BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Tak Selamanya

1679111227

Comments

  • ahuhuhuhuhuuu......
  • Pagi harinya.....
    Kringggg Kringggg Kringgg,
    Aku membanting jam weker
    yang berdering indah di pagi
    yang sejuk ini, aku menggeliat
    sedikit dan kembali menyamankan diri dalam
    gelungan selimut tak lupa
    aku memeluk guling hangat
    nan empuk yang ku peluk
    erat.
    Tunggu? Guling? Sejak kapan
    aku tidur menggunakan guling,
    berarti seonggok benda hangat
    nan empuk yang ku peluk ini
    apa? Aku membuka kedua mata ku sayu, tangan ku meraba
    raba sesosok badan yang tadi
    ku kira guling. Mata ku membulat seketika saat tangan
    ku tak sengaja memegang benda panjang dan keras.
    Aku menengadahkan mata
    ku dan melihat sesosok wajah
    yang masih tertidur dengan
    nyamannya.
    Seketika itu juga aku berteriak
    kaget karna yang aku pegang
    itu adalah kepunyaannya yang
    sedang ereksi di pagi hari.
    "Huwaaaaaaa!!" aku meloncat
    dari rebahan ku dan membanting bantal yang
    berada dekat dengan jangkauan tangan ku.
    BRUGHHH, Yap bantal yang ku
    lempar sukses mengenai wajahnya yang sedang menganga lebar saat tertidur.
    "Awww" Oshi meringis kecil,
    dia bangun dari tidurnya dengan rambut yang semerawut dan ekspresi
    wajah mengantuk.
    "Ada apa Sya?" dia mengusap wajahnya pelan, menatap
    wajahku sayu.
    Aku yang masih shock hanya
    mampu membuka dan menutup
    mulut ku seperti ikan koi.
    "Apa?" ucapnya tak mengerti.
    Aku memungut jam weker yang
    tergeletak di lantai, aku melihat jam yang menunjukkan jam
    6 lewat 15 menit.
    Shit! Kami berdua kesiangan.
    "AAAAAAA..." aku berteriak dan
    mengambil handuk yang tergantung disisi wastafel dengan cepat aku melangkah
    masuk kedalam kamar mandi.
    Oshi yang kaget mengejar ku
    ke kamar mandi dan mengetuk
    keras pintu kamar mandi.
    Tok Tok Tok, suara gedoran
    pintu semakin kuat terdengar.
    "Sya, hey kamu kenapa?"
    tanyanya khawatir.
    "Kita terlambat" teriak ku dari
    dalam kamar mandi.
    "Terlambat apa?"
    aku menepuk kepala ku dia
    masih belum sadar juga kalau
    ini hari senin.
    "Kita bisa terlambat berangkat
    kerja Shi" sesaat terasa hening
    tak ada lagi suara teriakan
    dan suara geduran pintu tapi
    setelah beberapa detik kemudian kegaduhan yang lebih
    dahsyat terjadi.
    DUK DUK DUK DUK. Oshi
    menggedor pintu lebih keras
    di sertai dengan suara umpatan
    kasar yang keluar dari bibirnya.
    "Sya, buka pintunya Sya.
    Aku juga harus mandi hari
    ini aku harus berangkat
    bekerja Sya" Oshi makin keras
    meneriakan nama ku.
    "Gak, aku udah telanjang
    Shi, ga mungkin buka pintu"
    "Kita mandi bersama saja Sya"
    "GAK!" tolak ku keras.
    "Sya, ayolah aku bisa terlambat
    nih hey" dia terus saja
    menggedor pintu ini.
    "Gak, aku bilang gak ya gak"
    aku mendengar suara decakan
    lidahnya.
    "Cepet, lima menit harus selesai!" teriaknya.
    "Ok"
  • wawaawaa... mandi bareng aja.... :D
  • Normal Pov.


    Tap Tap Tap, suara langkah
    kaki cepat memenuhi kost
    minimalis ini, suara gaduh
    yang di buat oleh dua orang
    yang sepertinya sedang terburu
    buru.
    "Sya, ambilin handuk ku"
    lelaki satu mengomel tidak
    jelas di dalam kamar mandi.
    "Aku lagi ganti baju" balas
    lelaki kedua yang sedang sibuk
    memakai kemeja putih bersih.
    "Cepet Sya, aku lupa bawa
    handuk tadi" lelaki bernama Yoshi ini menepuk nepuk
    pintu kamar mandi.
    Rasya berlari kesana kemari
    mencari handuk yang ia pakai
    mandi tadi, sebenarnya mereka
    mempunyai handuk masing
    masing, tapi karna waktu yang
    sempit terpaksa Rasya mengambil handuknya yang ia
    lempar sembarangan ke lantai.
    Rasya melangkah mendekati
    pintu kamar mandi dan
    mengetuknya.
    Tok Tok Tok, suara ketukan
    pintu dann terlihatlah sosok
    seorang lelaki yang muncul
    tanpa sehelai benang pun
    berdiri begitu gagah di depan
    Rasya yang sedang melototkan
    matanya bulat bulat.
    "Lama banget sih ambil
    handuk doang!" semburnya.
    Yoshi mengambil handuk
    yang ada di pegang Rasya, tapi
    Rasya tetap diam tanpa berkedip memandangnya yang
    entah sadar atau tidak masih
    dalam keadaan polos tanpa
    busana.
    Yoshi mengibas ngibaskan
    tangannya di depan wajah
    Rasya, dia memperhatikan wajah Rasya lekat lekat.
    "Sya, muka kamu merah sih?"
    "......" Rasya tetap diam, Yoshi
    yang belum sadar sama sekali
    dengan keadaan tubuhnya yang
    saat ini basah setelah mandi
    berada tepat di hadapan mata
    temannya yang diam.
    "Ehem, i...itu...ini handuknya"
    Rasya berdehem pelan dan
    kembali sadar dari kagetnya.
    Rasya memberikan handuk
    pada Yoshi dan menyelipkannya
    pada leher Yoshi.
    Bola mata Rasya melirik kesana
    kemari seakan mencari sesuatu.
    "Oshi, kamu ga dingin?"
    tanya Rasya yang masih tetap
    setia berdiri di hadapan pintu
    kamar mandi.
    "Iya sih, kenapa?" tanyanya polos.
    Rasya menunjuk badan Yoshi
    yang bugil lalu mengedikkan
    kepalanya ke handuk yang
    menggantung di leher Yoshi.
    "Pakai dulu handuk mu, kasihan
    kan ada yang kedinginan di
    sana" Rasya menunjuk ke
    bawahnya Yoshi dengan jari,
    Yoshi mengikuti arah jari
    yang di tunjuk oleh Rasya lalu
    kemudian dia yang sadar hanya
    diam membeku di tempatnya
    berdiri saat ini.
    Rasya meninggalkannya begitu
    saja, Yoshi tetap diam dan
    wajahnya memerah seperti
    kepiting rebus.
    "Bodoh..." Yoshi bergumam
    pelan pada dirinya sendiri dan
    melilitkan handuk ke pinggang.
    Yoshi membenturkan kepalanya
    pada pintu kamar mandi dengan bibir yang terus saja
    bergumam tidak jelas.
  • ahahaha , ada2 aja pagi hari dah pada rame
  • Aku mengambil tas ku dan
    menyandangkannya ke bahu,
    dari arah belakang ku Yoshi
    membuka lemari mengambil
    pakaiannya untuk bekerja.
    Salah satu diantara kami tetap
    diam, terutama Yoshi dia kelihatan murung.
    Setelah memakai bajunya
    lengkap, yoshi mengambil dasi
    dan memakaikannya dengan
    kikuk di depan ku.
    Yoshi terus saja mengumpat
    tidak jelas saat memasang dasi
    pada kerah bajunya, dia ini
    kenapa sih memakai dasi
    saja tidak bisa? Terlihat sekali
    dia grogi mungkin setelah aku
    melihat keadaan tubuhnya yang
    polos tanpa sehelai benang
    pun.
    Aku melangkah mendekat
    merampas dasi dari tangannya,
    dan memasangkannya pada
    kerah bajunya.
    Dia hanya menatap ku tanpa
    berniat untuk berbicara, aku
    menyimpulkan dasi dengan rapi
    dan benar. Yap selesai sudah
    aku menepuk nepuk bajunya
    dan merapihkan kemeja yang
    dia pakai.
    Dia menatap ku dan aku pun
    membalas menatap matanya,
    yoshi menundukkan wajahnya
    memandang hasil pekerjaan ku
    memakaikan dasi untuknya.
    "Terima kasih..." serunya dengan
    suara pelan, aku hanya menganggukkan kepalanya.
    "Jadi... Ayo kita berangkat" dia
    terlihat salah tingkah saat
    aku memandang wajahnya,
    aku hanya tersenyum kecil
    dan mengambil helm yang dia
    berikan.
    Yoshi menghidupkan mesin
    motornya, memecet klakson
    ke arah ku.
    "Naik" dia memakai helm
    dan membuka kaca helmnya.
    "Ok" aku mendaratkan pantat
    ku naik ke atas jok belakang
    motornya dan memeluk
    pinggangnya erat, dia hanya
    diam tak ada nada protes yang
    keluar dari bibirnya saat aku
    melingkarkan tangan ku ke
    pinggangnya.
  • hiii, si yoshi malau tp mau , hha :p
  • sweet dah, py kesan dewasanya kurang mnurutku, keduanya ababil smua ni kayanya, hagaga. . .peace wat writernya
  • tyo_ary wrote: »
    sweet dah, py kesan dewasanya kurang mnurutku, keduanya ababil smua ni kayanya, hagaga. . .peace wat writernya

    haha, makasih udah mampir.
    Oh gpp ko, thanks buat sarannya. Nanti tak dewasain
    lagi deh kedua karakter ini..
  • Di perjalanan pagi ini Oshi menepati janjinya untuk mengantar ku pergi bekerja.
    Yapp, ini adalah hari pertama
    ku bekerja sebagai pelayan
    restoran, hari pertama memang
    lumayan membuat ku sedikit
    gugup, yang aku takutkan
    adalah orang orang yang
    bekerja disana ramah atau
    justru sebaliknya.
    Aku menutup kedua mata ku
    karna gugup, memikirkannya
    saja membuat ku nerveous.
    Oshi melihat ku dari kaca
    spion motor, dia membuka kaca
    helmnya sedikit.
    "Kenapa? Takut ya?" katanya.
    "Wajarlah takut, ini kan
    hari pertama kerja" jawab ku
    kesal, dia hanya tertawa
    kemudian dia menambah
    kecepatan motornya.
    "Mau ngebut nih?" ucap ku
    keras.
    "Iya, aku ga mau ke jebak
    macet jam segini, coba kamu
    lihat ke langit udah mendung
    tuh" dia menunjuk ke atas
    dengan jarinya.
    Aku membuka kaca helm ku
    mendongkakkan wajah melihat
    langit yang berwarna hitam.
    "Masih jauh gak Shi?"
    "Lumayanlah, makanya aku
    ngebut biar ga keujanan
    di jalan"
    "Aku lupa ga bawa jaket dan
    payung lagi" sesal ku.
    "Santai ja, pulangnya kan
    aku jemput.."
    "Bukan itu, aku takut kita
    kehujanan di atas motor..."
    Drashhh Drashhhh, benar saja
    kan ucapan ku, baru saja aku
    bilang hujan deras datang dengan cepatnya.
    "Gezz, hujan Sya. Gimana nih"
    Oshi berteriak membelah gaduhnya titik titik air hujan
    yang membasahi seluruh baju
    kami.
    "Lanjut aja Shi.."
    di atas kilat benar benar
    menunjukkan kuasanya di
    hamparan langit hitam, tubuh
    ku yang seluruhnya sudah
    basah kuyup karna air hujan
    mulai merasakan kedinginan.
    Oshi bertanya kembali dengan suara yang lebih keras.
    "Sya, kita menepi saja dulu yah
    hujannya semakin lama semakin besar di sertai dengan kilat
    yang memekakan telinga"
    "Iya.." aku menganggukkan
    kepala ku, Oshi menepikan
    motornya pada sebuah saung
    yang kosong.
    Aku turun dari atas motornya
    dan masuk ke dalam saung
    yang ada di persimpangan jalan sepi ini.
    Oshi meminggirkan motornya
    dekat dengan atap saung, aku
    menggosok gosokkan kedua
    tangan ku dan mendekap
    tubuh ku yang basah.
    Oshi melepas helmnya dan
    menaruhnya di sisi saung
    pintu.
    Oshi dududk di sebelah ku
    melepaskan helm yang masih
    terpasang di kepala ku.
    "Kamu kedinginan ya?"
    aku mengangguk gemetar,
    tubuh ku menggigil menahan
    dingin, wajah ku sedikit
    pucat sama seperti bibir ku.
    Oshi melepas jaket kulitnya
    dan memakaikannya pada ku.
    "Pakai ini, mungkin bisa sedikit
    mengurangi dinginnya"
    "Kamu?" tanya ku menolak
    halus jaket yang ia pakaikan
    pada ku.
    Oshi menahan pergelangan
    tangan ku yang hampir melepas jaket kulitnya.
    "Jangan, kamu yang pakai"
    dia memasangkan kembali
    jaket itu pada tubuh ku yang
    gemetaran.
    "Maaf ya, aku selalu merepotkan mu.." gigi ku
    bergemelutuk aku mendekap
    era jaket yang membungkus
    tubuh ku.
    "Gpp, huft baju ku basah
    semua. Bagaimana kita bisa
    bekerja kalau baju basah
    seperti ini" Oshi menepuk nepuk kemeja beserta celana
    hitamnya.
    Aku menyibak sedikit poni
    yang menghalangi matanya,
    kemudian turun mengusap
    pipinya yang pucat.
    Badannya dingin akibat guyuran
    hujan pagi ini, gerakan tangan
    ku terhenti saat tangan ku tak
    sengaja menyenggol bibirnya
    yang merah.
    Kami saling berpandangan lama
    dan tangan Oshi menyambut
    tangan ku yang masih tetap
    setia menangkup pipi kirinya.
  • Bisakah aku hentikan detakan
    aneh yang terus memenuhi dada ku.
    Ruang nafas ku seolah penuh
    dengan kehangatan yang ia
    berikan.
    Hanya sejentik jari yang ia
    usapkan pada tubuhku, seolah
    membawa getar baru dalam
    diri ku.
    Senyum ini tak lepas saat tak
    sengaja ia memandang sekilas
    wajah ku yang merona malu.
    Sungguh aku tak sanggup
    menahan perasaan ini, jika
    mampu saat ini pun akan
    ku ungkapkan.
    Tapi sayang bibir ini tak mampu berucap lama, kau terlalu takut begitu pun aku.
    Bisakah aku menyampaikan
    perasaan ini? Sungguh terlalu
    lama aku menanti.
    Bisakah kau merasaknnya?
    Sungguh bahagia bila kau
    mau mengakuinya.
    Bisakah kita menjalin hari
    bersama? Tanpa ada lagi kata
    sahabat atau teman seperti
    biasa.
    Bisakah kita menjadi kekasih?
    Yang bukan lagi terikat karna
    persahabatan, melainkan rasa
    tulus dalam hati kita.
    Aku tak tau bahkan kau pun
    sama, aku diam kau pun diam
    biarlah saja kita memendam
    rasa itu, agar tetap menjadi
    kisah indah yang mewarnai
    hidup kita nanti.
  • Sweet ϐªηgε†
  • Makin so sweet aja nih bedua!
  • oughh . . .dilema dah jadiny
Sign In or Register to comment.