It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
****
Tuliskan aku dalam hitam mu.
Tak bermakna namun berkesan.
Naungi aku dalam hitam mu.
Seakan gelapnya tak mampu kau
renggut.
Rangkul aku saat hitam ku.
Tanpa adanya ketakutan dalam
redupnya waktu.
Runtuhkan aku di setiap tangis ku.
Meski tak berkata, meski tak berucap.
Sadarkan aku disaat mega ku.
Dan perlahan hempaskan aku dengan realita tanya yang membelenggu.
**
Indra menatap pantulan dirinya
pada cermin besar yang ada di dalam kamar kekasihnya.
Tubuhnya yang besar serta otot
tangan yang kokoh tampak tertutupi oleh baju putih gading
berlengan panjang. Sedari tadi
ia tak henti mematut diri dalam
bias cermin didepannya.
"Pas sekali kan untuk mu?"
sebuah suara yang berasal dari
arah belakangnya sempat membuatnya terlonjak sesaat.
Badannya memutar mencari sosok
pemuda yang menyadarkan dirinya kembali dari khayalan
sesaatnya pada pantualan bayangan.
Sudut bibirnya tampak terukir
sebuah senyuman manis yang hanya tertuju untuk laki laki di hadapannya saat ini.
"Memang cocok"
serunya tanpa ada niat menghapus senyuman yang sejak
tadi terpasang dengan indahnya.
"Haha, syukurlah kalau begitu"
Evan melangkah mendekati pemuda yang sedang menatapnya dengan lembut itu.
Tangannya terangkat menunjukkan sebuah bungkusan
hitam dalam kantung plastik.
"Ini baju seragam mu"
Indra mengerinyitkan keningnya
menatap bungkusan hitam itu di
tangan Evan.
"Memangnya sudah kering?"
"Sedikit. Tapi mungkin baju ini
besok mau kau pakai lagi?"
tanyanya disertai dengan senyuman mengejek.
Indra mendengus kecil lalu merampas bungkusan hitam itu
dari tangan kekasihnya.
"Ucapan mu itu seperti berupa ejekan untuk ku"
"Oya? Aku tidak bermaksud begitu ko"
Evan memasang wajah polos.
Indra menatap tak percaya pada
kekasihnya itu, selanjutnya ia
menjauhi Evan dan meraih tasnya
dan memasukkan bungkusan itu
kedalam tas selempangnya.
"Lebih baik aku pulang, ini sudah
terlalu malam"
kaki jenjangnya memecah keheningan dalam ruangan remang itu, tangannya membuka
engsel pintu yang terbuat dari kayu tersebut.
Evan menarik telapak tangan itu
dan mendekapnya dengan erat.
"Kau tidak mau menunggu mama
ku pulang? Kita makan malam bersama dulu ya.."
Evan memasang wajah memohon,
berharap kekasih pertamanya ini
mau memenuhi permintaanya
untuk ikut makan malam bersama
dengan ibunya.
Indra mengelus surai hitam Evan
dan menatap mata bening laki
laki yang dicintainya itu dengan
sayang.
"Lain kali saja, aku tidak mau membuat orang rumah menunggu"
Evan merengut mendengar penolakan halus dari Indra.
"Maksud mu Alvian kan?"
tanya Evan gamblang.
"........."
Indra diam, ia tak mau membahas
hal seperti itu saat ini.
Evan menghela nafas panjang, ia
melepaskan genggamannya pada
jemari Indra.
"Pulanglah"
Indra menganggukkan kepalanya
sebelum ia keluar dari kamar Evan
dengan gesit ia mengecup pelan
kening kekasihnya sebagai ucapan
selamat malam. Selanjutnya ia
pergi menuju ke halaman depan
rumah Evan dimana motornya
terpakir disekitar pekarangan
rumahnya.
****
****
Kelvin mengerjapkan matanya
beberapa kali saat dirasakannya
ada sensasi perih yang membakar
disekitar pipi kirinya. Matanya membuka berusaha memfokuskan pengelihatannya
dari cahaya minim yang ada di
dalam mobil hitam yang sedang
ia tumpangi.
Kelvin menggeliatkan badannya
menetralisirkan rasa pegalnya
dengan cara menggerakan sedikit
kepalanya dan beberapa bagian
tubuhnya yang lain.
"Sudah selesaikah tidurnya tuan
putri?"
ada suara lain yang ada didalam
mobil hitam bergaya sport ini.
Kelvin mengedipkan matanya sekali dan memandang sosok laki
laki tampan dengan wajah yang
bisa di katakan sempurna.
"Deka?"
serunya dengan suara parau khas
orang yang baru bangun tidur.
Deka melipat kedua tangannya
ke dada memandang datar penampilan Kelvin yang 'berbeda'
setelah bangun dari tidurnya.
"Aku dimana?"
tanyanya linglung. Matanya terus
saja mengedar memandang sekeliling dalam mobil.
"Di dalam mobil ku"
Jawab Deka singkat, matanya
tak lepas menatap Kelvin di sampingnya.
Kelvin mengusap wajahnya pelan
lalu tangannya meraih pintu mobil dan keluar dari dalam mobil. Ia melangkahkan kakinya
dengan sempoyongan karna
menahan rasa kantuknya.
Deka menyusul jejak Kelvin dengan membuka pintu mobilnya
dan melangkah di belakang Kelvin takut takut Kelvin jatuh.
Deka menghela nafas kecil, tangannya terangkat melepaskan
earphone yang masih terpasang
di kedua telinga Kelvin.
Kelvin menghentikan langkah
kakinya lalu menatap Deka dengan kedua matanya yang sayu.
"Terima kasih sudah mengantar ku"
Ucap Kelvin singkat, ia melambaikan satu tangannya kepada Deka, dan melangkahkan
kakinya menuju pintu masuk ke dalam rumahnya.
Sebelum usaha Kelvin untuk membuka pintu rumahnya terlaksana sebuah tarikan pada
tangannya menghentikannya
aktivitasnya.
Tanpa ia duga sebelumnya sebuah
sentuhan hangat dari sebuah benda kenyal nan basah menyentuh keningnya. Kelvin
membulatkan kedua matanya
lalu berdiri mematung di tempat.
Dekal melepaskan sentuhannya
pada kening Kelvin dan tangannya
yang masih memegang telapak
tangan Kelvin.
"Good night"
bisiknya, Deka melangkahkan kakinya dan masuk kedalam mobil hitam metaliknya.
Meninggalkan sosok Kelvin yang masih berdiri diam dalam kekagetannya atas perlakuan
Deka padanya beberap detik yang
lalu.
***
@monic: iyaaaa ini lanjut...
ini mulai lanjut lg ko...
Ah, kok si indra pengin cpt plg si, harusnya kan dia nemenin evan ..
#sok tau...
****
21.00 PM.
Evan mengetuk ketukan ujung jarinya pada meja makan dalam
diam, sedangkan pikirannya
entah sedang melayang kemana.
" Evan..."
Disampingnya ada seorang wanita berparas cantik, dengan aura wajah yang ayu tapi tak menutupi sosok keibuan yang terpancar dari
senyumannya yang meneduhkan.
Evan tersentak dan memalingkan
wajahnya pada ibu tersayangnya.
"Iya Mah?"
Evan tersenyum tipis, sang ibu
mengelus lembut helaian rambut
hitam anaknya.
"Kenapa melamun?"
Ibunya menyeret satu bangku
yang ada disebelah anaknya dan
mendaratkan tubuhnya disana.
"Tidak ada ko Mah"
Evan menatap hiasan buah yang
terjajar rapi diatas meja, tangannya memainkan salah satu
buah plastik tiruan yang ada di genggamannya.
"Bohong, pasti ada yang kamu
sembunyikan dari Mama kan?"
Evan menaruh dagunya disisi meja makan dan menangkupkan
kedua tangannya bersamaan dengan kepalanya yang bersandar
nyaman pada meja didepannya.
"Evan bingung Mah"
Evan menutup kedua matanya,
dan menghembuskan nafasnya.
"Bingung kenapa Nak?"
"Evan harus memberikan kado apa untuk dia Mah? Evan bingung"
"Kado?"
Sang ibu mengerutkan keningnya
lalu sebuah senyuman terlukis
di wajahnya yang cantik.
"Anak Ibu sudah punya pacarkah?"
Evan tersentak kaget mendengar
ucapan ibunya yang mendadak,
ia tergagap menjawab pertanyaan sang ibu.
"Bu..bukan Mah, ini untuk teman
Evan bukan pacar"
"Memang untuk siapa Van?"
"Ummm... Indra Mah"
Jawab Evan cepat, matanya tak berani memandang ekspresi wajah sang ibu.
"Oh, kenapa kamu harus bingung
Nak, kamu berikan saja kado yang
menurut mu bagus"
"Umm, Mamah tidak merasa aneh?"
"Loh aneh kenapa?"
"Ya itu... Aku..."
"Kado untuk sahabat tidak ada
yang aneh Evan. Mama tidak
masalah tentang itu"
"I iya Mah"
Evan mengelus dadanya lega, ia
pun beringsut dari duduknya dan
melangkah menjauhi ruangan itu.
"Kado yang menurut ku bagus ya"
ucapnya pelan, sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman
hangat.
****
Indra mendorong motornya masuk kedalam garasi yang ada
disamping rumahnya. Sebuah klakson mobil mengagetkannya
Indra menutup pintu bagasi setelah selesai menaruh motornya.
"Deka? Dari mana aja lu?"
Tanya Indra melihat sosok Deka
yang keluar dari mobil sportnya.
"Jalan-jalan sebentar, lu?"
Jawabnya singkat, Deka menutup
pintu mobilnya dan memakirkannya di halaman depan rumah.
"Sama"
seru Indra, ia memutar-mutarkan
kunci motornya kemudian masuk
kedalam rumah diikuti dengan Deka dibelakangnya.
"Ndra..."
panggil Deka pelan, Indra memutar tubuhnya ke belakan
dan menghadapkannya pada Deka.
"Hm?" gumamnya.
"Sabtu nanti lu ada acara?"
"Gak ada. Kenapa?"
"Kita ke gelanggang olahraga, udah lama kan kita ga olahraga bareng"
Sahut Deka disertai dengan senyuman tipis, Indra memanggut
manggutkan kepalanya.
"Boleh, tapi gue ga janji ya. Sabtu
minggu gue kadang ada latihan
dadakan di dojo. Maklumlah bentar lagi mau ada pertandingan"
"Ok"
Deka meninggalkan Indra di belakangnya lalu berjalan naik
ke atas tangga. Sebelum kakinya
menyentuh anak tangga lainnya
ia bersuara lumayan pelan tapi
culup terdengar oleh telinga Indra.
"Ajak pacar lu juga jangan lupa"
Deka terkekeh pelan melihat tubuh Indra yang kaku setelah ia
mengatakan tentang pacar padanya.
"Sialan"
dengus Indra pelan.
****
kasian adeknya klu di tinggal sendiri dirumah, makanya dia pulang deh.. *plokk
@Ren_S1211: Endingnya lagi di pikirin mbak.. Tapi masih bingung
:')