BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Mak Comblang.com

1484951535459

Comments

  • Kepingan ketujuh puluh enam.

    ***
    Alvian Pov.

    Aku mengayunkan kedua kaki
    diatas jembatan yang ada di sekitar sungai ini, mencelupkan
    tangan ku masuk ke dalam air sungai yang dingin.
    Teriknya sinar matahari yang memancarkan panasnya ke bumi
    tak menyurutkan langkah ku untuk menjejakan kaki ku datang
    ke tempat ini.
    Tempat yang selalu mengingatkan ku pada sosok
    ibu yang sangat aku sayangi dan
    aku cintai, aku meremas ujung kayu lapuk yang menjadi penyangga jembatan yang ada di aliran sungai ini.
    Mata ku memandang hamparan
    hijaunya rerumputan sekitarnya.
    Seolah menawarkan keteduhan
    alami bagi ku untuk segera berbaring disana, merasakan kesejukan yang di tawarkan oleh
    sekeliling pohon besar yang memayungi deretan padang hijau.
    "Bu, aku sendiri sekarang.."
    bisik ku lirih, mata ku menatap
    hampa ke arah riak air yang ada
    dibawah kaki ku.
    "Kakak.."
    kedua mata ku terpejam erat, dada ku terasa sesak jika mengingat orang itu.
    Melihat bagaimana betapa lembutnya seorang kakak jika
    bersama orang lain, tatapan matanya meneduhkan sosok yang
    menurutnya sangat berarti di dalam hidupnya, sosok yang ia
    cintai sekarang. Ya pria yang beruntung mendapatkan hati bahkan perhatian dari kakak ku
    siapa lagi kalau bukan Evan.
    Aku mengepalkan kedua tangan ku kuat, menggeram kesal jika
    mengingat kembali kebersamaan
    mereka yang tak sengaja ku lihat
    tempo hari.
    BUGHH, Aku meninju lantai kayu
    jembatan yang sedang aku duduki saat ini dengan keras, tak
    ku pedulikan telapak tangan ku
    yang memerah akibat tindakan
    yang ku lakukan tadi, aku tak
    merasakan sakit apapun kecuali
    hati ku yang sakit dan sesak.
    Aku beringsut dari duduk ku kemudian melangkah pergi meninggalkan tempat yang penuh dengan kenangan ini.
  • si deka munculnya dikit bgt sih ..
    Penasaran ma reaksi dari indra waktu evan beri kadonya ..
  • Dilema tuch... Kasihan juga sich ma alvian... Tp couple favorit ku tetep indra- evan... Tetep penasaraaaaaaaaan ma mereka ... Lanjuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut jeung ><
  • dah lama ya ceritanya kok ga diterusin? penasaran sama si Kelvin bakal jadian sm siapa ya?
  • lanjutttt.. jgn putus lahhh.... ceritanya baguss...
  • belom d lanjut juga ya? semoga indra tetap ama evan
  • sasukechan wrote: »
    belom d lanjut juga ya? semoga indra tetap ama evan
    lanjutannya ya mannnnnaaaaaa....................

  • Malam mulai merajai langit, bulan
    menunjukkan pesonanya dengan
    cahayanya yang penuh dimalam
    ini. Disamping sang bulan selalu
    ada bintang bintang menemani
    keelokannya. Dibawah langit yang sama terdapat sepasang kekasih
    yang sedang membagi kehangatan melalui sebuah dekapan. Keduanya seakan tenggelam dengan kebersamaan
    yang tercipta. Tempat yang sangat strategis untuk meluapkan
    rasa kasih sayang tanpa ada satu
    pun gangguan dari orang orang.
    Evan menyamankan diri dalam
    pelukan hangat sang kekasih. Ia
    menenggelamkan kepalanya di
    antara kedua dada bidang Indra
    yang kokoh.
    Indra menyusupkan kepalanya
    diantara helai hitamnya rambut
    Evan yang terasa harum saat ia
    menghirup aroma tubuh Evan, ia
    mengeratkan rangkulannya dan
    semakin menenggelamkan kepalanya diantara tengkuk Evan.
    "Hm, ada apa kau menyuruh ku
    kemari malam malam"
    Suara Indra menghapus kesunyian
    yang melingkupi keduanya, Evan
    menengadahkan wajahnya keatas
    agar bisa memandang wajah Indra lebih jelas.
    Evan meringis senang. Tangannya
    meraup sebuah bungkusan berwarna biru laut tersebut dari
    dalam tas selempangnya yang ia
    taruH disamping tubuhnya.
    Indra menyipitkan kedua matanya
    dan memandang bingung bungkusan yang ada ditangan Evan.
    "Kamu lupa ya.."
    Sela Evan dengan mimik wajah yang susah untuk ditebak. Evan
    memainkan bungkusan kado
    tersebut.
    "Memangnya ini hari apa?"
    Tanya Indra spontan, ia melepaskan dekapannya pada tubuh Evan dan merengsek mundur memberi ruang untuk Evan bergerak bebas.
    Evan terkekeh pelan, ia masih saja
    memainkan bungkusan kertas itu
    ditangannya, Indra yang semakin
    penasaran pun akhirnya merebut
    bungkusan itu dari genggaman
    Evan.
    "Huh, bagus ya mulai main rahasiaan sekarang"
    Indra menatapnya sebal, Evan mengerucutkan bibirnya.
    Kemudian lengannya terangkat
    menjitak pelan kepalanya pelontos milik kekasihnya itu, Indra meringis kecil dan mengusap kepalanya yang terkena jitakan.
    "Menyebalkan"
    Evan mendengus pelan.
    ***
  • "Kenapa aku dijitak?"
    Indra masih mengusapkan kepalanya.
    "Makanya jangan asal nyeletuk"
    Evan mengambil bungkusan itu kembali dari tangan Indra, lalu hendak memasukannya kembali ke dalam tasnya tapi sebelum itu
    terjadi suara Indra keburu menghentikannya.
    "Loh? Kenapa dimasukin lagi ke dalam tas sih.."
    Protes Indra keras, ia melipat kedua tangannya ke dada.
    "Biar. Toh kamu aja ga inget"
    "Ck. Memangnya ada hari special ya? Atau ada acara membahagiakan begitu?"
    "Bukan apa-apa ko, lupakan."
    "Terserahlah"
    Indra mengangkat kedua bahunya, pandangannya terfokus
    menatap langit malam ini.
    Evan menghembuskan nafas pelan, lalu matanya tak sengaja
    melihat ke arah tas Indra yang terbuka. Evan tersenyum kecil ia
    memandang kearah bungkusan
    yang ada ditangannya. Menatap
    tulisan tangan yang ada pada di
    secarik kertas kecil yang tertempel didepan bungkusan tersebut.
    Kemudian dengan cekatan Evan diam-diam memasukan bungkusan tersebut ke dalam tas Indra yang terbuka.
    Evan dengan cepat menarik tangannya dari tas kekasihnya saat Indra menolehkan kepalanya menghadap dirinya.
    "Kenapa?"
    Tanya Indra, Evan menggelengkan kepalanya pelan lalu sebuah senyuman terukir indah di wajahnya.
    "Kita pulang, ini sudah terlalu malam"
    Kata Evan, ia bangkit dari duduknya dan mengibaskan celana dari kotoran tanah yang menempel disekitar celananya.
    Indra menganggukkan kepalanya
    tanpa ada niat membalas ucapan
    Evan, kakinya lebih dulu melangkah dan mengambil tasnya yang ia letakkan begitu saja diatas tanah.

    ***
  • Indra memarkirkan motornya didepan halaman rumahnya, ia mencabut kunci motornya dari
    lubang dan memasukkannya ke
    dalam saku bajunya.
    Matanya melirik jam tangan hitam
    yang melingkari lengannya, sebuah hembusan nafas keluar
    dari bibirnya. Ternyata ia pulang
    terlalu malam setelah mengantar
    Evan pulang lebih dulu.
    Ia turun dari atas motor ninjanya
    dan mendorongnya masuk ke dalam bagasi yang ada disamping
    rumahnya.
    Setelah memastikan motornya aman ia membuka pintu depan
    rumah dan membukanya, yang ia
    lihat pertama kali adalah kegelapan yang ada didalam rumah, ia melangkahkan kakinya
    masuk ke dalam melewati ruangan tengah dan berhenti
    di dapur.
    Tangannya terulur membuka kulkas dan mengambil sebotol
    air dingin kemudian menutup
    kembali kulkas tersebut. Indra
    mendudukan dirinya diatas bangku kayu yang memang
    sejal awal sudah ada disana.
    Ia menaruh tasnya dan meneguk
    sedikit demi sedikit air dingin
    masuk membasahi tenggorokannya.
    Tersengar suara langkah kaki dari
    arah ruang tamu yang berbatasan
    dengan dapur. Indra tak perlu menebak siapa orang dibelakangnya itu dia sudah tau
    siapa orang yang kini sedang
    berdiri disisi pintu dapur.
    "Baru pulang kak? Malam sekali. Dari mana saja"
    Suara tegas itu menggema disetiap penjuru sudut dapur yang remang. Alvian mendekati sosok
    kakak yang ia hormati itu. Ia pun
    ikut mendududkan dirinya di samping kakakanya.
    "......"
    Indra diam tak menjawab, Alvian
    menatap wajah tampan sang kakak yang sangat ia cintai.
    Alvian menghela nafas pelan, Matanya memandang ke dapan.
    "Aku tau kak, tanpa kakak jawab
    pun aku sudah tau"
    "Ya"
    Jawab Indra seadanya, ia bangkit
    dari duduknya bermaksud memasukkan kembali botol itu
    ke dalam kulkas.
    Sementara Indra yang sibuk berkutat didepan kulkas, mata
    Alvian tak sengaja melihat bungkusan berwarna biru laut
    yang menyembul keluar dari dalam tas kakaknya.
    Matanya melirik sebentar kakaknya kemudian tangannya
    mengambil bungkusan itu dan
    membaca tulisan tangan yang
    tertera pada secarik kertas kecil.
    'Dari Evan' pikirnya. Alvian tersentak saat mendengar suara
    pintu kulkas yang menutup.
    Dengan cepat Alvian mengambil
    bungkusan itu dan menyembunyikan di belakang
    tubuhnya.
    Indra mengambil tasnya, ia
    melangkahkan kakinya berniat
    meninggalkan tempat itu tapi
    kakinya terhenti lalu wajahnya
    ia palingkan ke belakang menatap
    sosok adiknya yang masih diam
    mematung disana.
    "Tidurlah, ini sudah malam"
    Ucap Indra pelan. Alvian yang sempat terkejut pun akhirnya
    kembali tersadar.
    "Iya, kaka duluan saja"
    Ucap Alvian dengan senyuman
    manisnya, Indra meneruskan
    langkahnya menuju ke kamarnya
    dilantai dua rumah ini.
    Setelah memastikan keberadaan
    kakaknya sudah menghilang Alvian menatap ke arah bungkusan yang kini ada di tangannya, ia meremas bungkusan itu dengan kuat, sorot matanya tajam tapi juga terlihat
    sendu.
    ****
  • kirain apdet lagi... udah baca mah itu.... -_-
    sibuk ya ran?
  • @yuzz: ho udah baca toh, kirain blm hehe..
    Haha iya lg sibuk urus ini itu.. ._.
  • tarik jabrighhhhhhh
Sign In or Register to comment.