It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
dia menghampiri tempat dia menyimpan duit itu dia membuka dengan membaca, “Bismillahirrahmanirrahiim.” Ketika itu Allah S.W.T. menghantar malaikat Jibrail A.S. untuk mengembalikan beg duit dan menyerahkan duit itu kepada suaminya kembali. Alangkah terperanjat suaminya, dia berasa bersalah dan mengaku segala perbuatannya kepada isterinya, ketika itu juga dia bertaubat dan mula mengerjakan perintah Allah, dan dia juga membaca Bismillah apabila dia hendak memulakan sesuatu kerja.
berdiri mengangkat kepalaku “. ” Mengapa bisa terjadi begitu, ya Rasulullah SAW ?” seorang diantara sahabat terus bertanya. ” Aku tak sempat menanyakan hal itu”. Ternyata Jibril kembali menemui Nabi SAW. Ia memberikan penjelasan mengenai sebab ruku` menjadi panjang saat sholat shubuh itu. “Wahai Muhammad, tadi itu, Ali sedang tergesa- gesa untuk bisa mengejar sholat berjama`ah. Tapi ditengah perjalanan ia bertemu dengan seorang lelaki tua Nasrani yang membuat jalannya menjadi terlambat sampai kesini. Ali tidak tahu kalau orang itu adalah Nasrani, dan ia biarkan orang tua itu untuk tetap terus berjalan didepannya. Ali tidak mau mendahuluinya. Allah SWT kemudian menyuruhku supaya engkau tetap ruku` sehingga memungkinkan Ali untuk dapat menyusul sholat shubuh berjama`ah.
Perintah Allah SWT seperti itu kepadaku bukan hal yang mengherankan bagiku, yang mengherankan adalah perintah Allah SWT kepada Mikail agar ia menahan perputaran matahari dengan sayapnya. Ini tentunya karena perbuatan Ali tadi “. demikian penjelasan Jibril. Setelah memperoleh keterangan dari malaikat Jibril, Nabi SAW pun kemudian bersabda,” Inilah derajat orang yang memuliakan orangtua (lansia), meskipun lansia itu adalah Nasrani “.
Hakim, menceritakan pada suatu hari ada seorang telah datang berjumpa dengan Rasulullah S.A.W. kerana hendak memeluk agama Islam. Sesudah mengucapkan dua kalimah syahadat, lelaki itu lalu berkata : “Ya Rasulullah. Sebenarnya hamba ini selalu sahaja berbuat dosa dan payah hendak meninggalkannya.” Maka Rasulullah menjawab : “Mahukah engkau berjanji bahawa engkau sanggup meninggalkan cakap bohong?” “Ya, saya berjanji” jawab lelaki itu singkat. Selepas itu, dia pun pulanglah ke rumahnya. Menurut riwayat, sebelum lelaki itu memeluk agama Islam, dia sangat terkenal sebagai seorang yang jahat. Kegemarannya hanyalah mencuri, berjudi dan meminum minuman keras. Maka setelah dia memeluk agama Islam, dia sedaya upaya untuk meninggalkan segala keburukan itu. Sebab itulah dia meminta nasihat dari Rasulullah S.A.W. Dalam perjalanan pulang dari menemui Rasulullah S.A.W. lelaki itu berkata di dalam hatinya : “Berat juga aku hendak meninggalkan apa yang dikehendaki oleh Rasulullah itu.” Maka setiap kali hatinya terdorong untk berbuat jahat, hati kecilnya terus mengejek. “Berani engkau berbuat jahat. Apakah jawapan kamu nanti apabila ditanya oleh Rasulullah. Sanggupkah engkau berbohong kepadanya” bisik hati kecil. Setiap kali dia berniat hendak berbuat jahat, maka dia teringat segala pesan Rasulullah S.A.W. dan setiap kali pulalah hatinya berkata : “Kalau aku berbohong kepada Rasulullah bererti aku telah mengkhianati janjiku padanya. Sebaliknya jika aku bercakap benar bererti aku akan menerima hukuman sebagai orang Islam. Oh Tuhan….sesungguhnya di dalam pesanan Rasulullah itu terkandung sebuah hikmah yang sangat berharga.” Setelah dia berjuang dengan hawa nafsunya itu, akhirnya lelaki itu berjaya di dalam perjuangannya menentang kehendak nalurinya. Menurut hadis itu lagi, sejak dari hari itu bermula babak baru dalam hidupnya. Dia telah berhijrah dari kejahatan kepada kemuliaan hidup seperti yang digariskan oleh Rasulullah S.A.W. Hingga ke akhirnya dia telah berubah menjadi mukmin yang soleh dan mulia.
Kalajengking ini telah siap menyengat daging tubuhnya, membuat Dzunun makin panik ketakutan. Ditengah rasa cemasnya itu, berdoa`lah Dzunun kepada Allah. Ia memohon kiranya Allah S.W.T mau
melindungi dirinya dari sengatan hewan itu.Doa`nya didengar Allah S.W.T. Tiba-tiba sang kalajengking tersebut berbalik dan menjauhi dirinya. Kalajengking terus bergerak menyusuri tepian sungai. Dzunun tertarik perilaku hewan ini. Maka diikutilah kemana perginya kalajengking oleh Dzunun. Kalajengking bergerak mendekati pepohonan rindang. Waktu Dzunun berada dekat tempat itu, ia terkejut karena disana, dibawah pohon tersebut, sedang terbaring seorang pemuda. Dari posisi dan cara berbaringnya pemuda itu, tidak sulit untuk ditebak, ia adalah pemuda yang sedang mabuk berat. Sepertinya saja ia memerlukan untuk berbaring seperti itu saking beratnya mabuk yang ia alami. Kalajengking telah berada sangat dekat dengan pemuda itu. Melihat itu Dzunun jadi merasa amat khawatir, jangan-jangan sikalajengking akan menyengat sipemuda. Kalau itu terjadi, maka ia akan mati karena racun hewan ini. Ditengah kecemasannya, Dzunun lebih terperanjat lagi. Betapa tidak, dekat sipemuda mabuk itu malah terdapat seekor ular yang tidak kalah besar dan berbahayanya dengan sikalajengking. Ular itu juga tengah siap untuk mematuk sipemuda. Bagaimana kejadian selanjutnya ? Matikah pemuda itu dipatuk oleh ular dan disengat oleh kalajengking itu ? Peristiwa luar biasa terjadi. Ternyata sikalajengking dengan merayap perlahan-lahan mendekati kepala ular. Setelah dekat, melompatlah ia mendapati kepala ular dan seketika itu pula ular tersebut disengatnya, sehingga terkapar dan sesaat kemudian mati karena racun ganas sikalajengking. Selesai menyengat ular, kalajengking berjalan menjauh, meninggalkan bangkai ular beserta tubuh sang pemuda yang sedang terbaring karena mabuk itu. Kalajengking terus bergerak menyusuri tepian sungai kembali dan Dzunun terus mengikutinya juga dari belakang. Setelah kalajengking jauh, Dzunun kembali ketempat sipemuda mabuk terbaring tadi. Kemudian bersyairlah ia ; Wahai orang yang sedang kelelapan.
Yang Maha Agung selalu menjagakan.
Dari setiap kekejian yang menimbulkan
kesesatan, mengapa sampai sipemilik mata
ketiduran ?
Padahal, mata itu dapat mendatangkan berbagai kenikmatan. Syair Dzunun ternyata membuat sipemuda mabuk terjaga.Setelah sipemuda sadar, maka Dzunun menceritakan kepadanya peristiwa yang ia saksikan tadi. Pemuda itu mendengarkan penjelasan Dzunun dengan cermat. Ia merenungkan kejadian itu dalam- dalam. Kalbunya tersadar dan bertaubatlah ia kepada Allah S.W.T. Sipemuda menyadari, bahwa betapa Pengasihnya Allah kepada setiap hamba- Nya. Bahkan itu tak terkecuali kepada pemabuk seperti dirinya, Allah masih memberikan perlindungan dan memberi kesempatan baginya untuk bertaubat.
“Aku menangis mengenang dosaku yang amat banyak. Saking banyaknya, rasanya pundakku tiada kuasa lagi memikulnya.”, jawab anak muda. Terjadilah tanya jawab antara Rasulullah SAW dengan pemuda itu.
Rasulullah SAW bertanya, “Apakah engkau menyekutukan Tuhan, syirik?”
“Tidak!” jawab pemuda.
“Kalau demikian, Tuhan akan mengampuni dosa- dosamu, walaupun dosamu itu seberat langit, bumi dan gunung,” sahut Rasulullah SAW. “Dosaku lebih berat daripada itu lagi,” kata pemuda itu.
“Apakah dosamu itu lebih berat dari seluruh tahta?” tanya Rasulullah SAW.
“Memang, lebih berat dari itu, ya Rasulullah,” jawab pemuda itu. Rasulullah SAW bertanya lagi, “Apakah lebih berat daripada Arsy?”
Jawab pemuda itu, “Lebih berat lagi!”
“Apakah dosamu itu lebih berat dari Tuhanmu sendiri, yang mempunyai sifat pengampun dan penerima taubat?” sahut Rasulullah SAW.
Jawab pemuda itu, “Tidak ya Rasulullah, ampunan Tuhan lebih berat daripada dosaku. Tidak ada sesuatu yang lebih berat daripada ampunan Tuhan.” Tanya Rasulullah SAW, “Terangkanlah dosa yang telah engkau lakukan itu, dan jangan engkau segan dan merasa malu-malu.” Akhirnya, anak muda itu menerangkan, “Saya bekerja sebagai penjaga kuburan, sudah tujuh tahun lamanya. Pada suatu hari, meninggal seorang budak
perempuan milik seorang golongan Anshar, dan dikuburkan di pemakaman yang saya jaga itu. Saya digoda oleh iblis sehingga diwaktu malam aku bongkar kuburan itu kembali. Saya curi kain kafan yang membalut mayat wanita itu. Kemudian saya meninggalkan tempat itu. Pada suatu ketika yang lain, saya berjalan kembali ke dekat kuburan itu. Tiba-tiba wanita yang sudah mati itu bangkit dari kuburnya dan berkata kepada saya dengan suaranya yang lantang, “Celakalah engkau hai anak muda! Tidakkah engkau melakukan perbuatan kejam terhadap seorang wanita yang tidak berdaya lagi? Sampai hatikah engkau membiarkan aku menghadap Tuhan dalam keadaan telanjang?” Mendengar keterangan itu, maka Rasulullah SAW sangat marah seraya berkata, “Engkau memang seorang yang fasik dan akan masuk neraka!” Seketika itu juga beliau mengusir anak muda itu. Dengan gemetar tetapi masih dalam keadaan kesadaran, anak muda itu menyesali perbuatannya itu tiada putus-putusnya. Setiap malam ia berkhalwat dan tak habis-habisnya menyesali perbuatannya yang zalim itu. Dia selalu memohon do’a kepada Tuhan, “Ya Tuhanku, aku menyatakan taubat dari perbuatan yang sesat itu. Jika Engkau, ya Tuhan, masih memberikan ampunan atas dosa yang aku perbuat itu, maka sampaikan hal itu kepada Rasulullah SAW. Jika dosaku itu memang tidak Engkau ampuni lagi, maka turunkanlah api dari langit untuk membakar kulitku sehingga aku menjadi hangus, sebagai balasan atas dosa yang aku lakukan itu.” Sementara tidak berapa lama, kemudian Malaikat Jibril menyampaikan kepada Rasulullah SAW wahyu
yang menyatakan bahwa Tuhan mengampuni dosa anak muda itu, sebab taubatnya itu dilakukan dengan tulus ikhlas. Setelah wahyu turun, maka Rasulullah SAW memanggil anak muda itu menyampaikan kepadanya berita yang menggembirakan itu.
“Aku menangis mengenang dosaku yang amat banyak. Saking banyaknya, rasanya pundakku tiada kuasa lagi memikulnya.”, jawab anak muda. Terjadilah tanya jawab antara Rasulullah SAW dengan pemuda itu.
Rasulullah SAW bertanya, “Apakah engkau menyekutukan Tuhan, syirik?”
“Tidak!” jawab pemuda.
“Kalau demikian, Tuhan akan mengampuni dosa- dosamu, walaupun dosamu itu seberat langit, bumi dan gunung,” sahut Rasulullah SAW. “Dosaku lebih berat daripada itu lagi,” kata pemuda itu.
“Apakah dosamu itu lebih berat dari seluruh tahta?” tanya Rasulullah SAW.
“Memang, lebih berat dari itu, ya Rasulullah,” jawab pemuda itu. Rasulullah SAW bertanya lagi, “Apakah lebih berat daripada Arsy?”
Jawab pemuda itu, “Lebih berat lagi!”
“Apakah dosamu itu lebih berat dari Tuhanmu sendiri, yang mempunyai sifat pengampun dan penerima taubat?” sahut Rasulullah SAW.
Jawab pemuda itu, “Tidak ya Rasulullah, ampunan Tuhan lebih berat daripada dosaku. Tidak ada sesuatu yang lebih berat daripada ampunan Tuhan.” Tanya Rasulullah SAW, “Terangkanlah dosa yang telah engkau lakukan itu, dan jangan engkau segan dan merasa malu-malu.” Akhirnya, anak muda itu menerangkan, “Saya bekerja sebagai penjaga kuburan, sudah tujuh tahun lamanya. Pada suatu hari, meninggal seorang budak
perempuan milik seorang golongan Anshar, dan dikuburkan di pemakaman yang saya jaga itu. Saya digoda oleh iblis sehingga diwaktu malam aku bongkar kuburan itu kembali. Saya curi kain kafan yang membalut mayat wanita itu. Kemudian saya meninggalkan tempat itu. Pada suatu ketika yang lain, saya berjalan kembali ke dekat kuburan itu. Tiba-tiba wanita yang sudah mati itu bangkit dari kuburnya dan berkata kepada saya dengan suaranya yang lantang, “Celakalah engkau hai anak muda! Tidakkah engkau melakukan perbuatan kejam terhadap seorang wanita yang tidak berdaya lagi? Sampai hatikah engkau membiarkan aku menghadap Tuhan dalam keadaan telanjang?” Mendengar keterangan itu, maka Rasulullah SAW sangat marah seraya berkata, “Engkau memang seorang yang fasik dan akan masuk neraka!” Seketika itu juga beliau mengusir anak muda itu. Dengan gemetar tetapi masih dalam keadaan kesadaran, anak muda itu menyesali perbuatannya itu tiada putus-putusnya. Setiap malam ia berkhalwat dan tak habis-habisnya menyesali perbuatannya yang zalim itu. Dia selalu memohon do’a kepada Tuhan, “Ya Tuhanku, aku menyatakan taubat dari perbuatan yang sesat itu. Jika Engkau, ya Tuhan, masih memberikan ampunan atas dosa yang aku perbuat itu, maka sampaikan hal itu kepada Rasulullah SAW. Jika dosaku itu memang tidak Engkau ampuni lagi, maka turunkanlah api dari langit untuk membakar kulitku sehingga aku menjadi hangus, sebagai balasan atas dosa yang aku lakukan itu.” Sementara tidak berapa lama, kemudian Malaikat Jibril menyampaikan kepada Rasulullah SAW wahyu
yang menyatakan bahwa Tuhan mengampuni dosa anak muda itu, sebab taubatnya itu dilakukan dengan tulus ikhlas. Setelah wahyu turun, maka Rasulullah SAW memanggil anak muda itu menyampaikan kepadanya berita yang menggembirakan itu.
keldai yang sudah hancur berderai itu dilihatnya mulai dikumpulkan daging dan tulangnya. Dan akhirnya menjadi seperti sediakala iaitu hidup kembali bergerak-gerak dan berdiri sebagaimana sebelum mati. Maka ‘Uzair pun berkata, “Sekarang tahulah saya bahawa Allah s.w.t. berkuasa di atas segala-galanya.” Lalu dia pun terus mengambil keldainya dahulu dan terus menunggangnya pulang ke rumahnya dahulu dengan mencari-cari jalan yang sukar untuk dikenali. Dilihatnya segala-gala telah berubah. Dia cuba mengingati apa yang pernah dilihatnya seratus tahun dahulu. Setelah menempuhi berbagai kesukaran, akhirnya dia pun sampai ke rumahnya. Sebaik sahaja dia sampai di situ, dia mendapati rumahnya sudah pun buruk di mana segala dinding rumahnya telah habis runtuh. Semasa dia memandang keadaan sekeliling rumahnya, dia ternampak seorang perempuan tua, lantas dia pun bertanya, “Inikah rumah tuan ‘Uzair?” “Ya,” jawab perempuan itu. “Inilah rumah ‘Uzair dahulu, tetapi ‘Uzair telah lama pergi dan tiada didengar berita tentangnya lagi sehingga semua orang pun lupa padanya dan saya sendiri tidak pernah menyebut namanya selain kali ini sahaja.” Kata perempuan itu sambil menitiskan airmata. ‘Sayalah ‘Uzair,” jawab ‘Uzair dengan pantas. “Saya telah dimatikan oleh Tuhan seratus tahun dahulu dan sekrang saya sudah dihidupkan oleh Allah s.w.t. kembali.” Perempuan tua itu terkejut seakan- akan tidak percaya, lalu dia pun berkata, “‘Uzair itu adalah seorang yang paling soleh, doanya selalu dimakbulkan oleh Tuhan dan telah banyak jasanya di dalam menyembuhkan orang yang sakit tenat.” Sambunya lagi, “Saya ini adalah hambanya sendiri, badan saya telah tua dan lemah, mata saya telah pun buta kerana selalu menangis terkenangkan ‘Uzair. Kalaulah tuan ini ‘Uzair maka cubalah tuan doakan kepada Tuhan supaya mata saya terang kembali dan dapat melihat tuan.” “Uzair pun menadah kedua belah tangannya ke langit lalu berdoa ke hadrat Tuhan. Tiba-tiba mata orang rua itupun terbuka dan dapat melihat dengan lebih terang lagi. Tubuhnya yang tua dan lemah itu kembali kuat seakan-akan kembali muda. Setelah merenung wajah ‘Uzair dia pun berkata, “Benar, tuanlah ‘Uzair. Saya masih ingat.” Hambanya itu terus mencium tangan ‘Uzair lalu keduanya pergi mendapatkan orang ramai, bangsa Israil. ‘Uzair memperkenalkan dirinya bahawa dialah ‘Uzair yang pernah hidup di kampung itu lebih seratus tahun yang lalu. Berita itu bukan sahaja mengejutkan bangsa Israil, tetapi ada juga meragukan dan ada yang tidak percaya kepadanya. Walau bagaimanapun berita itu menarik perhatian semua orang yang hidup ketika itu. Kerana itu mereka ingin menguji kebenaran ‘Uzair. Kemudian datanglah anak kandungnya sendiri seraya bertanya, “Saya masih ingat bahawa bapa saya mempunyai tanda di punggungnya. Cubalah periksa tanda itu. Kalau ada benarlah dia ‘Uzair.”Tanda itu memang ada pada ‘Uzair, lalu percayalah sebahagian daripada mereka. Akan tetapi sebahagian lagi mahukan bukti yang lebih nyata, maka mereka berkata kepada ‘Uzair, “Bahawa sejak penyerbuan Nebukadnezar ke atas bangsa dan negara Israil dan setelah tentera tersebut membakar kitab suci Taurat, maka tiadalah seorang pun bani Israil yang hafal isi Taurat kecuali ‘Uzair sahaja. Kalau benarlah tuan Uzair, cubalah tuan sebutkan isi Taurat yang betul.” ‘Uzair pun membaca isi Taurat itu satu persatu dengan fasih dan lancar serta tidak salah walaupun sedikit. Mendengarkan itu barulah mereka percaya bahawa sungguh benar itulah ‘Uzair. Ketika itu, semua bangsa Israil punpercaya bahawa dialah ‘Uzair yang telah mati dan dihidupkan semual oleh Tuhan. Banyak di antara mereka yang bersalam dan mencium tangan ‘Uzair serta meminta nasihat dan panduan daripadanya. Tetapi sebahagian daripada kaum Yahudi yang bodoh menganggap ‘Uzair sebagai anak Tuhan pula. Maha Suci Allah tidak mempunyai anak samada ‘Uzair mahupun Isa kerana semua makhluk adalah kepunyaan-Nya belaka. Janganlah kita was-was tentang kekuasaan Allah s.w.t., maka hendaklah dia fikir siapakah yang menciptakan dirinya itu. Adalah mustahil sesuatu benda itu terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan. Kalau masih ada orang yang ragu- ragu tentang kekuasaan Allah s.w.t., ubatnya hanya satu sahaja, hendaklah dia membaca dan memahami al-Quran, was-was terhadap kekuasaan Allah s.w.t. itu hanya datangnya dari syaitan. Allah s.w.t. telah meletakkan akal dalam kepala kita untuk berfikir, oleh itu gunakanlah akal kita untuk berfikir.
keldai yang sudah hancur berderai itu dilihatnya mulai dikumpulkan daging dan tulangnya. Dan akhirnya menjadi seperti sediakala iaitu hidup kembali bergerak-gerak dan berdiri sebagaimana sebelum mati. Maka ‘Uzair pun berkata, “Sekarang tahulah saya bahawa Allah s.w.t. berkuasa di atas segala-galanya.” Lalu dia pun terus mengambil keldainya dahulu dan terus menunggangnya pulang ke rumahnya dahulu dengan mencari-cari jalan yang sukar untuk dikenali. Dilihatnya segala-gala telah berubah. Dia cuba mengingati apa yang pernah dilihatnya seratus tahun dahulu. Setelah menempuhi berbagai kesukaran, akhirnya dia pun sampai ke rumahnya. Sebaik sahaja dia sampai di situ, dia mendapati rumahnya sudah pun buruk di mana segala dinding rumahnya telah habis runtuh. Semasa dia memandang keadaan sekeliling rumahnya, dia ternampak seorang perempuan tua, lantas dia pun bertanya, “Inikah rumah tuan ‘Uzair?” “Ya,” jawab perempuan itu. “Inilah rumah ‘Uzair dahulu, tetapi ‘Uzair telah lama pergi dan tiada didengar berita tentangnya lagi sehingga semua orang pun lupa padanya dan saya sendiri tidak pernah menyebut namanya selain kali ini sahaja.” Kata perempuan itu sambil menitiskan airmata. ‘Sayalah ‘Uzair,” jawab ‘Uzair dengan pantas. “Saya telah dimatikan oleh Tuhan seratus tahun dahulu dan sekrang saya sudah dihidupkan oleh Allah s.w.t. kembali.” Perempuan tua itu terkejut seakan- akan tidak percaya, lalu dia pun berkata, “‘Uzair itu adalah seorang yang paling soleh, doanya selalu dimakbulkan oleh Tuhan dan telah banyak jasanya di dalam menyembuhkan orang yang sakit tenat.” Sambunya lagi, “Saya ini adalah hambanya sendiri, badan saya telah tua dan lemah, mata saya telah pun buta kerana selalu menangis terkenangkan ‘Uzair. Kalaulah tuan ini ‘Uzair maka cubalah tuan doakan kepada Tuhan supaya mata saya terang kembali dan dapat melihat tuan.” “Uzair pun menadah kedua belah tangannya ke langit lalu berdoa ke hadrat Tuhan. Tiba-tiba mata orang rua itupun terbuka dan dapat melihat dengan lebih terang lagi. Tubuhnya yang tua dan lemah itu kembali kuat seakan-akan kembali muda. Setelah merenung wajah ‘Uzair dia pun berkata, “Benar, tuanlah ‘Uzair. Saya masih ingat.” Hambanya itu terus mencium tangan ‘Uzair lalu keduanya pergi mendapatkan orang ramai, bangsa Israil. ‘Uzair memperkenalkan dirinya bahawa dialah ‘Uzair yang pernah hidup di kampung itu lebih seratus tahun yang lalu. Berita itu bukan sahaja mengejutkan bangsa Israil, tetapi ada juga meragukan dan ada yang tidak percaya kepadanya. Walau bagaimanapun berita itu menarik perhatian semua orang yang hidup ketika itu. Kerana itu mereka ingin menguji kebenaran ‘Uzair. Kemudian datanglah anak kandungnya sendiri seraya bertanya, “Saya masih ingat bahawa bapa saya mempunyai tanda di punggungnya. Cubalah periksa tanda itu. Kalau ada benarlah dia ‘Uzair.”Tanda itu memang ada pada ‘Uzair, lalu percayalah sebahagian daripada mereka. Akan tetapi sebahagian lagi mahukan bukti yang lebih nyata, maka mereka berkata kepada ‘Uzair, “Bahawa sejak penyerbuan Nebukadnezar ke atas bangsa dan negara Israil dan setelah tentera tersebut membakar kitab suci Taurat, maka tiadalah seorang pun bani Israil yang hafal isi Taurat kecuali ‘Uzair sahaja. Kalau benarlah tuan Uzair, cubalah tuan sebutkan isi Taurat yang betul.” ‘Uzair pun membaca isi Taurat itu satu persatu dengan fasih dan lancar serta tidak salah walaupun sedikit. Mendengarkan itu barulah mereka percaya bahawa sungguh benar itulah ‘Uzair. Ketika itu, semua bangsa Israil punpercaya bahawa dialah ‘Uzair yang telah mati dan dihidupkan semual oleh Tuhan. Banyak di antara mereka yang bersalam dan mencium tangan ‘Uzair serta meminta nasihat dan panduan daripadanya. Tetapi sebahagian daripada kaum Yahudi yang bodoh menganggap ‘Uzair sebagai anak Tuhan pula. Maha Suci Allah tidak mempunyai anak samada ‘Uzair mahupun Isa kerana semua makhluk adalah kepunyaan-Nya belaka. Janganlah kita was-was tentang kekuasaan Allah s.w.t., maka hendaklah dia fikir siapakah yang menciptakan dirinya itu. Adalah mustahil sesuatu benda itu terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan. Kalau masih ada orang yang ragu- ragu tentang kekuasaan Allah s.w.t., ubatnya hanya satu sahaja, hendaklah dia membaca dan memahami al-Quran, was-was terhadap kekuasaan Allah s.w.t. itu hanya datangnya dari syaitan. Allah s.w.t. telah meletakkan akal dalam kepala kita untuk berfikir, oleh itu gunakanlah akal kita untuk berfikir.
Pemurah, sudilah kiranya memberikan bungkusan lain seperti kelmarin, sekadar untuk menyenangkan hidupku yang melarat ini. Sungguh jika Tuhan tidak beri, akan lebih sengsaralah hidupku, wahai untung nasibku.” Mendengar keluhan itu lagi, maka Abu Hanifah pun lalu melemparkan lagi bungkusan berisi wang dan secebis kertas dari luar jendela itu, lalu dia pun meneruskan perjalanannya. Orang itu terlalu riang sebaik sahaja mendapat bungkusan itu. Lantas terus membukanya. Seperti dahulu juga, di dalam bungkusan itu tetap ada cebisan kertas lalu dibacanya, “Hai kawan, bukan begitu cara bermohon, bukan demikian cara berikhtiar dan berusaha. Perbuatan demikian ‘malas’ namanya. Putus asa kepada kebenaran dan kekuasaan Allah s.w.t.. Sungguh tidak redha Tuhan melihat orang pemalas dan putus asa, enggan bekerja untuk keselamatan dirinya. Jangan….jangan berbuat demikian. Hendak senang mesti suka pada bekerja dan berusaha kerana kesenangan itu tidak mungkin datang sendiri tanpa dicari atau diusahakan. Orang hidup tidak perlu atau disuruh duduk diam tetapi harus bekerja dan berusaha. Allah
s.w.t. tidak akan perkenankan permohonan orang yang malas bekerja. Allah s.w.t. tidak akan mengkabulkan doa orang yang berputus asa. Sebab itu, carilah pekerjaan yang halal untuk kesenangan dirimu. Berikhtiarlah sedapat mungkin dengan pertolongan Allah s.w.t.. Insya Allah, akan dapat juga pekerjaan itu selama kamu tidak berputus asa. Nah…carilah segera pekerjaan, saya doakan lekas berjaya.” Sebaik sahaja dia selesai membaca surat itu, dia termenung, dia insaf dan sedar akan kemalasannya yang selama ini dia tidak suka berikhtiar dan berusaha. Pada keesokan harinya, dia pun keluar dari rumahnya untuk mencari pekerjaan. Sejak dari hari itu, sikapnya pun berubah mengikut peraturan- peraturan hidup (Sunnah Tuhan) dan tidak lagi melupai nasihat orang yang memberikan nasihat itu.
Ya Alloh, jika Engkau tahu apa yang kulakukan itu hanya karena aku takut pada-Mu, maka keluarkan kami dari gua ini.” Tiba-tiba batu besar itu bergeser sedikit, sehingga mereka bisa mengintip keluar dan mengetahui bahwa hujan telah berhenti. Pengembara kedua berdoa, “Ya Alloh, Engkau tahu bahwa aku memiliki orang tua yang sudah tua. Aku begitu mencintai mereka. Setiap malam aku membawakan mereka susu kambing yang kuperah sendiri. Suatu malam aku terlambat memerah kambing dan mereka sudah tertidur saat aku tiba di kamar mereka. Saat itu anak dan istriku sudah menangis kelaparan, namun aku tidak mau mereka meminum susu kambing itu sebelum orang tuaku. Sementara kau tidak berani membangunkan tidur mereka. Akhirnya aku menungguinya hingga fajar tiba.
Ya Alloh, jika Engkau tahu apa yang kulakukan itu hanya karena aku takut pada-Mu, maka keluarkan kami dari gua ini.” Batu besar itu kembali bergeser, membuat lubang yang cukup lebar, namun tidak cukup lebar untuk mereka keluar dari dalam gua. Pengembara ketiga berdoa, “Ya Alloh, Engkau tahu bahwa aku memiliki seorang sepupu perempuan yang sangat aku cintai. Aku sering menggoda dan merayunya untuk berbuat dosa, namun ia selalu menolak. Suatu hari ia datang untuk meminjam uang sebesar 100 dinar. Aku memberinya dengan syarat dia harus memberikan kehormatannya. Dia terpaksa mengabulkanku karena dia dalam situasi yang terdesak. Namun saat aku hampir melakukan niatku, ia berkata ‘Bertaqwalah engkau kepada Alloh, janganlah kau merusak cincin kecuali sudah menjadi hakmu!’ Maka aku segera membatalkan niatku.
Ya Alloh, jika Engkau tahu apa yang kulakukan itu hanya karena aku takut pada-Mu, maka keluarkan kami dari gua ini.” Akhirnya batu besar itu bergulir dan terbukalah mulut gua tersebut sehingga mereka dapat keluar dengan selamat.
kami!” Kemudian lelaki itu menoleh ke arah orang yang memanggilnya dengan berkata, “Apa hal?” Seolah- olah lelaki itu tidak mengetahui apa-apa. Peniaga itu berkata, “Wahai wali Allah, tidakkah kamu hendak mengambil berat tentang kapal yang hampir tenggelam ini?” Wali itu berkata, “Dekatkan dirimu kepada Allah s.w.t..” Para penumpang itu berkata, “Apa yang mesti kami buat?” Wali Allah itu berkata, “Tinggalkan semua hartamu, jiwamu akan selamat.” Kesemua mereka sanggup meninggalkan harta mereka. Asalkan jiwa mereka selamat. Kemudian mereka berkata, “Wahai wali Allah, kami akan membuang semua harta kami asalkan jiwa kami semua selamat.” Wali Allah itu berkata lagi, “Turunlah kamu semua ke atas air dengan membaca Bismillah.” Dengan membaca Bismillah, maka turunlah seorang demi seorang ke atas air dan berjalan menghampiri wali Allah yang sedang duduk di atas air sambil berzikir. Tidak berapa lama kemudian, kapal yang mengandungi muatan beratus ribu ringgit itu pun tenggelam ke dasar laut.
Habislah kesemua barang-barang perniagaan yang mahal-mahal terbenam ke laut. Para penumpang tidak tahu apa yang hendak dibuat, mereka berdiri di atas air sambil melihat kapal yang tenggelam itu. Salah seorang daripada peniaga itu berkata lagi, “Siapakah kamu wahai wali Allah?” Wali Allah itu berkata, “Saya ialah Awais Al-Qarni.” Peniaga itu berkata lagi, “Wahai wali Allah, sesungguhnya di dalam kapal yang tenggelam itu terdapat harta fakir- miskin Madinah yang dihantar oleh seorang jutawan Mesir.” Wali Allah berkata, “Sekiranya Allah s.w.t. kembalikan semua harta kamu, adakah kamu betul- betul akan membahagikannya kepada orang-orang miskin di Madinah?” Peniaga itu berkata, “Betul, saya tidak akan menipu, ya wali Allah.” Setelah wali itu mendengar pengakuan dari peniaga itu, maka dia pun mengerjakan solat dua rakaat di atas air, kemudian dia memohon kepada Allah s.w.t.
agar kapal itu ditimbulkan semula bersama-sama hartanya. Tidak berapa lama kemudian, kapal itu timbul sedikit demi sedikit sehingga terapung di atas
air. Kesemua barang perniagaan dan lain-lain tetap seperti asal. Tiada yang kurang. Setelah itu dinaikkan kesemua penumpang ke atas kapal itu dan meneruskan pelayaran ke tempat yang dituju. Apabila sampai di Madinah, peniaga yang berjanji dengan wali Allah itu terus menunaikan janjinya dengan membahagikan harta kepada semua fakir miskin di Madinah sehingga tiada seorang pun yang tertinggal. Wallahu a’alam.