BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Mak Comblang.com

1474850525359

Comments

  • Kepingan ketujuh puluh lima.

    ****
    Evan Pov.
    Siang harinya setelah pulang sekolah aku dan Kelvin pergi ke
    jejeran toko kado yang ada di sepanjang jalan pusat kota, aku
    yang masih bingung ingin memberikan sebuah kado apa
    untuk Indra pun akhirnya dengan
    berat hati bertanya pada Kelvin.
    "Vin menurut lu Indra suka benda
    apa ya?"
    aku bertanya pada Kelvin yang
    masih serius menatap jejeran toko
    yang memasang berbagai macam
    benda lucu dan unik di depan kaca
    toko mereka.
    "Jam? Atau jaket"
    Kelvin mengetuk dagunya dengan
    menirukan gaya seorang detektif
    seperti di dalam manga atau komik jepang.
    Aku hanya tertawa pelan melihat
    tingkahnya yang tak ubahnya
    seperti bocah lima tahun di mata
    ku.
    "Itu sih biasa Vin, gue sih maunya
    benda yang unik tapi berkesan"
    Kelvin terkekeh pelan, tangannya
    merangkul pundak ku cepat.
    "Gimana kalau bekas celana dalam
    yang belum pernah lu cuci sama
    sekali, itu kan berkesan banget"
    Bisiknya, aku merengut dan menepis tangannya yang masih
    menempel di atas pundak ku.
    Kelvin tertawa ringan.
    "Ah sialan lu gak lucu tau gak"
    aku meninju bahunya pelan.
    "Lagian lagak lu pake acara kasih kado segala. Kaya cewe aja lu"
    Kelvin menoel dagu ku dan tak
    lupa memberi ku sedikit kedipan
    mata yang membuat ku perut ku
    mual seketika.
    "Ah berisik lu, gue minta anterin
    lu kesini karna gue bingung mau
    kasih kado apa buat dia"
    "Lah? Kenapa nanya sam gue?
    Kan pacarnya lu haha"
    Kelvin mengacak acak rambut ku,
    di sepanjang jalan kami berdua
    terus saja mengocehkan hal hal
    yang tidak berguna, kadang kadang tertawa tidak jelas karna
    banyolan garing yang di lontarkan
    oleh Kelvin.
    Aku merasa seperti momen momen kebersamaan kami dulu
    seolah terulang kembali disini, aku menjadi diam dan seolah sibuk dengan pikiran pikiran lain
    yang melayang di dalam otak ku.
    Kelvin yang terus saja berbicara
    pun menolehkan kepalanya kepada ku kemudian menjitak
    kepala ku.
    "Aduh.."
    aku meringis kecil dan mengusap
    bekas jitakan yang diberikan Kelvin barusan.
    "Kenapa diem lu?"
    "Gak ada"
    "Ah bohong banget lu"
    "Seterah deh kalau mau percaya
    atau gak"
    pelan langkah kaki ku semakin cepat dan meninggalkan Kelvin
    di belakang ku. Kelvin berlari kecil
    dan mensejajarkan lagi langkah
    kakinya dengan ku.
    "Lu kasih aja kado yang menurut
    lu bagus, asalkan pilihan itu berdasarkan dari hati lu"
    Kelvin menolekan sedikit kepalanya pada ku kemudian
    memasang senyuman manis.
    Langkah kaki ku terhenti dan
    mata ku masih memandang senyuman tulus itu dari wajah
    tampan yang ada disamping ku.
    Kelvin menghadapkan tubuhnya
    dan sekarang kami pun saling
    berhadapan mata kami pun saling
    beradu, diantara lautan manusia
    yang ada di sepanjang jalanan
    ini aku merasa hanya ada sosok
    kami berdua sajalah di tempat
    itu.
    Aku melihat tangan Kelvin terulur
    dan mengusap helaian rambut ku
    dengan lembut, tubuh ku seolah
    kaku dan menerima saja sentuhan
    ringan itu di kepala ku.
    "Pilih saja kado yang menurut
    lu bagus Van, apapun akan selalu
    terasa istimewa jika semuanya
    berdasarkan dari hati"
    Ucap Kelvin lirih, senyuman itu
    tak terhapus sedikit pun dari
    wajahnya.
  • wah, si kelvin bisa ngomong ky gtu juga toh ..
    Kira2 evan mau beri indra apa ya ??
    Lanjut lg dong ..
  • (ini lanjutannya, sambungan dari
    kepingan 75)
    ****

    Evan Pov.

    Matanya memandang lurus ke arah ku, tangannya masih setia
    mengusap pucuk kepala ku.
    Diantara kerumunan orang
    orang di sekitar jalanan ini aku
    merasakan ada beberapa pasang
    mata yang memandandang aneh
    ke arah kami berdua.
    Kelvin menurunkan tangannya dan menjuntaikannya di sisi
    tubuhnya kembali, ia meringis
    kecil tak lupa mengatakan kata
    'maaf' dengan suara pelan.
    "Kita diliatin Van haha"
    aku tau spontanitas yang di lakukannya tadi pada ku sedikit
    mengundang beberapa tatapan
    orang orang disekeliling kami.
    Aku hanya mengangguk lalu ku
    tarik pergelangan tangannya masuk kedalam sebuah toko,
    sebenarnya aku menyeretnya kesini karna ingin menghindari
    dari tatapan yang menurut ku
    sangat mengganggu di luar sana.
    Setelah masuk kedalam toko aku
    melepaskan tautan tangan ku
    pada jemarinya.
    "Huft selamat.."
    Kelvin melangkah lebih dulu dan
    memandang jejeran benda benda
    unik yang terpajang di setiap rak
    besar didalam toko.
    Aku pun mengelilingi setiap macam benda yang ada disini,
    ada sebuah boneka, jam, dan
    beberapa gantungan lucu berbentuk gambar hewan.
    Sekilas mata ku terpaku pada sebuah benda bulat seperti bola,
    aku mendekat pada jejeran rak
    pajangan yang terdapat pada bagian pojok ruangan.
    Tangan ku meraih bola bening
    itu, didalam bola yang tembus
    pandang tersebut terdapat sebuah bermacam macam bulatan
    kecil yang menyerupai salju.
    Dan di tengahnya ada replika kedua pasangan kekasih yang saling berpelukan seolah membagi kehangatannya di tengah musim salju yang dingin.
    Jika bola itu di guncangkan sedikit
    maka akan terbentuk sebuah titik
    titik kristal putih yang jatuh seperti salju.
    Mata ku tak lepas memandang
    bola bening ini dari tangan ku,
    aku tersenyum dan membiarkan
    diri ku larut dalam kesenangan
    sesaat ketika melihat benda cantik
    itu.
    Kelvin menyusul jejak ku dan berdiri tepat disamping ku, suaranya memecahkan keheningan yang melingkup di antara kami.
    "Pilihan yang bagus"
    Kelvin mengambil bola plastik
    itu dari tangan ku dan menelitinya sebentar.
    "Gue milihnya dari hati loh,
    seperti yang lu bilang kan.."
    "Semuanya akan terasa istimewa
    jika didasari dari hati"
    jawab ku, mata ku mengerling
    kearah Kelvin disampingku.
    Kelvin tertawa pelan, lalu memberikan pajangan bola itu
    kembali pada ku.
    "Pinter deh haha"
    ucapnya diserai dengan tawa renyah.
    "Udah ah, gue mau pilih ini"
    aku meninggalkan Kelvin di belakang ku dan berjalan menuju
    kasir di depan ku.
    ****

    Setelah acara hunting mencari kado ku sudah selesai Kelvin mengajak ku ke tempat makan
    ice cream yang terkenal disini.
    Tentu saja dengan anggukkan semangat aku menerima ajakannya itu.
    Saat ini kami sedang duduk di sebuah taman pusat kota, disini
    sejuk sekali banyak pohon pohon
    besar yang memayungi sekeliling
    taman ini.
    Kedua tangan ku membekap kado
    yang sudah terbungkus dengan
    rapi, Kelvin menepuk bahu ku
    dan memberikan satu cone ice cream pada ku.
    "Ini, taruh dululah kadonya ga akan ilang ko"
    serunya, aku pun menaruh kado
    itu disamping ku dan mulai
    memakan ice cream ku.
    "Eh? Kok rasa Vanilla sih?"
    ucap ku ketika lelehan bening ice cream itu mengenai bibir dan lidah ku. Kelvin menolehkan kepalanya dan memandang ku.
    Aku melirik ke arah ice cream cone
    yang dimiliki Kelvin, ah ternyata
    dia memilih coklat. Itu kan ice
    cream favorit ku. T.T
    "Apa?"
    tanya Kelvin.
    "Gue pengen yang coklat"
    aku memasang wajah memelas.

    *
  • @Achan, @Marukochan, @Ren_S1211, @Fazlan_Farizi
    up 75 ada di page 57... Ini sambungan kepingannya..
  • Wah wah wah....
    Kpn nih scen indra n evannya tan?
  • great story... konfliknya blm klimaks ya... lanjüüüt...
  • kok blm dilanjut lg ..
    Udah kangen sama deka ..
  • Evan Pov.
    "Gue pengen yang coklat"
    aku memasang wajah memelas, Kelvin mengerinyitkan dahinya sambil memandang ku lekat.
    "Coklat? Lo ga bilang kalau mau
    coklat"
    "Bodo, yang penting gue mau ice cream lo itu ya"
    aku menengadahkan tangan kanan kupadanya, meminta coklat ice creamnya untuk ku.
    "Jorok lo, ini bekas gigitan gue
    kali Van. Beli aja lagi sanah"
    Kelvin menepis pelan tangan kanan ku dari hadapannya.
    Aku mengerucutkan bibir ku maju
    beberapa senti.
    "Pelit..."
    Kelvin melirikkan matanya pada ku lalu menghela nafas kecil.
    "Ck ya udah nih"
    Kelvin memberikan ice cream coklatnya kepada ku.
    "Hehehe.."
    aku pun menerimanya dengan senang hati dan menukar ice cream vanila ku padanya.
    "Bocah"
    Kelvin menoyor kepala ku tapi aku
    tetap anteng dengan ice cream coklat yang ada di tangan ku.
    Aku menggoyang goyangkan kedua kaki ku dan memakan ice cream ku dengan hikmat.
    Kelvin menolehkan kepalanya dan
    menatap ku lucu, ice cream vanilla
    yang ada di tangannya belum ia
    sentuh sama sekali.
    "Kenapa ga di makan ice creamnya?"
    mata ku membalas pandangan mata Kelvin pada ku, dengan lihai
    lidah ku terus saja menjilat lelehan dinginnya ice cream.
    "Gue tau lo suka ice cream coklat, tapi please lah jangan sampe belepotan gitu juga makannya"
    Kelvin terkekeh pelan, tangannya
    mengusap sudut bibir ku yang
    ternoda oleh lelehan ice cream yang menempel.
    Aku mengedipkan mata ku tanpa
    melepas pandangan ku dari sosoknya saat ini, ia mulai menikmati ice creamnya di selingi senyum di bibirnya.
    Aku memalingkan wajah ku darinya dan kembali menjilat sisa
    ice cream yang masih tertinggal pada bibir ku, aku sedikit menundukkan kepala ku agar wajah memalukkan ku yang merona tak terlihat olehnya.
    "Bego..." desis ku. Dan seterusnya
    kami menikmati ice cream masing masing dalam diam dan tentunya
    sesuatu hal yang memenuhi pikiran ku sekarang.
    ***
    Author Pov.

    "Ndra, mau kemana lo?"
    suara teriakan dari arah belakang membuatnya menghentikan langkah kakinya menuju motornya yang terpakir di depan halaman rumah.
    Indra memalingkan wajahnya ke belakang menatap sosok suara
    yang memanggilnya, Deka berjalan keluar rumah mendekat pada sosok Indra didepannya.
    "Ada apa?"
    Indra menaikkan satu alisnya.
    "Gue ikut lo ya.."
    Ucap Deka, kedua tangannya ia
    masukkan kedalam saku celananya.
    "Hah? Ikut? Mau ngapain"
    Tanya Indra, ia sampirkan jaket hitamnya ke bahu.
    "Ya sekalianlah toh arahnya sejalan"
    "Gue mau ke tempat latihan asal lo tau"
    Indra mendecak pelan dan mulai
    menaiki motor besarnya.
    Deka dengan seenak jidatnya menaruh bokongnya diatas jok
    belakang motor Indra.
    "Ck, gue udah peringatin lo kan.
    Cepet turun sekarang"
    Indra melepas helmnya melirik
    kesal pada seseorang yang menyebalkan dibelakangnya.
    Deka terkekeh pelan lalu menepuk bahu Indra sebagai balasan dari jawabannya.
    "Udah cepet, gue cuma mau ke toko sebelah ko"
    Ujar Deka, Indra mendecakkan lidahnya lalu memasang kembali
    helmnya dan menjalankan motornya membelah jalanan siang itu.
  • @Achan: nanti juga ada ko :DD
    @Hangatkuku: iya lagi di lanjut ko.. :DD
    @DM_0607: ini dekanya nongol ko hehe..
  • Evan kyk anak kecil ya tingkahnya.
    Imut lucu...
  • "Kelvin... Kelvin.. Kelvin nanana"
    di sepanjang jalan Evan tidak bisa diam, bibirnya selalu berceloteh
    hal hal yang tidak jelas.
    Kelvin yang ada di sebelahnya pun hanya berdiam diri dengan menyumpalkan kedua tangannya
    menutupi gendang telinganya agar tidak pecah mendengar nyanyian garing karna manusia
    di sampingnya ini.
    "Ck. Berisik Van!"
    Teriak Kelvin keras, ia mendumel
    sejak tadi.
    Evan tersenyum lebar menunjukkan deretan gigi putihnya, Kelvin mendengus pelan.
    "Hehe.. Akhirnya bisa dapet kadonya dan dapet ice cream gratis"
    Evan memeluk kado yang ada di dekapannya itu dengan erat.
    Kelvin menggelengkan kepalanya
    melihat kelakuan sahabat dekatnya itu.
    "Terima kasih ya hehe"
    Evan memiringkan sedikit wajahnya menatap lembut ke arah pemuda tampan di sebelahnya.
    "Sama-sama"
    senyuman kecil pun terlukis manis
    diwajahnya untuk membalas
    kata kata Evan.
    Evan tersenyum tipis matanya kembali memandang benda bulat
    yang terbungkus kertas kado berwarna teduh tersebut.
    "Tapi jangan lupa traktir gue nanti ya. Gak ada yang gratis loh"
    Kelvin menyeringai menyengol bahu Evan, dan sebuah tonjokan
    pelan pada bahunya menjadi sebuah jawaban.
    Evan memasang wajah kesal tapi
    berbeda dengan Kelvin yang menahan tawanya karna ulah candaannya tadi membuat Evan
    manyun.
    "Gue mau pulang ini, motor lu di parkir dimana sih?"
    Evan menolehkan wajahnya ke kanan dan ke kiri mencari motor
    besar yang selalu Kelvin kendarai
    jika ke sekolah.
    "Disana"
    kelvin menunjuk ke sebuah pohon besar yang berada di paling pojok
    disamping sebuah toko perkakas.
    "Huh, jauh banget sih parkirnya?
    Emang gak ada tempat yang lebih
    strategis apa"
    ucap Evan kesal, Kelvin menjitak
    kepala Evan.
    "Udah bawel, tinggal naik banyak
    protes lagi"
    Kelvin naik keatas motor ninjanya dan memasang helm ke kepalanya. Evan mendudukkan
    dirinya ke atas jok motor.
    "Ini"
    Kelvin memberikan satu helmnya
    lagi pada penumpang di belakangnya.
    "Ah iya"
    Evan mengangguk patuh.
    "Pegangan ya, biar lo ga nyungsep pas nanti gue ngebut"
    "Ok"
    Evan mengacungkan jempolnya
    kemudian melingkarkan kedua
    tangannya disekeliling pinggang
    Kelvin erat.
    Kelvin tersenyum simpul dan mulai menggas motor besarnya
    itu dengan cepat sehingga membuat Evan tersentak karna terkejut.
  • Evan Pov.


    Angin semilir menghembuskan sejuknya, menguar bersama raungan knalpot motor yang bergerung memecah sunyi.
    Di perjalanan ini Kelvin mengantar ku pulang dengan motor ninjanya, aku melirik ke arah spion motor memandang
    bayangan wajahnya yang memantul dari cermin itu.
    Matanya berkonsentasi menatap
    jalanan didepannya, garis wajah
    tegasnya mengalirkan pesona tersendiri saat rahang keras itu tertarik sedikit saat bibirnya mengukir sebuah senyuman.
    Kedua tangan ku yang melingkar
    ke pinggangnya pun melonggar mencoba memberinya
    sedikit ruang untuk bernafas.
    Aku merebahkan kepalaku pada
    punggung lebar yang ada di dekapan ku sekarang, pikiran ku
    mulai mengawang merefleksikan
    sebuah bayangan seseorang yang
    memenuhi pikiran ku.
    "Ndra.."
    tanpa sadar bibir ku menggumamkan nama pemuda
    yang sangat aku sayangi.
    Kelvin yang mendengar gumaman
    diantara bisingnya suara angin yang menerpa wajahnya.
    "Van peluk yang bener nanti lo
    jatuh!"
    suara Kelvin menggema dengan
    kerasnya, menghemapaskan ku kembali dari lamunan ku.
    "A ah iya..."
    aku mengeratkan pelukan ku.
    Kelvin pun tak membalas jawaban ku dan memilih memfokuskan diri pada jalanan di depannya.
    Sekilas aku melihat siluet sesosok
    yang mirip dengan Indra, ia sedang membonceng seorang pria di belakangnya. Kedua mata ku
    menyipit memfokuskan pandangan ku kepada dua pemuda yang memberhentikan
    motornya di depan sebuah toko.
    'Ah itukan Indra, tapi dengan siapa?' gumam ku dalam hati mencoba mencerna kedua sosok itu dalam pikiran ku.
    ***


    Author Pov.
    Indra menggiringkan motornya
    di depan sebuah toko, tangannya
    melepaskan helm di kepalanya.
    "Turun.."
    ucapnya pelan, Deka mendengus
    kemudian turun dari atas motor.
    Ia menapakan kakinya pada jalanan beraspal depan toko.
    "Ga perlu lu suruh juga gue pasti
    turun Ndra. Santai aja"
    jawab Deka, ia merogoh saku celana panjangnya dan mengambil satu lembar uang kertas pecahan lima puluh ribuan.
    "Gue buru buru ke tempat latihan
    dan kalau gue sampai terlambat itu udah pasti gara gara lu"
    Indra menatap kesal Deka yang
    membuatnya datang terlambat
    ke tempat latihan.
    Ia kembali memasang helmnya dan menghidupkan motornya tapi
    sebelum Indra menjalankan motor besarnya itu Deka lebih
    dulu memasukkan uang kedalam saku celana Indra.
    Indra menundukkan kepalanya,
    kedua alisnya bertaut menatap
    bingung ke arah Deka.
    "Apa maksud lu ini hah"
    Indra mendesis tak suka, Deka
    memasang seringai kecil menatap
    datar pemuda di depannya.
    "Anggep itu imbalan buat lu karna
    udah anter gue kemari. Bye"
    Deka melangkahkan kakinya masuk kedalam sebuah toko dan
    melambaikan tangannya sebagai
    ucapan terima kasihnya.
    Indra menggeram matanya menatap sengit sosok Deka yang sudah masik kedalam toko di depannya, ia merogoh saku celananya dan meremas uang kertas itu dengan kuat.
    "Brengsek! Lo pikir gue ini supir cih"
    dengan kesal Indra langsung tancap gas segera meninggalkan tempat itu.
    ***
  • Dan baru komentar sekarang, mungkin konfliknya boleh diperjelas lagi gitu, jalan ceritanya :) #sekedar masukan#
  • Typo masik = masuk.
    Lanjutttt...
Sign In or Register to comment.