BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Country in the Book (5 X Dead )[On Going]

edited October 2013 in BoyzStories
Countri in the Book --Prolog--

Judul di atas adalah cerbungku yang mungkin akan kugarap. Sepintas, akan sama seperti ceritanya WS. Tapi, ada bedanya kok (beda banget malah.) Aku hanya meniru POV-nya aja. Jadi, nanti akan ada 4 volt. Masing-masing menggunakan sudut pandang berbeda. Sementaran genre dalam cerita ini adalah Fantasy. So, pasti akan banyak scene yang jauh dari real.

Volt 1 judulnya 5 X Dead
Volt 2 judulnya heaven in the book
Volt 3 judulnya Pooling in the Mirror
Volt 4 masih dalam tahap kerangka.
Well, itulah sedikit gambaran tentang cerbung ini. Semoga suka.

Volt 1 ~5 X Dead~
Prolog ~ Pajar Resmana~

Hujan merabak dengan kerasnya siang ini. Gempita petir seakan ikut berbaung untuk meriuhkan suasana. Bising. Itulah keadaan saat ini. Aku melajukan mobilku secara perlahan. Lalu memarkirkan mobil di depan warung kopi. "Bu, kopinya 1!" pintaku sembari beranjak duduk. Kulihat tak ada pembeli disini. Mungkin karena cuaca sedang hujan.

Tak lama kemudian, pesananku datang. Aku meneguk kopi itu lalu menyemburkannya kembali. Lidahku rasanya terbakar. Sangat panas dan perih. "Kopinya kan panas... Masa langsung di teguk?" aku menengadahkan kepalaku ke samping. Aku langsung terkejut ketika melihat laki-laki itu sedang meminum kopi. Kapan dia datang? Bukannya hanya aku sendiri yang ada di warung ini?

Jika di lihat dari perawakannya, dia mempunyai hidung bangir dan alis yang sedikit melengkung. Bibirnya kecil dengan warna merah. Rambutnya dibiarkan panjang terurai. Seperti perempuan, namun dia mempunyai badan tegap berotot. Sangat kontras sekali dengan wajahnya yang imut. "Namamu siapa?" tanyanya. Aku makin terkejut karena dia tiba-tiba berada di depanku.

"A-aku Pajar..., kamu?" balasku sedikit gagap. Dia hanya tersenyum seolah tak peduli dengan pertanyaanku.

Oh iya, namaku adalah Pajar Resmana. Aku anak tunggal dan hanya mempunyai seorang ibu. Meskipun aku mempunyai seorang ayah, tapi aku tidak mau mengakui dia sebagai ayahku. Dia adalah bajingan yang bisanya hanya menyiksa ibu. Bahkan aku sendiri yang notaben anak kandungnya. "Kamu lagi memikirkan keluargamu ya?" lagi-lagi aku terkejut. Kenapa dia bisa tau?

"Kamu siapa?" tanyaku dengan tatapan menyelidik. Tak lupa nadaku dibuat se-sinis mungkin. Selain untuk menutupi kegugupanku, sebenarnya aku penasaran juga dengan orang ini. Pakaiannya bergambar corak yang aneh. Gabungan dari beberapa hewan, tapi aku tidak tau hewan itu apa.

"Aku ada urusan. Kopinya lumayan enak. Mungkin nanti aku akan kembali," ujarnya sambil berlari menerobos derasnya hujan.

Aku meneguk kopiku seolah tak peduli dengan orang asing tadi. Lalu perhatianku tertuju pada buku berwarna hitam pekat. Seperti warna kopi yang kuminum, namun ada sedikit gambar. Ku ambil buku itu sambil meneliti sampulnya. Sangat aneh memang. Ketika aku melihat ke atas sampul buku, ada gambar abstrak di bawah. Ketika aku melihat ke sampul bawah, ada gambar seperti rumah di atas. Begitupun ketika aku melihat ke samping kiri dan kanan. Ada gambar abstrak seperti kumpulan candi. Ada yang berbentuk segitiga, oval, atau sebuah pemandangan alam di bawah gambar tersebut. Sialnya, aku tidak bisa membuka buku itu karena dikunci.

Karena penasaran, akhirnya aku membawa buku itu ke rumah lalu membawanya ke kamar. Padahal, tidak ada kunci yang terlihat dari buku ini. Tapi kenapa susah dibuka ya? "Nak, cepat makan!" teriak ibu di ruang makan.

"Iya, bu!" aku pun menyimpan buku hitam ini ke meja belajar lalu beranjak pergi untuk makan. Seperti biasa, ibu selalu menyuguhkan nasi goreng kesukaanku.

"Kok hujan masih gak berhenti juga ya?" ucap ibu sambil menyodorkan segelas air putih. "Ngomong-ngomong gimana kuliahmu?" imbuhnya.

"Seperti biasa lah, bu. Kuliah di UPI tertanyata sangat sulit. Apalagi jurusan matematika. Nyesal deh gak milih jurusan Bahasa." Ibu terkekeh mendengar jawabanku.

"Lah? Bukannya kamu terobsesi terhadap suatu hal yang rumit?"

"Iya sih. Tapi ini beda. Apalagi keseriusan belajarnya sudah tingkat akut. Gak ada hiburannya, kalau belajar terus kan bosan." Percakapan pun berhenti sampai disitu. Ternyata ibu lebih memilih untuk diam sambil menatap lurus ke depan. Well, itulah ibuku. Selalu melamun jika terjadi hujan.

Ketika selesai makan, aku pergi ke kamar untuk istirahat. Kuhempaskan tubuhku ke ranjang. Alih-alih aku kembali bangun karena tatapanku selalu pada buku hitam yang pemuda itu tinggalkan. Apakah pemuda itu sengaja meninggalkan buku ini di meja ya? Beragam pertanyaan berkecamuk memenuhi pikiranku. Sialnya, aku tidak bisa menyatakan dengan pasti karena bisa saja muncul berbagai kemungkinan.

Akhirnya, aku meletakan buku itu karena masih saja tidak bisa dibuka. Mungkin besok aku harus ke kafe kopi yang kemarin untuk mengembalikan buku hitam ini. Meski aku ragu apakah pemuda itu akan kembali atau tidak.

***
Aku terbangun tengah malam karena rasanya aku merasakan dingin yang teramat sangat. Ditambah lagi oleh suara gemuruh, derak, desau, dan derit yang sangat keras. Membuatku terjaga karena suara itu terus berbunyi dan mengiang seperti gema. Hujan juga sepertinya ikut membisingkan pendengaranku agar aku bisa terbangun dari mimpi. Ketika kesadaranku sudah pulih, aku kaget karena keadaan kamarku sudah hancur berantakan. Suara bising yang kudengar pun berangsur menghilang. Apa yang sedang terjadi? Yang kutangkap saat ini adalah cahaya kerlip di bawah kasur. Warnanya seperti pelangi dalam 1 entitas ke entitas lainnya.

Baiklah... Tenang Pajar, mungkin sekarang kamu sedang bermimpi. Namun sialnya, semakin aku menghilangkan rasa takut itu, maka semakin besar pula rasa takut yang aku hadapi. Mungkin aku harus menghadapinya, bukan menyangkalnya. Dan ternyata... cahaya kerlip itu berasal dari buku hitam yang kemarin ku ambil dari seorang pemuda ketika berada di kafe. Lindap gambarnya semakin jelas ketika buku ini mengeluarkan cahaya. Hanya saja, aku masih tidak bisa menyimpulkn gambar apa ini.

Ketika tanganku memegang sampul buku di bagian atas, aku seperti mendengar suara orang bercakap-cakap. Aku yakin suara yang kudengar adalah gema. Tapi, berasal dari mana?

"Aku takut. Seharusnya, aku membuangnya... bukan mengambilnya." Aku mendengar suara orang sedang berbincang. Terdengar seperti suara putus asa.

"Apa yang kamu katakan! Setidaknya, kou masih punya aku, Stein! Ingat, disini aku sangat membutuhkanmu. Negara ini semakin hancur ketika kedatangan profesor Aska. Bahkan, 5 kelompok grance sekarang telah berperang! Hanya kou yang tidak mempunyai musuh. Karena kamu, tidak masuk dalam kelompok mana pun."

"Tapi, semua ini sangatlah sulit. Bahkan, aku tidak mempunyai kekuatan seperti 5 kelompok grance lainnya. Aku kemarin telah mati karena berusaha melindungi anak yang akan di bunuh. Berarti nyawaku tinggal 4 kali lagi, Cak!"

Hening dalam jangka waktu yang lama. Aku semakin tidak mengerti. Sekarang aku tau. Aku telah bermimpi. Yahh, saat ini aku sedang bermimpi.

"Kemarin, aku bertemu dengan seorang pemuda. Okay, aku sekarang mengakui telah mempunyai kekuatan. Tapi hanya sebatas telepati! Gak akan berpengaruh banyak!"

"Lalu, siapa pemuda itu?"

"Aku tidak tau. Tapi, dia mempunyai rasa sakit yang teramat sangat. Ada 3 gen. Namun sepertinya akan cepat menghilang. Tapi, pemuda itu sebentar lagi akan berapa di Labuci. Kita bisa berharap juga pada dia."

"Apakah kamu mengambil pemuda itu di duniamu?"

"Ya."

"APA!? Kamu gila! Seharusnya, kamu jangan melibatkan orang lain dalam masalah ini!"

"Tidak ada pilihan, Cak! Dia mempunyai 3 gen. Bahkan, aku merasakan 4 gen. Dia akan menguasai 4 kekuatan!"

"Siapa dia?"

"Dia..."

"Ya ampun!" aku kaget ketika mendapatkan ibuku sedang mematung di ambang pintu. "Kenapa kamar kamu berantakan seperti ini?" oh my Go oh my God oh my God. Berarti aku tidak sedang bermimpi?

"Nanti aku bereskan, bu. Ada apa ibu ke kamar Pajar?" tanyaku sambil menahan gugup. Sekarang tubuhku gemetar.

"Ibu mau ngambil minum. Ketika melewati kamar kamu, ibu melihat kamu sedang berdiri menatap buku." Aku mengangguk seraya meletakan buku yang kupegang di atas meja.

"Yasudah, ibu ngambil minum dulu ya. Sekarang kamu tidur gih. Gak baik jika bergadang."

Ini sangat aneh. Kenapa ketika ibu pergi buku hitam ini kembali berkerlip? Dengan ragu aku kembali mengambil buku hitam tadi dan mengamatinya dengan seksama. Tak ada suara yang terdengar. Kecuali ketika aku memegang sampul di bagian gambar. "Hahaha! Lihat saja, aku bersumpah akan menghancurkan negeri bajingan ini!" aku merinding ketika memegang gambar sampul yang ada di bawah. Sekarang aku mengerti. Jika aku memegang salah satu gambar, maka akan terdengar suara berbeda dari buku ini.

Entah kenapa, aku lebih tertarik untuk memegang sambul di gambar yang atas. Lalu tanpa sengaja aku membuka halaman buku ini dan ternyata bisa. Saat itu pula pandanganku menjadi buram, kepalaku pusing, dan aku pun tak sadarkan diri. Semuanya terasa lebih ringan dan gelap.

Ketika bangun, aku seperti bukan berada di kamarku. Ini seperti hutan. Banyak pohon trembesi dan suara aneh. Tubuhku sekarang gemetar. Entah oleh dingin, atau oleh gelap. Rasanya aku pengen pingsan saja. "Kamu siapa!?" tiba-tiba aku diserang oleh tiga pemuda. Aku berteriak dengan keras karena kaget. Lalu berlari ke depan dengan perasaan takut. 3 pemuda itu terus mengejar hingga aku tertangkap.

To be continued

Nb. Grance adalah nama dari semua kemampuan yang mempunyai gen. Sedangkan gen itu sendiri adalah kekuatan yang muncul karena adanya rasa sakit.
«13456723

Comments

  • cuap cuap penulis

    Mungkin kalian bertanya kenapa aku bikin cerbung lagi padahal masih ada 2 cerbung yang gantung. Okay, akan aku jelaskan.

    Potret Hidupku dan Kisah kasihku di Indonesia adalah cerita ketika aku berjelajah di AVN. Aku berniat menulis karena dalam blog itu sangat hangat. Entah antar readeh atau si mpu nya blog. Lalu aku membaca cerita dalam blog itu dan WOW! Ceritanya bagus sekali! Pertama yang kubaca adalah stupid drama yang sukses bikin aku nangis. Lalu dilanjut oleh cerita dari reader karena dalam blog itu bisa menerima karya orang lain.

    Awalnya aku jadi sillent reader. Hingga para penulis berbakat yang lain pun mulai bermunculan. Aku makin kagum. Hingga pada akhirnya aku membuat cerpen dengan judul Goresan Luka Hidupku untuk di kirim ke blog itu. Lama aku menunggu hingga email balasan pun kuterima. Tapi, isi email itu menunjukan bahwa ceritaku belum layak post. Masih banyak kesalahan disana-sini. Jujur, itu membuatku down.

    Dan penulis bernama @rendifebrian pun datang. Ceritanya sungguh menakjubkan. Aku bingung, sedih dan marah karena aku masih belum bisa menulis. Tapi aku sadar. Aku masih SMP. Masih banyak hal yang belum kutau. Intinya, adalah belajar dari pengalaman.

    Aku pun berusaha membuat cerita sederhana dengan judul Siapa Ibu dan Ayahku dan... YES! Akhirnya di publis. Andai ada rangkaian kata untuk mewakili kebahagiaanku, pasti akan aku jabarkan. Meskipun masih ada typo. Dan aku mencoba lagi mengirim cerita dengan Stuck in the Past, dan di post juga. Kritiknya sangat membangun. Aku makin PD meskipun aku tau, jika dibandingkan dengan yang lain masih kalah jauh.

    Well, akhirnya aku membuat cerita Misteri Rumah Nenekku yang di rubah menjadi kisah kasihku di Indonesia karena banyak yang mengkritik ceritaku kaya Kadang Cupid tuh Tolol. Dari situ aku... gimana ya? Ya aku bikin cerita lagi dengan judul Potret Hidupku. Niatnya mau di gabungin sama kisah kasihku. Tapi, idenya keburu ilang karena aku nulis cerita itu sekitar 1 tahun yang lalu ketika aku berjelajah di AVN. Namun sayang, blognya udah ditutup.

    Intinya, aku terjebak dalam kedua cerita itu. Itu cerita dulu yang ku publis disini karena semoga saja dapat inspirasi. Namun sayangnya, tidak. Aku malah berfantasy tentang hal kekanak-kanakanku hingga jadilah cerbung yang akan ku garap.

    Country in the Book
  • Cukup menarik country in the book secara awalnye, walau ada dikit bingung :D tapi lanjutkkan nak.

    Jadi intinye u/ ke2 cerita yg gantung ntu gimane? Berlanjut or mati?
  • wah, pasti akan jadi keren nih critanya.
    Tetap smangat nulis ya kak @sefares dan tetap mention aku yah,
  • arieat wrote: »
    Cukup menarik country in the book secara awalnye, walau ada dikit bingung :D tapi lanjutkkan nak.

    Jadi intinye u/ ke2 cerita yg gantung ntu gimane? Berlanjut or mati?

    kak @arieat berlanjut dong. hehe. Tapi gak tau kapan.
  • Yang ini jangan berhenti tngah jalan yayayayayaya #merajuk ƗƗɐƗƗɐƗƗɐˆ⌣ˆ
  • kak @farizpratama7 pasti. Hehe. Thanks ya udah baca...
  • wah, pasti akan jadi keren nih critanya.
    Tetap smangat nulis ya kak @sefares dan tetap mention aku yah,

    Kak @agungrahmat makasih kak. Aku jadi semangat nulisnya :))

  • Grance

    Ketika aku ditangkap, tak ada yang bisa aku lakukan. Seperti kambing yang akan di bakar menggunakan kayu, itulah keadaanku saat ini. Pergelangan tanganku perih. Mungkin akibat tali yang melilit di tanganku. Meskipun aku tau bukan tali yang mereka gunakan. Seperti sihir namun sedikit berbeda. "Kalian mau apa!?" teriakku berang dan suaraku parau. Jika ini mimpi, kenapa begitu nyata? Aku ingin terbangun dari mimpi sial ini!

    Mereka membawaku ke kota. Disetiap sudut terdapat penjual seperti pasar pada umumnya. Semuanya sunyi ketika melihat kedatanganku. Kadang, ada yang bergetar, mata membulat, dan menjerit. Aneh memang. Kalau ini adalah mimpi, sepertinya aku ingin berlama-lama. Bangunan disini mengingatkanku pada peninggalan interior Belanda di Benteng. Walaupun disini lebih terasa hidup karena warnanya masih terang.

    Setelah puas melihat perumahan, aku dikejutkan oleh bangunan super megah. Terbuat dari kayu seperti adat sunda. Di atasnya terdapat lengkungan dengan bentuk jarum seperti rumahku. Namun bedanya, rumah ini terbuat dari kayu. Apalagi pria disini semua badannya tegap---meskipun hanya beberapa yang tidak. Membuatku menahan air liur karena pakaian mereka hanya di atas lutut. Seperti penjaga di kerajaan mesir.

    "Lepasin!" teriakku ketika aku dibawa ke ruangan paling ujung. Rasanya aku seperti masuk ke jaman peperangan atau kerajaan pada jaman dahulu. Karena yang ada di hadapanku, sepertinya adalah raja. Sangat tampan dan masih muda. Sekarang dia sedang tersenyum ke arahku dan menyuruhku untuk menghampiri dia.

    "Siapa namamu?" tanya pria itu langsam. Sekarang aku bergetar. Bukan karena takut, tapi lebih kepada rasa gugup karena pria ini sangat tampan. Hidung bangirnya terpahat sempurna dengan ditunjang oleh bulu matanya yang lentik. Apalagi bulu lebat di pahanya. Menambah kesan jantan dan laki banget karena selain itu, pria ini mempunyai suara serak dan nge-bass.

    "A-ku Pa-Pajar." Laki-laki itu makin mengembangkan senyumnya melihat kegugupanku. Jangan aneh jika aku selalu memuja pria tampan. Karena pada dasarnya, aku hanya diberi nafsu kepada laki-laki. Klasik? Tentu. Meskipun aku masih denial terhadap keadaanku saat ini, tapi akhirnya aku bisa menerima. Walau ada sebuah rasa sakit karena semua itu mengakibatkan aku menjadi seorang penyendiri.

    "Nama yang bagus. Pajar diibaratkan dengan matahari. Seperti wajahmu. Terlihat mempunyai pendirian dan semangat yang kuat." Aku tersenyum ketika mendengar ucapan dia. Dengan gerakan cepat, tiba-tiba dia memegang kepalaku lalu menekannya kuat. Aku mengerang kesakitan. "Wow, kamu mempunyai 4 gen. Gen apa saja kan itu?" ucapnya dengan wajah berbinar. Aku mengernyit tak paham. Tak lupa aku mengangkat kedua alisku, membuat keduanya menyatu. "Kamu tidak tau apa yang menjadi kekuatanmu?" imbuhnya tak percaya.

    "Emang, apa itu gen?" tanyaku kemudian. Kulihat di ruangan ini hanya tinggal kami berdua. Penjaga itu telah menghilang secara tiba-tiba.

    "Kamu berasal dari mana?" ujarnya. Aku tidak menjawab pertanyaan dia karena seharusnya, aku yang bertanya seperti itu. "For Gods sake! Aku lupa! Dalam dunia ini, terdapat rasa sakit dalam 1 entitas. Tapi, kenapa kamu mempunyai 4 entitas? Dulu, ayah saya selalu percaya bahwa akan ada seorang grancfers yang menguasai ke 5 gen. Aku jelas tidak percaya. Karena dalam hidup, tak ada rasa sakit melebihi 2 atau 3. Semuanya terangkum dalam 1 ruangan. Tapi sekarang, aku percaya. Sekarang, tunjukan kemampuanmu!" Otakku sekarang berputar untuk memahami apa yang pria tampan ini katakan. Namun, aku sama sekali tidak mengerti. Ketika aku ingin menanyakan suatu hal, dia telah menghilang. Lalu punggungku tiba-tiba terasa sakit hingga aku pun tak sadarkan diri.

    Ketika terbangun, aku merasakan ada suara gema seperti buku yang kupegang jika disentuh sampulnya. Suara itu memerintahkanku untuk pergi ke taman kota. "Kamu sudah sadar? Oh syukurlah. Harusnya, kamu bilang kalau kamu masih belum memunculkan kekuatanmu." Aku menengadahkan kepalaku ke samping. Ternyata pria itu.

    "Apa maksudmu? Gen? Grancfers? Kekuatan? Aku tidak mengerti!" ucapku sambil memegang kepala. Pria itu duduk di sampingku sambil mengulurkan tangan.

    "Aku Fajar. Nama kita hampir sama. Namun bedanya, aku pake F, sedangkan kamu pake P." Aku menerima tangan dia dan mengayunkannya. "Apakah orang tuamu tidak menjelaskan tentang gen dan grance?" aku langsung menggelengkan kepala.

    "Huh aneh. Padahal sejak kita lahir, hal seperti ini sudah di terapkan loh. Ekhem... Grance adalah kumpulan dari semua gen. Atau bisa dibilang, grance adalah sebuah peperangan dari ke 5 gen. Sedangkan gen itu sendiri, yaitu kekuatan yang muncul karena adanya rasa sakit. Aku tidak tau entitas dalam rasa sakit itu apa saja. Namun, dari ke 5 gen, aku mempunyai hal yang paling menyakitkan. Dan hal menyakitkan itu adalah takdir yang tidak bisa di rubah," jelasnya.

    "Sekarang aku mengerti. Jadi, jika mempunyai rasa sakit, secara otomatis kita mempunyai gen? Lalu, untuk apa peperangan dari ke 5 gen itu?"

    "Aku tidak tau. Tapi, aku mempunyai gen kecepatan dan kekuatan. Semua penduduk disini mempunyai gen seperti itu. Sedangkan diluar sana, ada gen sihir, kumpulan manusia setengah hidup atau pamvir dan srigala, kekuatan alam berupa tumbuhan dan hewan, dan kekuatan alam berupa air dan api. Kami semua saling bermusuhan untuk membalaskan dendam dari para leluhur atau nenek moyang." Hahaha, mimpi yang sangat menarik. Mungkin, aku harus menerima dan sedikit bermain dengan mimpi ini.

    "Baiklah... Cuman yang aku bingung, jika kamu mempunyai adik dengan gen yang tidak sama dengan kamu, gimana dong? Apakah kamu akan bermusuhan dengan dia?" tanyaku sambil tertawa. Dia hanya mengangguk seolah tak ada beban.

    "Gila!" Decakku dengan nada tinggi. "Jika itu yang terjadi, berarti ada banyak saudara kamu yang menjadi musuh?"

    "Yap. Secara otomatis, kami tidak mempunyai aliran apapun terhadap mereka. Tapi, justru kepada gen yang sama kami akan melindungi, saling menjaga, dan menghormati," jawabnya. Aku bangkit dari kasur dan berjalan ke arah lukisan besar.

    "Kenapa kamu tidak memusuhiku?" lukisan ini seperti mengingatkanku akan suatu hal. Tapi apa ya? Bentuknya abstrak. Tapi jika diteliti, seperti mempunyai bentuk tersendiri.

    "Kamu mempunyai gen yang sama denganku. Itulah yang kuyakini. Entah kenapa, meskipun kamu mempunyai gen yang berbeda, tangan ini enggan untuk melukaimu, Pajar." Fajar menghampiriku sambil merangkul pundakku. Detik itu pun, wajahku seketika me-merah. Gila! Celanaku sempit seketika. Untung saja aku memakai celana jeans. "Oh iya, darimana kah kamu? Pakaianmu sangat aneh!" dia meneliti tubuhku lalu dengan sekali hentakan, aku telanjang dada.

    "Nih pakai." Tiba-tiba dia menyodorkan baju yang sama kayak dia. "Kamu sekarang menjadi pengawalku. Nanti, akan kumunculkan kekuatan kecepatanmu." Akhirnya aku tidak mempunyai pilihan. Baju itu sangat aneh ketika kupakai. Meskipun enak sekali karena rasanya dingin dan terasa ringan.

    ***
    Fajar mengajakku berkeliling ke dalam negerinya. Memang semua penduduk disini melakukan segala aktifitas dengan kecepatan. Bahkan, aku tidak bisa melihat karena gerakan mereka begitu cepat. Hal itu tidak membuatku aneh. Bukannya mimpi itu suka rasional? "Ini adalah tempat pembuatan senjata semacam baju perang," ucap Fajar. Aku mengangguk lalu berjalan masuk mengikuti dia. Hal pertama yang kulihat adalah kepulan asap dan besi yang saling beradu. Mereka semua langsung membungkuk ketika melihat kedatangan Fajar.

    "Okay, sekarang ayo ikut aku." Dengan gagahnya Fajar berjalan tanpa berpaling. Jika keadaannya seperti ini, sumpah aku tidak mau terbangun dari mimpi indah ini. Lupakan jika aku pernah berkata ingin terbangun. Siapa pun, pasti akan nyaman melihat pemandangan dari jaman dulu yang jauh dari barang elektronik dan semacamnya.

    "Silahkan masuk." Aku melihat para penjaga dengan gesit membuka pintu.

    "Ini adalah tempat latihan. Kami biasa menyebutnya sebagai Lizer," kata Fajar seraya menunjuk berbagai tempat dan orang yang sedang berlatih. Aku mengembangkan senyum ketika melihat mereka berlari, memukul, menendang, dan bertahan dengan gerakan cepat.

    "SHADAP!" seketika aktifitas latihan berhenti. Aku bersembunyi dibalik punggung Fajar. "Akan aku tunjukan cara kami bertarung. Boby! Budil! Dan Ucil! Sekarang kalian lawan aku!" teriaknya. Detik itu pun, aku melihat banyak kilatan yang sangat cepat. Kepalaku kesana kemari berusaha melihat pertarungan antara Fajar dan orang yang sedang latihan tadi. Lalu ketika 3 menit lamanya, pertarungan selesai. Aku belihat bercak darah di baju Fajar. Sontak, aku langsung berlari seraya memastikan Fajar tidak kenapa-napa. Tapi ternyata, yang jadi lawan Fajar yang kenapa-napa. Mulutnya mengeluarkan darah, dadanya terlihat penuh luka, dan yang terakhir... mereka mengaduh kesakitan. Oh NO!

    "Jar, apa yang kamu lakukan!" teriakku. Tanpa sadar, aku telah di dekap oleh penjaga pintu tadi.

    "Beraninya kamu memanggil tuan raja dengan sebutan nama!" ucap penjaga itu. Wajahku seketika pucat. Tampangnya begitu bengis dan penuh dengan ancaman.

    "Stop! Aku yang menyuruh dia menyebut namaku. Jadi, kembalilah bekerja." Dengan patuh penjaga itu pergi. Sekarang aku bernafas lega. Heran. Tadi aku merasakan sakit ketika penjaga itu mendekap tubuhku. Seharusnya jika ini mimpi aku tidak akan merasakan sakit. Tapi kenapa aku merasakan sakit ya? "Ayo ikut aku," perintahnya dengan gerakan cepat. Dia menghilang! "Arrgh! Kamu lamban sekali!" desisnya lalu tanpa sadar, aku sudah berada di ruangan kaca yang sangat besar. Seperti masuk dalam etalase.

    "Aku akan memunculkan kekuatanmu. So, bersiaplah," ucap Fajar. Dia menggenggam tanganku lalu menyuruhku duduk bersila. "Sekarang, tutup matamu. Lalu pikirkan salah satu rasa sakit dari hidupmu," lanjutnya. Segera kupejamkan mataku dan mulai mencari rasa sakit yang pernah terjadi di hidupku. Entah kenapa, tapi aku menemukan rasa sakit ketika aku menjadi gay. Aku selalu takut jika aku terbangun nanti, semua orang terdekatku tau akan kondisiku. Terlebih lagi adalah ibu. Dia selalu berharap agar aku cepat menikah dan mempunyai anak. Tapi, aku selalu menyangkal dengan berbagai dalih. Aku... aku...

    "ARRGHH!" aku berteriak dengan sekuat tenaga. Tubuhku mengejang, pikiranku berkecamuk, dan pipiku... berair. Sekarang, aku tidak tau apa yang sedang aku lakukan. Apakah penglihatanku putih atau hitam. Yang jelas, aku tidak merasakan apa-apa. Hanya meronta dengan suara teriakan yang terus menggelegar. Aku tidak bisa mengendalikan emosiku. Semua tubuhku memanas. Hingga pada akhirnya, aku merasakan dingin di daerah bibir. Aku tidak tau apa yang sedang terjadi. Karena pandanganku, berubah menjadi gelap dan sunyi.

    ***
    Plaak!

    Ibu menampar pipiku dengan keras. Aku terdiam. "Kenapa, bu?" tanyaku bingung. Kulihat ibu menangis sambil menjatuhkan tubuhnya sendiri. "Kenapa... kenapa... kenapa aku mempunyai anak homo!?" aku tersentak. Langkahku mundur hingga aku menabrak dinding. Ja-jadi, ibu sudah tau?

    Perlahan, air mataku jatuh. Sekarang, ibu telah mengetahui orientasiku. Sudah kuduga, bahwa ibu akan menentang. Dia menyuruhku pergi dengan teriakan kotornya. Aku menerima. Karena aku memang pantas. Tapi, aku tidak menerima kenapa aku menjadi gay? "Maafkan Pajar, bu," ucapku parau sambil berlutut. Tapi tetap saja. Ibu mengusirku sambil melempar semua bajuku.

    "Bu... Maafin Pajar... Please..."

    "Keluar!"

    "Bu maafin Pajar!"

    Hhhh hhhh

    Aku terengah-engah ketika ibu mengusirku. Tapi, kenapa sekarang aku berada di kamarnya Fajar? "Kamu mimpi buruk ya?" tanya Fajar. Dia duduk di sampingku.

    "Apa yang sedang terjadi? Kenapa aku bermimpi dalam sebuah mimpi!?" teriakku sambil memegang kepala. Fajar mendekapku erat. Aku menangis di pelukannya.

    "Kamu mimpi buruk...," ucap Fajar menenangkanku. Dia mengusap kepalaku sambil bersenandung pelan. Jujur, nadanya sangat menenangkanku. Sepertinya aku pernah mendengar nada ini. Tapi apa dan nada apa? "Orang tua saya sebentar lagi akan kembali," imbuhnya.

    Kutengadahkan kepalaku untuk bisa melihat Fajar. "Emang mereka darimana?"

    "Pencarian suatu hal...," jawabnya. Setelah sekian lama aku memeluk dia, akhirnya emosiku mulai menurun. Berkat nada tadi aku bisa tenang.

    Ketika aku mau menanyakan suatu hal, pendengaranku sepertinya mendengar suara gema yang selalu menghampiriku. "Sekarang datang ke taman kota!" aku merinding ketika mendengarnya. Terdengar seperti seruan dan ancaman. Well, itu yang kurasakan. Aku jadi teringat dengan suara pria ketika aku memegang sampul bawah. Sangat menyakitkan dan menyayat.

    "Jar, kamu tau gak taman kota dimana? Bisa antarkan aku?"

    "Oh tentu. Pegang tangan aku," serunya. Aku memegang dengan tangan gemetar. "Lalu pejamkan matamu. Rasakan, seolah kamu sedang bermimpi," lanjut Fajar. Ketika aku membuka mata, aku sudah berada di bangku dengan cahaya remang di pinggiran jalan. Kolam di belakangku seolah dibuat untuk menikmati pemandangan. Karena ketika cahaya beradu antara warna merah, putih dan biru, kolam itu memancarkan sebuah cahaya yang tidak bisa kujabarkan. Seperti pelangi, namun dalam 1 entitas. Menyatu menciptakan warna yang baru. Hahaha, aneh sekali. Ternyata ada warna lain di dunia ini. Tapi, aku tidak akan kaget. Aku kan sedang mimpi.

    "Hai..."

    Bugh!

    Sontak aku meninju orang yang ada disampingku. Dia mengaduh kesakitan sambil memegang bahu yang barusan kupukul. "Maaf. Aku kaget...," kataku sambil mengusap bahunya.

    "Gak kenapa-napa kok. Hehe..." Pria itu tersenyum sambil berjalan ke kursi dimana view-nya menghadap ke danau. "Duduk sini!" dia menepuk bangku hitam dengan telapak tangannya.

    Aku menatap wajahnya lekat. Rasanya, aku pernah bertemu dengan dia. Tapi dimana ya? Hidung bangir dan lengkungan alisnya sangat familiar sekali. Rambutnya dibiarkan berdiri seperti duri. Sementara bibir merahnya makin membuatku yakin bahwa aku pernah bertemu dengan dia. "Jangan memikirkanku. Sebaiknya, kita bicarakan tentang keadaanmu." Mataku membulat seketika. For Gods sake! Dia bisa membaca pikiranku. Atau... dia hanya asal sebut aja?

    "To the point aja ya. Aku hanya ingin bilang, berhenti bilang kalau kamu sedang bermimpi. Karena pada nyatanya, ini adalah realita. Dan... maaf aku telah melibatkanmu dalam masalah ini. Aku terpaksa!" ada nada kemarahan dan penyesalan diucapannya. Aku bergeming tidak mengerti.

    "Masih tidak mengerti juga ya? Apakah kamu sudah tau tentang grance?" tanyanya yang langsung dibalang dengan anggukan olehku.

    "Grance adalah ke 5 kekuatan yang saling berperang untuk membalaskan dendam yang aku sendiri tidak tau apa intinya." Dia mengangguk sambil menopang dagu.

    "Seperti yang kamu bilang, dalam dunia ini ada sebuah peperangan dari ke 5 gen. Mereka mempunyai 1 misi yaitu saling menghancurkan sehingga hanya ada 1 gen yang tersisa. Tapi, semua hal itu tidak akan pernah terwujud jika dokter Aska masih hidup. Meskipun ke 5 gen itu seandainya sudah mati semua, pasti akan muncul kembali gen dari rasa sakit seseorang. Sekarang, aku memanggilmu kesini karena kamu mempunyai 4 gen. Perjalananmu akan panjang untuk mendapatkan kekuatanmu. Jadi, sekarang kamu berhenti bersikap seolah ini adalah mimpi!" aku menatap dia dengan seringaian.

    "Gila! Siapa pun akan tau ini adalah mimpi!" teriakku.

    "Oke, akan aku buktikan bahwa ini bukan mimpi." Pria itu berdiri sambil mengepalkan tangannya. Belum sempat aku menghindar, bogeman mentah telah dilayangkan ke mukaku. "Sakit kan?" sekarang dia yang menyeringai. Dan memang benar. Aku merasakan sakit. Hidungku mengeluarkan darah dengan rasa perih yang menyerang ke seluruh tubuh.

    "Okey, sekali lagi maaf jika aku lancang telah membawa kamu ke dunia ini. Tapi, kami semua membutuhkanmu. Please, percaya bahwa yang kamu lihat adalah nyata!" pria itu memegang pipiku. Matanya berkaca-kaca dengan tatapan tajam menerkam. Huhh, mungkin ini saatnya untuk mengakui bahwa ini nyata. Well, harusnya aku sadar bahwa buku itu memang mengeluarkan suatu hal seperti magic.

    "Oke sekarang aku percaya. Hanya saja, apakah aku bisa kembali ke dunia nyataku?"

    "Setelah semuanya berakhir. Yah... Setelah semuanya berakhir kamu dan aku akan kembali ke dunia nyata."

    "Tunggu! Apa kamu bilang? Aku dan kamu? Berarti kamu juga berasal dari dunia nyata?" tanyaku seraya menghempaskan kembali pantatku di bangku.

    "Begitulah... Sekarang, aku hanya ingin tau, apakah kamu sudah tau tentang konflik di negeri ini?" tanyanya.

    "Aku yakin kamu sudah tau jawabannya. Karena, sepertinya kamu mempunyai kekuatan telepati. Yaitu bisa membaca pikiran orang lain, dan menyampaikan suatu hal oleh suara gema." Dia tersenyum simpul. "Tapi, jika boleh aku menjawab, aku masih bingung. Yang kutau, gen adalah sebuah rasa sakit. Namun sayangnya, ketika rasa sakit itu sudah membentuk sebuah kekuatan, rasa sakit yang lain akan menghilang. Sehingga semua orang di negeri ini pada akhirnya akan mempunyai 1 gen meskipun mempunyai banyak rasa sakit. Sedangkan, aku berbeda. Aku mempunyai 4 gen karena aku bukan orang sini. Aku berasal dari dunia nyata. Itu juga mempermudahku untuk berbaung dengan ke 5 gen karena mereka tidak bisa menyakitiku. Itulah maksudmu membawaku kesini kan? Nah, serang bagaimana untukku memunculkan kekuatanku?"

    "Itu relatif... Kekuatan itu muncul oleh sendirinya. Tapi disebapkan oleh pelatihan juga sih. Tapi, yang kutau muncul oleh sendirinya. Hanya saja, bisa dipercepat oleh orang yang mempunyai gen yang sama. Dan juga, oleh orang tertentu. Tidak semua orang yang mempunyai gen yang sama, bisa mempercepat kemunculan kekuatanmu."

    "Baiklah... aku akan berbaur dulu di negara ini. Mencari kekuatan telepatiku. Namun, ketika aku mendapatkan semua kekuatanku, apa yang harus kulakukan?"

    "Hancurkan dokter Aska!"

    "Well, aku tidak tau dokter Aska itu siapa. Tapi, sepertinya dia orang yang berbahaya. Oh iya, nama kamu siapa?" dia melemparkan batu ke danau dengan langsam.

    "Stein..."

    "Well, aku juga akan berusaha. Tapi inget ya, bukan karena aku ingin membantumu. Aku hanya kasian terhadap sebuah keluarga yang mempunyai gen yang berbeda. Mereka harus bermusuhan terhadap darah dagingnya sendiri," ucapku, lalu melakukan hal yang Stein tadi lakukan. Yaitu melempar batu.

    "Baiklah... Semoga kamu berhasil. Karena kamu, hanya mempunyai 5 nyawa," balasnya sambil terkekeh. "Oh iya, nyawaku tinggal 4 lagi."

    "Maksudmu?"

    "Sudah aku bilang, kamu tidak mempunyai musuh. Tapi, bisa saja mati oleh kecerobohanmu. Misalnya, mati karena minum racun. Atau, oleh strategi lawan mungkin."

    Aku masih tidak mengerti. "Katanya aku tidak mempunyai musuh?"

    "Memang tidak. Tapi, jika kamu memulainya duluan, maka kamu akan mendapatkan seorang musuh. Yang benar adalah, mereka tidak bisa melukaimu dengan gen mereka. Hanya bisa melukaimu dengan kekuatan sendiri--sebelum orang itu belum mempunyai grance-- atau oleh senjata."

    "Thanks atas infonya," sahutku penuh penekanan.

    "Semoga sukses ya, Pajar. Dan juga, semoga Fajar membalas cintamu." Stein tersenyum mengejek sambil berlalu pergi. Aku tersenyum. Apakah benar aku jatuh cinta kepada Fajar? Secepat itukah?

    To be continued

    Oh iya, jika ada yang mau ditanyakan, di komen aja ya. Syukur-syukur kalau kalian ngerti. Hehe. Jujur, aku buat langsung post. Tidak di cek dulu. Aku juga sempat terjebak oleh nama ataupun alur. Apalagi oleh jalannya cerita.

    :p
  • (>̴̴̴̴̴͡.̮Ơ̴͡)keeee ;)lah,,,,,
    Kalo bisa n harus 3 3nye harus tuntas ye walau jarang2 update.
  • yuhuuu, tnang aja kak @sefares , aku ngerti kok critanya.
    Ngemeng2, jgn pnggl aku kak dong, aku ja bru 16th
  • dhqjzsfjsmsjdhs.... mention mention mention ya. suka ama cerita kaya gini
  • arieat wrote: »
    (>̴̴̴̴̴͡.̮Ơ̴͡)keeee ;)lah,,,,,
    Kalo bisa n harus 3 3nye harus tuntas ye walau jarang2 update.

    Insya Allah kak @arieat. Semoga saja volt 1 ini bisa di selesaikan dengan cepat.
  • kak @agungrahmat syukur kalau ngerti. Membuat cerita seperti ini takutnya pembaca tidak akan mengerti. Akan fantasy sesorang hanya orang itu sendiri yang pasti mengerti. Hehe. Kakak 16 ya? Berarti SMA dong? Aku masih SMP kak.

    @free_man makasih kak udah mau baca. :))
Sign In or Register to comment.