu mengucap selamat tinggal.
Pria itu terus mendekap jasad sang istri. Tetap di
pinggir jalan itu. Pria itu menolak beranjak. Dia juga
tak memperbolehkan jasad sang istri dievakuasi.
Selama dua jam itu, dia mendekap jasad
pasangannya. Di bawah suhu minus 15 derajat
Celcius.
Tangan pria itu mulai memerah. Warga yang melihat peristiwa mengharukan itu memberikan sarung tangan dan karton untuk duduk. Sambil terus membujuknya agar mau berpindah tempat. "Tidak apa-apa. Saya akan tinggal bersamanya
lebih lama dan mobil (dari anak saya) sedang dalam perjalanan," kata pria itu menolak bujukan warga. Anak pria itu datang dua jam kemudian dan mereka pergi dari lokasi itu bersama jasad sang istri.
mengumpulkan uang untuk seorang tunawisma
bernama Robbie. Aksi itu dia lakukan setelah
Robbie berbaik hati memberikan seluruh uangnya
untuk membayar taksi yang ditumpangi Dominique. Kisah pertemuan Dominique dengan Robbi bermula saat finalis Miss Preston ini, kehilangan dompet pada suatu malam. Dia baru sadar saat akan pulang dengan naik taksi. "Saya tiba-tiba sadar bahwa saya tidak punya uang
dan seorang tunawisma mendekati saya dan
memberikan uang 3 poundsterling yang dimilikinya,” tutur Dominique sebagaimana dikutip Dream dari Metro.co.uk, "Dia bersikeras memberikan uang itu kepada saya untuk membayar taksi guna memastikan saya sampai di rumah dengan aman," tambah perempuan
berusia 22 tahun itu.
Hati Dominique pun tersentuh dengan kebaikan hati gelandangan itu. Dia akhirnya membuat sebuah posting melalui akun Facebook untuk menemukan Robbie dan akhirnya bertemu kembali. "Ternyata aku bukan satu-satunya orang yang telah dibantu,” tutur dia. Posting di Facebook menunjukkan Robbie telah banyak membantu orang. Mengembalikan dompet yang dia temukan dan meminjamkan syal kepada orang-orang yang tengah kedinginan di jalanan. Kini, Dominique bertekad mengumpulkan duit untuk menyewa apartemen buat Robbie. Dia sekarang melewatkan waktu 24 jam sehari bersama Robbie untuk menggalang dana tersebut. "Dia sudah tujuh bulan menjadi tunawisma bukan karena kesalahan sendiri dan dia tidak bisa mendapatkan pekerjaan karena tidak memiliki alamat." "Aku tidak bisa hanya memberinya uang, saya harus melalui saluran yang tepat. Jadi saya akan menghabiskan 24 jam, siang dan malam, sebagai seorang tunawisma untuk memahami kesulitan yang
mereka hadapi setiap hari," tambah Dominique.
Dia berharap orang lain mau memberikan
sumbangan, walau hanya 3 poundsterling
sebagaimana Robbie memberinya waktu itu.
Sehingga bisa menyewakan apartemen untuk
tunawisma baik hati tersebut. Tak hanya melalui jalanan, Dominique juga menggalang dukungan melalui media sosial. Dia membuat posting pada Twitter yang di-retweet oleh vokalis Stone Roses, Ian Brown. "Ini respons yang agak berlebihan bagi saya. Bahkan Ian Brown dari Stone Roses telah
memposting kegiatan kami," kata Dominique. Dia juga menggalang dana melalui sebuah situs
dengan target 25 ribu pounsterling atau sekitar Rp
500 juta. Dan hingga kini sudah terkumpul 20.676
poundsterling atau sekitar Rp 413 juta
nenek berusia 93 tahun yang selama puluhan tahu
merindukan suaminya yang hilang dalam
peperangan. Kisah itu sudah ribuan kali disebar
ulang oleh para pengguna media sosial. Zhang bertemu dengan suaminya, Zhong Chongxin,
79 tahun silam. Kala itu usia Zhang masih 14 tahun. Keduanya lantas menikah setelah perkenalan itu. Pada 1937, dua tahun setelah pernikahan mereka, tentara Jepang menyerbu China. Zhong pun harus pergi ke Shanghai ke medan laga memenuhi kewajibannya sebagai pejabat militer maupun rakyat China. "Dia tiba-tiba memelukku dari belakang setelah mengucapkan selamat tinggal," tutur Zhang sebagaimana dikutip Dream dari Shanghaiist. "Dia menangis dan berjanji akan kembali kepada saya." Setelah perpisahan itu, Zhang pergi ke Chongqing,
daerah asal Zhong. Di tanah kelahiran Zhong itulah
Zhang bertahun-tahun dengan penuh cemas
menunggu kedatangan suami tersayang.
Namun tak ada kabar. Zhang hanya sekali saja
menerima telepon dari Zhong. Pada tahun 1944, dia kemudian bertemu dengan kawan seperjuangan Zhong di jalanan dan bertanya soal nasib suaminya. Hati Zhang hancur lebur saat sang kawan itu mengatakan bahwa suaminya telah gugur. Lima tahun berselang, atau 1949, Zhang akhirnya memutuskan menikah dengan pria lain. Dari pernikahan ini, dia dikarunia tiga anak. Tahun demi tahun, Zhang berubah semakin tua. Namun satu hal yang tak pernah berubah, dia selalu memikirkan Zhong, suami pertamanya. Akhirnya pada 1988, Zhang menceritakan isi hatinya itu kepada anak- anaknya. Tersentuh dengan kisah sang bunda, ketiga anak Zhang yang baik hati itu mencari rimba suami pertama sang ibu. Setelah bertahun-tahun pencarian, akhirnya mereka menemukan bapak tiri mereka berada di kuil [makam] pejuang di Taipei.
Pada 22 November silam, Zhang akhirnya
bertandang ke Taipei. Di sana, dia menemukan
suaminya, meskipun hanya berupa pahatan nama
pada sebuah plakat. Dia amati lekat-lekat plakat itu. Di situlah dia menemukan nama suaminya terpahat di antara puluhan nama pahlawan lainnya. Selama kunjungan ini, Zhang tiga kali ke kuil tersebut. "Saya hanya tiga kali menangis dalam hidup ini. Saya pasti tahu mengenang dia di kehidupan sebelumnya, sebab setiap kali saya menangis, itu untuk dia," tutur Zhang. Zhang pertama menangis saat mendapat kabar kematian Zhong. Tujuh puluh tahun kemudian, dia mendapat foro dari suami ke duanya, yang juga berakhir dengan air mata. Dan terakhir, air mata Zhang tumpah saat melihat nama suaminya terpahat pada plakat para pahlawan. "Sekarang, kami tak akan terpisahkan lagi," tutur Zhang sambil berurai air mata.
romantis. Pasangan lanjut usia ini menjadi bahan
pembicaraan setelah foto-foto mereka di toko
perhiasan tersebar luas di dunia maya. Perihal orang pergi ke toko perhiasan, itu menjadi
hal yang lumrah. Namun kisah kakek dan nenek ini
sungguh menyentuh hati. Mereka bukan orang kaya. Pasangan yang berusia 70-an tahun ini hanya bekerja sebagai pemulung di wilayah Korla, Xinjiang, Tiongkok. Sebagaimana dikutip Dream dari laman Shanghaiist, sang kakek membawa istrinya ke toko perhiasan itu. Sang kakek membelikan sebuah cincin berlian untuk sang istri. Shanghaiist bahkan menulis kisah sejoli renta ini telah melelehkan hati pengguna media sosial di Negeri Tirai Bambu itu. Dalam foto-foto di media sosial itu, terlihat sang kakek membantu istrinya mencoba-coba cincin berlian yang akan mereka beli. Sejumlah cincin dicoba silih berganti. Mencari ukuran yang pas. Pelayan toko berseragam biru pun melayani mereka dengan senyuman. "Kami sudah menjalani kehidupan yang keras. Saya
hanya berharap untuk menghiburnya," tutur sang
kakek.
Pengguna media sosial juga dibuat haru dengan
cara membayar sang kakek. Bukan dengan kartu
kredit. Sang kakek membayar cincin berlian itu
dengan uang tunai. Sudah begitu, uang yang dipakai membayar itu sudah kumal. Menurut pemberitaan media setempat, uang itu merupakan hasil penjualan barang bekas yang telah ditabung selama bertahun-tahun. Salah satu pengguna Weibo, jejaring sosial mirip Twitter buatan asli Tiongkok, menggambarkan kekaguman pada pasangan ini. Mereka menyebut cinta pasangan ini tak pernah mati. "Ini merupakan hal yang paling romantis yang pernah terjadi di kota saya Korla. Saya berharap mereka memiliki kehidupan yang lebih baik!" tulis salah satu pengguna Weibo. "Bergandengan tangan saat mereka tumbuh tua, itu adalah hal yang paling romantis," tulis pengguna lain.
keteladanan Sri Sultan Hamengku Buwono X yang
rela menepi bersama warga saat rombongan
Presiden Jokowi lewat, meski ia diminta untuk
mengikuti iring-iringan. Cerita ini bermula saat Presiden Jokowi menghadiri acara Hari AntiKorupsi di UGM, Yogyakarta, Selasa lalu. Begitu selesai, rombongan lalu bertolak menuju Gedung Agung Malioboro. Sesampainya di Jalan Kusumanegara, petugas voorijder Presiden Jokowi meminta semua
kendaraan menepi karena Jokowi akan lewat. Setelah beberapa waktu, petugas baru menyadari
kalau salah satu kendaraan yang diminta minggir itu adalah Camry berplat AB 1, mobil dinas Gubernur sekaligus Raja Keraton Yogyakarta.
Petugas kemudian meminta mobil itu berjalan
bersama iring-iringan Jokowi, tetapi Sri Sultan
memilih tetap berhenti bersama masyarakat
menunggu hingga rombongan lewat. Kisah yang beredar di sosial media itu memantik simpati banyak orang, salah satunya Ketua Dewan
Kebudayaan Kota Yogyakarta, Achmad Charris
Zubair. Dosen filsafat UGM ini tersentuh dengan
kesahajaan Sultan. "Ini adalah contoh nyata, di tengah kita sedang merayakan hari Anti Korupsi, ada sosok teladan di Yogyakarta, sikap sahaja dan jujur. Coba sekarang kita konfirmasi kepada Ngarso Dalem, gimana tanggapannya," kata Charris Zubair yang duduk dalam satu panggung dengan Sultan di penutupan Festival Anti Korupsi dikutip Dream.co.id dari lama Merdeka.com, hari ini. Sultan yang diminta tanggapan, hanya tersenyum dan meminta Busyro Muqodas yang malam ini sebagai moderator untuk melanjutkan acara dialog. Saat dikejar wartawan Sultan juga menolak komentar. Dia justru heran kenapa sampai ada yang tahu kejadian itu. "Kalau saya nggak ada komentar-komentar, komentar saya kok ya ada wartawan yang tahu, mungkin ada yang membuntutiku yo?" kata Sri Sultan lalu tertawa. Sebenarnya bukan wartawan yang membuntuti Sri
Sultan. Kisah itu mencuat berkat tulisan warga
Yogya, Hartady Nugroho, yang kebetulan berada di
lokasi saat kejadian.
pedagang yang baru saja selesai berbenah,
menggelar lapaknya. Di antara hiruk-pikuk pedagang, terselip seorang pria paruh bayah duduk di balik meja sedang asyik mengerjakan soal. Di meja itu ditempelkan banner berwarna merah dengan tulisan "Jual Jasa Garap Soal Matematika SD-SMP-SMA". Jasa yang ditawarkan Subagyo mungkin terdengar asing. Pria 60 tahun itu mengaku baru 3 minggu merintis usaha uniknya. "Awalnya karena melihat penerjemahan saja ada jasanya. Soal matematika juga pasti bisa dibuat jasanya," kata bapak dua anak itu dikutip Dream.co.id dari laman Merdeka.com.
Sebelumnya, Subagyo telah merintis usaha advertising yang digeluti bersama istrinya. Namun kini sepi orderan. Agar dapur tetap 'ngebul' dan bisa menyekolakan dua anaknya yang masih duduk di bangku kelas SMA dan SD, dia pun nekat
melaksanakan ide tersebut. "Saya bisa ya matematika ini, ya itu yang saya kerjakan," ujar pria yang mengaku lulusan yang mengaku sarjana Teknik Kimia UGM angkatan 1979 ini. Kecintaannya terhadap matematika membuat
Subagyo selalu ingat rumus-rumus. Untuk setiap
soal yang dikerjakannya, Subagyo mendapatkan
upah Rp 10.000. Namun, jika soal lebih sulit, maka
akan lebih mahal biayanya. Meski belum banyak yang menggunakan jasa mengerjakan soal matematika, Ayah dua anak yang tinggal di Pleret, Bantul merasa optimistis akan banyak pelanggan. Pasalnya, selama tiga minggu membuka jasa itu sudah banyak memintanya untuk memberikan les privat. "Yang minta kerjakan soal baru satu mungkin karena masih musim liburan, tapi sudah ada yang minta les privat sama saya," tutur Subagyo yang pernah menjadi guru les privat beberapa anak SD sampai SMA. Permintaan itu disambut senang Subagyo. Tidak pikir panjang dia langsung mengambil tawaran. "Saya sanggupi, nanti hari minggu juga sudah ada yang pesan mau antar soal."
Foto aktivitas Subagyo menawarkan jasa
mengerjakan PR matematika yang diposting fan page Meme Comic Indonesia mengundang banyak
perhatian netizen. Lapak sederhana Subagyo buka
mulai pukul 08.00 - 14.00 WIB, letaknya hanya
sekitar 50 meter dari Pasar Kotagede, setiap hari
memang ramai dilalui warga.
itu.
Aksi sosial ini mulai mengamen di pinggir jalan awal tahun ini. Banyak orang kagum dengan permainan Madison. Mereka duduk sambil menikmati permainan biola gadis yang belajar biola sejak usia empat tahun itu. Sehingga banyak pula orang yang memberikan sumbangan. Tak hanya bermain biola. Madison juga melelang mainan miliknya, juga untuk disumbangkan kepada
anak-anak kurang mampu di panti asuhan tersebut.
ribu yuan atau sekitar 40 juta rupiah.
Tidak lagi punya dana cukup dan dengan hanya
beberapa ratus yuan di tangan, Hai Lin banting stir
berjualan pembalut 20 yuan per pak. Tujuannya tak
lain untuk mengumpulkan dana buat pengobatan
putrinya. Setiap berjualan di pinggiran jalan Chengdu, Hai Lin selalu mengajak putrinya yang masih 2 tahun itu. Ia berdandan seperti perempuan agar tidak malu saat bertransaksi dengan pembeli. Sementara istri Hai Li sekarang bekerja di stasiun
pengisian bahan bakar di Shandong dan menjadi
tulang punggung keluarga.
Hai Lin mengaku tidak punya pilihan selain harus
menambah penghasilan keluarga dengan berjualan
pembalut. Pada karton di tempat Hai Li berjualan tertulis "Saya menjual pembalut untuk menyelamatkan putri saya yang berusia 2 tahun. Kasihani dan tolonglah kami, terima kasih banyak."
dikutip dari laman Saudigazette.
Tekad tersebut sudah sangat bulat. Kashlan mulai
mengawali pekerjaan di pelabuhan selama tiga
tahun lalu sebagai penginput data. Dalam waktu
enam bulan dia dipromosikan dan menjadi
perencana dan pengontrol pelabuhan. "Saya adalah perempuan Saudi pertama yang bekerja di sini dan dalam beberapa bulan saya dipromosikan menjadi perencana dan kontroler pelabuhan. Setelah saya melewati tahap ini, saya dipromosikan untuk memantau dan menata kontainer di departemen logistik," katanya. Menurut saudara kembar Kashlan, Sarah, keluarga
selalu menekankan bahwa pendidikan adalah cara
memperbaiki masa depan mereka. Kashlan selama ini sangat mempercayai kesetaraan gender dan berusaha untuk mengubah persepsi masyarakat terhadap perempuan. Akibatnya, dia menjadi pendamping bagi perempuan lain yang bekerja di pelabuhan. "Mereka sedang dilatih untuk bekerja di pelabuhan menggantikan saya. Saya adalah pelopor dalam hal ini. Ada seorang gadis yang telah mengambil posisi saya," tambahnya.
Terlepas dari optimisme Kashlan, masih banyak
orang tidak memahami sifat pekerjaannya Tak
jarang banyak orang terkejut ketika melihat Kashlan memakai jaket dan topi pekerja di pelabuhan. Beberapa pria masih menganggap Kashlan melakukan pekerjaan yang aneh. "Tugasnya aneh karena perempuan umumnya tidak bekerja seperti itu. Ini merupakan sektor yang biasanya diisi dengan laki-laki," kata Ahmad Abdulsalam, seorang karyawan perusahaan swasta. "Saya pikir bekerja di sini adalah tantangan bagi perempuan. Masyarakat kita melihat enteng
perempuan yang mampu bekerja dalam pekerjaan
seperti ini. Namun, kami melihat bahwa perempuan
ini sangat efisien dalam melakukan pekerjaannya,"
tambahnya. Penolakan juga sempat dilontarkan manajemen pelabuhan. Ayman Al-Maliki, direktur perencanaan dan kontroler pelabuhan mengaku awalnya tak setuju dengan ide menempatkan perempuan bekerja di pelabuhan. “Namun, melihat keseriusan dan dedikasi mereka terhadap pekerjaan, mengubah pandangan saya. Saya telah menemukan bahwa perempuan tampil lebih baik daripada laki-laki dan memberikan hasil yang lebih baik, " katanya.
transplantasi sumsum tulang belakang untuk
putrinya yang masih berusia 6 tahun itu. Dengan membakar tanaman obat dan membaringkan Jinqiu di atasnya, Shufu berharap putrinya sembuh dari penyakitnya itu. Selama ini, Shufu telah menghabiskan banyak biaya, termasuk dari tabungan keluarga, untuk mengobati Jinqiu yang didiagnosa menderita Thalassemia pada Oktober 2013.
Meski telah mengeluarkan banyak biaya, dokter
tidak melihat adanya perkembangan pada Jinqiu.
Dia kemudian dirujuk ke sebuah rumah sakit yang
lebih modern di selatan kota Guangzhou untuk
mendapat perawatan yang lebih baik. Saat itulah dokter menyarankan Jinqiu menjalani
transplantasi sumsum tulang belakang. Namun
Shufu terkejut saat menanyakan biayanya. Rumah
sakit menyebut biaya transplantasi sekitar 300 ribu
yuan (Rp 600 juta). Sebuah jumlah uang yang sangat besar bagi keluarga yang tinggal di pedesaan dengan penghasilan kurang dari 4000 yuan (Rp 8 juta) per tahun. Karena tak punya biaya itulah, Shufu memutuskan mengobati sendiri putrinya itu dengan cara mengasapnya di atas tumpukan tanaman obat.
Shuihua juga membangun vila bagi 18 keluarga
yang memiliki `kebaikan khusus` kepadanya. Vila-
vila mewah itu dibangun dalam sebuah proyek
bernilai 4 juta pounsterling atau sekitar Rp 76,8
miliar. Fantastis. Setelah membangun tempat tinggal penduduk satu desa, Shuihua juga berjanji memberikan makanan tiga kali sehari untuk kaum manula dan penduduk miskin. Sehingga warga Desa Xiongkeng itu tak lagi takut kelaparan. Semua kebutuhan perut mereka telah dijamin oleh putra desa budiman ini
“Saya selalu membayar utang saya, dan ingin
memastikan orang-orang yang membantu saya,
ketika saya masih muda dan keluarga saya, sudah
dibayar kembali,” tambah dia. Seorang lansia Desa Xiongkeng, Qiong Chu, mengatakan, “Saya ingat orang tuanya. Mereka orang baik hati yang sangat peduli kepada orang lain, dan ini bagus sekali bahwa anak mereka mewarisi itu,” tutur pria berusia 75 tahun itu.
Sakit. Buruh bengkel ini pun berniat menjual salah
satu ginjalnya. Keponakan Iyan, Kesya Aprilia menderita diare serius yang perlu perawatan intensif di rumah sakit. Awalnya, pada Kamis pekan lalu, Kesya muntah- muntah dan buang air besar (muntaber). Ibunya Kesya, Ida Farida (39 tahun) hendak membawa ke klinik, namun urung lantaran tidak punya uang pegangan. Ida hanya mengobati Kesya dengan memberikan air daun jambu. Keesokan harinya, bayi yang belum genap empat bulan tersebut berhenti muntaber. Namun, dua hari kemudian, badan Kesya tiba-tiba kaku, nafasnya sesak, matanya melotot. Panik melihat anaknya seperti itu, Ida menghubungi Iyan. Kakak-adik itu segera membawa Kesya ke klinik terdekat dengan sepeda motor Iyan. Semenjak bayi itu lahir, suami Ida, Asim, pergi dari rumah tanpa alasan jelas. Klinik Centra Medika angkat tangan, karena kondisi
Kesya yang sudah sangat kritis. Mereka akhirnya
membawa Kesya ke rumah sakit Citra Medika
Bekasi. Kesya langsung masuk Unit Gawat Darurat. Namun, Kesya tidak dapat dirawat lebih lanjut ke ruang Intensive Care Unit (ICU) sebelum ada uang muka atau DP Rp 3 juta. Mendengar nominal uang yang begitu besar, Iyan dan Ida pun terhenyak. Untuk menghindari biaya yang semakin
membengkak, Iyan meminta pihak rumah sakit
memindahkan Kesya ke ruang perawatan biasa. "Silahkan saja Pak, namun jika terjadi sesuatu kami tidak bertanggung jawab," jawab pihak rumah sakit. Benar saja, baru sehari di ruang perawatan, Kesya koma lagi lalu dokter mengambil tindakan cepat dengan kembali memasukan Kesya ke Ruang ICU. Iyan lalu pulang meminta tolong tetangganya tempat ia dan kakaknya tinggal di Kampung Pelaukan, Desa Karang Rahayu, Kecamatan Karang Bahagia, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. "Pak tolong bantu ponakan saya. Tolong carikan bantuan, saya mau jual ginjal saya untuk biayai ponakan saya Pak. Tolong tawarkan ke yang lain," kata Iyan sambil berderai air mata kepada Herwin, salah satu tetangganya, Mendengar permohonan tetangganya, Herwin juga
mengajak Iyan menghubungi Badan Wakaf Al-
Qur’an (BWA). Melalui program Zakat Peer to Peer
(ZPP), Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) berencana
memberikan bantuan Rp 25,7 juta yang dikumpulkan dari zakat mal (dan donasi).