BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Kehidupan Cinta (Antara Cinta, Kesetiaan dan Kanker) TAMAT

191012141519

Comments

  • DUA PULUH

    Aku berhenti di depan teras.

    Arya orang yang kupilih sebagai pendamping hidupku terkena kanker dan ia sekarat. Aku tidak dapat pergi. Aku sungguh – sungguh tidak dapat pergi. Aku kembali ke dalam, menutup pintu dan melepaskan jaketku lagi. Aku memandang diriku sendiri di cermin. Aku sungguh – sungguh tidak dapat pergi. Dari ruang duduk aku mendengar suara Arya yang pelan.

    “ Verza..”

    Aku melangkahkan kaki kembali ke ruang keluarga. Arya sudah berdiri menuju pintu......” Maaf.......... kalau kau pergi dengan Anggoro pergilah sayang,,,,,” katanya dengan lirih,,, “ Maaf Verza.......... “

    Aku menatapnya dengan putus asa, menghampirinya lalu memeluknya. Arya bersandar kepadaku bagaikan boneka yang lemas dan mulai menangis hebat.

    “ Anggoro, aku tidak jadi pergi malam ini. Akan kuceritakan nanti . “ pesan terkirim ke Anggoro

    “ Ridhy, ada masalah di rumah. Aku tidak bisa datang,, kutelepon besok,, maaf .... “ pesan ku kepada Ridhy.

    Setelah satu jam menangis, menghibur dan berbaikkan kami memutuskan menelepon Chandra dan memintanya untuk mampir.

    “ Aku sedang di Bioskop,,, “

    “ Oh,,, “

    “ Ada Apa...... ?? “

    “ Emmm,, Tidak,, Lupakan saja,, Selamat bersenang – senang !! “

    “ Akan kulakukan sebisa ku.....salam buat Arya,,”

    Aku menghubungi Rama,, Aku sudah mendengar hingar bingar suara disko.

    “ Verza,,,!! Ia berteriak melalui ponselnya. ‘ Aku tidak bisa mendengarmu,, Aku sedang di X2 bersama teman – teman “

    Aku menutup telepon dan mengirimkan sms ke Rama bahwa tidak ada yang mendesak .

    “ Semua orang – orang bersenang – senang, “ kataku dengan sedikit senyuman namun sedikit kesal.

    Arya tidak berani menatapku......

    “ Itu bukan masalah,, sayangku..” Haruskah aku menghubungi Kara ?? “

    “ Yeah,, yang benar saja,, “ Arya tertawa.. “ Jika kita memberitahunya apa yang kita pertengkarkan secara personel ia sendiri akan memastikan kita mempertengkarkannya terus – terusan......... “

    Aku menelepon mamah. Mamah merasakan ada sesuatu yang tidak beres, dan sebelum aku mengutarakan pertanyannya, Mamah sendiri berkata akan mampir. Mamah tiba dalam waktu satu jam. Kami membicarakan masalah ini, itu dan lain – lain, namun bukan masalah yang kami hadapi malam ini. Pada pukul sebelas tepat, Arya pergi tidur benar – benar kelelahan. Aku kembali meminum kopi satu cangkir lagi dan tetap tinggal di lantai bawah bersama mamah. Saat keadaan diatas hening, Mamah menanyakan apa yang Arya dan aku pertengkarkan.

    “ Bagaimana mamah tahu kami bertengkar ?? tanyaku,, terkejut,,

    “ Para ibu bisa merasakannya,, “ Katanya sambil tertawa. mamah menatapku. “ Arya menceritakan perselingkuhan nak Verza beberapa saat lalu kepada mamah.. “

    “ Oh.......” aku berkata, terperenyak.

    “ Jika kau Putraku sendiri,, Aku akan menghajarmu nak Verza.. “

    Aku tersenyum menyeringai, untuk menyelamatkan mukaku.

    “ Kau tahu,, Anakku, “ kata mamah, “ Mamah selalu terjaga di tengah malam hanya untuk memikirkan Arya dan Kanker Itu serta pengaruhnya terhadap nak Verza. Mamah bisa tersenyum didepan kalian berdua,, ketika kemarin kamu datang ke tempat praktek mamah dengan Arya dan membicarakan Karen, Mamah menangis setelah kalian pulang. Mamah berharap biar saja Mamah yang menjalani kemoterapi dan semua penderitaan yang dialami Arya, bukan Arya. Mamah bisa memahami jika nak Verza kehilangan kendali sekali – sekali. “

    “ Aku juga... “ kataku pelan....

    “ Tapi menjadi tahanan rumah juga tidak akan berjalan dengan baik. Mamah akan mengatakannya kepada Arya besok. Namun sebaiknya nak Verza harus jujur bila masih ada yang disembunyikan kepada Arya. Mamah dapat melihat betapa sulitnya ini semua. Dan Mamah pikir Nak Verza sudah menangani sejauh ini dengan baik. “ Mamah memelukku dengan erat dan menghiburku. “ Aku bangga Arya memilihmu sebagai pendamping hidup. “

    Aku tenggelam dalam pelukkan mamah.

    “ Bukankah kau terkadang berharap semua ini berakhir ?? “
    Mamah bertanya.

    “ Ya,, Jika aku boleh jujur..”

    “ Mamah juga memahaminya anakku,, “ katanya dengan lembut. “ Mamah sungguh memahaminya,,kau tida perlu takut – takut seperti itu.. “

    Mamah mengecup keningku,, dan menghapus air mataku.

    “ Dan sekarang ambilkan Mamah Teh, dasar bocah badung !! “

    Mamah menginap dirumah malam ini, aku melarangnya untuk pulang. Sehabis sarapan mamah langsung pergi ke rumah, siang nanti ada wisuda di kampusnya, jadi mamah harus ada disana.

    “ Hari ini ketemuan dengan Anggoro dimana ?? “

    “ di kemang ,, “

    “ Kamu benar pergi dengan Anggoro ?? “ tanya Arya.

    “ Iya benar, aku dengan Anggoro harini,, “

    Arya mendesah dan mengangguk “ Sana pergi kalau begitu.. “

    Hari ini aku akan menceritakan kanker Arya kepada Anggoro. Memang sampai saat ini Anggoro belum mengetahuinya. Ditengah perjalanan menemui Anggoro aku mengirimkan pesan kepada Ridhy.

    “ Aku akan mampir ke tempat mu pukul satu siang Ridhy... “

    Aku akhirnya mendapatkan Anggoro yang sedang menungguku.

    “ Apa ?? Berapa Lama ?? “ seru Anggoro, mulutnya penuh dengan saus tartar dari steak.

    “ satu setengah tahun lebih, “ aku menjawab dengan tenang.

    “ satu setengah tahun !!! “ teriaknya membahana,,,

    “ Ya.... “

    “ Jadi saat kita ke Bali ia sudah menderita penyakit itu ?? “

    “ Ya...... “

    “ Mengapa kau tidak memberitahuku sebelumnya ?? “

    “ Karena kemanapun aku pergi semuanya berhubungan dengan Arya. Aku selalu harus memberitahu orang – orang bagaimana keadaannya. Dan aku tidak harus melakukannya kepadamu. Bagiku kau adalah zona bebas kanker... “

    “ Sial,, benar – benar ......... “ Anggoro menatap ke kejauhan,, “ Ya ampun,, dari dulu memang aku merasa ada sesuatu yang terjadi, “ katanya tiba – tiba, Anggoro menatapku dengan serius. “ Aku hanya tidak tahu apa itu, kau sudah berubah banyak sejak sepanjang tahun lalu. Kau mulai meminum pil sekali – sekali, tiba – tiba kau memakai kemeja yang menurutku anak muda sekali, Jaket kulit mahal, rambutmu agak berantakan. Dan sekarang penjelasannya terasa masuk akal. Kau berusaha mengasingkan dirimu dari segala masalah yang terjadi di rumah. “

    Mulutku menganga, Anggoro yang kupikir hanya bisa kuajak bicara soal sepak bola, basket dan meniduri, bercinta, bersetubuh, berhubungan seks ternyata mampu memahamiku dalam dua menit, ini yang tidak aku temui dari Graha.

    “ Kemarin saat kau tidak bisa keluar apakah ada hubungannya dengan Arya ?? “ tanyannya, tampak perhatian. Rasanya lucu hal itu keluar dari mulutnya.

    “ Tidak,, hanya aku sedang bermain – main, “ aku tertawa menguatkan diri. “ kemarin Arya sedang tidak ada toleransi untuk keluar, ia mengecek segala hal yang kulakukan. “

    “ Oh........Arya benar.... “ Ia berkata, mengelap mulutnya tidak tahu malu dengan lengan bajunya. “ Jika Arya mendapati bahwa dirimu masih suka selingkuh saat Arya sakit, aku sendiri yang akan memenggal kepalamu, dasar begajul sialan. Camkan itu baik – baik kepada dirimu, dan kepala teman – temanmu.. Baiklah,, Sekarang ayo kita pergi dan melihat apakah di sana ada Laki – laki seksi,, “

    Anggoro melambaikan tangan memanggil pelayan untuk meminta tagihan makan kami.

    “ Aku tidak ikut,, “ jawabku... “ Ada janji kencan dengan seorang pria,, dan seharusnya aku sudah ada ditempatnya sekitar satu jam yang lalu........ “

    “ Aku sudah di jalan Ridhy......... “ pesanku untuk Ridhy

    “ Maaf dy,, aku sampai lupa waktu mengobrol dengan Anggoro... “

    “ Maaf..... “ Ridhy mendengus. “ Ini adalah kali kedua dalam satu minggu ketika aku terpaksa duduk dan menunggu seperti seorang idiot. Sepanjang malam hari jumat lalu, dan sekarang hari ini selama satu setengah jam. Haruskah aku hanya duduk dan berdiri dan berpura – pura mati menunggu kedatangan tuanku,, aku muak dengan semua ini mas !! “

    Tidak,, aku tidak siap menghadapi ini. Aku menatapnya dalam – dalam. “ Aku sudah dibentak – bentak tadi dirumah, aku tidak datang kemari untuk itu,, “ aku berkata dengan dingin.

    “ Oh itukah yang kau lakukan ?? “

    “ ya........ “

    “ Well,, kalau begitu,, pergi sana ke neraka !! “ Ridhy berteriak.

    Dan akupun pergi. Kemarin saat Arya berteriak kepadaku, aku tersadar di pintu depan rumahku bahwa aku tidak dapat meninggalkannya, namun di pintu depan mess Ridhy tidak ada yang menghentikanku. Bukan salahku Ridhy mencintaiku kan........ ??
  • gak mudeng dengan pendapat harus melihat masalah perselingkuhan verza dari dua sisi dan harus memahami dari sisi verza, secara verza telah sering melakukannya sebelum penyakit itu menyerang arya. selingkuh tetap selingkuh apapun alasannya, kalau harus dipahamidan mau adil seorang pemerkosa juga harus dipahami kenapa dia memerkosa, ada banyak alasan atau excuse.
  • Apa mungkin gak terlalu panjang konfliknya? Kalo bisa di buat lebih singkat akan lebih nyaman, karena sejauh ini @Rendesyah telah membuat konflik ini cukup panjang. Kalo di teruskan lagi, ku kuatir akan terlihat reporti blog. Maaf, ini pendapatku
  • @Yogatantra ,, hehehehehe,, @erickhidayat hehehehe,, kita liat saja dulu nanti
  • DUA PULUH SATU

    Aku membanting pintu mobil dan menyusuri Jalan Asia Afrika Senayan. Selama beberapa saat aku bertanya – tanya apakah aku seharusnya meminta maaf kepada Ridhy. Namun aku tidak dapat memaksakan diri melakukannya. Aku mengirim pesan kepada Anggoro, dan menanyakan sedang berada dimana. Aku juga mengirimkan pesan kepada Rama, aku ingin menemuinya. Setdaknya Rama tidak bersikap menyulitkan seperti Ridhy. Anggoro dan Ridhy membalas sedang berada di Grand Kemang, aku menuju kesana untuk bergabung dengan mereka.

    Ada seseorang laki – laki berdiri di Bar dengan dua kancing kemeja yang terbuka terlalu banyak, jadi laki – laki itu dapat memamerkan dada berototnya. Di lengannya ada seorang pemuda yang sungguh membuatku terpesona. Namun sebelum aku menuju ke laki – laki itu Anggoro sudah berada di belakangku. Tawa Anggoro meledak saatia memelukku an mengakhirinya dengan tepukan keras di punvak kepalaku. Anggoro menawarkan sebuah pil bulat kecil... Oh... mengapa tidak.... Aku mengangguk dan meneggaknya dengan seteguk vodka. Pada saat yang bersamaan Rama dan Sony (Salah Satu Model Ternama di Indonesia, teman dekat Rama) memelukku dengan berteriak – teriak kegirangan. Ya.. Tuhan... Kupikir akulah yang kebanyakan minum – minum malam ini.

    “ Verza, kau terlihat sangat stress ?? “ kata Rama. “ Apa yang telah terjadi ?? “

    “ Tidak,, Tidak ada apapun, Vodka dan Jeruk Nipis untuk kalian berdua ,,,, “

    “ Aku mau Breezer,, “ gumam Sony, memelukku dengan satu tangan. “ Yang warnanya merah,, Itu akan membuat mulutmu terasa manis, kau dapat mengeceknya nanti, kalau kau mau. “

    Aku tertawa malu – malu.

    “ Jadi Ridhy tidak bakal ada disini ?? “ Tanya Sony dengan santai saat aku menyerahkan breezer-nya.

    “ Bagaimana kau bisa tahu tentang Ridhy ?? “ Aku bertanya dengan muka bingung dan menatap ke arah Rama dengan marah. Rama langsung menggeleng – gelengkan kepala untuk menunjukkan bahwa Sony tidak mengetahui hal itu dari dirinya.

    “ Yah,,, “ kata Sony sambil mengangkat bahu,,,, “ Mungkin kau harus tahu Ridhy adalah sahabat karibku sejak SMA..”

    Wajahku benar – benar seperti tomat mendengar itu dari mulut Sony, sementara Rama meledak dalam Tawa. Sekarang aku di Grand Kemang dan Anggoro telah memberiku Vodka dan Jeruk Nipis ketiga dalam waktu setengah jam, pilnya mulai bekerja, Rama mengikuti gerakan Sony dan melingkarkan lengannya di sekeliling pinggangku, dan aku akan pergi menginap malam ini dengan dua laki – laki. Saat kami berjalan menuju hotel, jam menunjukan pukul tiga dini hari. Aku memperhitungkan aku tidak akan pulang dalam waktu satu sampai dua jam. Aku baru saja melewatkan titik untuk kembali. Pil Ekstasi Anggoro dan lidah Sony benar – benar tidak dapat ditolak. Setelah satu ciuman lain aku menatap Rama dengan rasa bersalah. Rama tidak berreaksi seperti yang kuharapkan. Aku dapat melihat pupil matanya bahwa Rama juga meminum pil dari Anggoro. Sony membisikkan seesuatu di telinga Rama. Rama menatap Sony selama beberapa saat lalu mengangguk.

    “ Mau ikut bersenang – senang ,, verza ?? “

    Dan dini hari ini aku, Rama dan Sony melakukannya bertiga.

    Seharusnya aku sudah bisa menebaknya. Jika aku selalu pulang pada pukul setengah lima dan kemudian ada saat ini dimana tidak ada tanda – tanda kemunculamu pada pukul setengah tujuh pagi, kau cenderung memancing reaksi.

    Ponselku berdering........... Arya Memanggil..........

    Aku memberi isyarat kepada Rama dan Sony agar mereka tidak bersuara.

    “ Di mana kau sekarang,, dasar bajingan ?? “ Kata Arya,,menangis.

    “ Aku.........Aku dalam perjalanan pulang....... “

    “ Sekarang jam enam kurang lima menit,, demi Allah Verza kau membuatku merasa kesal,,,” Arya berteriak dengan marah – marah.

    Jantungku melompat ke tenggorokanku, Rama duduk gemetaran diatas ranjang. Sony tidak bergerak dan menyalakan sebatang rokok.

    “ Cerialah....” Bisik Rama saat aku berjalan menuju pintu,, Sony hanya mengedipkan mata.

    Aku berlari menuju mobilku, dengan cepat aku masuk ke dalam mobilku. Aku mengambil CD dan mulai menyetelnya, Aku mengonta – ganti CD sampai aku benar – benar menemukan lagu yang menurutku mampu mengurangi keteganganku. Lampu lalu lintas menyala kuning saat aku masih sekitar lima puluh meter jauhnya. Aku menekan pedal dan melanggar lampu merah. Adrenalinku mengalir deras ke seluruh tubuhku. Aku benar – benar mengebut, saat tikungan aku sedikt mengerem mobilku dan menekan pedal gas dalam – dalam saat menuju sebuah tikungan berikutnya, aku menikung ke kiri. Dengan sekali sentakan pada setir aku menghindari trotoar,, Tapi kemudian mobilku justru bergerak liar dan berputar dan aku mendengar suara benturan samar – samar dan derakan serta gemerincing kaca. Mobil ku menggelincir miring beberapa meter di sepanjang jalan berbatu kerikil.

    Kemudian segalanya tak bergerak, keheningan yang menakutkan. Tidak ada lagi kekacauan, Tidak ada lagi Grand Kemang, Tidak ada lagi House Music, Tidak Ada Lagi Vodka. Aku menggelantung miri g di sisi sabuk pengamanku. Aku mati rasa selama beberapa detik. Kemudian sekonyong – konyong segalanya berkelabat di benakku. Aku masih hidup,, Sakit ?? Tidak ada yang sakit ... Pergelangan... Dan kaca dimana – mana.. Oh ,, Sial Arya !! Api !! Keluar !! Aku berusaha untuk keluar dari mobil,, aku mendorong pintu dari sisi penumpang dan memanjat keluar mobil, seolah – olah itu adalah hal paling normal di dunia. Aku melangkah menuju trotoar dan berpegangan di pagar jembatan. Dengan perlahan aku mulai menangkap apa arti semua ini. Bencana nuklir baru saja terjadi. Mobiku,,, SIM ku,,,, Merupakan suatu keajaiban jika mereka tidak dapat menemukan darah ku yang mengandung alkohol dan Narkoba. Aku bisa berakhir di penjara. Aku bisa terbunuh. Karen....,, Oh dan Ridhy yang sudah berpikir aku sudah di rumah,, dan Ya Tuhan apa yang akan Arya.......................

    Aku menelepon Arya, namun ia tidak menjawabnya. Aku meninggalkan pesan untuk mengatakan bahwa aku kecelakaan mobil, dan untungnya aku tidak terluka, namun itu artinya aku tidak dapat pulang untuk sementara waktu. Sebuah mobil polisi dengan sirine mendekat. Aku menjejelkan peremen mint ke mulutku. Di kantor polisi aku harus menyerahkan ponsel, dompet, kunci – kunci melepaskan ikat pinggangku dan membuka tapi sepatuku. Dan aku akan menunggu di dalam ruangan ini. Sebuah pintu menutup di belakangku. Ruangan itu adalah sel. Pintu – pintu baja hitam dengan lubang kecil berjeruji di bagian atasnya. Aku beranjak dan duduk di sebuah bangku yang terpasang kuat di dinding.

    Di rumah, Arya yang sebentar lagi akan meninggal sedang menungguku pulang sepanjang malam.Di Ssenayan seorang laki – laki yang membantuku melalui segalanya berbulan – bulan mungkin telah terbaring bersimbah air mata semalam. Dan disinilah aku berada. Rasanya seperti selamanya sebelum aku dikeluarkan dari sel. Sesungguhnya hanya dua puluh menit. Setelah itu aku membuat pernyataan dan diizinkan untuk pulang. Saat itu jam tujuh lewat empat puluh lima menit.

    Arya berada di ruang keluarga, di ranjang rawat yang kami memang sengaja menaruhnya di ruang keluarga. Dengan kepala Botak dan menggunakan kaos berwarna abu – abu , Arya memberiku tatapan maut.

    “ Dimana kau saat aku menelepon mu ?? “

    “ Dengan seorang Pria.......”

    Plak,,, Plak,,, Plak,, Plak,, (empat kali tamparan Arya)

    Untuk pertama kalinya selama aku pacaran dan memutuskan untuk hidup bersama dengan Arya, baru kali ini Arya menamparku. Aku melihat ada tetesan darah di dekat bibirku.

    Aku hanya diam,, aku tidak dapat menyalahkannya.

    “ Dan seakan – akan semuanya tidak cukup buruk,, Kau mengendarai mobil saat kau mabuk berat !! “ dan kemudian Arya mengatakannya.. “ Kalau begini terus – menerus ,, Allah Tahu Karen tidak hanya akan kehilangan aku sebagai vathernya,, namun Karen juga akan kehilangan Papahnya..”

    Arya tidak ada di sampingku saat aku terjaga. Aku memeriksa ponselku dan melihat sebuah sms dari Anggoro. Untungnya belum di baca Arya. Anggoro bertanya apakah aku bersenang – senang dengan Rama dan Sony, dan apakah aku melakukannya ?? Jelas aku melakukannya dan Saat itu aku menikmatinya. Aku bangkit, mandi dan turun ke lantai bawah. Arya duduk dengan lingkaran merah di sekeliling matanya, dan sedang memberi makan Karen.

    “ Sudah saatnya kau mengunjungi seorang psikolog, semua hal ini benar – benar tidak boleh terus berlanjut, “

    Aku tidak mengatakan apapun, Arya pergi ke lantai atas dan seperti seorang Zombie aku menyuapi Karen satu sendok terakhir buburnya. Tak lama kemudian Arya sudah turun, dengan sebuah tas besar di tangannya.

    “ Aku pergi,, “

    “ Ke mana ?? “ Tanyaku dengan lembut.

    “ Ke rumah Kara dan Graha,,, “

    “ Kapan kau akan kembali ?? “

    “ Aku belum tahu, “ katanya dengan suara sedih. “ Aku belum tahu verza... “

    Aku berjalan menuju pintu depan sambil menggendong Karen. Arya mencium Karen, berkata “ Aku akan meneleponmu,, “ Arya masuk ke dalam mobilnya dan melaju pergi tanpa menengok lagi.

    Karen mencium dan memelukku. Aku memberitahunya bahwa diriku sudah berbuat nakal.

    “ Papah minum banyak bir dan mengemudi mobil hingga kecelakaan,,,,,,,,”

    “ Vather marah pada papah ya ?? “

    “ Ya............ “

    Kami berpelukan erat- erat , dengan lembut aku menyayikan lagu kecil kami sendiri.

    “ Papah dan Karen hidup bahagia bersama – sama,, Mereka adalah kawan baik,, semua orang bisa melihatnya,,, Papah dan Karen hidup bahagia bersama - sama,, Mereka adalah kawan baik,, semua orang bisa melihatnya,,,”

    Aku menelepon Chandra dan berkata bahwa aku sedikit terlambat. Aku mengantar Karen ke rumah Mamah dengan menggunakan motor. Dari rumah mamah aku menuju bengkel, tempat di mana mobilku kemungkinan akan menghabiskan waktu beberapa bulan ke depan. Dan aku tidak akan mendapatkan SIM ku sampai aku disidang, jadi perbaikan mobil itu tidak terlalu banyak berpengaruh.

    Aku kaku ketakutan saat melihat kondisi mobilku. Sisi pengemudinya kelihatan seperti digasak mobil lain di tanah berumput,

    “ Saya takjub Anda bisa keluar dari situ “ kata montir , menggelengkan kepala.

    Sementara petugas asuransiku berdiri disamping montir, dan berkata bahwa asuransi secara alamiah menolak untuk membayar kerusakan yang diperkirakan sekitar Delapan Puluh Lima Juta Rupiah, mengingat ada minuman keras yang terlibat. Ia berusaha membujuk perusahaan leasing agar mempertahankanku sebagai pelanggan. Dan ia juga mengatakan bahwa ia berpikir betapa bodohnya diriku. Aku berkata aku sepakat dengannya. Si Montir terkekeh.

    Rama ada di kantor. Aku bertanya apakah ia mau bersenang – senang. Aku memberitahunya perihal kecelakaan dan soal Arya. Wajah rama benar – benar berubah pucat. Kemudia Rama pergi ke toilet dan tinggal di sana selama beberapa saat. Anggoro menelepon. Rama menceritakan kabar terbaru kepadanya. Anggoro menelepon hanya untuk mencaci maki diriku.

    “ Kalau saja aku tahu kau mengendarai mobilmu,, aku sendiri yang akan membuang kuncimu ke got, dasar haram jaddah tolol,, Apa sih Za yang terjadi denganmu ?? “

    Aku menceritakan Chandra soal kecelakaan tersebut.

    “ Pasti Arya mengamuk..... “

    “ Ia pergi pagi ini............”

    “ Ya Tuhan,,,,,, Verza.... “

    Beberapa saat kemudian aku mendapatkan pesan dari Rama

    “ Seharusnya kita tidak melakukan apa pun yang kita lakukan kemarin, aku menyadarinya pagi ini betapa kelewat batasnya perbuatan kita akibat pili – pil dan minuman itu. Aku tidak berani menunjukkan wajahku di hadapan Arya lagi. Aku marah kepada Sony, Kepadamu dan kepada diriku sendiri. Dan aku khawatir mengenai dirimu verza. Kau benar – benar butuh bantuan, Za. Aku tidak menyalahkanmu, tapi kau harus menemui seorang psikiater. Kau tidak akan melalui semua ini sendirian. Mungkin kau bisa mengajakku bersamamu. “

    Sedikit theresome cukup untuk menyakitimu. Aku menghapus pesan tersebut sambil mendesah. Satu omelan lagi tentang pergi menemui psikiater. Jangan katakan apapun. Memangnya apa yang akan kukatakan kepada mereka ?? Bahwa aku mengalami kecelakaan mobil saat mengendarai mobil dengan kecepatan lima kali melewati batas karena aku mengemudi seperti seseorang yang sungguh – sungguh tolol, saat pendamping hidupku meneleponku saat aku meniduri sahabat ku yang juga mantanku dengan pacarnya, dan secara kebetulan Rama juga merupakan teman baik Arya, dan ini terjadi karena malam sebelumnya aku bertengkar dengan kekasih ekstra pernikahan yang masih sering aku tiduri terlepas dari janji yang kubuat kepada Arya bahwa aku tidak akan pernah berselingkuh lagi hingga Arya meninggal. (Arya mengidap kanker, sebenarnya ia tidak akan lama lagi hidup),, Jadi apa yang harus kulakukan, ??Apakah aku mengakui semua ini kepada Arya, saat kami membicarakannya nanti.
  • DUA PULUH DUA

    Setelah tiga hari, empat jam dan dua puluh tiga menit Arya meneleponku.

    Arya mengatakan bahwa ia akan pulang sore ini. Nada suara Arya masih kasar, tapi paling tidak ia menghubungiku. Aku membiarkannya membentakku tanpa aku membalas mengatakan apa pun. Jika orang mencukurmu dengan silet yang sanggup menggorok lehermu , kau cenderung tidak akan terlalu banyak bergerak. Dan aku masih merasa malu sehingga aku hampir menunggu – nunggu sikap bermusuhan Arya. Dengan sengaja aku mengorbankan harga diriku, dan setelah setengah botol Vodka tadi malam, aku sanggup menangani cawan beracun yang disampaikan lewat telepon.

    Vodka itu dari Chandra, mendadak ia muncul di depan rumahku. Di kantor kami tidak mengungkit – ungkit lebih jauh kecelakaan itu. Tadi malam aku menceritakan segalanya kepada Chandra. (Walaupun aku menyensor nama – nama dan aktivitas ku bersama Rama dan Sony). Chandra memelukku dan aku mencurahkan segalannya. Setelah tiga hari yang memalukan di rumah, di kantor polisi, di bengkel, dan di kantor aku terisak – isak di lengan Chandra.Pada penghujung malam aku merasa sedikit baikkan.

    Tidak pagi ini, Aku terbangun oleh suara rengekan Karen, aku masih pusing karena minuman dan aku benar – benar tertekan. Membutuhkan segenap upaya agar aku bisa turun dari tempat tidur, memberi Karen makan, memandikannya, mengganti pakainnya dan mengatarkannya ke rumah mamah. Kemudian aku menghubungi Rama dan memberitahunya bahwa aku tidak akan masuk kerja hari ini, dan tenggelam kembali ke ranjangku. Itu adalah permainan petak umpet aeperti yang dimainkan Karen dengan tangan yang menutupi matanya, dan berharap tidak seorangpun melihatnya. Aku tidak bisa tertidur lagi dan sekarang satu jam setelah Arya menelepon, aku bahkan semakin terpuruk. Aku khawatir apa yang terjadi pada sore ini. Aku merasa seperti seorang bocah yang dikerjai oleh seluruh murid lain di kelas dan yang terbangun dengan kesadaran bahwa hal itu akan berulang lagi, segera ketika ia berjalan menuju halaman bermain. Mungkin aku lebih baik menghabiskan waktu selama dua hari menuliskan baris – baris sebagai bentuk hukuman terhadap diri sendiri.

    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.
    Aku tidak boleh meniduri pria atau wanita lain.

    Aku melirik jam dan melihat bahwa saat ini sudah pukul setengah satu. Arya akan tiba beberapa jam lagi. Semakin dekat saat itu datang, semakin aku tidak sanggup menghadapi Arya-ku. Tapi aku benar – benar telah mengacaukan segalanya sejauh yang Arya ketahui. Arya tidak memahami hal paling awal mengenai diriku. Tak seorang pun paham. Rama marah kepadaku. Tak lama lagi Chandra juga, karena aku menelepon untuk meminta cuti sakit hari ini. Anggoro menyeburku haram jadah. Dan setelah tiga hari menghibur Arya, Graha dan Kara tidak akan memikirkanku dalam cara yang menyenangkan, begitu menurut dugaanku. Bahkan Ridhy pun mengamuk, dan ia tidak mengetahui apa yang diketahui orang lain. Oh,,,, Yeah,,,, dan aku menganggap diriku orang brengsek juga. Aku merasa bersalah, teler, sengsara, marah, gelisah, tertekan, egois, lemah, jahat, dirugikan, tidak sopan, hipokrit, diremehkan, kewalahan, hancur, tidak bermoral, asosial, disalahpahami, pengecut, penuh kepalsuan, dan tidak bahagia. Singkatnya segala sesuatu tidak berjalan baik.

    Aku menghela nafas dalam – dalam dan berbalik di tempat tidurku. Aku pergi ke toilet. Aku kembali ke tempat tidur. Aku bangkit dari tempat tidur. Aku menatap keluar jendela. Aku kembali ke tempat tidur. Aku berbaring terlentang. Aku berbaring menelungkep. Aku bangkit dari tempat tidur. Aku mengambil satu gelas susu di dapur. Dan kembali ke tempat tidur. Dua belas menit sebelum pukul dua siang, aku berbaring menyamping ke kiri. Aku menangis. Aku berbaring ke kanan. Ke kiri Ke Kanan. Telentang. Aku menelepon Ridhy.

    Ridhy Berang.

    “ Apa – apaan mas tidak meneleponku sebelumnya ?? Aku menghabiskan tiga malam terakhir dengan melolong dan menunggu telepon atau sms dari mas !! “

    Aku memberitahunya bahwa aku pergi ke kemang dan mengalami kecelakaan saat aku mabuk berat. Ridhy ketakutan.

    “ Apa!! Dasar Mas Verza Idiot,,,,,!! Apakah kau terluka mas ?? “

    “ Tidak............”

    “ Alhamdulliah,, “ Ridhy mendesah. Ridhy adalah orang pertama yang mengatakan sesuatu yang menyenangkan hari ini.

    Drama sebenarnya dari insiden ini agak berkurang saat kau meninggalkan Rama dan Sony dan sedikit tentang Arya yang meninggalkan rumah. Aku menyadarinya.

    “ Arya pergi tiga hari yang lalu dhy... “

    “ Apa !! “

    “ Ia berang karena kecelakaan dan minuman keras, dan karena seharusnya aku sudah ada di rumah beberapa jam sebelumnya...... “

    “ Mas benar – benar bajingan yang sulit dipercaya,, Masa dapat bersikap manis, tapi cara mas memperlakukan orang – orang belakangan ini sungguh bukanlah suatu yang normal,, mengapa kau tidak pergi dan menemui psikiater ?? “

    “ Kau jangan ikut – ikutan !! Tidak !! Aku tidak akan menemui psikiater !! “

    Ridhy terdiam.

    Kemudian Ridhy bertanya, “ Apakah aku pernah menyebut Rika ?? “

    “ Tidak, siapa itu ?? “

    “ Rika adalah sahabatku, dia mampu memberikan sebuah nasihat yang baik untuk menyelesaikan masalah,, “

    “ Bagus untuknya....”

    “ Ia mungkin dapat membantu mas.. “

    “ Aku tidak percaya dengan hal – hal seperti itu,,, “

    “ Memangnya kenapa mas tidak percaya, kita memang harus percaya sama Tuhan,, “

    “ Tidak, tapi apa gunanya nasihat itu ?? Apakah aku harus menanyakan jenis vodka mana yang aku pilih ?? “

    “ Tertawalah sesukas mu mas, tapi aku akan tetap mengatakannya,, “

    “ kalau begitu baiklah,, “

    Ridhy mengabaikan kesinisan k.

    “ Mas mungkin menganggapnya payah, dan mungkin mas memang tidak menyukai hal seperti itu, tapi Rika mempunyai bakat. Ia bukan penyembuh, dukun atau sesuatu seperti itu, ia bukan guru. Ia hanya sahabat ku. Ia memiliki bakat secara spiritual dan memanfaatkannya untuk membantu orang – orang. Memberi mereka jawaban atas pertanyaan – pertanyaan penting mengenai kehidupan,,,,,,,,”

    “ Bagaimana. Ia dapat mengetahui jawabanya kalau begitu ?? “

    “ Jawaban – jawaban itu datang melalui dirinya,, “

    “ dari Siapa ?? “

    “ Dari dunia roh,,,,,,, “

    “ Kau pasti tidak serius,, “ Aku berpura – pura cuek, namun cara Ridhy mengatakannya membuatku tertarik. Aku tidak tahu apa sebabnya.

    “ Kalau mas mau, aku bisa mengirimkan nomor nya,, “

    “ boleh,,, “ mulai tidak acuh...

    “ Semoga beruntung sore ini,,,,,,, “

    Pesan singkat Ridhy

    “ Rika,,, 0813000786,, Hubungi ia sekarang,,, “

    Aku memandangi nomor di layar selama sesaat, mengangkat bahu, dan menyimpannya di ponselku. Demi alasan keselamatan aku menghapusnya dari ponsel, tidak menyimpannya. Namun aku menuliskan nomornya di salah satu buku agenda kerjaku. Aku tidak suka harus menjelaskan kepada Arya siapa Rika itu, bagaimana aku memperoleh nomornya, dan fakta bahwa Rika bukan seseorang yang pernah kutiduri.

    Aku mendengar pintu depan dibuka. Arya masuk, meletakkan tasnya, menanggalkan jaketnya, dan berjalan lalu duduk di meja makan.

    “ Apa kau mau kopi ?? “

    Arya menggelengkan kepala.

    “ Aku mau buat kopi, kau yakin tidak mau sayang,, “

    Aku merasakan matanya mengikutiku saat aku membuat kopi untuk diriku sendiri.

    “ Chandra meneleponku pagi ini,, “ Arya berkata ,,, “ Ia bilang kau benar – benar kacau, dan kau menelepon untuk cuti sakit hari ini,,,,, “

    “ Emmhh,, Yeah,, “

    “ Dengar Verza. Aku merasa dikhianati olehmu. Dan Kara serta Graha benar – benar sepakat,, “

    “ Hei,,, aku tidak menyangkannya,, “ aku menggumam.

    “ Akan sangat menyenangkan kalau kau mau menghargai teman – temanmu. Asal kamu tahu Kara membelamu. Kara memberitahuku bahwa jika aku yang menjadi dirimu aku mungkin telah mengeluarkan rasa frustasiku juga. “ dan sesuatu yang lain telah terjadi.

    “ Apa..... ??

    “ Tony sahabatku di komunitas Elgeka telah meninggalkan istrinya. Perempuan yang tidak pernah mau menemaninya selama kemo hanya karena ia tidak dapat menanggungnya. Istri yang berhenti diajaknya berbicara. Hal itu yang membuat ku berpikir. Kita telah melalui banyak hal bersama – sama, jadi kita bisa mengatasi yang ini juga. Semuanya telah terjadi, dan kita harus melanjutkan hidup,, “

    Aku mengangguk, sesenang anak – anak yang mendengar ibunya berkata bahwa mereka akan menjadi teman lagi.

    “ Kemarilah,,, Dasar kau bajingan,, “ Arya berkata sambil tersenyum dan menyapukan jemarinya ke rambutku.

    Aku mencium Kening Arya dan Bibirnya,, aku meminta maaf karena telah membuatnya seperti sekarang.

    “ Memaafkan itu juga bagian dari cinta..” ucap Arya sambil mencium bibirku,, dan baru kali ini Arya kembali menciumku dengan hot.
  • Mas ceritanya sudah gak berterima diakal. maaf. tetapi tetap bagi saya anda seorang pencerita yang extraordinary.
  • @Yogatantra ,, hehehehehe, kan dah aku bilang bingung,, gak gak diterima di akal yang mana mas ?? biar jadi bahan pembelajaran,,
  • Oke saya gak mengerti kalau ada orang seperti Verza yang gak punya rasa insaf padahal dalam cerita ini mas menggambarkannya sebagai tokoh yang kuat dalam self-thougt. Ada banyak moment dalam cerita ini yang seharusnya membuat seseorang berada pada posisi turning point . Kalau memang tidak, berarti verza benar mengalami gangguan jiwa, jadisaran2 temannya kalau verza harus ke psikiater bisa diterimma. Tapi sekali lagi ini gak make sense karena ibu atau mertua nya adalah seorang psikolog yg seharusnya sudah terlebih dahulu menyadari masalah ini.
    Yang kedua saya gak bisa menerima dalam kehidupan ini, ada yg sesabar seperti arya walaupun alasannya atas nama cinta. Berkali-kali menerima perlakuan yang sama dan endingnya berdamai dengan kelemahan pasangannya yang kerap berselingkuh, kecuali Arya juga tidak sehat dalam mental atau psikisnya juga.
  • edited September 2013
    DUA PULUH TIGA

    Aku takut hal seperti ini bakal terjadi.

    Minggu ini aku sudah tiga kali bertanya kepada Arya apakah lebih baik baginya menginap di rumah kara atau di rumah Mamah pada hari kami pindahan. Dengan begitu, aku bisa menyuruh orang – orang dari jasa pemindahan untuk membawa semua barang dari rumah lama kami ke rumah baru kami, mempersiapkan kamar tidur dan ruang duduk dan pada malam hari Arya akan dapat pindah ke rumah baru yang sangat rapi. Namun Arya tidak mau mendengarnya.

    Para orang – orang dari jasa pemindahan tiba dalam waktu satu jam dan Arya sedang sakit – sakitnya. Bukan berarti aku mengharapkan sebaliknya, namun tubuh Arya hanya bisa berperilaku normal sebelum setengah hari. Selama Arya tertidur, atau terbujur tidak bergerak itu bukan masalah, namun Siang itu tubuh Arya memprotes dalam cara yang efektif yang tidak biasa melawan pembuangan energi, Arya langsung memuntahkan apa pun yang dikonsumsinya selama beberapa jam lalu. Arya sudah muntah di toilet tiga kali selama satu jam terakhir.

    Aku menunggu sampai para pemidah datang, memberi tahukan bahwa kopinya sudah diseduh dan aku akan menawarkan makan siang. Dalam keadaan seperti ini aku sungguh kerepotan, aku selalu di samping Arya dan membawa ember muntahnya. Aku membantu Arya berpakaian, mengantarkannya ke mobil, melesat kembali ke lantai atas, mengambil bantal, selimut, dan sebuah ember dari kamar tidur. Kami menuju rumah baru kami, aku mengemudi mobil Arya dengan berhati – hati, menghindari tikungan tajam dan gerakan tiba – tiba. Sesampai dirumah baru aku berlari dengan bantal dan selimut menuju kamar kami, bersyukur kepada Tuhan dan Toko ranjang yang mengirim tempat tidur kami tepat waktu, aku bergegas kembali ke mobil dan dengan menggendong Arya menuju kamar. Aku membantunya melepas pakaian dan membaringkannya di tempat tidur. Disanalah Arya terbaring, sepotong kehidupan, berat badan Arya turun drastis hingga di bawah lima puluh kilogram, pucat seperti orang mati, tersenyum melihat diriku.

    “ Sayang aku akan tidur di rumah baru ini, kau bisa melanjutkan urusan pindah rumah ini,,, “ Arya berkata sambil cekikikan.

    Aku meledak dalam tawa,, Oh,, Tuhan sungguh aku merindukan selera humornya.

    Menjelang sore Mamah datang untuk membantu aku menjaga Arya. Mamah menyarankan kembali agar mbok meni tinggal disini setelah melihat yang terjadi hari ini. Arya akhirnya setuju agar Mbok Meni di rumahku untuk membantu kami berdua.

    Hari berikutnya Mbok Meni telah tiba. Aku menyadarinya bahwa kami dan Arya membutuhkannya. Arya sekarang senang Mbok Meni sudah dirumah, sebelum adanya Kemo LV Arya selalu berkata bahwa aku dan dirinya dapat mengurus rumah kami berdua. Sekarang setelah Kemo LV berjalan ia mengatakan butuh seorang yang dapat mengurus rumah. Karena Mbok meni sudah lama mengurus Arya sejak kecil, maka kami tidak kesulitan.

    Adanya Mbok Meni telah membuatku menjadi lebih fleksibel dari pada sebelumnya. Pada akhir pekan Mbok Meni mengambil alih giliran jaga pagiku, dan pada malam hari setelah Arya tertidur setelah menenggak dua tablet tidur, Mbok Meni menjaga Karen di rumah. Dan kemudian aku dapat pergi menyelesaikan segala urusan di kantor, atau berhubungan seks dengan Ridhy.

    Ketika Arya merasa baikkan, Arya selalu penuh dengan cinta akan kehidupan. Minggu ini misalnya, Arya tak sabar menanti makan malam bersama Graha dan Kara. Aku merasa tidak setuju dengan hal itu, karena aku melihat Arya walaupun baikkan tetap saja aku bisa melihat bagaimana kondisi tubuhnya. Menjelang berangkat Arya drop, namun ia tetap ingin pergi. Dalam kasus seperti inilah aku akan bahagia memiliki pasangan hidup yang memilih untuk tetap tinggal dirumah saat Ia merasa tidak sehat. Namun, sejauh yang kuketahui Arya tetap ingin pergi bahkan di saat dirinya sudah meninggal dan dikuburkan.

    Aku belum berbicara dengan Graha sejak kecelakaan. Saat aku sampai di rumahnya aku hampir tidak berani menatapnya, Arya berjalan di depan ku menuju ke dalam rumah Graha dan kara. Graha menarikku ke pinggir.

    “ Jangan bicarakan apa pun soal Bandung itu,, oke !! “ Graha berbisik dengan gugup.

    Aku memandangnya sepolos mungkin.

    “ Sesuatu yang kulakukan bersama Rama,,,,,” Graha menyebut nama itu seolah – olah ia sedang membicarakan kecoa, namun raut wajahnya mengkhianati fakta bahwa ia masih menyimpan gambar malam itu di dalam kepalanya. Sebuah senyuman tampak diwajahnya. Aku membuat gerakan dengan tanganku seolah – olah aku mengunci mulut dan menelan kuncinya. Kilatan mata Graha memperlihatkan kedap – kedip ke arahku. Jadi lihatlah, manfaat – manfaat perselingkuhan disepelekan, dan ini membuatmu lebih toleran terhadap hal itu.

    Kara dan Graha telah melakukan segalanya yang mereka bisa untuk membuat hal – hal berjalan menyenangkan bagi kami. Arya dan Aku. Bukan dengan ucapan, bukan dengan sentuhan seperti Chandra, tapi dengan cara mereka sendiri. Dengan tidak mengungkit – ungkit kecelakaan. Kemarin Chandra membawakanku Vodka dan sebotol jus jeruk nipis saat aku butuh seseorang yang dapat mendengarkanku. Dan sekarang Kara sungguh bekerja kerasdi dapur untuk kami hari ini, Kara ingin memanjakan kami malam ini, katanya. Arya tidak menyebut – nyebut fakta bahwa dirinya muntah sepanjang hari, dan Arya pun ikut makan bersama kami. Setelah hidangan pembuka Arya pergi ke kamar mandi. Di kamar mandi Ksudah makanan pembukanya. Setelah hidangan utama, Arya pergi ke kamar mandi dan memuntahkannya juga. Begitu pula dengan hidangan penutup, Arya ke kamar mandi memuntahkan makanan pencuci mulutnya.

    “ Terimakasih banyak,, Sayang,, Aku menikmati malam ini,, “

    Graha tiba – tiba memeluk Arya, dan selama sesaat kupikir ia tidak akan pernah melepaskannya. Saat kami melaju pergi, aku melihat Graha mendekap Kara erat, dan menghapus air mata dengan satu tangannya yang bebas.

    Tony yang merupakan sahabat dekat Arya di komunitas Elgeka meninggal. Arya benar – benar kelabakan. Tiga minggu lalu, Tony mendengar bahwa tidak ada gunanya melanjutkan kemonya, dan sekarang Tony meninggal. Tony tidak pernah menemui mantan istrinya lagi sejak perceraian mereka. Perempuan itu akan dapat melihat Tony sekali lagi sebelum dikuburkan.

    “ Setidaknya mereka tidak akan bertengkar,, “ Kata Arya tersenyum lebar.

    Arya bilang Ia akan pergi kepemakaman, Saat aku menanyakan kapan Tony dimakamkan, aku panik. Hari Selasa depan adalah hari ulang tahun aku. Ini merupakan Ulang tahun ku kedua secara berturut – turut sejak adanya tanda – tanda kanker. Dan pastinya yang terakhir, walaupun aku berharap itu bukan yang terakhir. Di saat hari ulang tahun ku esok, Arya justru ingin pergi ke upacara pemakaman Tony. Rasanya seperti pergi menonton pra-pertunujukan pemakaman Arya.

    “ Apakah menurutmu itu mungkin,, kau sudah mengujungi rumah Tony hari ini,, Mungkin dengan kau datang ke pemakaman Tony akan membuatmu berat untuk menghadapinya ?? “

    “ Apakah kita tidak bisa merayakan ulang tahun pada hari Minggu ?? Tak seorang pun akan datang di hari selasa, dan acaranya hanya beberapa jam,, “

    Aku mencoba untuk tidak menunjukkannya, namun Arya melihat bahwa aku tidak senang dengan hal itu.

    “ Kupikir aku bertindak tak adil kepada Tony jika tidak hadir,, “

    “ Tapi apakah akan adil bagi Aku, karen dan dirimu sendiri sayang ?? “ Aku tak dapat menahan diri, kata – kata itu terlontar begitu saja.

    Arya tidak menjawab, melihat raut wajahnya aku tahu Arya sedang berpikir. Sebelum tidur aku melihat Arya menulis di buku hariannya.

    “ Hari ini menulis apa lagi sayang ?? “

    “ Ini,, tadi aku membaca sebuah tulisan Agnes Davonar, yang menurutku pas dengan kondisiku sekarang.... “

    BAWA AKU KEMBALI

    Bila Ada Tawa Di Dunia Ini,,
    Maka Ada Tangis Disampingnya,,
    Bila Ada Keberhasilan Di Dunia Ini,,
    Maka Ada Kegagalan Disampingnya,,

    Bila Aku Bisa Memilih Antara Sekarang dan Masa Lalu,,
    Aku Akan Kembali Ke Masa Lalu,,
    Masa Dimana Aku Masih Hidup Tanpa Rasa Sakit,,
    Masa Dimana Aku Masih Bisa Menangis Karena Haru,,
    Bukan Karena Kesedihan Melihat Tangis Orang Lain,,

    Tuhan,,,
    Hidupku Mungkin Hanya Sesaat,,
    Namun Biarkanlah Menjadi Cahaya Bagi Mereka,,
    Bagi Siapapu Yang Kucintai,,
    Bawa Aku kembali,,
    Tuhan,,
    Dalam Masa Indah Itu Walau Hanya Sesaat,,

    Pada hari minggu rumah kami penuh. Teman – temanku, Teman – teman Arya, Keluarga. Mamah kelihatan terkejut saat ia masuk, aku menyadarinya. Sudah tiga minggu berlalu sejak Mamah bertemu putranya. Dengan perut yang membesar Arya terlihat seperti laku laki gendut yang kekurangan makan. Kami berdiri dan mengobrol didapur/ karen masuk dengan bangga dalam balutan gaun putri dan sayap malaikat barunya. Arya berjongkok untuk mengamatinya dengan saksama.

    “ Betapa Cantiknya,, “ Arya berkata dengan antusias kepada karen, kehilangan keseimbangannya dan terjatuh, sambil membawa Karen bersamanya.

    Karen terjatuh dan menangis,,

    “ Hati – Hati,, !! “ Aku membentak, Terperanjat,, “ kau tahu tidak ada kekuatan lagi di kakimu sekarang,, Arya !! “

    Arya merasa dipermalukan dengan kejatuhannya sendiri dan reaksiku, dan Arya mulai menangis juga. Pesta itu bukan awalan yang bagus.

    “ Apakah kalian akan bersenang – senang di hari Selasa pada ulang tahun mu ?? “ tanya Kara, menggigit kue ulang tahun rasa jeruk

    “ Arya yang bersenang – senang,, Ia Pergi ke pemakaman Tony, seorang temannya dari komunitas diskusinya,, “

    “ Pemakamannya diadakan hari Selasa ?? “

    “ Ya,, “

    Kara memberengut.

    Pada malam hari setelah pesta, Arya berkata ia tidak akan pergi ke pemakaman pada hari selasa. “ Kara membicarakannya, Aku akan meletakkan sebuket bunga untuk Tony, Aku menyukainya, Kurasa Tony akan mengerti,, “

    “ Aku yakin sekali Tony akan mengerti,,, “

    Pada hari Selasa pagi Arya ikut bernyanyi, sepenuhnya sadar bahwa akan ada banyak kebahagian hari ini. Arya melakukan itu untuk menebus rencananya pergi ke pemakaman Tony. Karen dan Aku mendapatkan sarapan di tempat tidur. Arya membuatkannya untu kami dan meminta mbok meni membawakannya ke lantai atas. Karen berseri – seri, makan nasi goreng spesial Arya yang sangat bagus penyajiannya. Aku juga memakan nasi goreng spesial Arya dan Arya dengan enggan menelan enam sendok nasi goreng, aku yang menyuapi Arya di pagi yang bahagia ini.

    Tidak ada yang berjalan mudah hari ini. Segalanya membuatku emosional. Saat Chandra mengirimkan pesan untuk mengucapkan bahwa ia bahagia karena memiliki teman sepertiku, dan ia ingin tetap seperti itu selamanya. Saat Kara mengirimkan pesan bahwa ia senang Arya dan aku merayakan ulang tahun bersama – sama terlepas dari apa pun yang telah terjadi. Dan saat Arya menyerahkan rangkaian foto – foto telanjangnya yang diperbesar, yang saat pertama kali kuambil saat pertama kami bertemu. Setelah sarapan aku melihat Arya terlihat kelelahan, merasa tidak sehat.

    “ kau harus berbaring selama satu atau dua jam,, “ aku berkata.

    “ Apakah menurutmu itu bukan perbuatan antisosial ?? “

    Aku menggelengkan kepala. “ Berbaring dan tidurlah sebentar. Aku akan pergi ke kantor sebentar, dan nanti siang aku akan pulang mengantarmu untuk menjadi narasumber di acara mu,, “

    Sebelum aku berangkat ke kantor, aku mencari karen yang sedang bermain dengan Mbok Meni. Aku pamit kepada Mbok Meni dan Karen. Lalu aku berlari ke atas sejenak. Arya telah meletakkan sebuah ember di samping tempat tidurnya. Aku melongok ke dalam dan melihat bahwa ember tersebut bersisi nasi goreng yang berhasil di telan Arya pagi ini, keluar dengan sia – sia.


    Aku berangkat ke kantor, namun aku mampir terlebih dahulu ke Mess Ridhy. Ridhy sudah menyiapkan kejutan untukku disana, Ridhy membungkus dirinya sendiri dengan pita merah, kado yang sungguh istimewa. Aku hanya berada di rumah Ridhy sekitar satu jam.

    Sesampai di kantor, aku hanya menyelesaikan presentasi laporan ku. Lalu tepat pukul setengah dua belas siang aku kembali ke rumah. Arya hari ini akan menjadi narasumber untuk kegiatan Komite Olimpiade Indonesia. Aku akan menunggu Arya di acara kegiatan itu, aku takut terjadi apa – apa karena kondisi Arya yang menurun. Sesampai di Hotel tempat acara, aku masuk ke dalam dan melihat Arya sedang presentasi. Aku kaget sungguh kaget. Aku melihat sebuah kue ulang tahun besar dikeluarkan saat sebelum Arya memulai presentasinya, Rama dan Kara yang mendorong kue ulang tahun itu,, Arya langsung menjelaskan kepada hadirin bahwa dirinya belum merayakan hari ulang tahun seseorang yang sungguh berharga dalam hidupnya secara pantas. Arya juga berkata mungkin asyik juga kalau saya bisa mengumpulkan empat ratus orang untuk bernyanyi untuk seseorang itu,, Mereka bertepuk tangan dan mulai bernyanyi.

    “ Happy birthday to you,, Happy birthday to you,,, “

    Sadar bahwa sebagian orang mungkin tidak tahu siapa yang Arya maksud,,maka dengan cepat Arya berkata ,, “ Namanya Verza,,,,,, “

    “Happy birthday dear Verza,,,,,,,,,,,,,, “

    Indah sekali, bahkan orang – orang yang tidak aku kenal ikut bernyanyi. Selagi kami semua bernyanyi, akhirnya saya biarkan diri saya menatap Arya. Aku duduk di kursi barisan depan. Aku menyeka air mata dengan senyuman kaget, aku melihat Arya yang sangat tampan.

    Begitu banyak hal yang Arya dan Aku diskusikan selagi kami berusaha menerima kenyataan akan seperti apa hidupnya setelah Arya pergi. Arya pernah berkata “ Beruntung “, sebuah kata yang aneh untuk menggambarkan apa yang terjadi dengan dirinya.

    “ Aku sungguh beruntung dengan kanker ini sayang, Kanker memberikan saya waktu untuk bisa melakukan percakapan – percakapan yang sangat penting ini dengan mu za, coba bayangkan jika aku meninggal tertabrak bus,, “

    “Happy birthday Verza,,, “

    Arya mendesak aku untuk naik panggung dan Aku mengahampiri Arya, Suatu implus alami melanda Aku. Aku rasa Arya juga. Aku berpelukan dengan Arya,, Kami sama – sama tidak berani berciuman di depan umum,, Hadirin terus bertepuk tangan dan bersorak – sorak, Kami mendengarnya, tetapi rasanya mereka bermil – mil jaraknya.

    Selagi kami berpelukkan, Aku berbisik di telinga Arya.

    “ Tolong Jangan Mati,,, Aku Berjanji Akan Berubah Sayang,, Aku mohon,,”

    Kedengarannya seperti sinetron, tetapi itulah yang aku katakan. Arya hanya memelukku lebih erat.
  • @Rendesyah, mengenai tokoh verza, aku masih bisa mengerti verza yg libido tinggi masih perlu pelampiasan, hanya saja tidak pada waktu dan kesempatan tepat, akhirnya cuma mesakiti banyak orang, termasuk ridhy, hanya demi 14 detik kenikmatan itu... Sangat di sayangkan
  • Tetap semangat berkarya ya mas Rendesyah
  • Gila ya , gw udah ga kuat baca cerita ini ..
    Serius dah semua tokoh di dalam cerita ini penuh dengan kepalsuan dan ke bohongan ..
  • Mas rendesyah tersayang, ak tdk tahu
    Aku hanya beropini
    Engkau salah satu dr tokoh d dalam cerita ini
    Salah satu tokok yg penting
    Selalu ada
    Selalu menyemangati ataupun d semangati
    Bahagia membaca cerita ini
    Dan duni itu bulat
Sign In or Register to comment.