BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Kehidupan Cinta (Antara Cinta, Kesetiaan dan Kanker) TAMAT

edited September 2013 in BoyzStories
Setelah Sekian Lama Membaca Cerita Disini,, Nyoba buat Cerita Ya,, Menurut ku mudah membuat tulisan ilmiah dari pada sebuah cerita,, hehehehe,, selamat menikmati


SATU - Verza dan Arya
DUA - Verza, Arya dan Ridhy
TIGA - ARYA

BAGIAN SATU

Verza dan Arya

SATU

Waktu perjalanan terasa menyenangkan, pikirku dalam hati ketika aku melewati pintu putra Rumah Sakit Dharmais Jakarta untuk ketiga kalinya dalam tiga hari ini. Kali ini kami menuju lantai satu, Ruang 109. Koridor tempat tujuan kami penuh sesak, ketika kami hendak membaur di tengah keramaian tersebut, seorang laki – laki uzur, yang mengenakan rambut palsu mencolok, menunjuk ke arah pintu dengan tongkat jalannya.

“ Kalian harus pergi kesana terlebih dahulu, dan beritahu mereka bahwa kalian sudah datang. “

Kami mengangguk dan dengan gugup memasuki Ruang 109. Prof. DR. dr. A. Harryyanto R, SpPD, KHOM, begitu yang tertera pada papan kecil di samping pintu, beliau adalah dokter penyakit dalam khusus hematologi dan onkologi klinik. Ruangan inilah ruang tunggu yang sebenarnya , sementara koridor tadi hanya tempat untuk menampung kelebihan pengunjung, aku bisa melihatnya sekarang. Ketika kami masuk, rata – rata usia pasien merosot drastis hingga beberapa dekade. Kami mendapat tatapan intens dan iba dari pasien – pasien lain. Rumah sakit ternyata memiliki hierarki. Jelas sekali kami adalah pasien baru disini, kami adalah wisatawan rungan tunggu, dan kami bukan bagian dari tempat ini. Namun gangguan pada sum sum tulang Arya berkata lain.

Seorang peremupan berusia 60 tahun dalam kursi roda rumah sakit, dengan tangan yang tinggal tulang berbalut kulit dan memegang kartu yang sama untuk bertemu dengan dr. Harry melihat ke kami dan mengamati kami dari atas ke bawah secara terang – terangan. Saat aku menyadarinya aku jadi berpikir bahawa aku dan arya masih muda, rupawan dan bugar melebihi nenek itu. Tidak hanya nenek itu 3 orang pasien di ruang ini melihat kami seakan akan ada yang salah dengan kami. Bahkan tak usah membayangkan selama sejenak pun mengenai kami yang menetasp disini, kami akan segera keluar dari bangsal ini secepat mungkin. Namun, bahasa tubuhku tidak mau bekerja sama dan memperlihatkan kegelisahanku. Rasanya seperti melangkah masuk ke sebuah club malam di kota kecil dan menyadari dari tatapan tatapan menghina. Arya pun saya lihat tidak merasa nyaman dengan situasi ini. Kenyataan sebenarnya yang harus kami terima bahwa kami adalah bagian dari tempat ini.

Di Ruang 109 ini juga ada meja resepsionis, seorang perawat yang duduk di baliknya tampak dapat membaca pikiran kami. Dengan cepat ia bertanya apakah tidak lebih baik jika kami duduk di ruangan kecil sebelah. Tepat pada waktunya, karena dari sudut mataku aku bisa melihat kalau teman hidup ku Arya yang menangis lagi. Benar – benar melegakan karena tidak harus berdesak – desakan di antara mayat – mayat berjalan di ruang tunggu atau koridor.

“ Pastinya merupakan pukulan hebat, kemarin lusa, “ kata si perawat ketika ia kembali dengan membawa kopi. Aku langsung memahami kasus Arya Wirasena Putra Sasongko telah mencuat dalam rapat mereka. Perawat itu menatap Arya kemudian menatapku. Aku mencoba untuk menahan diri. Seorang perawat yang baru saja kutemui tidak boleh betapa menyedihkannya diriku.
«13456719

Comments

  • DUA

    Aku seorang atlet nasional bola basket yang hedonis, Sisi hedonis di dalam diriku terpesona oleh Arya dan dengan segera terpikat dengannya (Hedonis pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan). Namun dari awal ia agak kurang senang dengan kegelisahanku akan monogami. Awalnya ia merasa simpatik terhadap hal itu dan mendapati bahwa hubunganku yang penuh perselingkuhan baik dengam wanita maupun pria sebagai sesuatu yang menggelikan dan melihatnya sebagai sebuah tantangan daripada sebuah peringatan.

    Sampai satu tahun kemudian, kami belum hidup bersama ketika ia mengetahui bahwa aku melakukan hubungan intim dengan Bagas Tyaga Wirasena , junior ku di tim basket salah satu club di Jakarta. Setelah kejadian itu, Arya langsung yakin bahwa aku tidak akan pernah setia atau berupaya untuk setia. Bertahun – tahun kemudian ia memberitahuku bahwa setelah kejadian ku dengan Bagas Ia berada pada satu titik untuk memutuskan hubungan denganku, namun menyadari bahwa dirinya terlalu mencintaiku. Alih alih ia menutup mata akan ketidaksetianku dan memperlakukan hal itu sebagai cacat karakter yang tidak akan dapat disembuhkan. Satu laki –laki yang gemar mengorek lubang hidung, yang lain mata keranjang. Seperti itulah. Hal ini memberinya perlindungan emosional terhadap pemikiran bahwa orang yang disayanginya dan menjadi teman hidupnya “ Sering menempelkan kejantanannya ke wanita atau laki – laki lain “.

    Namun bertahun – tahun kemudian ia masih mengancam untuk meninggalkan ku jika akau mengulangi hal itu lagi. Paling tidak Arya ingin memastikan bahwa di masa depan aku akan menjatuhkan petualangan rahasiaku dan dirinya. Dan itu berhasil.

    Selama tujuh tahun berikutnya kami merupakan pasangan yang paling berbahagia di belahan bumi ini. Sampai tiga minggu yang lalu, tatkala Arya meneleponku ketika Chandra dan aku sedang berjuang untuk tetap terjaga sementara seorang manajer club dan Kasino di Singapura terus mengoceh.

  • TIGA

    Orang yang pergi ke kasino adalah para lelaki China, Melayu, India dan orang orang Barat, para penipu, perempuan dalam balutan gaun viscose serta para laki – laki yang sedang mencari mangsa. Oleh karena itu tentu saja saat manajer club malam dam kasino menghubungi kami dan mengatakan bahwa mungkin ia ingin menjadi Klien kami, Aku tergila gila dengan club dan kasino.

    Kami memperhitungkan bahwa club dan kasino akan menguntungkan selama beberapa ratus jam setahun. Jadi keesokan paginya kami mengunjungi Club dan Kasino tersebut di Singapura. Sang manajer menginginkan agar kami datang dan melihat lihat emporia-nya. Kalau di Indonesia emporia itu bazar, tapi para pengunjung club dan dan kasino menyebutnya Emporia.

    Chandra mengajukan pertanyaan yang diketahuinya selalu mudah di terima oleh para klien, si Manajer berupaya memcahkan rekor dunia dalam pemberian informasi secara berlebihan, sementara aku berpura – pura mendengarkan, Ini adalah seni yang telah begitu ku kuasai. Si Klien berpikir bahwa aku merenungkan masalah pemasaran mereka secara mendalam. Sejujurnya aku memikirkan soal seks, clubbing, atau Pertandingan NBA. Kadang – kadang aku sama sekali tidak memahami apa yang baru saja dibicarakan sesoarang klien, tapi hal itu bukan masalah besar. Raut ku tampak termenung yang dikombinasikan dengan kening berkerut dan keheningan yang panjang serta menakjubkan merupakan prasyarat dalam lini bisnisku. Mereka bahkan membayarmu per jam. Selama aku tetap terjaga, itu tidak masala, demikianlah Chandra selalu berkata.

    Aku mengalami kesulitan untuk tetap terjaga hari ino. Aku sudah sangat mengantuk, hal ini membuat Chandra kesal. Tepat ketika kelopak mataku nyaris tertutup, telepon genggam ku berdering, merasa lega, aku meminta izin Chandra dan Klien untuk mengeluatkan telepon dari saku ku, Panggilan Arya.

    “ Hai Cinta, “ Kataku, barpaling dari meja.
    Kekasihku menangis
    “ Ya, ada apa ?? “ tanyaku, merasa shock. Chandra melirik ke arahku, khawatir. Sang manajer tersu meracau dengan riang. Aku membuat isyarat “ tak usah khawatir “ kepada Chandra dan mejauh dari meja.

    “ Aku di Dharmais, ini bukan kabar baik, “ Arya tersiak

    Dharmais. Aku lupa ia seharusnya pergi kesana hari ini. Dua hari yang lalu, saat ia bertanya apakah aku dapat mengurut dan melihat pinggang, karena pada malam itu Arya tidak bisa tertidur dikarenakan sakit yang luar biasa di dareah pinggangnya, dan setelah diurut justru Arya mengularkan darah kental dari hidungnya. Aku berusaha meyakinkannya bahwa itu hanya karena kelelahan Arya. Aku juga berbicara bahwa itu karena ia sering mandi malam tanpa air hangat. Aku menyuruhnya menemui dokter Raya jika mengkhawatirkan halm itu dan berhenti merasa cemas.

    Aku sangat menyedihkan ketika berurusan dengan berita buruk, dan dengan seketika berusaha meyakinkan diri sendiri serta orang lain bahwa segalanya akan baik baik saja. Seolah olah aku malu, atau apa pun, bahwa terkadang beberapa hal mengerikan terjadi tak terbantahkan, tak memiliki jalan keluar dan tak dapat dielakkan. Aku pernah mengalaminya.

    “ Dengar Honey, ceritakan dengan tenang apa yang mereka katakan, “ kataku ke Arya, berhati – hati menghindari kata dokter karena Chandra ada di dekatku.

    “ Ia tidak tahu dengan pasti, ia hanya memintaku untuk melakukan pemeriksaan sum sum tulang dengan biopsi “

    “ Hmm.......” aku berkata, sebuah kometar yang anehnya pesimistik untuk ukuranku. Arya menanggapinya sebagai tanda bahwa ia seharusnya mulai merasa panik.

    “ Sudah kuberitahu pinggangku terasa sangat sakit dan panas dan aku sering mimisan. “ Arya berteriak, suaranya pecah. ‘ Sialan , aku tahu itu bukan hal yang baik!!”

    “ Tenanglah sayang, kita belum mengetahuinya secara pasti, ‘ aku berspekulasi . “ Apakah kamu menginginkanku datang dan menemanimu ?? “

    Arya berpikir beberapa saat, “ Tidak, tak ada yang dapat kau lakukan, mereka kan mengambil darah, dan aku harus memberikan urinku dan mereka akan menetukan kapan aku biopsi, seperti kaali terakhir ingat kan ?? “ Ia kedengaran lebuh tenang sekarang ini, membicarakan masalah masalah praktis menolongmu menekan emosi mu. “ Akan sangat menyenangkan kalau kau mau menjemput Karen dari rumah mamah, aku tidak akan pergi ke rumah mamah, aku tidak sanggup muncul disana dengan wajah sedih, Ku harap kau benar kembali nanti malam, aku akan kembali nanti pukul delapan, apa yang kita makan nanti malam sayang ??
    ‘ (Karen adalah anak dari kakak sepupu Arya, karena sang Ibu memilih kerja untuk menjadi chef Profesional di Spanyol setelah perceraian dengan kakak sepupunya Arya, sebenarnya hak asuh ada di ibunya, tapi sang ibunya tidak mau,dan ketika Karen dibawa ke rumah oleh kakak sepupunya untuk dirawat mamah, justru mamah yang menawarkan agar Karen dirawat kami berdua. Setelah hari itu Karen bagaikan seberkas cahaya matahariku yang mungil)

    Aku tak dapat menahan tawa, kami tidak pernah meributkan soal makanan, kami adalah jenis pasangan yang hanya ingat pada menit menit terakhir di malam hari bahwa kami harus benar – benar makan sesuatu, dan biasanya kami akan kaget ketika tak ada satu pun yang bisa makan dirumah, selain satu laci penuh makanan balita untuk Karen. Teman – teman kami yang mengetahui kami hidup bersama sering menggoda kami tentang berapa banyak pengeluaran mingguan hanya untuk Pizza Hut, Kedai Masak atau toko makanan di pinggir jalan kamu.

    ‘ Kita akan atasi masalah makanan ini, Pastikan saja kau pulang cepat sehingga aku bisa memelukmu, dan mungkin semua akan baik baik saja. Pesawat ku jam 3 sore waktu Jakarta,, Jadi jam 7 malam aku sudah di rumah bersama karen “ Aku berkata seringan mungkin dan menutup telepon. Namun punggung ku basah kuyup oleh peluh. Sesuatu memberitahu kami bahwa kehidupan kami baru saja mendapatkan pukulan. Aku memandang lurus kedepan , pasti ada hal positif mengenai hal itu. Nantinya kami akan menuliskan semuanya dengan tenang dalam daftar. Melihat sisi baiknya. Sesuatu yang dapat kami gunakan untuk menenangkan Arya, yang berdiri di sana di rumah sakit mengerikan itu sendirian.

    Kemudian aku menarik nafas dalam – dalam dan berjalan kembali ke meja Chandra yang duduk bersama Manager Club dan Kasino , yang baru saja memulai membahas masalah masalah yang terjadi ketika mengubah pengunjung untuk pertama kalinya menjadi konsumen reguler.
  • EMPAT

    Chandra Kanaka Kusuma adalah sahabat aku yang juga merupakan partner kerja di kantor ku, kami berdua bekerja di salah satu perusahan konsultan manajeman ternama yang didirikan oleh pakar marketing dunia yang berasal dari Indonesia yang juga merupakan salah satu dari 50 Guru marketing di dunia. Pekerjaan menjadi konsuntan manajeman ini aku lakukan ketika karir ku di dunia basket sudah redup, dari usia 15 tahun aku sudah dipercaya memperkuat Tim DKI Jakarta untuk mengikuti PON atau Kejurnas, hingga akhirnya ketika usia ku 28 tahun menyatakan gantung sepatu dari dunia basket akibat cedera lutut yang tidak sembuh. Disaat aku mengundurkan diri aku mendaftarkan diri untuk melanjutkan studi Master of Business Adminstration di Jerman, cukup 1 tahun 6 bulan aku menyelesaikan studi ku dan sampai hari ini aku diterima di salah satu perusahaan konsultan manajeman.

    Sementara Arya Wirasena Putra Sasongko adalah seorang atlet nasional Baseball Indonesia, diusianya yang masih muda 20 tahun ia mampu menjadi bintang pada masa itu, hingga akhirnya ia pensiun di usia muda sebagai atlet karena cedera yang membuatnya fokus kepada kuliahnya. Saat ini Arya berprofesi sebagai peneliti di bidang Perdagangan, Manajeman, Pariwisata dan Jasa dengan fokus penelitian Bisnis dan Manjeman Olahraga di salah satu Kementerian/Lembaga Pemerintah di Indonesia. Sebagai peneliti Arya juga memiliki prestasi yang cemerlang,, ia memelih mengambil Beasiswa Master dan doctor of Businnes Adminstration in Sport Managemant di kampus ku di Jerman.Program Master di selesaikan dalam kurun waktu 9 Bulan, sementara gelar doktor diraih dalam usianya 27 Tahun. Arya sangat serius dengan bidangnya karena ia memiliki cita cita untuk menjadi Prof Riset di usia 35 Tahun.

    Arya bisanya sangat jengkel dengan dunia kecil yang terkotak kotak, “ Dipenuhi ego – ego melambung yang berpikir bahwa diri mereka sendiri lebih hebat dari pada klien – klien mereka, rekan – rekan sejawat mereka dan Tuhan, “ demikian ia dulu berkata. “ Berusaha bersikap kreatif, padahal yang mereka inginkan adalah hanyalah mengendarai mobil mahal dan menghasilkan segepok uang “. Dalam waktu dua tahun menjadi peneliti ia telah berhasil memasukan 4 penelitian ke dalam Jurnal Internasional. Arya adalah peneliti ilmu sosial, jadi sudah harap maklum kalau aku sering ditinggal ia, Ia sangat menikmati sekali karirnya menjadi peneliti “ Sangat menyenangkan, eh ? “ Arya berkata setiap dirinya mendapat proyek penelitian ke daerah.

  • LIMA

    Aku memarkir Jeep wrangler di seberang rumah kami di selatan Jakarta, aku dapat melihat honda jazz putih empat puluh lima meter didepanku, itu berarti bahwa Arya sudah ada dirumah. Aku menggendong Karen keluar dari mobil, berjalan menuju pintu depan, menarik napas dalam – dalam dan membuka pintu, kegugupanku melebihi kegugupanku yang kurasakan saat final SEA Games Cabang Bola Basket.

    Itu tampaknya seperti sebuah malam yang sungguh sungguh normal. Pada saat Karen melihat Arya, gadis itu tersenyum lebar, wajahnya hampir terbelah dua. Arya mengucapakn “ KAAAAAREEEENNNNNN ! “ berpanjang panjang seperti biasa, memasang mimik konyol menirukan gaya berlari Karen yang sangat luchu dan berjongkok untuk memeluknya. Karen menjawab “ VATER ! “ (Vater - Ayah dalam bahasa Jerman) dengan sangat riang. Malam ini adegan itu menyentuh perasaanku melebihi biasanya.

    “ Hai Cinta, kataku saat Arya berdiri, dan seperti biasa aku mencium bibirnya. Kami berpelukan dan segera saja ia memulai menangis. Selamat tinggal malam normal. Aku mendekapnya erat dan melihat kekosongan melalui bahunya. Aku memberitahunya bahwa segalanya akan baik – baik saja, seperti yang terjadi enam bulan lalu. Itu hal yang terbaik yang bisa kuucapkan hari ini.

    Saat Arya melucuti pakainnya di kamar tidur, aku menatapnya dari belakang. Kali pertama aku melihatnya telanjang, aku melongo, mulutku terbuka , menatap tubuhnya. Aku tergagap bahwa aku belum pernah meniduri siapa pun dengan tubuh seperti itu. Ia tertawa dan berkata bahwa dirumah ku dulu, pada awal malam itu , ia telah menyadari bahwa diriku yang tak bisa memalingkan pandangan dari tubuhnya dan kejantanannya dibalik celana Boxer yang ia pakai. Setelah ia pensiun dari atlet memang tubuhnya tidak sebagus dulu, namun aku masih menganggap dia itu sangat indah. Arya tetap dapat merangsangku hanya dengan melucuti pakaian dengan badan yang indah. Setiap malam adalah pesta pora, Hidup bersama Arya selalu merupakan pesta pora bagi tubuh dan jiwaku.

    Ia naik ke tempat tidur dan aku menekan tubuhnya ke tubuh ku. Kami mulai berciuman, aku dapat melihat dari gerakannya bahwa ia terangsang. Aku mulai mencumbunya,, leher, putingnya,, dada, perut hingga aku manjakan kejantanannya. Sekarang ia yang mulai memanjakan aku,, ketika aku bilang aku ingin orgasme, dengan cepat ia memintaku memasukan kejantanannya didalam anusnya, dia paling suka ketika aku memangku dirinya dan lalu ia berbisik “ Lakukan Sekarang “. Kami bercinta dengan liar. Ia merasakan bahwa aku akan orgasme , kemudian berkata dengan tatapan mendamba “ Ayolah sayang, keluarkan di dalam “ dan dengan dorongan keras terakhir pertahananku runtuh, ia mengigit bibirku agar tidak mengeluarkan suara yang bisa membangunkan Karen di kamar sebelah. Segera setelah aku orgasme, ia mulai mengis lagi.

    “ Ayolah Sayangku, “ bisikku. Aku mencium bibirnya lalu keningnya dan tetap tinggal di dalam dirinya selama beberapa menit. Lagi.

    “ Ulang tahunmu minggu depan, “ katanya kemudian ketika aku memadamkan lampu. “ Mungkin itu saat terakhirku merayakannya.”
  • Wah ga yg baru lgi nih......lanjuuuooottt
  • Semoga suka akan tulisannya mas @Syeoull
  • hai, mana ts nya nih? slm knal dlu. q udh bca critanya. blh komen kn d sni?

    jd akhir2 ini byk bgt kn d bf muncul crita2 bru. nah bs di blg ini slah stu crita yg buat aku betah baca dari awal smpe akhir. gmna ya? klo menurutku, cara km nyampein udh asik, kbykan emang berupa narasi tp g klise kalimatnya , ckup buat nunjukin klo km kreatif bgt nyusunnya.

    cman ya emg perlu byk bgt yg musti di benerin. klo blh ksih saran, teliti dlu sblm upload. soalnya typo byk bgt di sana sini, bbrapa kta penggunaanya kurang tepat, n kdang bbrapa kalimat ngingetin q sma google translate. lol

    tp sec kseluruhan ttp menarik buatku.

    *ps: yg ini mslah sleraku. q emg suka narasinya, kec narasi sex nya. klo km emg mw nunjukin sex nya, lbh baek g sec vulgar. soalnya nyesuain sama yg atas2, jd agak kget trnyta km mlah pake bhasa vulgar.
  • edited August 2013
    dopost deleted
  • edited August 2013
    dopost deleted
  • @totalfreak salam kenal juga Prof ,, hehehehe,, terimakasih sangat masukannya,, masukan yang sungguh berarti,, akan saya perbaiki,, silakan dikritik,, karena ini baru sebuah awal pasti banyak sekali kekurangannya,, kalau yang ahlinya saja bilang menarik cerita ini sudah membuat saya senang
  • ENAM

    Jam sudah menunjukan pukul 03.30 dan aku belum bisa memejamkan mata. Aku bingung untuk memberi kabar buruk lagi kepada sahabat, keluarga ku dan keluarga Arya bila itu nanti terjadi. Rasanya kami membohongi mereka enam bulan yang lalu, ketika mengatakan bahwa hal itu merupakan alarm palsu. Sekarang kami akan tertawa dalam ketidakpastian, hingga waktunya biopsi jumat minggu depan. Yapz sepuluh hari lagi, sepuluh hari sialan menunggu biopsi. Mereka tidak dapat melakukan lebih cepat lagi , kata dr Harry kepada Arya, dan sepuluh hari tidak akan banyak membuat perbedaan, ia meyakinkan kami. Ketika aku mulai mencemaskan mengenai hal itu seperti pada dini hari ini, Arya mendampratku dengan kesal “ Memangnya apa yang harus ku katakan VERZA MAHAWIRA ADITYA ?????? Bahwa aku akan melakukan biopsi itu sendiri ?? dan kau ke Singapur ?? “ Aku menutup mulutku rapat rapat sejak saat itu.

    sudah lewat enam bulan kami dengan dr Harry, dan jika ditotalkan aku hanya pernah melihatnya selama sekitar setengah jam. Namun aku dapat melihat wajahnya dengan jelas di hadapanku. Kurang lebih Enam puluh lima tahun, rambut kelabu yang khas, dibelah pinggir, berkacamata bundar, jaket putih. Enam bulan yang lalu mimpi buruk

    seperti itu berlangsung kurang dari satu minggu. Semuanya dimulai dari kunjungan Arya ke dokter Raya, dokter itu merekomendasikan agar kami mengadakan pemeriksaan lebih detail ke Rumah Sakit kanker Dharmais, dirumah sakit ini kami menemui dr Harry , ia mengadakan pemeriksaan dan memutuskan bahwa Arya harus menjalani biopsi. Hal itu membuat kami lebih takut lagi. Bukan berarti aku mengetahui apa itu biopsi, namun jika kau pergi dan melakukan sesuatu di rumah sakit dan mendengar istilah bidang kesehatan yang belum pernah kau dengar itu berarti kabar buruk.

    Saat berbaring didalam kamar sebelum biopsi, aku berusaha untuk tidak membiarkan Arya menyadari bahwa di dalam lubuk hatiku aku menangis. Pada malam itu aku telah melihat di dalam matanya bahwa ia sangat ketakutan. Dan aku benar benar memahaminya.

    dr. Harry “ Sel –selnya dalam darah meningkat, namun belum terjadi terjadi pembengkakan getah bening, dan tim kami tidak dapat mengetahui secara pasti apa itu “. Aku ingat ia tidak mengucapkan kata – kata itu sebelum kami berdiri. Betapa leganya kami, tak sabar untuk segera menjauh, menjauh, menjauh dan menjauh dari rumah sakit dan kembali ke kehidupan bahagia kami dengan riang sesaui dengan apa yang kami rencanakan. Begitu berada di dalam mobil, kami pun langsung berpelukan. Dengan riang aku menelepon orang tua Arya dan orang tua ku, tak lupa aku memberitahu Chandra. Ia Sehat.

    Apakah seharusnya kami mendesak dr Harry mengenai tidak mengetahui secara pasti apa itu ?? Apakah seharusnya kami bersikeras untuk mendapatkan opini kedua dari rumah sakit lain ?? Bukankah pada akhirnya, itu adalah kesalahan kami ?? Bukankah kamilah yang membiarkan diri kami sendiri terperdaya ?? Bahwa kebahagian dan kelegaan Arya cukup masuk akal, tapi bukankah seharusnya aku bersikukuh untuk mendapatkan jawaban, bukankah seharusnya aku mengotot untuk melanjutkan pemeriksaannya sampai ia tahu pasti apa yang sedang terjadi ?? Akulah yang goblok disini, bukan dr Harry . Bagaimanapun, akulah yang bertanggung jawab terhadap Arya , bukankah sudah seharusnya aku melidunginya sebagai orang yang aku sayang.

    Mungkin sebenarnya hal itu dapat dicegah, kata – kata itu terus menerus menghantam benakku. Hal itu tidak akan terjadi kali ini, jika ia meyakinkan kami bahwa segalanya OK untuk minggu depan, aku akan mencengkeram kerah jubah putihnya lalu menyeretnya ke atas mejannya. Aku pasti melakukannya.
  • TUJUH

    Di salah satu sudut Rumah Sakit Dharmais tempat dilakukan Biopsi tertulis unit onkologi, begitu yang kulihat pada papan di atas pintu ayun. Onkologi. Aku mengenal kata itu samar – samar , tapi tidak punya pikiran apa hubungannya dengan kanker. Kedengarannya sangat lugu. Lebih mirip dengan cabang ilmu pengetahuan yang menyibukkan diri dengan menyelidiki kepunahan mamor.

    Karen melambai – lambaikan elmo di udara, ia mendapatkannya sebagai kado saat ulang tahunnya minggu lalu. Arya sedang duduk di pinggir tempat tidur. Ia baru saja ditimbang dan diambil darahnya. Tas hitam yang memuat peralatan mandi , sandal, baju tidur berwarna hitam dan tentu laptop yang tergeletak di atas ranjang untuk menyelesaikan laporan risetnya. Aku duduk disebelahnya, masih dengan menggunakan jaket, dan memungut dua selembaran kecil yang baru saja diberikan kepada kami, yang berwarna hijau berjudul “ Hidup dengan Kanker “ dan yang berwarna kuning berjudul “ Kanker Darah / Leukimia “. Di bagian samping kedua selebaran itu terdapat sebuah logo Yayasan Kanker Indonesia. Aku mulai membolak balik selebaran kuning, seperti yang kau lakukan saat membaca panduan mengisi form pajak penghasilan. “ Kepada siapa brosur ini ditunjukan “, demikianlah kata yang tertera di bagian atas halaman pertama. Aku membaca bahwa Arya dan Aku termasuk dalam kelompok sasaran seleberan ini. Aku tidak suka menjadi kelompok dari sasaran apapun dan pastinya sasaran dari selebaran ini. Judul BAB nya “ Apa Itu Kanker Darah ? “, “ Jenis dan Tipe kanker Darah “,” Memerangi rasa Sakit “. Dan mengapa kami membaca materi ini, Oh begitu menyenangkah ini ???? Bukan kah itu hanya sekedar operasi eksplorasi ??? Tak bisakah kami hanya sementara bertingkah seolah segalanya akan terjadi dengan begitu cepat.

    “ Kau memang bagian dari tempat ini, “ kataku sambil mengangguk ke arah berkas berkas Arya yang dibawa oleh seorang perawat. Arya tertawa sedikit. “ Biopsinya di jadwalkan pukul 07.00 pagi esok hari “ kata si perawat

    Usia perawat itu sekitar lima puluh tahun, ia melakukan upaya terbaiknya untuk mebuat percakapan rutin ini terdengar se-impersonal mungkin. Suatu waktu ia malah meletakkan tangannya di lutut Arya. Arya adalah seseorang yang ramah, seperti selalu ditunjukkannya kepada setiap orang. Aku merasa sangat pelik, dan apa yang sebenarnya ingin kulakukan adalah mengantar Karen ke rumah Mamah malam ini juga, kemudian kembali ke kantor secepat mungkin mempersiapkan bahan untuk malam ini ke Singapura bersama Chandra. Aku tidak peduli apa yang harus kuputuskan dalam situasi seperti ini, asalkan aku dapat segera pergi dari rumah sakit sialan ini. Kurasa dengan menjadikannya satu hari normal sebisa mungkin.

    Arya menyadari kegelisahanku. ‘ Pergilah, aku bisa mengatasinya sendirian, dan aku rasa kopinya jauh lebih enak dikantor mu. “ Ia tertawa

    “ Saat sahabat Anda sadar dari pengaruh anestesinya, kami akan menghubungi Anda, “ kata si perawat.

    Karen dan aku memeluk Arya dan aku membisikkan pernyataan bahwa aku mencintainya. Aku meniupkan ciuman dari ambang pintu. Karen melambaikan tangan. Arya melakukan upaya terbaiknya untuk tersenyum.

    Tepat pukul 20.00 aku tiba dikantor, “ Hai,’ sapaku ketika aku masuk ke ruangan, disana sudah tiba tim kerja ku. Setelah menaruh tas, aku menuju mesin kopi di dapur kecil, menghindari pandangan para rekan kerja ku, mesin kopi tersebut merupakan keinginan Chandra dan dia meminta ke bos ku, jadi kopi yang kami minum selama ini adalah pengeluaran yang legal. Setelah kau menekan tombolnya hanya butuh waktu 30 detik hingga cangkir penuh. Hari ini waktu terasa cukup lama sesuai yang kuinginkan. Saat cangkirku terisi penuh, aku tinggal di dapur kecil sebentar hanya untuk mengumpulkan kekuatan, aku mengumpulkan semua keberanian ku dan berjalan melawati ruangan Rama (Rama – Bos sekaligus Teman) dan aku menghindari tatapannya.

    Chandra memberiku tatapan menyelidik saat aku duduk, ‘ Yah, Arya sedang di rumah sakit, ‘ aku berusaha menjelaskan sesingkat mungkin. Rama juga ikut masuk. Dan aku merasakan tatapan orang – orang dibelakang ku. “ Yap. OK !! Kita liat saja perkembangannya nanti ya “, aku berkata dan menyalakan laptop ku. Aku hampir tidak dapat menahan air mataku. Rama meletakkan satu tangan diatas bahu ku. Aku meletakkan satu tanganku di atas tangannya dan menatap ke luar jendela. Andai saja aku masih anak – anak, dengan begitu aku dapat meyakinkan diri sendiri bahwa semua hal yang menyedihkan akan berhenti sama sekali jika kau tidak membicarakannya.

    Yupz kami semua menyiapkan bahan untuk besok di Singapura, tepat pukul 21.00 kami bersiap ke bandara untuk ke Singapura dengan penerbangan terakhir.
  • DELAPAN

    Pada pukul lima sore aku sudah berada di Bandara Soekarno Hatta, aku mendaptkan telepon dari Arya. Aku baru saja masuk ke dalam mobil untuk melaju menuju ke rumah mamah, aku bahkan tidak menanyakan bagaimana keadaannya, karena aku sudah dapat mendengar hal itu dari suaranya.

    “ Dokter baru pergi ..... semua ini mengerikan Sayang. “
    “ Aku sedang dalam perjalanan menuju ke sana, Aku hanya tinggal menjemput Karen lalu aku akan tiba disana. “ Aku tidak berani menanyakan hal lain.

    Jantung ku berdegup kencang, aku menelusuri koridor unit Onkologi dengan Karen di dekapanku, Aku menuju ruangan tempat aku meninggalkan Arya Kemarin malam. Ia sudah kembali berpakaian, duduk di tempat tidur dengan tisu lecek di tangannya, menatap ke luar jendela. Matanya merah dan bengkak, di sampingnya ada dua tisu lain yang sama leceknya. Ia melihat kami masuk dan mengatupkan tangan dimulutnya. Tanpa sepatah kata pun aku bergegas mengahampirinya dan memeluknya. Ia menekan kepalanya ke pundakku dan mulai menangis tak terkendali. Aku masih tidak punya keberanian untuk mengungkapkan pertanyaan apa pun. Aku tidak bisa mengeluarkan satu patah kata pun. Karen tidak mengeluarkan suara sejak kami masuk ke dalam rumah sakit. Arya mencium Karen, dan sungguh –sungguh berhasil untuk memaksakan senyum.

    “ Hai, sayangku, “ katanya, membelai kepala Karen.

    Aku berdeham. ‘ Ceritakan Kepadaku, “ kataku, aku tak bisa menghindar.

    “ Kanker, mereka menyebutnya Chronic Myeloid Leukemia, ada peningkatan dan pertumbuhan yang tidak teratur dari sel myeloid di dalam sum-sum tulang dan terakumulasi juga di dalam darah, Kanker sudah dalam fase akselerasi. “ (Pada Chronic Myeloid Leukemia terdapat tiga fase pertama fase kronik, kedua fase akselarasi dan terakhir fase krisis blas)

    BUM.

    “ Apakah mereka yakin ? “ hanya itu yang bisa kupikirkan. Arya mengangguk, membersit hidungnya ke tisu , yang sebenarnya tisu itu sudah tidak dapat menyerap cairan lebih banyak lagi. Kalau kau mau, kau dapat pergi menanyakan kepada dr Harry, ia berada beberapa pintu dari sini.

    Harry, nama itu kami berusaha tidak menyebutnya sepanjang minggu ini. Aku memberitahu ke Mamah (Orang Tua Arya) dan Ibu Ku, lalu Kakak Ku Thomas dan Anny serta dua sahabt ku Chandra dan Rama tentang penyakit yang diderita Arya. Mereka semua bertanya satu hal yang sama, Apakah si dokter melakukan kesalahan fatal pada saat pemeriksaan enam bulan lalu ?? mungkin pada saat itu kankernya sudah ada dan bahkan pada saat itu semuanya sudah terlambat, adalah jawaban kami. Di akhir pembicaran mereka mengatakan Arya bisa saja meninggal karena ada kesalahan medis.

    dr Harry duduk dibalik mejanya, Aku langsung mengenalinya dari enam bulan yang lalu. Ia tidak mengenaliku. Aku mengetuk pintunya hingga terbuka.

    “ Halo. “ katanya sambil mengerutkan dahi.
    “ Hai, “ kataku dengan singkat, hanya agar ia tidak melupakan bahwa semua ini adalah kesalahannya. “ Aku adalah Pasangan Hidup Arya . “

    “ Oh, maaf, halo. Bapak Verza, Arya sudah menceritakan semua tentang kehidupan Anda berdua, “ Kata dr Harry, melompat bangkit dari kursinya untuk menjabat tanganku.

    “ Silakan duduk. “
    “ lebih baik aku berdiri, Arya menungguku. “
    “ Baiklah, Anda datang untuk menanyakan hasil Biopsinya ??”
    ‘ Ya.”
    “ Hmm. Hasilnya tidak terlalu bagus “
    “ Tidak. Aku mengerti itu, “ kataku dengan sinisme yang kemungkinan tidak disadarinya. ‘ Dapatkah Anda menjelaskan kepadaku secara tepat apa masalahnya ??”

    dr Harry memberitahukanku mengapa kanker yang diderita Arya buruk untuk saat ini. Aku hanya setengah mendengarkan apa yang dikatakannya dan hanya memahami lebih sedikit lagi. Aku bertanya kepadanya berapa yakin kepastiannya.

    “ Cukup Pasti.... kami masih harus menyelidikinya, tapi itu terlihat seperti Chronic Myeloid Leukemia. Tidak ada hal lain yang dapat kita lakukan untuk saat ini. “

    Aku mengangguk, dr Harry menjabat tangan ku.

    “ Cobalah untuk tegar, kalian harus berjuang kembali, kalian telah berhasi berjuang menyatukan cinta kalian, dan kalian juga harus yakin akan kesembuhan, dan besok pergilah ke dr Abidin Widjanarko, ia ahlinya dan lebih muda dari saya, ia dapat menerangkan kepada Anda segalanya mengenai apa yang akan terjadi, OK? “

    Aku mengangguk lagi, dan aku tidak membantingnya ke meja. Lebih tepatnya, Aku tidak mengatakan apa pun. Tidak sepatah kata pun. Aku menutup mulutku rapat rapat. Jika seoarang Klien mencoba untuk mengusik salah satu strategi bisnis yang kubuat, aku sanggup untuk memenggalnya., tapi sekarang si bedebah ini telah mengacaukan hidup kami karena satu kesalahan enam bulan lalu, dan aku bertingkah seperti pemain basket dari sebuah klub yang melakukan pertandingan pertama di NBA,

    Ketika aku kembali ke kamar Arya, ia sedang memangku Karen, dan sekarang mereka sedang menatap keluar halaman rumah sakit. Aku sudah berbicara kepada dr. Harry, untuk sementara kamu bisa pulang ke rumah.

    “ Okeh kita pulang sekarang sayang. “ kata Arya. Ia memandang setiap sudut kamarnya, mencari cari tas hitamnya. Aku berjalan ke meja dengan tenang untuk mengambil jaket Arya, lalu aku membantunya memakainya yang biasanya tidak pernah aku lakukan, ini adalah sebuah upaya untuk membuat diriku merasa berguna.

    “ Jangan terlalu jauh dibelakang, tangan ku tidak sampai, “ kata Arya ketika aku merentangkan jaketnya. “ Aku tidak dapat menggerakkan tanganku ke belakang, karena luka di pinggang ku sehabis biopsi. “

    ‘ Oh, maaf sayang. Ayo, Karen Kita pulang, “ aku berkata dan mengangkatnya karen dari tempat tidur. Ia masih bersikap bisa tenang.

    Arya melongokkan kepalanya ke dalam ruang perawat dan berkata, “ Daaaah “ kepada perawat yang dari kemarin menjaganya. Perawat tersebut buru – buru bangkit dari kursi, meremas tangan Arya dan menulis dengan huruf G-O-D-I-S-N-O-W-H-E-R-E, setelah menulis suster itu berkata “ huruf yang saya tulis ini bila dibaca bisa God is nowhere atau God is now here, seperti semua hal yang penting dalam hidup, cara kita memandangnya selalu bergantung pada bagaimana kita mengamatinya, bersahabatlah dengan kanker, buatlah pilihan dengn bijaksana, jangan menghindari pilihan sulit, Cintailah diri kita sendiri lebih banyak, carilah hal – hal baik dimana saja , Nimakitalah humor dari keadaan kita, Hiduplah dengan perkasa dan ingatlah bahwa kita semua adalah satu. Jadi apakah kau bisa mengatasinya malam ini ? “

    “ Terimakasih Sus nasihatnya, tentu saja saya yakin bisa melewati malam ini bersamanya “ kataku dengan keras, dan memberi anggukan yang menentramkan.

    Kami bertiga melangkah keluar rumah sakit tanpa mengatakan apapun.
  • Susah bgt watt komen,cz sungguh2 mengharukan......uhhh cari tisu......dimana2
    lanjuuuooottt lg dah....
  • @Syeoull ini lanjutannya,, mohon bimbingannya @totalfreak
Sign In or Register to comment.