It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kringggg Kringggg Kringgg,
Aku membanting jam weker
yang berdering indah di pagi
yang sejuk ini, aku menggeliat
sedikit dan kembali menyamankan diri dalam
gelungan selimut tak lupa
aku memeluk guling hangat
nan empuk yang ku peluk
erat.
Tunggu? Guling? Sejak kapan
aku tidur menggunakan guling,
berarti seonggok benda hangat
nan empuk yang ku peluk ini
apa? Aku membuka kedua mata ku sayu, tangan ku meraba
raba sesosok badan yang tadi
ku kira guling. Mata ku membulat seketika saat tangan
ku tak sengaja memegang benda panjang dan keras.
Aku menengadahkan mata
ku dan melihat sesosok wajah
yang masih tertidur dengan
nyamannya.
Seketika itu juga aku berteriak
kaget karna yang aku pegang
itu adalah kepunyaannya yang
sedang ereksi di pagi hari.
"Huwaaaaaaa!!" aku meloncat
dari rebahan ku dan membanting bantal yang
berada dekat dengan jangkauan tangan ku.
BRUGHHH, Yap bantal yang ku
lempar sukses mengenai wajahnya yang sedang menganga lebar saat tertidur.
"Awww" Oshi meringis kecil,
dia bangun dari tidurnya dengan rambut yang semerawut dan ekspresi
wajah mengantuk.
"Ada apa Sya?" dia mengusap wajahnya pelan, menatap
wajahku sayu.
Aku yang masih shock hanya
mampu membuka dan menutup
mulut ku seperti ikan koi.
"Apa?" ucapnya tak mengerti.
Aku memungut jam weker yang
tergeletak di lantai, aku melihat jam yang menunjukkan jam
6 lewat 15 menit.
Shit! Kami berdua kesiangan.
"AAAAAAA..." aku berteriak dan
mengambil handuk yang tergantung disisi wastafel dengan cepat aku melangkah
masuk kedalam kamar mandi.
Oshi yang kaget mengejar ku
ke kamar mandi dan mengetuk
keras pintu kamar mandi.
Tok Tok Tok, suara gedoran
pintu semakin kuat terdengar.
"Sya, hey kamu kenapa?"
tanyanya khawatir.
"Kita terlambat" teriak ku dari
dalam kamar mandi.
"Terlambat apa?"
aku menepuk kepala ku dia
masih belum sadar juga kalau
ini hari senin.
"Kita bisa terlambat berangkat
kerja Shi" sesaat terasa hening
tak ada lagi suara teriakan
dan suara geduran pintu tapi
setelah beberapa detik kemudian kegaduhan yang lebih
dahsyat terjadi.
DUK DUK DUK DUK. Oshi
menggedor pintu lebih keras
di sertai dengan suara umpatan
kasar yang keluar dari bibirnya.
"Sya, buka pintunya Sya.
Aku juga harus mandi hari
ini aku harus berangkat
bekerja Sya" Oshi makin keras
meneriakan nama ku.
"Gak, aku udah telanjang
Shi, ga mungkin buka pintu"
"Kita mandi bersama saja Sya"
"GAK!" tolak ku keras.
"Sya, ayolah aku bisa terlambat
nih hey" dia terus saja
menggedor pintu ini.
"Gak, aku bilang gak ya gak"
aku mendengar suara decakan
lidahnya.
"Cepet, lima menit harus selesai!" teriaknya.
"Ok"
Tap Tap Tap, suara langkah
kaki cepat memenuhi kost
minimalis ini, suara gaduh
yang di buat oleh dua orang
yang sepertinya sedang terburu
buru.
"Sya, ambilin handuk ku"
lelaki satu mengomel tidak
jelas di dalam kamar mandi.
"Aku lagi ganti baju" balas
lelaki kedua yang sedang sibuk
memakai kemeja putih bersih.
"Cepet Sya, aku lupa bawa
handuk tadi" lelaki bernama Yoshi ini menepuk nepuk
pintu kamar mandi.
Rasya berlari kesana kemari
mencari handuk yang ia pakai
mandi tadi, sebenarnya mereka
mempunyai handuk masing
masing, tapi karna waktu yang
sempit terpaksa Rasya mengambil handuknya yang ia
lempar sembarangan ke lantai.
Rasya melangkah mendekati
pintu kamar mandi dan
mengetuknya.
Tok Tok Tok, suara ketukan
pintu dann terlihatlah sosok
seorang lelaki yang muncul
tanpa sehelai benang pun
berdiri begitu gagah di depan
Rasya yang sedang melototkan
matanya bulat bulat.
"Lama banget sih ambil
handuk doang!" semburnya.
Yoshi mengambil handuk
yang ada di pegang Rasya, tapi
Rasya tetap diam tanpa berkedip memandangnya yang
entah sadar atau tidak masih
dalam keadaan polos tanpa
busana.
Yoshi mengibas ngibaskan
tangannya di depan wajah
Rasya, dia memperhatikan wajah Rasya lekat lekat.
"Sya, muka kamu merah sih?"
"......" Rasya tetap diam, Yoshi
yang belum sadar sama sekali
dengan keadaan tubuhnya yang
saat ini basah setelah mandi
berada tepat di hadapan mata
temannya yang diam.
"Ehem, i...itu...ini handuknya"
Rasya berdehem pelan dan
kembali sadar dari kagetnya.
Rasya memberikan handuk
pada Yoshi dan menyelipkannya
pada leher Yoshi.
Bola mata Rasya melirik kesana
kemari seakan mencari sesuatu.
"Oshi, kamu ga dingin?"
tanya Rasya yang masih tetap
setia berdiri di hadapan pintu
kamar mandi.
"Iya sih, kenapa?" tanyanya polos.
Rasya menunjuk badan Yoshi
yang bugil lalu mengedikkan
kepalanya ke handuk yang
menggantung di leher Yoshi.
"Pakai dulu handuk mu, kasihan
kan ada yang kedinginan di
sana" Rasya menunjuk ke
bawahnya Yoshi dengan jari,
Yoshi mengikuti arah jari
yang di tunjuk oleh Rasya lalu
kemudian dia yang sadar hanya
diam membeku di tempatnya
berdiri saat ini.
Rasya meninggalkannya begitu
saja, Yoshi tetap diam dan
wajahnya memerah seperti
kepiting rebus.
"Bodoh..." Yoshi bergumam
pelan pada dirinya sendiri dan
melilitkan handuk ke pinggang.
Yoshi membenturkan kepalanya
pada pintu kamar mandi dengan bibir yang terus saja
bergumam tidak jelas.
menyandangkannya ke bahu,
dari arah belakang ku Yoshi
membuka lemari mengambil
pakaiannya untuk bekerja.
Salah satu diantara kami tetap
diam, terutama Yoshi dia kelihatan murung.
Setelah memakai bajunya
lengkap, yoshi mengambil dasi
dan memakaikannya dengan
kikuk di depan ku.
Yoshi terus saja mengumpat
tidak jelas saat memasang dasi
pada kerah bajunya, dia ini
kenapa sih memakai dasi
saja tidak bisa? Terlihat sekali
dia grogi mungkin setelah aku
melihat keadaan tubuhnya yang
polos tanpa sehelai benang
pun.
Aku melangkah mendekat
merampas dasi dari tangannya,
dan memasangkannya pada
kerah bajunya.
Dia hanya menatap ku tanpa
berniat untuk berbicara, aku
menyimpulkan dasi dengan rapi
dan benar. Yap selesai sudah
aku menepuk nepuk bajunya
dan merapihkan kemeja yang
dia pakai.
Dia menatap ku dan aku pun
membalas menatap matanya,
yoshi menundukkan wajahnya
memandang hasil pekerjaan ku
memakaikan dasi untuknya.
"Terima kasih..." serunya dengan
suara pelan, aku hanya menganggukkan kepalanya.
"Jadi... Ayo kita berangkat" dia
terlihat salah tingkah saat
aku memandang wajahnya,
aku hanya tersenyum kecil
dan mengambil helm yang dia
berikan.
Yoshi menghidupkan mesin
motornya, memecet klakson
ke arah ku.
"Naik" dia memakai helm
dan membuka kaca helmnya.
"Ok" aku mendaratkan pantat
ku naik ke atas jok belakang
motornya dan memeluk
pinggangnya erat, dia hanya
diam tak ada nada protes yang
keluar dari bibirnya saat aku
melingkarkan tangan ku ke
pinggangnya.
haha, makasih udah mampir.
Oh gpp ko, thanks buat sarannya. Nanti tak dewasain
lagi deh kedua karakter ini..
Yapp, ini adalah hari pertama
ku bekerja sebagai pelayan
restoran, hari pertama memang
lumayan membuat ku sedikit
gugup, yang aku takutkan
adalah orang orang yang
bekerja disana ramah atau
justru sebaliknya.
Aku menutup kedua mata ku
karna gugup, memikirkannya
saja membuat ku nerveous.
Oshi melihat ku dari kaca
spion motor, dia membuka kaca
helmnya sedikit.
"Kenapa? Takut ya?" katanya.
"Wajarlah takut, ini kan
hari pertama kerja" jawab ku
kesal, dia hanya tertawa
kemudian dia menambah
kecepatan motornya.
"Mau ngebut nih?" ucap ku
keras.
"Iya, aku ga mau ke jebak
macet jam segini, coba kamu
lihat ke langit udah mendung
tuh" dia menunjuk ke atas
dengan jarinya.
Aku membuka kaca helm ku
mendongkakkan wajah melihat
langit yang berwarna hitam.
"Masih jauh gak Shi?"
"Lumayanlah, makanya aku
ngebut biar ga keujanan
di jalan"
"Aku lupa ga bawa jaket dan
payung lagi" sesal ku.
"Santai ja, pulangnya kan
aku jemput.."
"Bukan itu, aku takut kita
kehujanan di atas motor..."
Drashhh Drashhhh, benar saja
kan ucapan ku, baru saja aku
bilang hujan deras datang dengan cepatnya.
"Gezz, hujan Sya. Gimana nih"
Oshi berteriak membelah gaduhnya titik titik air hujan
yang membasahi seluruh baju
kami.
"Lanjut aja Shi.."
di atas kilat benar benar
menunjukkan kuasanya di
hamparan langit hitam, tubuh
ku yang seluruhnya sudah
basah kuyup karna air hujan
mulai merasakan kedinginan.
Oshi bertanya kembali dengan suara yang lebih keras.
"Sya, kita menepi saja dulu yah
hujannya semakin lama semakin besar di sertai dengan kilat
yang memekakan telinga"
"Iya.." aku menganggukkan
kepala ku, Oshi menepikan
motornya pada sebuah saung
yang kosong.
Aku turun dari atas motornya
dan masuk ke dalam saung
yang ada di persimpangan jalan sepi ini.
Oshi meminggirkan motornya
dekat dengan atap saung, aku
menggosok gosokkan kedua
tangan ku dan mendekap
tubuh ku yang basah.
Oshi melepas helmnya dan
menaruhnya di sisi saung
pintu.
Oshi dududk di sebelah ku
melepaskan helm yang masih
terpasang di kepala ku.
"Kamu kedinginan ya?"
aku mengangguk gemetar,
tubuh ku menggigil menahan
dingin, wajah ku sedikit
pucat sama seperti bibir ku.
Oshi melepas jaket kulitnya
dan memakaikannya pada ku.
"Pakai ini, mungkin bisa sedikit
mengurangi dinginnya"
"Kamu?" tanya ku menolak
halus jaket yang ia pakaikan
pada ku.
Oshi menahan pergelangan
tangan ku yang hampir melepas jaket kulitnya.
"Jangan, kamu yang pakai"
dia memasangkan kembali
jaket itu pada tubuh ku yang
gemetaran.
"Maaf ya, aku selalu merepotkan mu.." gigi ku
bergemelutuk aku mendekap
era jaket yang membungkus
tubuh ku.
"Gpp, huft baju ku basah
semua. Bagaimana kita bisa
bekerja kalau baju basah
seperti ini" Oshi menepuk nepuk kemeja beserta celana
hitamnya.
Aku menyibak sedikit poni
yang menghalangi matanya,
kemudian turun mengusap
pipinya yang pucat.
Badannya dingin akibat guyuran
hujan pagi ini, gerakan tangan
ku terhenti saat tangan ku tak
sengaja menyenggol bibirnya
yang merah.
Kami saling berpandangan lama
dan tangan Oshi menyambut
tangan ku yang masih tetap
setia menangkup pipi kirinya.
aneh yang terus memenuhi dada ku.
Ruang nafas ku seolah penuh
dengan kehangatan yang ia
berikan.
Hanya sejentik jari yang ia
usapkan pada tubuhku, seolah
membawa getar baru dalam
diri ku.
Senyum ini tak lepas saat tak
sengaja ia memandang sekilas
wajah ku yang merona malu.
Sungguh aku tak sanggup
menahan perasaan ini, jika
mampu saat ini pun akan
ku ungkapkan.
Tapi sayang bibir ini tak mampu berucap lama, kau terlalu takut begitu pun aku.
Bisakah aku menyampaikan
perasaan ini? Sungguh terlalu
lama aku menanti.
Bisakah kau merasaknnya?
Sungguh bahagia bila kau
mau mengakuinya.
Bisakah kita menjalin hari
bersama? Tanpa ada lagi kata
sahabat atau teman seperti
biasa.
Bisakah kita menjadi kekasih?
Yang bukan lagi terikat karna
persahabatan, melainkan rasa
tulus dalam hati kita.
Aku tak tau bahkan kau pun
sama, aku diam kau pun diam
biarlah saja kita memendam
rasa itu, agar tetap menjadi
kisah indah yang mewarnai
hidup kita nanti.
@anan_jaya, @Just_PJ, @obay