BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Mari Berbagi Kisah Inspiratif

1838486888998

Comments

  • Christian McPhilamy. Inilah bocah yang rela memanjangkan rambut untuk kemudian
    disumbangkan kepada pasien kanker. Bocah 9
    tahun dari Melbourne, Florida, Amerika Serikat, ini
    akhirnya memotong rambutnya yang sudah panjang dan disumbangkan ke lembaga amal, St Judge. Dikutip Dream dari laman Metro.co.uk, Jumat 5 Juni 2015, McPhilamy memanjangkan rambut sejak berusia 6 tahun.




    Keputusan memelihara rambut diambil setelah melihat sebuah iklan layanan masyarakat di Rumah Sakit St Jude Children’s Research. "Dua tahun lalu anak saya melihat iklan di St Jude
    yang mengubah hidupnya selamanya. Dia
    menemukan caranya sendiri untuk menolong orang. Setelah dua tahun memanjangkan rambut,
    McPhilamy akhirnya berhasil mencapai panjang
    yang diinginkannya untuk disumbangkan ke St Jude," tutur Ibunda McPhilamy, Deanna Thomas. Tak mudah bagi McPhilamy untuk menjalani hari-
    harinya selama memanjangkan rambut. Dia harus
    menahan emosi setiap kali mendapat ejekan dari
    teman-teman sekelas karena memelihara rambut.
    Dia bahkan sering disebut sebagai anak perempuan. Tak hanya itu, guru dan teman-temannya memberikan iming-iming uang agar McPilamy memotong rambutnya. "Namun, dia tidak pernah menyerah dan selalu mengatakan kepada orang lain tentang mengapa ia membuat pilihan untuk memanjangkan rambutnya. Saya sangat bangga dengannya," tambah Deanna.




    Namun McPhilamy sudah membajakan tekad.
    Ejekan dan cemoohan tak digubris. Lebih dari 2
    tahun rambut itu terus memanjang. Dan akhirnya
    beberapa waktu lalu dia memotong rambut itu dan
    menyumbangkannya kepada pasien kanker untuk
    rambut palsu, karena rambut pasien kanker itu rontok akibat pengobatan yang dijalani.
  • Di dunianya yang masih kanak-kanak, Deacon Ross seolah memahami arti persahabatan. Namun teman akrab Deacon bukan anak seusianya. Seorang pria pengangkut sampah telah mengisi hatinya. Jumat menjadi hari favorit bagi Deacon. Dengan sabar dia menanti kedatangan sahabatnya, O'Dee. Bernama lengkap Oladele Olurunrinu, O'Dee adalah seorang petugas pengangkut sampah di Dallas, Amerika Serikat. Entah bagaimana, anak kecil ini memiliki ikatan batin cukup kuat dengan O'Dee. Saban Jumat, adalah waktu kedatangan O'Dee mengambil sampah dari rumah Deacon. "Dia sungguh terikat pertemanan dengan O'Dee. Dia selalu tak sabar menunggu hari jumat," kata Ibu Deacon, Summer, seperti dikutip laman Metro.co.uk.




    Melihat perilaku Deacon, Summer begitu yakin anak bungsunya ini telah mengerti arti sebuah
    pertemanan. Namun kabar sedih harus menyapa Deacon. Persahabatan dengan O'Dee akan segera berakhir. Bakal menjadi seorang kakak, Deacon harus pindah ke rumah baru. Tempat tinggal yang ditempati selama ini terlalu kecil untuk seluruh anggota keluarganya. "Ini hari terakhir kami melihat sahabat terbaik Deacon, O'Dee," ujar Ada Grace Ross, sang kakak. Hari yang ditunggu datang. Sebuah truk sampah terdengar dari ujung jalan. Dengan wajah sumringah, Deacon berteriak kegirangan. "Dia datang! dia datang, dia datang. Mengambil sampah kami," ujar Deacon ketika O'Dee menyapanya. Deacon pun menyerahkan sebuah hadiah perpisahan kepada sahabatnya. Hadiah yang telah dibuah bersama ibunya. Selama ini O'Dee tak menyadari efek yang telah dilakukannya terhadap bocah kecil ini. Namun
    hadiah itu menyadarkannya. "Kini saya bisa
    melihatnya,' ujar O'Deee lirih.
  • persahabatan bisa terjadi dengan siapa saja ...
  • Jumat pekan lalu harusnya menjadi saat bahagia bagi Aminah Jennifa Ahmed dan keluarga. Sebab, Mahasiswi berhijab ini menjalani wisuda di University of Texas, Arlington, Amerika Serikat. Dua gelar sekaligus dia kantongi. Sarjana Biologi dan Bisnis. Namun, kebahagiaan itu seolah terenggut. Sebab, sebelum acara wisuda usai, Aminah mengeluh sakit. Dia segera meninggalkan kampus dan kemudian meninggal dunia beberapa jam setelah wisuda itu. Seperti wisudawan lain. Saat wisuda itu Amina juga tampak ceria. Dia terlihat menebar senyum saat diwisuda di atas panggung. "Kami melihat dia berjalan dan saya berteriak memberinya semangat," kata sepupu Aminah, Shahina Ahmed, sebagaimana dikutip Dream dari wfaa.com, Senin 25 Mei 2015.




    Namun di balik kebahagiaan kala itu, sebuah
    penyakit mematikan tengah menggerogotinya.
    Sebelum menjalani foto wisuda, gadis yang dikenal
    cerdas dan periang ini mengeluh sakit. Aminah mengutarakan kondisinya itu kepada teman-
    teman dan keluarga. Dia merasa tak kuat menahan
    sakit. Sehingga sang ayah, Shamsul Ahmed,
    segera memboyongnya pulang ke rumah. "Tak ada
    gejala, tak ada tanda-tanda. Dia bilang sakit kepala
    dan pulang," kata Shamsul. Sesampai di rumah, Aminah tidur di sofa. Kondisi Aminah semakin memburuk pada pukul delapan malam. Jumat malam itu, dia mengalami sesak napas. Keluarga dengan segera membawa Aminah ke rumah sakit. Dokter belum mengeluarkan diagnosanya. Tapi gadis itu kemudian dinyatakan meninggal dunia. Saat ini, teman-teman dan keluarganya menduga Aminah mengalami aneurisma atau kelainan pembuluh darah otak.




    Kabar meninggalnya Aminah itu terang saja
    membuat teman-teman dan keluarga berduka.
    Selain cerdas, selama ini Aminah dikenal sangat
    aktif dalam kegiatan mahasiswa. Dia juga aktif
    dalam berbagai kegiatan masjid dan berbagai amal. Salah satu proyek yang tengah dia jalankan adalah operasi mata untuk anak-anak miskin di Asia Selatan. Khususnya di negara nenek moyangnya, Bangladesh.




    Sejak kematian gadis cantik inilah nama proyek amal ini diubah menjadi "Aminah See." Foto Aminah dipajang pada website proyek amal
    yang dibuat oleh keluarga. Dan hasilnya luar biasa.
    Kisah mengharukan itu rupanya menyedot orang
    untuk bersimpati. Lihat saja. Hanya dalam dua hari,
    proyek itu sudah menerima sumbangan senilai US$ 20 ribu atau sekitar Rp 263.510.000. Komunitas amal itu berduka untuk gadis yang
    sangat peduli pada sesama itu. Dia diambil oleh
    Sang Khaliq pada hari di mana seharusnya
    berbahagia. Namun, Aminah telah membuat orang-
    orang di sekitarnya bahagia. Terutama anak-anak
    calon penerima bantuan proyek yang dia bangun sebelumnya. Selamat jalan Aminah
  • Pengabdian guru perempuan Tiongkok ini cukup mengharukan. Tak mau kehilangan sedikitpun waktunya dengan sang anak, Zhang Wei, 32 tahun, selalu mengajak anaknya ke sekolah. Bahkan saat mengajar. Bukan tanpa alasan tindakan ini ditempuh Zhang Wei. Putranya yang berusia 3 tahun ini ternyata mengidap kanker darah (leukimia) tingkat berat. Mengutip laman asiatown, Senin, 25 Mei 2015, Zhang Wei dalah guru sekolah dasar di Hanshou, Provinsi Hunan, Tiongkok. Dia terpaksa harus selalu menggendong anaknya yang terlalu lemah jika ditinggalkan sendirian. Di sisi lain, Wei harus tetap bekerja untuk mencari tambahan uang penambal biaya pengobatan anaknya yang bernama Tutu itu.




    Anek Wei, Tutu, sebetulnya telah menjalani
    pengobatan kemoterapi sejak tahun lalu. Namun
    penyakitnya kambuh kembali dan membuatnya
    harus kembali bertaruh nyawa. Zhang pertama kali menyadari adanya sesuatu yang janggal di tubuh anaknya pada Juni tahun lalu. "Dia terkada sering deman dan kakinya lemah. Seringkali dia sama sekali tak sanggup berdiri," ujarnya. Setelah didiagnosa mengidap leukimia, Tutu pun menjalani 11 kemoterapi dalam delapan bulan. Biaya kemoterapi ini menguras uangnya hingga Rp 628 juta. Tak sanggup membayar, Tutu menjalani proses pengobatan alternatif di rumah. Namun dokter menyarankan Tutu agar dioperasi mengingat kankernya semakin agresif. Tanpa operasi, hidupnya takkan bertahan sampai Agustus. Baik China Bone Marrow Bank dan Taiwan Marrow Donor Programme tak sanggup menemukan pasangan yang bisa menjadi pendonor sumsum Tutu.




    Zhang sendiri tak bisa berbuat banyak untuk
    mendonorkan sumsum tulang belakangnya kepada
    putranya itu. Maklum biayanya mencapai 72 ribu
    poundsterling, jauh diatas penghasilannya. Dia sendiri pernah memutuskan berhenti mengajar
    untuk mengurus buah hatinya tersebut. Namun
    kebutuhan biaya yang besar memaksanya harus
    kembali mengajar dengan membawa serta anaknya.
  • Tak ada hal paling diinginkan para penderita tuna rungu selain bisa mendengarkan suara. Momen berharga inilah yang menghampiri tiga orang penderita tuna rungu. Untuk pertama kali sepanjang hidupnya, ketiga orang ini bisa mendengarkan suara anggota keluarganya. Tangis haru membuncah di momen menggembirakan ini.




    Sebuah video yang diunggah perusahaan streaming Spotify dan pembuat alat bantu dengar Starkey Hearing Foundation menangkap momen
    mengharukan pria dan wanita penderita tuna rungu
    dari Puerto Princesa, Filipina. Daerah ini memang terkenal sebagai kawasan yang penuh keluarga miskin. Dalam video berdurasi empat menit tersebut, menggambarkan keseharian para penderita tuna rungu. Mereka menjelaskan bagaimana ketidakmampuan mendengar mereka berpengaruh pada kehidupan dan keluarganya.




    Eugene, seorang sopir berusia 28 tahun, mengaku
    kehilangan pendengarannya ketika terserang panas tinggi ketika kecil. Tak ingin kehilangan anaknya, sang ibu memutuskan memasukan anaknya ke dalam bak berisi air dingin kala kecil. Tak disangka, tindakannya ini justru membuat Eugene kehilangan kemampuan mendengar. "Eugene adalah pemberian dari Tuhan," ujar sang
    ibu seperti dikutip laman Dailymail.co.uk, Minggu,
    24 Mei 2015. "Dia selalu berusaha menolong orang
    lain." Sementara itu, Isagani seorang ayah dari tiga anak berharap alat bantu dengat bisa mewujudkan
    mimpinya mendengarkan alunan musik dari anaknya yang berprofesi sebagai musisi. Tak ada yang diinginkannya selain mendengarkan anaknya
    memainkan instrumen musik.




    Penderita lain adalah Jessa Mae, putri nelayan
    berusia 16 tahun. Selama hidupnya hanya
    keheningan yang dilihatnya. Kini impian mereka terwujud. Keinginan mendengarkan suara alam menjadi kenyataan. Ketika alat bantu dengar terpasang di telinganya, mereka begitu takjub dengan cara alat tersebut bekerja. Titik air mata tak kuasa ditahan Jessa. Untuk pertama kalinya dia bisa mendengar suara sang ibu memanggilnya. Sementara Eugene dan Isagani tak bisa menyembunyikan senyum bahagia dari wajahnya.
  • Ini kisah hidup Sony Budianto. Putra pemulung yang meraih mimpi. Berkesempatan menuntut ilmu hingga jenjang sarjana. Sudah begitu, masuk ke Fakultas Kedokteran. Jurusan yang diidamkan banyak orang. Sony adalah putra Sugiyanto dan Budiyanti. Sepasang pemulung di Lamongan, Jawa Timur. Karena penghasilan orangtua yang pas-pasan, Sony selalu mengandalkan beasiswa untuk menghabiskan masa pendidikan hingga jenjang SMA.




    Keterbatasan ekonomi tak membuat semangat
    Sony surut. Kondisi itu bahkan menjadi bahan bakar untuk menyalakan semangat. Preatasi pun terukir. Hebatnya, dia sukses masuk kelas (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMAN 1 Lamongan. “Saat itu nilai ujian SMP saya belum keluar. Karena di SMAN 1 Lamongan ada jalur tes untuk masuk RSBI, akhirnya saya nekat ikut, dan ternyata diterima. Alhamdulillah selama di SMAN 1 Lamongan saya sangat terbantu dengan adanya beasiswa,” ujar remaja kelahiran 24 Mei 1997 itu. Di SMA itu, Sony dikenal sebagai murid berotak encer. Prestasi Sony melambung tinggi. Lihatlah nilai Ujian Nasioanal (UN) berbais komputer atau Computer Based Test (CBT) miliknya. Nilai terendah Sony 90. Bahkan untuk mata pelajaran Biologi mendapat nilai 95. Prestasi gemilang itu mengantarkan Sony ke jenjang Perguruan Tinggi. Dia diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang,
    melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguran
    Tinggi Negeri (SNMPTN). Namun, kegembiraan itu seolah sirna begitu saja. Sebab, pada Mei 2015 ini orangtuanya memutuskan bercerai. Sang ayah kini tinggal di Surabaya, dan ibunya pulang ke Semarang bersama kedua adiknya.




    Bak roller coaster. Asa yang semula telah membumbung tinggi seakan terhempas kembali.
    Pikirannya semakin kusut. Di tengah perceraian
    orangtua, dia harus memikirkan rencana kuliah.
    Meski diterima mendapat beasiswa Bidik Misi, dia
    tetap harus membayar dana pendidikan yang harus disetor di awal kuliah. Sony nyaris putus asa. “Saya waktu itu bingung sekali, tidak memiliki uang
    dan hidup sendiri. Sehingga sempat akan
    memutuskan untuk tidak melanjutkan Ke Undip,”
    ujar dia. Tapi, dunia belum tamat. Impian Sony belum buyar. Kisah Sony itu ternyata sampai ke telinga Bupati Lamongan, Fadeli. Sang bupati merasa prihatin dengan kondisi Sony. Sehingga memutuskan untuk memberikan bantuan. “Jangan sampai ada siswa Lamongan yang pintar tapi tidak bisa melanjutkan kuliah hanya karena kesulitan biaya,” kata Fadeli. Tak hanya memberi bantuan melalui kas daerah. Fadeli juga berjanji membantu Sony dengan kocek pribadinya. “Pokoknya kamu harus lanjutkan kuliah, jangan khawatirkan soal biaya,” tutur Fadeli saat memberikan bantuan pada Kamis pekan lalu.
  • Maman Supratman, 75 tahun, sudah 38 tahun menjadi guru honorer. Pengabdiannya sebagai
    guru layak diacungi jempol. Kebanyakan orang di usia tersebut telah pensiun dan menghabiskan masa tuanya di rumah. Hal itu tidak berlaku bagi Maman. Ia memutuskan tetap mengajar dan tidak ingin pensiun. "Kalau pensiun ya ingin. Tapi melihat orang-orang yang pensiun akhirnya dekat dengan penyakit," ujar Maman ketika berbincang dengan Dream.co.id, akhir pekan lalu.




    Maman mengatakan ada manfaat tersendiri yang dia rasakan dengan terus mengajar. Manfaat tersebut antara lain fisik yang masih kuat dan ingatan yang tidak mudah lupa. "Sekarang dengan mengajar, ingatan saya masih kuat, masih bisa jalan kesana-kemari dan naik motor juga masih kuat," ungkap dia. Tidak hanya itu, ada alasan lain yang mendorong Maman untuk tidak berhenti mengajar. Pendidikan merupakan dunia yang sudah lama dia cintai. "Selama saya masih mampu menularkan ilmu yang saya miliki. Walaupun hanya seni, sebisanya saya mengajarkan dan anak didik saya menerimanya," kata dia. Selain itu, Maman mengaku tidak pernah ketinggalan perkembangan teknologi. Dia mengatakan buah mengajar membuatnya akrab dengan penggunaan teknologi. "Saya perkembangan sekarang juga selalu
    mengikuti, kayak penggunaan teknologi sekarang
    kayak laptop saya juga ikuti," tutur dia.




    Lebih lanjut, Maman bersyukur masih memiliki fisik
    yang mampu untuk mengajar. Sehingga, bagi dia,
    mengajar merupakan salah satu bentuk syukur
    baginya atas nikmat dari Allah SWT yang
    diterimanya. "Kecintaan saya dengan pendidikan, pengabdian saya. Selain itu, juga dengan saya mengajar anak-anak selalu bisa bergembira, daripada berdiam diri di rumah. Allah sudah memberikan seperti ini dan sudah takdir Allah, ya saya terima," ungkap dia.
  • Sosok Try Sutrisno selama ini melekat sebagai mantan Wakil Presiden RI. Siapa sangka, tokoh yang pernah menjabat sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pernah menjadi pengasong penjual air minum dalam kendi. Berbicara dalam forum Kultum Supermentor 6 yang diselenggarakan Modernisator Indonesia, akhir pekan lalu, lelaki yang pernah menjabat orang kedua Indonesia pada 1993 – 1998 ini, sudah ikut serta dalam perang kemerdekaan sejak masih belia.




    Ayah Try Sutrisno, Subandi, adalah tentara asal
    Surabaya yang senantiasa siaga untuk berperang
    melawan tentara kolonial Belanda. Statusnya itu
    membuat keluarganya kerap harus berpindah dari
    satu kota ke kota yang lain. "Ayah saya itu ikut berjuang, tapi tidak dibayar. Oleh karena itu, ketika Surabaya diduduki Jepang, saya dan keluarga harus mengungsi ke beberapa tempat. Dari Surabaya, ke Sidoarjo, lalu ke Mojokerto dan Kediri," kenang Try Sutrisno. Suasana pengungsian inilah yang akhirnya melahirkan karakter Try Sutrisno sebagai pemimpin. Dalam usia belasan tahun, ia mengaku sudah harus
    punya kemampuan mempertahankan diri dengan
    berwirausaha. "Semasa dalam pengungsian, saya ber-entrepreneur untuk mempertahankan hidup. Pertama saya menjual air di dalam kendi di stasiun. Setelah itu, meningkat jadi menjual Koran di dalam kereta api. Lalu, meningkat lagi, saya menjual rokok di dalam kotak itu kepada orang-orang di stasiun dan kereta api," ucapnya.




    Keadaan berubah ketika Try dan keluarga harus
    kembali berpindah tempat tinggal hingga ke
    Mojokerto dan bertemu sang ayah. “Saat itulah
    kehidupan saya berubah sangat drastis, Ketika
    bertemu ayah, saya mulai menjadi kacung tentara.
    Bertugas mengambilkan makanan dan minuman untuk para pejuang, hingga membersihkan sepatu
    mereka,” tutur mantan Wapres RI itu. Di saat itu pula ia diperbantukan oleh tentara RI untuk menjadi seorang intelijen. “Pada waktu itu tahun 1948, umur saya masih 13 tahun dipercaya menjadi Penyelidik Dalam (PD). Tugasnya adalah
    masuk ke daerah Belanda untuk memberikan
    dokumen pada tentara republik lalu membawa pulang obat-obatan untuk para tentara juga,” kenang Try Sutrisno.




    Pekerjaan tersebut tentu punya resiko tinggi, sebab
    ia harus melewati garis status quo yang dibuat
    Belanda dan terancam dibakar bila tertangkap basah oleh tentara kolonial. “Pada umur 13 tahun itulah saya punya kemampuan untuk mengembangkan siasat. Waktu itu yang saya
    gunakan namanya siasat melambung. Jadi untuk
    memasuki wilayah Belanda tanpa melewati garis
    status quo saya masuk dari sawah ke sawah. Dari
    sawah di daerah republik kemudian muncul di sawah di daerah Belanda.” katanya berbangga. “Dengan cara itu saya tidak pernah tertangkap, bahkan saya pernah membawa ibu saya dan siasat tersebut aman.”
  • Personel TNI yang menjaga perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini tak hanya melakukan pengamanan wilayah saja. Para prajurit itu ternyata juga menjadi guru mengaji bagi anak-anak di wilayah Kabupaten Keerom, Papua. Dikutip Dream dari laman tniad.mil.id, Rabu 20 Mei 2015, prajurit TNI mengajarkan baca dan tulis Alquran, terutama Iqro bagi anak-anak masyarakat di sekitar Musala Pos Wembi. Kegiatan ini dilakukan setiap hari, mulai pukul 16.00 WIT sampai 16.30 WIT.




    Kegiatan ini merupakan salah satu tugas teritorial, selain tugas pokok yaitu pengamanan perbatasan. Pos Wembi merupakan salah satu pos dari Satgas
    Yonif 400/Raider, yang berada di antara Kampung
    Wembi dan Kampung Piyawi. Penduduk wilayah ini
    merupakan masyarakat asli dan pendatang. Mereka hidup berdampingan, walau berbeda suku agama. Salah satu prajurit TNI yang menjadi pengajar, Pratu Suprat, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan niat mulia untuk mengajak anak-anak masyarakat untuk bergabung menuntut ilmu agama Islam.




    Sebelum dijalankan, kegiatan ini dilaporkan terlebih
    dahulu kepada Komandan Pos (Danpos), Kapten Inf Manashe Lomo. "Ternyata Danpos sangat antusias dan mempersilakan kegiatan tersebut untuk dilaksanakan," ungkap Suprat. Menurut dia, anak-anak di sekitar Musala Pos Wembi tak hanya diajari membaca dan menulis Alquran. Melainkan juga amalan-amalan lainnya.
    "Selain kami ajarkan cara membaca Alquran, kami
    juga ajarkan beberapa Salawat di sela-sela kegiatan, selain itu juga kami berikan wawasan tentang berbangsa dan bernegara," ujar Suprat. "Secara pribadi, sebagai seorang muslim, saya
    merasa senang di sela-sela tugas pokok yaitu
    menjaga wilayah darat perbatasan RI-PNG, saya
    masih mendapatkan kesempatan untuk berbagi ilmu dengan mengajar mengaji di daerah perbatasan, kami rasakan kesulitan mengenai fasilitas belajar mengajar bagi masyarakat di daerah perbatasan," tambah dia.




    Sementara itu, Pratu Arif, menambahkan bahwa
    anak-anak dan para orang tua sangat antusias
    dengan kegiatan belajar ini. Kegiatan ini telah
    mendorong masyarakat sekitar untuk bergotong
    royong memperbaiki musala. "Masya Allah sekarang kondisi Musala di Pos sudah nyaman untuk digunakan sebagai tempat ibadah. Berbuat yang terbaik, tulus dan ikhlas adalah motto kami didalam melaksanakan tugas sehari-hari, dan semata-mata untuk mendapat ridho dari Allah SWT," kata Arif.
  • Seorang pria tunawisma Muslim menjadi pahlawan bagi kota Roma. Dia telah menyelamatkan seorang wanita Israel yang dilaporkan mencoba bunuh diri setelah melompat ke sungai, Sabtu kemarin. Menurut laporan koran Israel Haaretz dikutip Al Arabiya, Senin 18 Mei 2015, atas keberanian dan pengorbanannya, pria Muslim bernama Sobuj
    Khalifa itu mendapat penghargaan dari kota Roma
    berupa izin untuk tinggal dan bekerja di Italia.




    Wanita itu dibawa ke rumah sakit dan dalam kondisi baik setelah Sobuj Khalifa, 32, asal Bangladesh melompat ke sungai Tiber, yang dikenal sangat tercemar. "Saya bukan pahlawan," katanya kepada televisi Italia TV2000. "Allah ingin kita membantu semua orang." "Saya melihat dia jatuh dari jembatan, saya pikir dia sudah mati. Tapi saat mendekatinya dan melihat matanya bergerak-gerak, saya langsung mengangkatnya, " kata Khalifa yang menjadi imigran gelap di kota Roma selama 8 tahun.




    Atas aksi heroiknya itu, pemerintah kota Roma
    memberikan Khalifa, yang telah tinggal di Italia
    selama delapan tahun dan menjadi tunawisma
    dalam empat tahun terakhir, izin untuk tinggal dan
    bekerja di negara Uni Eropa itu. Walikota kota Roma Ignazio Marino menulis di halaman Facebook miliknya bahwa ia telah berbicara dengan Khalifa dan berterima kasih karena aksi "heroik dan manusiawi" yang ditunjukkannya.




    Secara terpisah, komunitas Yahudi kota Roma
    bekerja sama untuk mencarikan Khalifa rumah dan
    pekerjaan. Riccardo Pacifici, kepala Komunitas Yahudi Roma, mengatakan kepada Haaretz bahwa orang-orang Yahudi di kota ingin berterima kasih kepada Khalifa karena keberaniannya.
  • Abdul Sukur tidak memiliki aktivitas berbeda dengan para pengayuh becak lainnya di Kota Pahlawan. Setiap hari, bersama rekan-rekan seprofesinya, ia biasa menunggu penumpang di depan pintu masuk ITC Gembong, Surabaya. Tetapi, ada aktivitas lain yang kerap dilakukan pria yang kerap disapa Pak Dul ini. Aktivitas yang sangat jarang dilakukan hampir semua orang, menutup lubang menganga di jalanan Surabaya. Momen ketika Sukur menutup lubang diabadikan
    oleh Himan Utomo dalam tulisan yang diunggah di
    akun facebook One Day One Juz. Himan sempat bertemu di suatu malam dengan Sukur, dan
    mengajak pria tersebut berbincang.




    Waktu itu, tepatnya pukul 23.05 WIB, Himan melihat Sukur berhenti di depan ITC. Sukur kemudian turun dan menurunkan bongkahan batu dari becaknya. Batu-batu itu ditaruh di jalan yang berlubang. Setelah meletakkan batu, Sukur memecah batu tersebut menggunakan palu besar. Ini agar batu dapat pecah sehingga bisa diratakan dan membuat permukaan jalan halus. Sukur lalu duduk sebentar, setelah selesai melakukan aktivitasnya. Lalu ia mengambil topi dari kepalanya, dan mengipaskannya. "Alhamdulillah," ujar Sukur. Sukur hanyalah tukang becak biasa. Ia melakukan aktivitas menutup lubang tanpa mendapat bayaran dari siapapun. Semua dia lakukan dengan penuh keikhlasan. "Ini sudah jadi hobi saya tiap malam. Setelah cari rejeki dengan menjadi tukang becak, malamnya saya selalu mencari bongkahan batu aspal, buat nutup jalan yang berlubang. Ya, hitung-hitung abdi saya sebagai warga kota Surabaya," kata dia.




    Jawaban itu bagi sebagian besar orang mungkin
    dianggap keanehan. Sukur pun memahami
    pandangan tersebut. Dia pun pernah ditertawakan
    rekan-rekannya. "Saya sering diolok-olok sama teman-teman seprofesi tukang becak, 'Wes Pak Dhe, gak onok sing mbayari kok yo dilakoni ae. Gak kiro direken lha karo wong-wong nduwuran pemerintah kota. Opo maneh Bu Risma. Istirahat ae, sampeyan wes tuek (Sudah Pak De, tidak ada yang membayar kok masih dikerjakan saja. Nggak bakal ada yang merespon lah sama orang-orang atasan Pemerintah Kota. Apa lagi sama Bu Risma. Istirahat saja, kamu sudah tua)," ungkapnya. Tetapi, hal itu tidak membuat pria yang tinggal di
    Jalan Tambak Segaran Barat Gang 1 Nomor 27,
    Kota Surabaya ini berputus asa. Ia terus menutup
    lubang di jalan raya dengan harapan tidak ada orang yang mendapat musibah kecelakaan.
  • Ini adalah kisah mengharukan tentang kehidupan seorang tukang sampah di Jakarta, yang
    diceritakan seorang kaskuser yang berprofesi pegawai kantor. Si tukang sampah tidak banyak bicara, namun perilakunya sungguh menusuk hati kita semua.




    Berawal dari obrolan singkat. Si pemuda berkali-kali mendengar perut sang kakek berbunyi kruuuuukk. Ia pun berinisiatif membelikan si kakek nasi. Tapi sang kakek menolaknya dengan halus; "Waduh mas, saya ga punya uang buat bayarnya," ujarnya lirih. Si pemuda berusaha membujuk sang kakek menerima nasi tersebut. "Ga papa pak, makan aja. Saya bayarin dah, saya lagi ulang tahun hari ini," kata pemuda itu berbohong. Sang kakek terus mengucap syukur berkali-kali dan
    berterima kasih. "Makasih sudah dibelikan makanan. Saya belum makan dari kemarin sebetulnya. Cuma saya malu mas, saya inginnya beli makan sama uang sendiri karena saya bukan pengemis. Saya sebetulnya lapar sekali mas, tapi saya belum dapet uang hasil nyari sampah," kata si kakek. Pemuda itu tertegun. Secara tak sadar ia hampir meneteskan airmata.




    Sambil makan bareng, si kakek menceritakan jika ia punya dua anak, yang satu sudah meninggal karena kecelakaan. Satu lagi sudah pergi dari rumah dan tidak pulang hingga tiga tahun. Sedangkan istrinya sudah meninggal kena kanker.
    Parahnya lagi, rumahnya diambil orang karena tidak bisa melunasi uang pinjaman untuk mengobati istrinya. Miris betul. Tapi si kakek menolak menyerah. Ia pantang menengadahkan tangan, meminta-minta.




    Merasa iba, si pemuda dengan sedikit memaksa
    memberikan uang ke si kakek. Dan ada satu hal lagi yang bikin si pemuda tercengang, waktu hendak meninggalkan tempat ia bertemu tadi, sambil jalan menoleh ke belakang, ia melihat si kakek sudah depan kotak amal masjid, memasukkan uang ke dalam kotak amal.
  • wow ...
  • Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memberikan apresiasi kepada lima siswa asal SMA 3 Yogyakarta. Apresiasi diberikan karena keberanian mereka melaporkan dugaan terjadinya kebocoran soal Ujian Nasional. Kelima siswa itu adalah Zar Bela Hanifa, Khalid Umar, Daffa Abhista, Inria Astari Zahra dan Tsaqif Wismadi.




    Sebelum pelaksanaan UN, Tsaqif dan teman-
    temannya mendapatkan tautan di sebuah situs
    berbagi yang berisi soal mata pelajaran Bahasa
    Indonesia. Pada awalnya, mereka mengira itu
    merupakan soal latihan. Ada sebagian yang
    mengunduh untuk latihan, ada yang tidak. Namun ternyata saat hari pertama UN, Senin 13 April, Tsaqif menyadari soal-soal dari link tersebut sama 100 persen dengan soal UN yang dihadapinya. Sepulang sekolah di hari itu juga, Tsaqif mengirimkan email kepada Universitas Gajah Mada. Dia mengaku emosi dan sangat kecewa. "Saya saat itu sangat emosi dan kecewa. Saya ingin mencari keadilan," ujar Tsaqif dikutip Dream dari laman kpk.go.id, Kamis 23 Tsaqif mengatakan keputusan untuk berani melaporkan terkait bocoran UN muncul karena tergerak melihat lingkungan di sekitarnya. "Saya lihat teman-teman sudah belajar dengan serius untuk persiapan UN dan menyita waktu dan dana orang tua maka saya putuskan untuk mencari keadilan dengan melaporkannya, jadi saya berpikir tak bisa diam," ungkapnya.




    Sebagai bentuk apresiasi, KPK diberikan dalam
    bentuk penyematan pin "Berani Jujur Hebat" oleh
    Fungsional Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat
    (Dikyanmas) Pauline Arifin. KPK juga memberikan penghargaan bagi SMA Negeri 3 Yogyakarta yang memberikan pengajaran kejujuran pada siswanya. "Mereka ini berani jujur dan menyuarakannya,
    sehingga harusnya memang menjadi role bagi masyarakat yang jujur namun masih diam. KPK
    mengapresiasi keberanian siswa-siswa ini untuk
    bersuara," kata Pauline
Sign In or Register to comment.