BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Mak Comblang.com

1454648505159

Comments

  • @henry_13 owh... Krain td cowo...
    @RyoutaRanshirou ok kk gk dpggl om lg de...
    :D
  • @achan, jangan pangil Tsnya om, panggl pakde aja ya*kabur*
  • @Henry_13 hahah bisa aja kk...
    Ntar dy ngambek bsa2 gk d lanjutin lg ni lapaknya...
    :p
  • Kepingan keenam puluh sembilan.

    ****

    Angin berhembus lirih dalam balutan dingin bersayapkan hitam
    bersembunyi diantara celah celah
    malam yang diterangi sinar bulan
    yang indah.
    Keheningan yang tercipta di pecahkan oleh suara desahan berat dari ruangan remang yang
    hanya bercahayakan lampu kecil di atas buffet kamarnya, Evan
    hanya mampu mengerang perih
    tak kala bibir tipis kekasihnya
    menghisap setiap jengkal lehernya dengan kasar.
    Tangan kanan Indra menjambak
    kecil helaian surai hitam Evan
    dengan lembut, tak hanya bibir
    saja yang bermain di tengkuk
    polos itu tetapi gigi putih itu
    menggigit kecil di sekitar area
    sensitif milik Evan.
    Evan mendesah kecil saat sebelah
    tangan Indra masuk kedalam kaos
    singletnya dan memilin puting
    kecil yang sudah menegang sempurna, kedua tangannya ia
    kalungkan ke leher Indra dan
    membawa wajah itu untuk lebih
    mendekat ke wajahnya.
    Evan tersenyem nakal lalu bibirnya dengan kasar meraup
    bibir merah milik Indra, mengulum bahkan meghisap
    seluruh saliva yang ada didalam
    mulut pemuda jangkung di pelukannya.
    Kedua kepala itu saling berputar
    mengimbangi permainan lidah
    di dalam mulut hangatnya, Evan
    membelit organ pengecap Indra
    dengan lihai lalu mengajaknya
    untuk kembali bertarung.
    Setelah 10 menit ciuman panas
    itu berlangsung Evan yang sudah
    kehabisan pasokan udara didalam
    paru parunya dengan berat hati
    melepaskan ciuman itu secara
    sepihak menyisakan benang tipis
    memanjang dan akhirnya putus
    saat kedua wajah itu menjauh.
    "Hah hah hah.."
    Evan menghirup udara sebanyak
    banyaknya dan menstabilkan
    kembali detak jantungnya yang
    meningkat cepat.
    Indra terkekeh pelan lalu mengusap lembut rambut hitam
    itu dengan sayang, ia masih setia
    memeluk tubuh kekasihnya itu.
    "Kau bisa nakal juga ternyata"
    Bisik Indra pelan dekat pada telinga Evan, ia menopangkan kepalanya di atas bahu Evan.
    "Kan kamu juga yang ajari"
    Evan mengusap pucuk kepala Indra dan memeluk kepalanya
    dengan kedua tangannya.
    "Oya? Kapan itu, aku sendiri lupa
    kapan aku mengajari mu seperti
    itu"
    Indra tertawa pelan mengangkat
    kepalanya dan memandang mata
    obsidian milik kekasihnya.
    "Huh, mengelak saja terus"
    Evan menjitak kecil kepala Indra
    lalu turun dari pangkuan kekasihnya.
    "Mandi saja dulu, sebentar lagi
    mama ku pulang. Aku tidak mau
    dia pingsan karna melihat keadaan kita yang seperti ini"
    mata hitam seperti batu akik itu
    memandang penampilan Indra
    yang masih bertelanjang dada
    tanpa sebuah helai baju melapisi
    tubuh bagian atasnya.
    "Ok"
    dengan patuh Indra pun melangkahkan kakinya masuk
    kedalam kamar mandi, Evan menghela nafas berat lalu mengambil beberapa helai pakaian ayahnya yang sudah lama tak di pakai oleh beliau.
    Ia menatap rindu kearah baju putih berlengan panjang yang ada
    di genggaman tangannya. Ia merindukan sosok hangat yang
    dulu sering menemani harinya.
    Tapi kini sosok hangat itu telah
    tiada terkubur bersama kenangan
    dan beberapa kepingan cerita
    yang tergores indah pada masa kecilnya dulu.

    ****
  • Kepingan ketujuh puluh.

    ****

    Ada saatnya kenangan masa lalu
    menguap kembali kedalam permukaan.
    Seolah memutar cerita yang sudah lama tersimpan rapat terbuka tanpa ada satu pun yang
    mampu menutupnya kembali.
    Terkadang rasa perih ataupun terluka yang dulu ingin di lupakan
    teringat tanpa sengaja, bagaikan
    potongan kisah itu rekaman film
    yang sudah rusak.
    Seandainya mampu waktu terulang kembali, ingin rasanya
    membenahi ceceran memori sendu itu menjadi kepingan
    kebahagiaan yang layak untuk
    di ingat sampai mati.
    *

    Alvian terbangun dari mimpi buruknya, seluruh bajunya basah
    oleh kucuran keringat yang turun
    membasahi pelipisnya.
    Nafasnya terputus putus, detak
    jantungnya terasa semakin cepat.
    Ia meremas selimut tebal yang
    melapisi tubuhnya di atas ranjangnya yang nyaman.
    Kepalanya tertunduk sudut matanya basah oleh setets embun
    yang menetes tanpa perintah, ia
    hanya mampu menangis dalam diam saja seolah dengan itu ia
    mampu mengurangi sedikit beban yang menghimpit dadanya.
    Kakinya turun dari atas ranjangnya lalu melangkah mendekat kesisi buffet yang menampilkan beberapa pajangan
    figura foto didalamnya.
    Tangannya meraih satu figura
    usang yang menunjukkan sesosok
    wanita cantik yang sedang tersenyum ramah didepan kamera.
    Matanya yang merah menatap
    sendu ke arah figura yang berada
    di genggaman tangannya, jarinya
    mengusap lembut wajah ayu
    didalam foto tersebut dengan
    gerakan yang pelan ia memeluk
    foto figura itu dengan erat dan
    berbisik lirih yang hanya mampu
    didengar olehnya saja.
    "Mama.."

    ****
  • Pertamax....
    Hhohoho
  • Masih kurang byk apdetnya
  • Kepingan ketujuh puluh satu.

    ****

    Kelvin Pov.

    Rasa kantuk itu kembali menyerang indra pengelihatan ku,
    mata ku terasa berat jika memandang sekitar.
    Menghela nafas panjang berulang
    kali seolah menjadi obat pencegah kantuk yang terus
    menghantui pelupuk mata ini,
    mata obsidian ku menatap jalanan didepannya, disamping ku
    ada seseorang menyebalkan yang
    sedang mengantar ku pulang
    kerumah. Entah kenapa aku berpikir jika aku ini seolah tak
    jauh seperti seorang gadis yang
    diantar pulang oleh kekasihnya.
    Memikirkannya saja membuat ku
    mual, apalagi jika aku harus
    menjadi pacarnya yang asli grr
    aku berharap itu tak pernah terjadi. Eh itu tidak mungkin
    terjadikan? Kenapa aku jadi takut
    jika itu jadi kenyataan. Ah masa bodo aku tidak peduli.
    Aku melihatnya dari sudut mata
    ku ekspresi wajahnya begitu serius menatap jalanan gelap
    di depannya, beberapa lampu penerang jalan seolah menjadi
    sumber satu satunya cahaya
    kehidupan dijalanan yang sepi.
    Matanya melirik sekilas kepada ku
    mengintipnya diantara celah celah
    alis matanya yang hitam.
    "Apa?"
    tanya ku memecahkan keheningan yang tersalur diantara suasana didalam mobil hitam miliknya.
    "Tidak ada"
    jawabnya singkat, huh aku tau
    kau mau berbicara kan dasar
    dengus ku dalam hati.
    "Tidak ada tapi kenapa mata mu
    seolah mengatakan lain ya"
    "Maksudnya?"
    Ucapnya disertai dengan kerutan
    kecil dikeningnya.
    "Lupakan"
    aku memasang headset ke telinga ku dengan cepat, mencoba membunuh waktu yang berjalan
    melambat.
    Rasa kantuk kembali menghampiri di sudut kedua mata ku, perlahan lahan kedua
    kelopak mata ku menutup seakan
    tersihir oleh nada nada indah
    yang mengalun lembut di telinga ku.

    ****

    "Evan kenapa kamu diam saja"
    Indra menepuk bahu Evan pelan,
    mendapati kekasihnya masih berdiri pada posisi tempatnya semula. Indra masih memakai celana seragamnya tanpa baju
    yang menutupi dada bidangnya.
    Handuk putih itu mengelantung
    manja menghias disekitar tengkuknya yang mulus tanpa noda, rambutnya yang lemas oleh
    air membingjai utuh wajahnya
    yang tampan.
    Evan mengerjapkan matanya
    lalu memandang Indra dan memberikan baju putih berlengan
    panjang itu kepada kekasihnya.
    "Ini, pakailah"
    Ucap Evan dengan nada suara serak, Indra menatap lekat kedalam bola mata Evan. Ia tau
    orang di sayanginya itu habis
    menangis terlihat dari kedua matanya yang memerah.
    Sebelah tangannya bergerak pelan menyeka sudut mata kekasihnya yang meneteskan
    embun, dengan lembut ia
    membelai pipi tembem milik Evan dengan sayang.
    "Kau kenapa?"
    tatapan matanya melembut dengan sebelah tangan menangkup sisi wajah Evan.
    Evan menggelengkan kepalanya
    lalu mengusap sisa jejak air matanya menggunakan punggung tangannya.
    Tangan kokoh itu mengelus
    surai hitam milik Evan dengan
    sayang.
    "Ceritakan saja, aku ini pendengar yang baik ko"
    "Tidak ada.."
    Mata sehitam malam itu menyendu, kepalanya tertunduk
    surai hitamnya menutupi setengah wajahnya.
    Indra menghela nafas berat lalu
    membimbing tubuh rapuh itu
    mendekat pada sebuah pelukan
    hangat. Tangannya menepuk ringan pucuk kepala kekasihnya.
    "Ya sudah kalau kamu memang tidak mau cerita, aku tidak akan
    memaksa"
    Evan menganggukan kepalanya
    lalu membalas pelukan itu dengan erat.

    ***
  • Kurang....
  • Lanjut jeung... He he he baru mampir di suguhin adegan kiss hot ... Evan - indra ... Ouchhhhhh wkwkwkwk :p
  • @Achan: kurang ya? Maaf...
    @Ren_S1211: haha, itu jauh dari hot mbak... :))
  • @RyoutaRanshirou i mean kurang banyak tante...
    Eh, btw kpn update lagi ni tant?
  • @Achan: ga tau deh nih, lagi mentok buat cerita selanjutnya..
    Padahal tinggal beberapa keping
    lagi tamat..
Sign In or Register to comment.