BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Kehidupan Cinta (Antara Cinta, Kesetiaan dan Kanker) TAMAT

1679111219

Comments

  • Ahhh...hari ini saya banyak dapat Quotation... :\">
  • @erickhidayat @Yogatantra makasih dengan setia membaca cerita ini,,
  • @erickhidayat @Yogatantra makasih dengan setia membaca cerita ini,,
  • @Rendesyah, always my pleasure...gaya kontemplatif nya memang tangtangan sendiri, tapi alur ceritanya udah mulai lebih terarah dan padat
  • TIGA BELAS

    Arya begitu lancar saat sidang Prof Risetnya, satu yang aku tangkap dari hasil risetnya bahwa adanya nilai – nilai Pancasila yang ia pakai dalam mengelola sebiah Organisasi Olahraga yang mengarah kepada Industri Olahraga. Banyak klub Olahraga di Eropa yang memiliki utang banyak yang mengakibatkan adanya pergantian kepemilikan club. Inilah teori baru yang ditemukan oleh Arya. Diakhir Arya berpesan

    “ Menulis merupakan tindakan yang kreatif, menulis perlu kau lakukan setidaknya beberapa kali dalam sehari di sisa hidup mu. Menulis merupakan anugerah terindah dan keindahan itu dapat kau miliki ketika kau melakukannya. Kau akan merasa lebih gembira, lebih tercerahkan, hidup penuh hasrat, ringan dan dermawan kepada setiap orang di sekeliling. Bahkan menulis bisa membuat kau lebih sehat,, Penyakit lenyap, kekhawatiran dan kebosanan pun hilang “

    Ada kata – kata Arya yang membuatku terharu saat itu

    “ Buat seseorang yang selalu meladeni dan merawatku hari demi hari, yang selalu menebar cinta dalam setiap desah nafas, gerak bibir dan ayunan langkahnya,, bahkan dalam kemarahan, kekecewaan, kebosanan dan kesedihan Dia selalu selimuti aku dengan kasih sayang, terimakasih buat sembilan tahun cinta dan kasih sayang yang kau berikan “

    Kami hanya tiga hari di Jepang, sehari setelah pulang kami kembali ke dr Abidin dan hasil pemeriksaan myeloblast Arya 45,5 % dan artinya sel – sel jahat itu telah kembali, hasil itu membuat aku benar – benar takut, karena artinya Arya harus menjalankan kemoterapi lagi. Ya Tuhan saya ingin melihat Arya lagi seperti setelah operasi, hati saya benar – benar menyangkalnya, semalaman saya tidak bisa tidur. Dalam hati saya bertanya – tanya

    “ Inikah skenario Tuhan untukku ?? Kenapa secepat ini ?? Andaikan bisa kubalik arah jarum jam untukku, ingin rasanya kuubah semua cerita hidupku, akan kuhapus kenangan – kenangan deritaku, kulipat catatan kesedihanku, dan kurajut cinta semulus beludru “

    Beberapa hari berkutnya Arya merasa benar – benar kesakitan. “ Beri tahu aku dimana rasa sakit itu berada ?? “ kata dr Abidin.

    Arya menunjuk tepat dibawah tulang rusukny, tempat yang Arya tunjukan kepadaku sehari sebelumnya. Di bagian tengah tapi agak sedikit ke kanan. “ Apakah disitu letak hati berada ?? “Arya bertanya kepadaku. Aku sama sekali tidak tahu, kurang lebih aku mengetahui letak jantung dan paru – paruku, aku dapatb menunjuk dimana letak lambungku karena aku dapat merasakannya saat aku kekenyangan, tapi aku tidak tahu dimana letak organ – organ tubuh yang lain. Aku belajar marketing di universitas.

    “ Hmmm,, “ kata dr Abidin. “ Buka pakaian Anda di ruangan sebelah. “

    Aku tetap di tempat. dr Abidin membolak – balik berkas Arya. Keheningan terasa mengelisahkan. Kemudia ia berdiri dan berkata, tanpa menatap ke arahku, “ Ayo kita lihat, ‘ ia menutup pintu belakangnya, jadi aku mengasumsikan bahwa “ kita “ maksudnya adalah dirinya sendiri. Sekejap kemudian ia kembali dan mencuci tangan di bak cuci, duduk kembali, tidak mengatakan apa pun dan mulai membolak – balik berkas sekali lagi. Arya juga masuk, dr Abidin menutup berkas tersebut, memasang kacamatanya dan memandangi kami.

    “ Apa yang Anda rasakan sebenarnya memang ada di organ hati Anda, “ dr Abidin memulai. “ Aku khawatir kanker Anda sudah bermetastasis. “

    Kadang – kadang kau mendengar sebuah kata yang belum pernah kau dengar, tapi kau langsung mengetahui artinya.

    “ Jadi kankernya menyebar ?? “

    “ Benar, sedang menyebar. “

    Arya ada aku saling berpandang – pandangan, selama sesaat Arya tidak menggerakkan satu otot pun. Kemudian bibir bawahnya mulai bergetar, ia mengangkat tangan untuk menutupnya dan air mata pertama pun menetes. Aku meraih satu tangannya yang lain dan terus menatapnya. Rasanya seperti de javu dari satu setengah tahun yang lalu. Ruangan yang sama, kursi yang sama, dengan dr Abidin yang juga membisu di hadapan kami. Waktu itu kami mengetahui bahwa empat puluh persen kesempatan hidup yang dibaca di intenet satu setengah tahun lalu cukup tinggi, namun sekarang kesempatan hidupnya nol persen.

    “ Apakah pasti menyebar ?? “ aku bertanya

    “ Hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah sesegera mungkin melakukan ultrasonik organ hatimu dan setelah itu Anda kembali kemari Prof Arya. “

    Lemah bagaikan domba, kami membiarkan diri kami dipandu menyusuri rumah sakit. Kami pun duduk di ruang tunggu Ultrasonografi, Arya tidak mengatakan apa pun. Ia duduk dengan kepala tertunduk, menatap sapu tangannya yang digulung dan dibuka berulang kali seperti kertas rokok. Gulung,, Buka,, Seorang perawat muncul di pintu. Ia memegang sebuah berkas, melihat nama yang tertera di atasnya, melihat ke arah Arya lalu bertanya, “ Bapak Arya Wirasena Putra Sasongko ?? “

    Arya mengangguk.

    “ Apakah kau mau aku menemanimu ?? “ aku bertanya.

    “ kumohon “ kata Arya

    Kami masuk kedalam ruangan. Arya harus menanggalkan pakaiannya dan berbaring di ranjang beroda. Si perawat menggosok gel biru pucat ke perut Arya. Aku berdiri disamping Arya dan memegang tangannya erat – erat dan satu tanganku yang lain membelai bahunya. Ia menatapku namun ia tidak menangis, ia tersenyum tulus kepadaku, namun aku merasakan mata ku yang basah. Didalam ruangan ini ada satu dokter dan satu perawat, mereka menunjuk ke sesuatu di layar, menggumamkan sesuatu yang sulit dimengerti kepada satu sama lain, salah satu dari mereka menuliskan sesuatu di berkas, berganti – gantian melirik layar dan berkas tersebut.

    ‘ Anda dapat berpakaian kembali,, “

    “ Dan,,,,,,,, hasilnya ?? “ aku bertanya

    “ dr Abidin akan memberitahu hasilnya, “ ia berkata.

    Kami kembali keruangan dr Abidin.

    “ Kelihatanya tidak bagus, “ ia berkata segera setelah kami duduk, “ sel – sel kanker ini telah menyebar di bagian hati Anda “

    Aku melihat Arya, dia ingin menangis tapi dengan sekuat tenaga aku tahu ia sedang menahannya. Aku tidak sanggup untuk menanyakan kepada dr Abidin.

    “ Berapa lama waktu yang tersisa yang dimilki Arya ?? “

    “ Jika kita tidak bertindak cepat, paling banyak dua bulan..... “

    “ Dan apa tindakannya ?? “ aku bertanya dengan agresif.

    “ Kalau aku boleh jujur, semua itu sekedar menunda – nunda saja. Beberapa bulan tambahan untuk kemoterapi, namun Anda tidak boleh dari dua belas kali. Tubuh Anda tidak dapat menanggung lebih dari itu. Kita dapat memperpanjang waktunya sampai satu tahun paling lama. “

    “ Apakah aku akan banyak menderita ?? “ Tanya Arya

    “ Tidak, hampir pasti tidak. Anda harus membayangkan organ hati Anda sebagai sebuah pabrik yang membersihkan tubuh dari zat – zat beracun, kanker tersebut pada akhirnya akan menghentikan fungsi organ hati Anda. Dan kemudian tenaga Anda akan semakin,,, semakin berkurang Anda akan lebih banyak tertidur dan akhirnya Anda akan koma dan kemudian meninggal, segalanya sangat manusiawi, “

    “ Ya setidaknya ada sesuatu yang positif, “ Arya bergumam, dan kali ini ia tidak mampu menahan air matanya.

    ‘ Apa efek samping dari pengobatan tersebut ?? “ aku bertanya kepada dr Abidin.

    “ Sama dengan kemoterapi Oral yang Anda lakukan tahun kemarin, mual, rambut rontok, tumpulnya indera penciuman dan indera perasa, dan dengan pengobatan ini otot – otot Anda mungkin akan memprotes, dan kulit telapak tangan serta jari – jari akan menjadi sangat sensitif, “ ujar dr Abidin.

    “ Ayo kita lakukan, “ kata Arya

    “ Oh dan kuku Anda akan copot “ kata dr Abidin.

    “ Oke... “ aku berkata. Hanya untuk ikut nimbrung kurasa.

    Kami berjalan keluar Rumah Sakit Dharmais, Arya terlihat tegar tapi aku tahu apa yang Ia Pikirkan,, Hasil pemeriksaan myeloblast Arya sudah 45,5 % itu tandanya Arya harus segera di Kemoterapi kembali.

    “ Mungkin gila kedengarannya, tapi aku merasa lega Setidaknya aku tahu dimana posisi kita sekarang, Aku sekarat “ Arya berbicara sebelum kami meninggalkan parkir rumah sakit.

    “ Arya,, Kumohon,, “ itu adalah kata pertama yang keluar dari mulutku sejak kami meninggalkan Dharmais.

    “ Itu benar Sayang,, Tahun lalu kita meninggalkan tempat ini dan kita keluar menuju situasi penuh ketidakpastian dan tak berdaya, sekarang kita memiliki kepastian. “

    Aku bingun mendengar perkataan Arya, akan fakta bahwa ia benar – benar mengatakannya. Tapi ia ada benarnya, Ingatanku kembali ke tahun lalu, saat itu pukulannya jauh lebih berat.

    “ Aku ingin berlibur, “ Arya berkata dengan tatapan berapi –api di matanya. “ Sebanyak mungkin, Aku mau pergi ke seluruh penjuru Indonesia,, dan,,, ehmm.. aku pengen banget ke Semarang !! ya,, aku mau pergi ke Semarang denganmu sayang. “

    Aku bahkan mulai menikmatinya. “ Aku akan menanyakan kepada Chandra apakah ia tahu ada hotel jelek yang nyaman, “ Aku tersenyum menyeringai. “ Apakah itu sesuai dengan Anda Tuan ?? “
    “ Aku mau pergi dengan semua temanku ke sebuah tempat di Semarang, “ Arya berkata seraya termenung, tiba – tiba Arya menjadi seseorang yang menikmati hidup. “ Oh, omong – omong, bisakah kau berhenti sebentar di warung itu ?? “

    “ Ada apa di warung itu ?? “

    “ Aku mau membeli beberapa bungkus rokok, aku akan mulai merokok lagi. “

    Aku tersenyum dan berhenti menghentikan mobil tepat didepan warung.

    “ Marlboro biasa atau yang ringan ?? “ aku bertanya sebelum keluar mobil.

    “ Yang biasa, tambahan kanker paru – paru tidak akan membuat banyak perubahan kan sayang ?? “

    Sambil tertawa aku masuk ke warung. Ada dua orang didepanku. Aku melirik ke arah Arya. Ia menatap nanar ke kejauhan. Tertegun saat aku melihatnya, senyuman menghilang dari wajahku.

    Apa yang bisa kami harapkan sekarang ??

    Segala macam hal berseliweran di dalam kepalaku. Ambulans pada malam hari, Arya yang lesu, perasaan takut sakit, kematian. Tiba – tiba aku diserang rasa panik. ARYA SEKARAT, ARYA SUNGGUH – SUNGGUH SEKARAT SEKARANG INI !! Aku merasakan gelombang rasa mual begitu hebat hingg aku nyaris muntah. Aku menjadi gelisah dan mulai berkeringat.

    “ Hei, Abang,, berapa lama lagi sampai ada seseorang yang bisa melayaniku ?? Aku hanya butuh sebungkus rokok, “ Tiba – tiba saja aku menggeretak.

    “ Sabar mas, aku hanya punya dua tangan !! “ lelaki itu menjawab dengan geram. Dua orang di depanku menengok dan memandangku dengan tatapan mencele. Buru – buru aku menghilang di balik warung mengeluarkan teleponku.

    “ Kankernya menyebar Ridhy, Bolehkah aku meneleponmu nanti ?? Kumohon !! “
  • Sangat menyedihkan. Aku memahami perasaan itu, perasan yang sama, bersama dengan orang yang kita sayangi menghadapi vonis oleh sang dokter.
  • EMPAT BELAS

    Karen Sayang,,,,,,,,,,

    Dalam buku ini Vather ingin menuliskan semua hal yang kita lakukan bersama – sama, jadi kamu akan selalu mengetahui betapa Vather mencintaimu. Vather sakit. Vather mengidap kanker, dan saat kamu membaca ini Vather tidak akan ada di dekatmu lagi. Vather harap buku ini akan menjadi kenangan yang indah.

    Kamu baru empat tahun, tapi kadang – kadang kamu bisa bersikap sangat bijak, terutama karena kamu begitu pandai berbicara. Selama beberapa tahun belakangan ini keadaan mungkin sulit bagi kita semua, dan jika Papah atau Vather tidak dapat menahan tangisan dan kamu melihatnya, kamu datang menghampiri lalu memeluk kami, kamu menghapus air mata dari pipi kami. Pada saat itu kami merasa lebih baik. Atau kamu mengatakan sesuatu yang membuat kami tertawa terlepas dari air mata kami, dan pada saat itu kesengsaraan kami sedikit berkurang. Banyak orang sudah datang menenangkan dan mnyemangati kami, tapi kamu lah yang terbaik dalam melakukannya.

    Saat Vather datang untuk memelukmu malam ini sebelum kamu tertidur, vather mengatakan bahwa Vather sangat mencintaimu. Dan setelah itu kamu mengatakan bahwa kamu mencintai vather juga. Itu sangat membahagiakan. Membuat perasaan Vather hangat. Papah dan vather sudah banyak berbincang – bincang karena kami sudah lebih dulu mengetahui bahwa sebentar lagi Vather tidak akan ada di sekitar kalian lagi. Ini benar – benar menyedihkan, tapi terlepas dari apa pun yang terjadi, kita banyak melakukan banyak hal menyenangkan, kita bertiga, dalam waktu singkat yang masih kita miliki. Vather sangat menikmatinya, dan saat vather merasa bahagia dengan keluarga kecil kita ini, vather bisa menangis karena bahagia.

    Aku mencintamu !!
    Vather !!

    Itulah tulisan Arya untu anak kami, mendidik Karen dengan keluarga yang dua – duanya lelaki tidaklah mudah. Aku dulu selalu memikirkan bagaimana nanti bila ia dewasa dan teman – temanya bertanya tentang keluarganya. Namun mamah adalah seseorang yang selalu memberi kami bimbingan mengatasi pertanyaan – pertanyaan yang muncul di dalam benak kami. Aku sangat paham bahwa Arya tahu, tidak ada harta materi yang bisa menggantikan hilangnya orang tua, dan materi sebenarnya dapat merusak pembentukan nilai dalam diri seorang anak. Menurut Arya, tugas orang tua adalah menyemangati anak agar mengembangkan kegembiraan hidup dan dorongan hati yang sangat kuat untuk mengejar impian anak itu sendiri. Yang terbaik yang bisa kita lakukan membantu mereka mengembangkan perangkat peralatan pribadi untuk tugas itu. Arya selalu ingin Karen menemukan jalannya sendiri untuk berkembang sepenuh potensi mereka.

    “ Mengingat aku tidak akan mendampingi Karen, Maka aku ingin Karen menjadi yang diinginkannya “,, begitulah Arya berucap.

    Arya mengikuti kelompok Forum Leukimia Granulostik Kronik dan GIST (ELGEKA). Jika Arya tidak mengidap leukimia, Arya tidak akan oernah berakhir dalam sebuah kelompok seperti Elgeka sepanjang hidup. Kadang – kadang saat menceritakan bagaimana pertemuan itu kepadaku, tawanya meledak. Satu – satunya orang yang cukup lumayan adalah Tony, seperti Arya Tony juga berusia tiga puluh satu tahun, tinggal di daerah Jakarta Timur . Semua anggota komunitas ini memiliki kesamaan yaitu mereka meminum obat dewa (Glivec) setiap harinya. Mereka selain membahas penyakit dan bagaimana agar masyarakat paham tentang penyakit ini, juga membahas hubungan masing – masing. Arya bercerita kepadaku ketika pertama kali mengaku bahwa dirinya gay dan memiliki pasangan aku, teman – teman di komunitas ini tidak percaya, kecuali mereka yang satu rumah sakit dengan Arya. Namun ketika semua anggota kumunitas tahu banyak yang mulai bisa menerima Arya, namun ada pula yang justru menjauh atau kadang bersikap baik di depan namun dibelakang ia bersikap buruk. Aku tahu Arya, ia memiliki cara tersendiri agar teman – teman barunya di komunitas bisa memahami hubungan aku dan dirinya.

    Arya menceritakan kepadaku bahwa ada seorang temannya di komunitas Elgeka yang bercerai sejak kanker dimulai, Istrinya sudah tidak sanggup menanggungnya lagi. Sementara Istri Tony kelihatannya hampir tidak mampu membicarakannya dan menghabiskan sepanjang malam dengan bermain bersama anak – anaknya. Komunitas ini mengadakan pertemuan di setiap rumah masing – masing secara bergiliran, dua minggu sekali. Terkadang para Suami, Istri mereka juga ikut mengobrol, begitu kata Arya. Saat mendengar itu aku mencibir sehingga Arya berhenti menanyakan apakah mungkin aku tertarik dengan hal itu. Arya mendapat sesuatu dari Elgeka, setidaknya mereka berbicara secara terbuka mengenai bagaimana rasanya sebagai seorang penderita kanker, sesuatu yang kadang tidak berani ditanyakan oleh Kara, rama dan teman – temannya.

    Minggu lalu pertemuan diadakan di rumah kami. Saat aku pulang bersama Karen, mereka semua masih ada di sana. Aku merasa malu saat memperkenalkan diri, karena aku tahu terkadang mereka juga membicarakan diriku.

    “ kami memberi pasangan hidup kami masing – masing hingga siang, “ Arya memberitahuku pada malam harinya. “ Bagaimana mereka menghadapi kenyataan bahwa pasangan hidup mereka terkena kanker, apakah mereka selalu menemani mereka ke Rumah Sakit, apakah mereka mau membicarakannya, apakah mereka tetap bersikap baik terlepas dari segala penderitaan ?? “

    “ Dan berapa nilai yang kau berikan untukku ?? “ tanyaku kepada Arya.

    “ Delapan “

    “ Delapan ?? “ aku bertanya, terkejut

    “ Ya, sekarang setelah mendengar semua kisah anggota kelompok, aku menyadari bahwa kau tidak terlalu buruk. “

    “ Mungkin kita harus memberitahu Graha dan Kara tentang pertemuan ini, “ aku menjawab

    “ Tidak perlu “ Kata Arya, “ Aku sudah memberitahunya “
  • Pengen tanya mas, apakah mas sudah lama menulis cerita ini ? Begitu matang plot ceritanya dan semua sangat natural.
  • Lanjut mas, ak mau tau akhirnya, seriously
  • @Yogatantra - Aku sebenarnya nulis ini udah lama banget mas,, 8 atau 9 bulan yg lalu,, Namun berhenti Karena Ada Sesuatu Yang Membuat Aku Gak Kuat Meneruskan Crta Ini,, Sampai Bagian 2 udah ada Part ampe 19,, makanya ak bs upload sehari maks 5 minimal 1,, nah part 19 kesana sunggu terasa berat buat ak sndiri,, tapi ak dah janji menyelesaikanya,,
  • @Dhika_smg - Yupz semoga bisa cpt ya mas,, lg bnyak gawean jg dikantor,, Semarangnya mana mas ?? Ak dulu 4,5 thn di Semarang,,
  • Ahhh..sepertinya aku salah menanyakannya..
  • @Rendesyah, jangan bro lupa, kita di dunia pelangi pernah mengalami semua jenis penderitaan, bro tidak sendiri. Lanjut terus yah, ku suka plot nya.
  • Kadang saya bertanya-tanya? Siapa yang mewakili mas di cerita ini. Rindikah, atau Verza? Kalau Arya, berarti dia survivor.
  • @Yogatantra hehehehe,, tidak ada pertanyaan yang salah,, yang ada jawaban yang salah atau benar,, hahahaha,, @erickhidayat iya betul,, tapi penderitaan selalu berbeda2,, hehehhe
Sign In or Register to comment.