Hay para pembaca Boyzforum. Ini gw coba-coba unjuk bakat ya.
Selama ini hanya jadi pembaca terselubung, tapi hari ini gw resmi jadi anggota Boyzforum.
Semakin banyak saja yang suka situs ini ya, terutama boyzstories.
Ada yang upload kisah nyata menyayat kalbu dan ada juga yang upload kisah terjemahan.
Naahh Ini cerita, gw terjemahkan dari salah satu novel favorit disana.
Seting nya di Norwegia dekat ke kutub utara.
Karena ini tulisan gw yang pertama, pasti tidak lah sebagus penulis sejati.
Semoga Berkenan !
Kalau jelek janganlah melempar gw dengan sendal please
Tapi kalau bagus akuilah dan jadilah pacar gw (Kehkehkeh...)
Terjemahan anak indo seperti apa yak penuturannya ?
Mari kita simak bersama ..................................................................
Comments
Rimbunnya pohon cemara laut tidak sanggup menahan terpaan angin dari kutub utara.
Pohon-pohon yang langsing itu berayun kian kemari, menari kedinginan, dan menggigil kesusahan.
Hari itu adalah hari pengujung di bulan November.
Sebentar lagi bulan Desember.
Tidak lama lagi segera datang hari kebersamaan untuk berkumpul dengan orang-orang tersayang.
Tentunya tidak lama lagi salju akan membuat seisi kota kecil ini menjadi putih.
Rata dengan kebekuan.
Datar dengan hari-hari yang yang santai, lepas dari rutinitas sehari-hari.
Saat itul dinamakan dengan hari libur musim natal dan tahun baru.
Aku berada di antara rimbunan cemara laut itu.
ini kehidupan ku sekarang.
Menjalani usaha keluarga dalam mengolah minyak cemara.
Minyak ini dijadikan bahan baku utama pembuatan cairan disinfektan pembersih lantai dan kamar mandi.
Namaku Peter. Anak sulung.
Usiaku 20 tahun, tiga tahun lebih tua dari adik.
Adikku berurumur 17 tahun namanya Wilson.
Hubungan kami cukup baik tetapi tidak bisa dibilang akrab.
Segala perhatian mama tercurah untuk Wilson,
tetapi bukan berarti mama tidak sayang sama aku.
Papa kami tinggal di rumah oma, papa dan mama hanya diikat oleh status.
Pada dasarnya tidak ada cinta dari papa untuk mama.
Oma terlalu dominan dalam kehidupan papa.
Latar belakang keluarga yang sederhana dan kehidupan yang jauh dari budaya instan kota metropolitan, aku jalani dengan tekun.
Tidak pernah ada keluhan dan nada protes.
Teringat janji dari seorang teman istimewa yang bernama Steve. Dia kuliah di Findlandia.
Mungkin dia telah lupa pada janjinya untuk pulang ke kota kecilnya ini.
Terasa baru beberapa bulan saja, tetapi telah dua tahun aku tidak pernah lagi melihat Steve.
Keluarga Steve handal dalam mengolah resort yang sangat tersohor bagi turis yang ingin mengunjungi utara Norwegia.
Disamping itu, mama Steve adalah guru Biologi pada sekolah menengah atas kami dulunya.
Steve anak bungsu, dia punya dua orang kakak perempuan yang sudah menikah.
Dari kakaknya yang pertama Steve memiliki seorang keponakan laki-laki yang bisa dibelikannya mobil-mobilan.
Kamar keponakannya penuh dengan miniatur mobil,
sebagian adalah koleksi Steve waktu kecil dulu yang diwariskan pada keponakannya itu.
Aku ingin menghabiskan waktu dengan Steve dalam musim salju ini.
Kehadiran dan perkembangan Steve tentunya jadi bumbu yang bagus untuk merangkai nafsu.
Usia kami rasanya sudah cocok untuk menjalani hubungan yang serius.
Berbekal dengan pengalaman bersama Steve dulunya, aku yakin bisa membuat Steve merasa lebih diperhatikan.
Namun jika Steve tidak pulang ?
Tanggal 21 Desember aku berdiri dari jam delapan pagi, menanti di stasiun kereta yang ditumpangi Steve.
Senyumku begitu lebarnya,
Tanganku terbentang begitu luasnya untuk memeluk orang yang begitu aku rindukan.
Tenyata Steve turun bersama seorang cowok seumuran dengan dia.
Tidak ada respon dari Steve bahwa dia ingin aku peluk.
Akhirnya hanya salam sebagai seorang teman lama dari Steve.
Lima menit berselang datang rombongan papa Steve dan membawa Steve beserta teman barunya itu pulang ke rumah mereka.
Menurut perkiraanku teman barunya itu adalah sekampus dengan Steve di Findlandia.
Untuk TS @hwankyung69 @yeltz @Rez1 @evansmith @kangmas1986 @003xing :
iya pasti dong saya lanjutin and btw makasih loh untuk perhatian dan masukannya
“Wahh dah siap-siap ke pabrik nih, Katanya mau memulai liburan, kok masuk kerja juga ?” tanya mamaku heran
“Tidak apa ma, liburnya lusa saja tanggal 23 Desember” jawabku seadanya
“Tidak ada yang bantu mama dong menyiapkan hidangan malam natal” kata mamaku
“Siapa ayo yang mau datang, hanya ada aku, mama, dan adik. Seperti biasanya” saranku pada mama
“iya juga sih, tapi asik saja kalau ada yang sedikit berbeda dari hari biasa. Itu artinya hari spesial” penjelasan mama
“Hari-hari yang telah berlalu juga spesial mama, tergantung cara kita menghargai kenangan yang terjadi” aku mulai berkilah
“Siapa tahu Steve mau diajak kumpul bersama, mama dapat kabar bahwa Steve kemaren sudah datang” kata mama
“Dia jugakan ada keluarga ma. Lebih baik dia kumpul dengan keluarganya” aku berkata dengan datar pada mama
Dari belakang kami muncu adikku Wilson.
Dia sudah berpakaian rapi.
Menyandang ransel yang agak besar dan memegang catatan belanjaan dari mama.
Seraya dia menyahut percakapan kami
“Temanku Chrissy mau datang Kak. Mama ada ide untuk membelikan kado untuk dia sekaligus belanja untuk bahan makanan” kata adikku
“Wah bagus itu, berarti aku bisa antar kamu ke supermarket ya sambil menuju pabrik” penjelasanku agar dia tidak bingung
“Bos pabrik boleh libur kok, jangan bekerja terlalu keras” sindir adikku
“Ga apalah, akan tetap ada pastinya natal tahun depan. Pekerjaan lebih penting” ku gemakan alasan yang terasa tidak masuk akal bagi adikku
“Ya benar, aku harap kakak buat rencana ya agar natal tahun depan jadi istimewa” kata adikku dengan sombong nya
“Tirulah adikmu Peter, buatlah segala sesuatu jadi istimewa” mamaku sangat bangga sama Wilson
“Dengan menggandeng seseorang adalah sesuatu yang patut ditiru ? hebat sekali mamaku” ku paksakan tertawa sumbing senyum masam
“Yang hebat tetap saja hebat, akuilah itu” kesombongan adikku tak pernah pudar
“Iya tentunya besok kamu sudah bisa menghidupi dirimu sendiri dan menghidupi mama, kalau aku tidak bekerja” jawabanku sekedar meredam kesombongan adikku dari pembelaan mama
“Kalau sudah waktunya dia juga bisa mengurus pabrik itu” komentar dari mama
“Betul itu mama, ini kunci mobil nya, kasihkan lah ke adik, dan silahkan urus pabrik itu” Kalimat yang keluar ini, aku usahakan tidak bernada emosi.
Tetapi dibalik semua itu, aku berusaha menutup pembicaraan yang tidak pernah memihak pada diriku.
Mata mereka terbelalak.
Mereka tidak menyangka kalau aku bisa juga sedikit untuk membela diri pada pagi ini.
Bletak...... Bletak..... Bletak....... rel kereta api desa berdetak berderak bergemuruh menyusuri pinggir pantai menuju pabrik.
Dalam kereta api ini aku duduk terpaku.
Bagaimana keadaan papa ? agak wajar papa menjauhi mama kalau sikap mama seperti hari ini, sama anak kandungnya saja begitu, apa lagi sama orang lain.
Bagaimana kabar oma ?
Mungkin juga karena sikap oma, makanya mama jadi terpengaruh dalam bersikap.
Aku nilai sikap mama agak keras dalam membela apa-apa yang dipujanya.
Lamunanku buyar oleh pertanyaan seorang rekan kerja di pabrik
“Peter, apa kamu diundang makan malam natal besok di rumah Steve ?” tanya dia
“Rumah Steve terbatas kan luasnya, tahun ini giliran kamu yang diundang. Tiga tahun yang lalu aku sudah merasakannya kumpul dengan keluarga Steve” balasku dengan sangat hati-hati terkesan sangat masuk akal dan terkesan tidak ada perasaan kesal.
“Oh begitu, lalu kamu mau kemana malam besok ?” tanya dia lagi seakan-akan tak habis-habisnya mau menyelidiki isi hatiku yang yang lagi tidak bahagia hari ini.
“Sama papa mungkin, kalau papa ada waktu” jawabku seadanya dengan sedikit mengalihkan perhatiannya pada orang lain dan tidak melulu pada diriku.
“Kata Steve, akan datang juga dua orang teman sekolah kita dulu, kamu akan rindu masa-masa bahagia dulu” dia mengucapkan kalimat yang dia tidak sadar sepenuhnya dengan siapa berbicara.
“Hahaha, loh aku tidak diundang, masa harus rindu. Ga lucu kamu ah” kataku sambil melangkah turun dari kereta api.
Sesampainya di pabrik, aku langsung menuju bagian pengemasan.
Aku mengamati bagian yang harus segera dikirim ke pelanggan sebelum kesusahan administrasi akibat libur panjang.
Baru saja aku selesai mencocokkan alamat dan bukti pemesanan, aku mendengar suara berat menyapa dari belakang.
“Peter, kok masih bekerja ? aku bisa menangani ini” ya suara itu membuat aku membalikkan wajah ke belakang
“Oh kamu Clark, rencananya mendadak berubah nih” kataku
“Berubah ? tentunya kamu bisa bergabung dengan ku berserta dua orang cewek” kata Clark bercanda
“Masih akur saja kamu ya, meski sulit membagi cinta untuk dua orang cewek” aku membalas candanya
“Pura-puralah Pet bahwa kamu tidak mencintai mereka, lalu mereka akan mengejar-ngejar kamu” balas Clark dengan resep sukses nya
“Hahaha bisa saja kmu” aku merasa kata-kata Clark ada juga benarnya
Aduh, harusnya Sabtu kemaren aku ga seharusnya menjemput segala si Steve itu.
Ketahuan sekali bahwa aku berharap sama dia.
Tetapi dia memilih orang lain.
Aku tersenyum dalam rasa bodoh yang selalu jujur dengan perasaan
“Kenapa senyum-senyum” tanya Clark penasaran
“Kamu benar juga, kalau kamu sok perhatian sama salah satunya maka dia akan bosen sama kamu, atau meminta tanggung jawabmu kalau berani melirik yang lain” kataku menyimpulkan
“Nah pintar juga kamu, itulah maksud ku” kata Clark
“Tapi apakah kamu ga capek sendiri terus membohongi perasaan bahwa kamu mencintai salah satu dari mereka” Tanyaku dengan nada nasehat
“Hmmmmmm” guman mulutnya
“Gimana ya kalau malam natal besok dia sudah bersama cowok lainnya karena tidak pernah ada kepastian dari kamu” hiiiiiiiii haaaaa sedikit membuat panas hati Clark
Walah..... Clark malah pergi dan tampak berfikir dan terpengaruh dengan kata-kata ku
“Clark..... jangan pergi dong” pura-pura menahan dia agar terus beradu argumen tentang teori kesetiaan
“Hahaha Ya besok siang aku jemput kamu ya. Mungkin kamu benar kali ini Pet, kok tiba-tiba hati aku jadi resah ya” kata Clark yang benar-benar pergi ke luar ruangan dan membiarkan aku kembali dengan damai untuk melanjutkan pekerjaan.
Clark adalah seorang ahli kimia yang sangat berpengalaman dalam penyuligan minyak pinus. Minyak ini sebagian besar digunakan untuk disinfektan, tetapi juga digunakan untuk industri kimia lainnya.
Clark sudah berumur 32 tahun, dia bergabung dengan pabrik ini sejak aku masih sekolah dulu nya.
Clark sangat menawan, humoris, dan sangat memuja kecantikan cewek.
Sepertinya menghabiskan waktu bersamanya adalah hal yang tepat untuk mengusir perasaan tertekan oleh beban hidup.
Dalam makan siang aku bertemu lagi dengan teman sekolah dulu yang akan membawa cerita basi tentang Steve lagi
“Kok kamu ga cerita bahwa Steve membawa serta temannya dari lain kota ? dari kota mana ? cerita dong” paksa dia
“Hahahah kok aku yang cerita ? kan kamu temannya sekarang ? tanyalah sama orang yang bersangkutan” saran yang baik dariku
“kamu gitu ya Pet, kalau tahu begini aku akan memilih undangan yang lain yang lebih menarik” balasnya dengan nada kecewa
“Terserah kamu dong, apapun itu moga bahagia sajalah, karena semua orang pasti pengen bahagia di malam yang istimewa itu” kataku agar dia tetap tenang dan berfikir baik karena masih ada satu hari untuk membuat keputusan yang benar
Ku habiskan sisa malam di kedai minuman yang setia dikunjungi oleh orang-orang patah hati dan yang tidak beruntung dalam cinta.
Identitas ini ketahuan sekali dan tidak bisa ditutupi karena malam ini orang-orang yang beruntung dalam cinta sedang duduk bersama.
Puncakknya adalah malam besok.
Tengah malam aku melihat papa masuk kedai minuman ini.
Bersukurnya mataku hanya sedikit berkunang-kunang di bawah pengaruh beberapa mL vodka yang tak sanggup ku tolak dari pemintaan teman-teman sependeritaan.
Perutkku hanya penuh oleh kopi dan cola dari sore tadi.
Papa menghampiri diriku sambil berkata
“Lagi apa Pet, dah mulai libur ya ? “ suara papa masih saja berwibawa di hadapan anaknya
“Iya Pa, tahun ini aku perkirakan akan bertemu papa di kedai ini” candaku memecah suasana
“Eiitt, apa itu artinya anakku telah merasakan penderitaan cinta hingga terdampar di kedai ini” papa membalas candaku sambil meneguk sisa vodka di gelasku
“Heheh papa tahu ajah” anaknya ga bisa menutupi perasaan
“Anak papa harus bahagia dong, ga bisa menggandeng dia, maka gandenglah yang lain” saran konyol dari papa
“Hahah siapa yang bisa aku gandeng pa kota yang hanya dihuni oleh segelintir orang yang sudah ditakdirkan berpasang-pasangan” aku tidak kalah konyolnya menyikapi saran papa
“Kalau begitu mari kita pulang, karena kamu paham sekali realita hidup di kota kecil ini hahahaha” ketawa papa lepas
“Benaran nih ? tapi hanya malam ini pa, besok aku mau ke rumah Clark” kataku mengiyakan ajakan papa
Sesaat kemudian kami melangkah ke luar kedai minuman itu. Sudah lama sekali rasanya aku tidak merasakan hangatnya perasaan seorang papa.
Sudah lama sekali aku tidak merasakan perhatian seorang papa.
“Oiii Peter, kok pulang, kena marah sama papa ya ?” goda teman-teman di kedai minuman ini
“Tidaklah, aku dah ngantuk kebetulan ada papa yang bawa mobil bisa nebeng” jawaban itu muncul saja dengan tiba-tiba dari mulutku
Aku cukup bahagia, setelah hari terpuruk membayangkan nasib buruk malam ini.
Membayangkan rasa sakit jika harus mendapat kalimat sombong dari adik dan mama.
Serta membayangkan bertemu Steve dan pacar barunya di supermarket.
Ternyata aku bisa melaluluinya dengan baik-baik saja.
Tidak seburuk bayangan dalam otakku.
Malam inipun akan ada kehangatan perasaan seorang papa yang mendamaikan aku dalam tidur.
Aku terbangun jam 10 pagi, sambil bermalas-malasan di atas kasur.
Papa dan oma masih di kamar masing-masing, mereka para orang tua yang asik dengan suasana liburan.
Tetapi perut ini agak terasa lapar.
Makanya aku buat makanan seadanya untukku, papa, dan oma berupa pancake dengan cita rasa kayu manis dan rum. Aroma ini adalah aroma khas dan paling digemari pada pengujung bulan Desember.
Siang ini Clark akan menjemputku.
Belum ada hadiah untuk Clark.
Pagi ini ada sedikit waktu untuk membelinya di satu-satunya supermarket di kota kecil ini.
Sepertinya hanya Clark yang sudi menerima hadiah dariku.
Yang lain seolah menghindar dari diriku.
Aku ingin Clark pada awal tahun memakai stelan kemeja dan celana yang lebih baik dari yang dia miliki saat ini.
Semoga tidak ketemu dengan keluarga Steve di supermarket itu.
Kota kecil ada juga tidak enaknya dalam hal kemungkinan bertemu dengan orang-orang yang ingin kita hindari meski itu hanya untuk sesaat.