It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Hadeh kaga diliat dulu sama gw jadinya banyak typo.. Asal main ketik aja mulu, kaga liat dulu sebelum up.. *tepok2 jidat
Makasih loh udah di koreksi lagi, lain kali pasti lebih hati2 deh..
Kelvin bersuara pelan, ia mengorek telinganya dengan tangan kanannya.
Deka menganggukkan kepalanya
dan tak lupa memasang senyum tipis, Kelvin melongo menatap senyuman yang jarang sekali di perlihatkan di depan orang lain.
"Kenapa ya, tapi gue ko ga bisa percaya lo segampang itu"
Kelvin memandang langit diatasnya, tangannya menyisir helaian rambutnya yang terhempas oleh angin laut.
"Terserah lo Vin, gue ga butuh jawaban apapun dari lo atas kejujuran gue ini"
Deka menutup kedua matanya dan kemudian menjatuhkan seluruh tubuhnya diatas pasir putih. Dengan beralaskan kedua
tangan sebagai bantalan kepalanya, ia mencoba untuk merefleksikan diri dengan kesunyian ini.
"Yang jelas saat ini perasaan gue
udah sedikit lega dengan berkata
jujur tentang perasaan gue yang
sebenarnya sama lo"
Deka menambahkan ucapannya
kemudian yang terdengar selanjutnya adalah suara dengkuran halus yang keluar dari bibir Deka yang sedikit terbuka.
Kelvin menolehkan kepalanya ke samping, menatap sosok jangkung di sebelahnya yang kini sedang tertidur nyaman beralaskan pasir putih.
Tangan kanannya perlahan terangkat, menyusuri kontur wajah tegas milik Deka.
Kelvin terdiam dan menjauhkan
jemarinya dari wajah yang kini
sedang tertidur itu.
"Itu sangat mustahil terjadi"
kelvin, mau ya jadi pacarnya deka, kalo ga mau biar aku aja sini yang jadi pacarnya deka ..
Terdengar suara derap langkah yang memenuhi ruangan di dalam rumah tingkat berlantai dua, kaki mungilnya menapi sudut dapur yang lengang tanpa ada aktivitas penghuni lainnya yang masih setia bergelung dalam selimut tebal dan nyaman.
Si pendek ah tidak tapi pemuda mungil berperawakan kecil dan berwajah imut itu terlihat sedang
menyibukkan dirinya dengan sebuah apron yang akan segera
ia lepas dari tubuhnya.
Tangannya yang gesit menyiapkan beberapa piring dan menu makanan yang akan menjadi sarapan paginya sebelum beraktivitas.
Ia tersenyum puas dengan hasil kerjanya menata semuanya di atas meja makan, Alvian membuka kulkas dan mengambil sebotol air dingin kemudian menuangkan ke dalam tiga gelas bening yang sudah berjejer rapi.
"Hm, wangi sekali disini"
sebuah suara berat menghentikan sejenak kesibukan Alvian menata
makanan.
Ia menolehkan wajahnya dan menemukan sosok jangkung dalam balutan kaus putih tanpa
lengan dengan celana pendek berwarna hijau lumut.
Tangannya mengeser kursi yang ada di depan meja dan mendaratkan bokongnya disana.
Tangannya membalikkan piring
mengambil sendok nasi dan menuangkannya ke piring.
Mata Alvian memencar mencari sosok penghuni lain yang tinggal di dalam rumah ini selain mereka berdua.
"Um..kak, Kak Indra kemana?"
Alvian bertanya dengan sorot matanya yang polos.
"Entahlah, aku tidak melihatnya"
Jawab Deka singkat, ia melahap suapan pertamanya.
"Ah, begitu ya. Mungkin dia masih tidur"
Alvian mengikuti jejak Deka dengan mendudukan dirinya di atas kursi. Deka menopangkan dagunya dengan sebelah tangannya yang tak memegang sendok. Manik hitamnya menatap
langsung sosok mungil di depannya.
"Dia ada di luar. Sepertinya sedang melakukan pemanasan"
Alvian menatap intens Deka, ia memiringkan kepalanya bingung.
"He? Pemanasan?"
"Iya, mungkin dia ingin lari pagi sebentar"
Deka kembali menyuapkan sesendok nasi masuk ke dalam mulutnya. Alvian menaruh sendok dan garpu ke atas piring. Beranjak dari duduknya dan berjalan ke teras rumah.
"Mau kemana?"
Tanya Deka, Alvian menolehkan wajahnya ke belakang kemudian
tersenyum kecil.
"Keluar Kak, aku ingin ikut olahraga pagi dengan Kakak"
"Kamu belum makan Ian"
"Ah, nanti aku juga makan kak"
Alvian kembali meneruskan langkahnya keluar rumah.
Deka hanya menggelengkan kepalanya, meneruskan ritual acara makan paginya dengan hikmat.
***