It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
walaupun qw harus menguras daya pikir hayal ku hasil y sugguh fantasi asyik، krn qw srg bkin crt yg gk dpt dibayang dlm arti cuma hayalan aja n mksh yea lom baca dah di mention salut bagus bnget crta y،،،،،،،jngan lupa mention y??? oya esek2 di expos dong wlaupun dahulu tp agak aneh se kok siBima langsug ngrespon، well bkam kh klo dulu kn pasti gmn gitu tp maaf jika kurang enak tp bagusss crtay،،،،، THANX.
Makasih kak. Mungkin nanti malam akan update. Aku juga suka kelimpungan sendiri jika nulis cerita genre ini. Masalahnya, yang kupikirkan adalah bagaimana caranya agar pembaca mengerti. Hmm, syukur kalau kak @mustaja84465148 mengerti
Caka adalah orang yang aneh menurutku. Dari tadi dia hanya memperhatikanku dengan tatapan meneliti. Stein telah memberitahukan bahwa Caka berasal dari grance sihir. Kenapa Caka bisa berada disini itu karena ada suatu hal yang tidak bisa ia jabarkan. Aku hanya mengedikan bahu tidak peduli tentang hal itu.
"Jar, please kamu serius dalam pencarian kekuatanmu. Perang semakin menjadi. Dari semua grance, kurasa mereka telah mempunyai cara masing-masing untuk saling menghancurkan!" ucap Stein lantang. Saat ini kami sedang berada di the rince. Tempat kuda kalangan atas sesuai apa yang dikatakan Bima.
"Jika aku bisa. Tapi nyatanya sangat sulit, Stein! Aku tidak tau cara apa yang harus aku tempuh." Lalu Stein memandang Caka dengan lekat. Keduanya saling mengangguk seraya melempar tatapan penuh tanya ke arahku.
"Kamu mempunyai 4 gen. Tunjukan salah satu gen mu," ucap Stein langsam. Dia berbicara sambil menunjuk ke tengah lapang. "Oh iya, cukup pikirkan dan pejamkan mata. Okay?" serunya. Dengan skeptis aku pun berjalan dan memejamkan mata. Hal pertama yang kupikirkan adalah perihnya ketika menjadi gay.
Setelah aku melakukan itu, aku merasakan kepalaku dipegang. Rasanya dingin dan nyaman. Aku tidak merasakan apa-apa kecuali pikiran yang berkelabut tentang gay. Tak lama kemudian, sebuah bisikan terdengar yang menyuruhku untuk membuka mata. Sebisa mungkin aku apatis terhadap keadaan ini. Tapi ketika aku membuka mata, aku hanya menangis. Dimana aku? Bukannya aku sedang berada di the rince bersama Stein dan Caka?
Angin berhembus dengan kencang. Bayangan kabur berwarna hitam mulai terlihat. Aku paham semua hal yang kulakukan tak pernah lepas dari energi. Termasuk hal yang kulihat saat ini. "Energi tidak bisa diciptakan atau dimusnahkan. Energi hanya bisa dirubah dalam 1 bentuk ke bentuk yang lain." Itu adalah hukum kekekalan energi. Berarti yang saat ini kulihat hanya pembentukan energi dari perubahan energi yang dirubah oleh seseorang. Entah olehku, atau orang yang mengendalikan. Yang jelas, bayangan itu membentuk siluet hitam hingga semuanya menjadi jelas.
Awalnya aku hanya melihat kumpulan orang-orang yang berlalu-lalang. Mereka berteriak dan berlari sambil mengucapkan kata eksekusi. Aku mencoba untuk mencari tau apa yang sedang terjadi. Tapi mereka tidak menjawab bahkan melihatku. Mereka hanya berlari ke arah gerbang besar di hadapanku sambil memegang benda tumpul dan batu. "Pak, apa yang sedang terjadi!?" teriakku seraya menahan tangan bapak-bapak bertubuh tambun. Namun ternyata, aku tidak bisa memegang tangan orang ini. Tubuhku transparan!
A-ada apa i-ini?
A-apakah i-ini residual energi?
Langkahku akhirnya berjalan mengikuti orang-orang disini. Yaitu pergi ke gerbang berkarat berwarna biru dan merah. Tak perlu lama untukku sampai disana. Karena aku bisa menembus tubuh orang yang menghalangiku dengan bebas. Ketika sampai, tenggorokanku tercekat karena dihadapanku ada aku, Fajar, Stein, Caka, Bima, dan 2 orang yang entah siapa namanya. Mereka di ikat di kayu besar sambil telapak tangannya dipaku oleh paku yang besar. Tanpa sadar aku menintikan air mata.
Pria berwajah sangar pun berjalan dan diam di tengah-tengah. Sementara orang yang menonton hanya melempar batu dengan teriakan atau sumpah serapah. "Semuanya harap diam!" teriak pria itu. Hening seketika. "Gay adalah makhluk paling menjijikan di kerajaan kita. Dalam otak mereka, hanya ada sex, sex dan SEX! Mereka tidak pernah memikirkan sebap dan akibat. Sangat bodoh dan tidak berguna! Sudah banyak korban dari saudara kita yang telah mereka perkosa. Maka dari itu, sudah menjadi kewajiban untuk kita memburu mereka!"
Suara gaduh dan bising mulai terdengar, batu mulai berterbangan, dan gelak tawa mulai besautan. Aku semakin menangis. Lalu berlari ketika batu besar menghantam kepala Fajar. Darah merah dan senyuman menjadi hal yang paling kubenci dari bagian tubuh Fajar. Dia menggenggam tanganku--aku yang sedang di eksekusi--erat. "Apapun yang terjadi, kita akan terus bersama, Pajar. Tapi sebelum kita menjumpai maut, aku ingin aku dan kamu menyanyikan lagu cinta kita." Perlahan lagu aneh pun mulai terdengar. Tangisku semakin menjadi. Sebisa mungkin aku memeluk Fajar, tapi aku tidak bisa.
"Arrgh!" teriak Stein menggelegar. Setelah kulihat, panah tertancap di dadanya. Lalu berlanjut ke caka, dan... giliran Fajar.
"Inilah saatnya. Apapun yang terjadi, pasti kita akan bertemu kembali. Lewat stairway to heaven." Disaat yang sama ketika Fajar mengucapkan kalimat itu, panah sudah tertancap di dadanya. Aku merasakan aliran aneh ditubuhku. Semuanya mengalir dengan rasa perih yang teramat sangat.
"Apakah ini kehidupan gay? Dibenci, dicaci, dan... dibunuh? Kenapa harus ada gay?!"
ARGHH!
Aku berteriak sekeras mungkin. Semua sarafku rasanya tidak ada yang bekerja. Yang kurasakan hanya kosong dan hampa. Tak ada bunyi, rasa sakit, atau bahagia. Hanya warna putih yang kulihat, itu pun berubah menjadi gelap.
***
Aku terbangun ketika ada seseorang yang menjilat leherku. Rasanya geli dan basah. Ketika aku membuka mata, hal pertama yang kulihat adalah kamar Fajar. Well, ini memang kamar Fajar. Tapi, kenapa aku bisa berada disini ya? "Fajar, apa yang kamu lakukan?" ucapku ketika melihat Fajar sedang menjilat tubuhku. Melihatku yang sudah sadar, Fajar langsung menubrukku dan menjilat lidahku. Tak ada penolakan yang kulakukan karena pada dasarnya aku memang mencintai Fajar. Hingga ketika hasratnya sudah terpenuhi, akhirnya Fajar mulai terkendali.
"Apa yang kamu lakukan?" tanyaku sambil memakai baju. Fajar tidak menjawab. Dia hanya berdeham dan menghempaskan tubuhnya.
"Aku tidak tau. Kamu begitu menggiurkan sekarang," balasnya sambil menyuruhku untuk tiduran bersama dia. Dengan skeptis aku menghempaskan tubuhku. Dan ternyata, Fajar kembali menciumku.
"Fajar kamu kenapa!?" teriakku seraya berontak dan berusaha menjauh. Sekarang tanganku telah dikunci sehingga aku tidak bisa berbuat apa-apa. Dia menyeringai sambil menjilat telunjuknya dan di arahkan ke arahku. Langsung ku lumat telunjuk Fajar dan merasakan segala apa yang ada di dalam dirinya. Aku takut sekali tentang kejadian eksekusi yang entah sebuah mimpi, atau ilusi.
==Maaf scene ini di skip. Aku hanya tidak mau ceritaku ini menjadi vulgar. Tapi, kalau mau tau segala scene vulgar dalam cerita ini, silahkan masuk ke blogku. Wkwkwk ==
"Selamat, sekarang kamu mempunyai 1 grance..." Sebuah bisikan telah memenuhi kepalaku.
"Apa maksudmu?" ucapku dalam hati.
"Sekarang, kamu pergi ke the rince..."
Huhh, sedang asik-asiknya bergulat dengan Fajar, terpaksa aku menghentikannya. Dasar Stein koplak! "Maaf Jar, aku ada urusan," ucapku sambil melepaskan pedangnya di anusku.
"Kenapa? Sudah tanggung nih." Fajar berusaha memasukannya kembali. "Ayolah, masa kamu tidak kasihan?" lanjutnya ketika aku sudah memakai baju.
"Maaf, tapi aku harus ke the rince," kataku sambil tersenyum. Fajar bangkit dan menghela nafas. "Yasudah aku antar..." Kami pun pergi.
Sesampainya disana, aku melihat Stein dan Caka sedang duduk bersila. Aku dan Fajar menghampiri mereka. "Ada apa?" tanyaku langsung.
"Selamat! Kamu mempunyai grance Vampir!" teriak Stein seraya memelukku. Sontak wajahku berbinar dan membalas pelukan Stein.
"Kok bisa?"
"Hal yang kamu alami kemarin adalah ilusi dari sihir Caka. Dan ternyata sukses membuat grance mu muncul."
"Lalu, kenapa harus Vampir?" tanyaku sedikit kecewa. Sejujurnya, grance pertama yang kuinginkan adalah kecepatan seperti yang dipunyai oleh Fajar.
"Itu karena yang kamu pikirkan adalah gen yang dimiliki oleh Vampir. Aku gak tau gen itu apa. Tapi yang jelas, Vampir mempunyai kekuatan yang besar dan kepintaran yang besar." Aku semakin melebarkan senyum. "1 lagi... Vampir mempunyai daya tarik terhadap kaum hetero. So, berhati-hatilah terhadap kaum gay. Mereka akan susah terkendali." Pantas saja Fajar jadi aneh. Mungkin Fajar mengalami hal yang sama ketika aku berhadapan dengan Bima.
"Coba aku ingin lihat kekuatanmu...," ujar Caka.
"Fajar, tolong lawan dulu Pajar dengan kekuatanmu...," sambung Stein. Fajar mengangguk seraya memasang kuda-kuda. Kupicingkan mataku sambil merasakan aliran kekuatanku. Awalnya aku tidak merasakan apa-apa, tapi setelah kuperdalam aku merasakan energi yang sangat besar dalam tubuhku.
"Mulai!" teriak Stein. Langsung kubuka mataku dan sama memasang kuda-kuda. Fajar tersenyum sambil menggerakan jari telunjuknya--menyuruhku untuk menyerang duluan. Tapi aku menggeleng. Aku ingin Fajar yang menyerangku duluan.
"HA!" teriak Fajar di belakangku. Aku berbalik dan menyilangkan tanganku di dada. Berusaha menahan pukulan keras yang dia lontarkan. Kurasa tanah yang kupijak terdorong ke belakang. Wow, ini nyata! Aku mempunyai kekuatan.
BUGH!
Kutendang lengan Fajar dengan sekali hentakan. Fajar menahannya dan tiba-tiba menghilang. Ketika aku mau menendang kembali, Fajar telah mendekapku erat. Aku berontak, namun Fajar tidak melepaskannya begitu saja. "Okay, kurasa sudah cukup..." Stein berjalan ke arahku dengan senyuman sumringahnya. "Tapi, kamu harus bergabung ke grance Vampir," imbuhnya. Aku melotot tidak percaya. "Kekuatanmu masih lemah, Pajar. Alangkah baiknya jika kamu bejalar disana. Mungkin Vampir mempunyai kekuatan yang lain. Siapa yang tau?"
"Tidak! Aku tidak setuju! Bagaimana kalau Pajar menjadi musuhku? Aku gak mau hal itu terjadi!" teriak Fajar. Aku menengadahkan kepalaku ke belakang. Raut muka Fajar terlihat cemas dan khawatir.
"Jar! Kamu harus ngerti! Pajar akan selalu mencintaimu karena hanya ada kamu dihatinya!"
"Darimana kamu tau? Bisa saja kan hati Pajar berubah?"
"Aku bisa membaca pikiran Pajar, Fajar! Lagian, mungkin Pajar akan celaka jika kekuatan dia hanya seperti itu." Fajar diam tidak membalas. Pelukannya semakin merenggang. Entah kenapa, aku seperti merasakan kehilangan.
"Baiklah... tapi berjanjilan Pajar, kamu tidak akan mengkhianatiku," ucapnya pelan. Aku mengangguk pasti.
Tak lama kemudian, aku melihat kuda hitam di belakang Fajar. Kuda itu sepertinya sedang berkomunikasi dengan Fajar. Lalu setelahnya, kuda itu berjalan menghampiriku dan menggaruk-garukan kepalanya ke arahku. "Ini kuda pertamaku. Tolong jagain dia. Pastikan dia baik-baik saja," pesan Fajar sambil menciumku. Aku pun memandangi kuda hitam ini dengan senyuman lebar. Aku mempunyai kuda?
"Makasih Fajar!"
Ups, bersambung ke chapter Vampir
@agungrahmat @matrix_boy @arieat @RichardLee
@aa_akew @AgeIrshadie @agung_dlover
@Biag_Dhegel @Ozy_Permana @sasadara @WYATB @MikeAurellio @YongJin1106 @nakashima @Ariel_Akilina @RichardLee @vasto_cielo @abiDoANk @GeryYaoibot95 @MErlankga @mustaja84465148
Hehe, sory kalajt dikit. Karena chapter ini adalah chapter yang sebelumnya alias horse. Aku bagi dua ceritanya hingga menjadi horse (a). Sengaja aku melakukan hal itu karena aku sibuk. Banyak tugas dari sekolah. Ok, selamat berjumpa di chapter Vampir. Aku akan mempublis chapter itu jika ada komentar sebenyak 15. #jiah, kayak kak Rendi aja. Hehe. Ok, semoga saja ada yang komen sampai 15. Kalau gak ada, berarti cerita ini gak akan dilanjut. Wkwkwk #kabor!
hehehee..... lanjut teruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuusssssss
emang blok nya apa? hehe
Ide nya keren lho, beneran deh.. ak suka anime sih, jd ya gk bakalan alergi sm yg berbau fantasi gini apalagi plus yaoi. hhe..
Tapi mau comment dikit boleh ya, menurut ak sih karakter2'y masih berasa labil banget banget untuk cerita yang lumayan berat.. apalagi pemeran utama'y, waktu lagi takut eh dalam sekejap bisa langsung berubah ngerasa jatuh cinta, ntar berubah lagi jadi marah, pas penggambaran pajar lagi nafsu2'y ke bima (ak bener2 menghayati part ini.. Hha :P) tiba2 langsung nangis gitu.. jadi kesan'y pas ak udah mulai kebawa sama alur emosi si pemeran tau2 di stop gitu ja dan langsung kayak dengan paksa disuruh pindah emosi tnp ada penyelesaian dlu sebelum'y, kan jadi gimana gitu (berasa shock dan bingung juga).. mungkin karena alurnya kecepetan jd penggambaran feel nya kurang di explore kali ya (emang sok tau nih gue, hhe).
Maka'y ak kira dg sifat kyk gitu si pajar ini masih sekitaran umur 15 th, kaget juga pas dikasih tau udh 23 th... jadi agak kurang sinkron ja gitu. Mungkin kebawa sifat penulis'y yg masih unyu2 kali ya, hhe.. dan jgn blg kalo ak udh tua, ak ni gk beda jauh lah sama umur kamu.. hhi,, #promosi
Tapi beneran lho ak bener2 kasih standing applause buat @sefares udh bisa berkarya dan buat cerita keren kayak gini, ak sendiri belum tentu bisa nuangin ide cerita jadi tulisan.. So tetep semangat lanjutin ceritanya yaaa... sorry ya kalo ada kata2 yang buat gk enak, beneran gk ada maksud buat ngajak berantem kok!! Ditunggu update-an nya... :-*
@matrix_boy: selamat kak telah menjadi yang pertama. #Lempar hadiah
@amira_fujoshi: Hehe, yang ditakutkan adalah Pajar tidak bisa mengendalikan yang akhirnya menghisap darah Fajar.
@nakashima: pasti. Tapi kayaknya baru 7 nih. Wkwkwk
@RichardLee : makasih banget kak. Gak papa kok. Emang genre seperti ini hal yang lumrah lah kalau ada yang bingung. Imajinasi seseorang kan berbeda. Tidak mungkin sama. Tapi kalau belum 15, maaf banget gak akan dilanjut #TS cuman ngeles. Sebenarnya, hanya lg sibuk. Wkwkw.
@caetsith : Thanks juga udah mampir. Suer, aku suka banget komen yang panjang atau sesuatu yang bentuknya panjang. Fufufu
Mungkin Pajar masih labil. Sesuai janjinya. Dia akan merubah segala sikapnya di dunia grance. Termasuk hal kekanak-kanakan. Tapi, mungkin ada benarnya juga sih. Aku mikirnya ini masih awal. But, thanks banget kritiknya. #lempar pelukan
@WYATB belum 15 kak. hehe