It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
****
Evan Pov.
Siang harinya setelah pulang sekolah aku dan Kelvin pergi ke
jejeran toko kado yang ada di sepanjang jalan pusat kota, aku
yang masih bingung ingin memberikan sebuah kado apa
untuk Indra pun akhirnya dengan
berat hati bertanya pada Kelvin.
"Vin menurut lu Indra suka benda
apa ya?"
aku bertanya pada Kelvin yang
masih serius menatap jejeran toko
yang memasang berbagai macam
benda lucu dan unik di depan kaca
toko mereka.
"Jam? Atau jaket"
Kelvin mengetuk dagunya dengan
menirukan gaya seorang detektif
seperti di dalam manga atau komik jepang.
Aku hanya tertawa pelan melihat
tingkahnya yang tak ubahnya
seperti bocah lima tahun di mata
ku.
"Itu sih biasa Vin, gue sih maunya
benda yang unik tapi berkesan"
Kelvin terkekeh pelan, tangannya
merangkul pundak ku cepat.
"Gimana kalau bekas celana dalam
yang belum pernah lu cuci sama
sekali, itu kan berkesan banget"
Bisiknya, aku merengut dan menepis tangannya yang masih
menempel di atas pundak ku.
Kelvin tertawa ringan.
"Ah sialan lu gak lucu tau gak"
aku meninju bahunya pelan.
"Lagian lagak lu pake acara kasih kado segala. Kaya cewe aja lu"
Kelvin menoel dagu ku dan tak
lupa memberi ku sedikit kedipan
mata yang membuat ku perut ku
mual seketika.
"Ah berisik lu, gue minta anterin
lu kesini karna gue bingung mau
kasih kado apa buat dia"
"Lah? Kenapa nanya sam gue?
Kan pacarnya lu haha"
Kelvin mengacak acak rambut ku,
di sepanjang jalan kami berdua
terus saja mengocehkan hal hal
yang tidak berguna, kadang kadang tertawa tidak jelas karna
banyolan garing yang di lontarkan
oleh Kelvin.
Aku merasa seperti momen momen kebersamaan kami dulu
seolah terulang kembali disini, aku menjadi diam dan seolah sibuk dengan pikiran pikiran lain
yang melayang di dalam otak ku.
Kelvin yang terus saja berbicara
pun menolehkan kepalanya kepada ku kemudian menjitak
kepala ku.
"Aduh.."
aku meringis kecil dan mengusap
bekas jitakan yang diberikan Kelvin barusan.
"Kenapa diem lu?"
"Gak ada"
"Ah bohong banget lu"
"Seterah deh kalau mau percaya
atau gak"
pelan langkah kaki ku semakin cepat dan meninggalkan Kelvin
di belakang ku. Kelvin berlari kecil
dan mensejajarkan lagi langkah
kakinya dengan ku.
"Lu kasih aja kado yang menurut
lu bagus, asalkan pilihan itu berdasarkan dari hati lu"
Kelvin menolekan sedikit kepalanya pada ku kemudian
memasang senyuman manis.
Langkah kaki ku terhenti dan
mata ku masih memandang senyuman tulus itu dari wajah
tampan yang ada disamping ku.
Kelvin menghadapkan tubuhnya
dan sekarang kami pun saling
berhadapan mata kami pun saling
beradu, diantara lautan manusia
yang ada di sepanjang jalanan
ini aku merasa hanya ada sosok
kami berdua sajalah di tempat
itu.
Aku melihat tangan Kelvin terulur
dan mengusap helaian rambut ku
dengan lembut, tubuh ku seolah
kaku dan menerima saja sentuhan
ringan itu di kepala ku.
"Pilih saja kado yang menurut
lu bagus Van, apapun akan selalu
terasa istimewa jika semuanya
berdasarkan dari hati"
Ucap Kelvin lirih, senyuman itu
tak terhapus sedikit pun dari
wajahnya.
Kira2 evan mau beri indra apa ya ??
Lanjut lg dong ..
kepingan 75)
****
Evan Pov.
Matanya memandang lurus ke arah ku, tangannya masih setia
mengusap pucuk kepala ku.
Diantara kerumunan orang
orang di sekitar jalanan ini aku
merasakan ada beberapa pasang
mata yang memandandang aneh
ke arah kami berdua.
Kelvin menurunkan tangannya dan menjuntaikannya di sisi
tubuhnya kembali, ia meringis
kecil tak lupa mengatakan kata
'maaf' dengan suara pelan.
"Kita diliatin Van haha"
aku tau spontanitas yang di lakukannya tadi pada ku sedikit
mengundang beberapa tatapan
orang orang disekeliling kami.
Aku hanya mengangguk lalu ku
tarik pergelangan tangannya masuk kedalam sebuah toko,
sebenarnya aku menyeretnya kesini karna ingin menghindari
dari tatapan yang menurut ku
sangat mengganggu di luar sana.
Setelah masuk kedalam toko aku
melepaskan tautan tangan ku
pada jemarinya.
"Huft selamat.."
Kelvin melangkah lebih dulu dan
memandang jejeran benda benda
unik yang terpajang di setiap rak
besar didalam toko.
Aku pun mengelilingi setiap macam benda yang ada disini,
ada sebuah boneka, jam, dan
beberapa gantungan lucu berbentuk gambar hewan.
Sekilas mata ku terpaku pada sebuah benda bulat seperti bola,
aku mendekat pada jejeran rak
pajangan yang terdapat pada bagian pojok ruangan.
Tangan ku meraih bola bening
itu, didalam bola yang tembus
pandang tersebut terdapat sebuah bermacam macam bulatan
kecil yang menyerupai salju.
Dan di tengahnya ada replika kedua pasangan kekasih yang saling berpelukan seolah membagi kehangatannya di tengah musim salju yang dingin.
Jika bola itu di guncangkan sedikit
maka akan terbentuk sebuah titik
titik kristal putih yang jatuh seperti salju.
Mata ku tak lepas memandang
bola bening ini dari tangan ku,
aku tersenyum dan membiarkan
diri ku larut dalam kesenangan
sesaat ketika melihat benda cantik
itu.
Kelvin menyusul jejak ku dan berdiri tepat disamping ku, suaranya memecahkan keheningan yang melingkup di antara kami.
"Pilihan yang bagus"
Kelvin mengambil bola plastik
itu dari tangan ku dan menelitinya sebentar.
"Gue milihnya dari hati loh,
seperti yang lu bilang kan.."
"Semuanya akan terasa istimewa
jika didasari dari hati"
jawab ku, mata ku mengerling
kearah Kelvin disampingku.
Kelvin tertawa pelan, lalu memberikan pajangan bola itu
kembali pada ku.
"Pinter deh haha"
ucapnya diserai dengan tawa renyah.
"Udah ah, gue mau pilih ini"
aku meninggalkan Kelvin di belakang ku dan berjalan menuju
kasir di depan ku.
****
Setelah acara hunting mencari kado ku sudah selesai Kelvin mengajak ku ke tempat makan
ice cream yang terkenal disini.
Tentu saja dengan anggukkan semangat aku menerima ajakannya itu.
Saat ini kami sedang duduk di sebuah taman pusat kota, disini
sejuk sekali banyak pohon pohon
besar yang memayungi sekeliling
taman ini.
Kedua tangan ku membekap kado
yang sudah terbungkus dengan
rapi, Kelvin menepuk bahu ku
dan memberikan satu cone ice cream pada ku.
"Ini, taruh dululah kadonya ga akan ilang ko"
serunya, aku pun menaruh kado
itu disamping ku dan mulai
memakan ice cream ku.
"Eh? Kok rasa Vanilla sih?"
ucap ku ketika lelehan bening ice cream itu mengenai bibir dan lidah ku. Kelvin menolehkan kepalanya dan memandang ku.
Aku melirik ke arah ice cream cone
yang dimiliki Kelvin, ah ternyata
dia memilih coklat. Itu kan ice
cream favorit ku. T.T
"Apa?"
tanya Kelvin.
"Gue pengen yang coklat"
aku memasang wajah memelas.
*
up 75 ada di page 57... Ini sambungan kepingannya..
Kpn nih scen indra n evannya tan?
Udah kangen sama deka ..
"Gue pengen yang coklat"
aku memasang wajah memelas, Kelvin mengerinyitkan dahinya sambil memandang ku lekat.
"Coklat? Lo ga bilang kalau mau
coklat"
"Bodo, yang penting gue mau ice cream lo itu ya"
aku menengadahkan tangan kanan kupadanya, meminta coklat ice creamnya untuk ku.
"Jorok lo, ini bekas gigitan gue
kali Van. Beli aja lagi sanah"
Kelvin menepis pelan tangan kanan ku dari hadapannya.
Aku mengerucutkan bibir ku maju
beberapa senti.
"Pelit..."
Kelvin melirikkan matanya pada ku lalu menghela nafas kecil.
"Ck ya udah nih"
Kelvin memberikan ice cream coklatnya kepada ku.
"Hehehe.."
aku pun menerimanya dengan senang hati dan menukar ice cream vanila ku padanya.
"Bocah"
Kelvin menoyor kepala ku tapi aku
tetap anteng dengan ice cream coklat yang ada di tangan ku.
Aku menggoyang goyangkan kedua kaki ku dan memakan ice cream ku dengan hikmat.
Kelvin menolehkan kepalanya dan
menatap ku lucu, ice cream vanilla
yang ada di tangannya belum ia
sentuh sama sekali.
"Kenapa ga di makan ice creamnya?"
mata ku membalas pandangan mata Kelvin pada ku, dengan lihai
lidah ku terus saja menjilat lelehan dinginnya ice cream.
"Gue tau lo suka ice cream coklat, tapi please lah jangan sampe belepotan gitu juga makannya"
Kelvin terkekeh pelan, tangannya
mengusap sudut bibir ku yang
ternoda oleh lelehan ice cream yang menempel.
Aku mengedipkan mata ku tanpa
melepas pandangan ku dari sosoknya saat ini, ia mulai menikmati ice creamnya di selingi senyum di bibirnya.
Aku memalingkan wajah ku darinya dan kembali menjilat sisa
ice cream yang masih tertinggal pada bibir ku, aku sedikit menundukkan kepala ku agar wajah memalukkan ku yang merona tak terlihat olehnya.
"Bego..." desis ku. Dan seterusnya
kami menikmati ice cream masing masing dalam diam dan tentunya
sesuatu hal yang memenuhi pikiran ku sekarang.
***
Author Pov.
"Ndra, mau kemana lo?"
suara teriakan dari arah belakang membuatnya menghentikan langkah kakinya menuju motornya yang terpakir di depan halaman rumah.
Indra memalingkan wajahnya ke belakang menatap sosok suara
yang memanggilnya, Deka berjalan keluar rumah mendekat pada sosok Indra didepannya.
"Ada apa?"
Indra menaikkan satu alisnya.
"Gue ikut lo ya.."
Ucap Deka, kedua tangannya ia
masukkan kedalam saku celananya.
"Hah? Ikut? Mau ngapain"
Tanya Indra, ia sampirkan jaket hitamnya ke bahu.
"Ya sekalianlah toh arahnya sejalan"
"Gue mau ke tempat latihan asal lo tau"
Indra mendecak pelan dan mulai
menaiki motor besarnya.
Deka dengan seenak jidatnya menaruh bokongnya diatas jok
belakang motor Indra.
"Ck, gue udah peringatin lo kan.
Cepet turun sekarang"
Indra melepas helmnya melirik
kesal pada seseorang yang menyebalkan dibelakangnya.
Deka terkekeh pelan lalu menepuk bahu Indra sebagai balasan dari jawabannya.
"Udah cepet, gue cuma mau ke toko sebelah ko"
Ujar Deka, Indra mendecakkan lidahnya lalu memasang kembali
helmnya dan menjalankan motornya membelah jalanan siang itu.
@Hangatkuku: iya lagi di lanjut ko.. :DD
@DM_0607: ini dekanya nongol ko hehe..
Imut lucu...
di sepanjang jalan Evan tidak bisa diam, bibirnya selalu berceloteh
hal hal yang tidak jelas.
Kelvin yang ada di sebelahnya pun hanya berdiam diri dengan menyumpalkan kedua tangannya
menutupi gendang telinganya agar tidak pecah mendengar nyanyian garing karna manusia
di sampingnya ini.
"Ck. Berisik Van!"
Teriak Kelvin keras, ia mendumel
sejak tadi.
Evan tersenyum lebar menunjukkan deretan gigi putihnya, Kelvin mendengus pelan.
"Hehe.. Akhirnya bisa dapet kadonya dan dapet ice cream gratis"
Evan memeluk kado yang ada di dekapannya itu dengan erat.
Kelvin menggelengkan kepalanya
melihat kelakuan sahabat dekatnya itu.
"Terima kasih ya hehe"
Evan memiringkan sedikit wajahnya menatap lembut ke arah pemuda tampan di sebelahnya.
"Sama-sama"
senyuman kecil pun terlukis manis
diwajahnya untuk membalas
kata kata Evan.
Evan tersenyum tipis matanya kembali memandang benda bulat
yang terbungkus kertas kado berwarna teduh tersebut.
"Tapi jangan lupa traktir gue nanti ya. Gak ada yang gratis loh"
Kelvin menyeringai menyengol bahu Evan, dan sebuah tonjokan
pelan pada bahunya menjadi sebuah jawaban.
Evan memasang wajah kesal tapi
berbeda dengan Kelvin yang menahan tawanya karna ulah candaannya tadi membuat Evan
manyun.
"Gue mau pulang ini, motor lu di parkir dimana sih?"
Evan menolehkan wajahnya ke kanan dan ke kiri mencari motor
besar yang selalu Kelvin kendarai
jika ke sekolah.
"Disana"
kelvin menunjuk ke sebuah pohon besar yang berada di paling pojok
disamping sebuah toko perkakas.
"Huh, jauh banget sih parkirnya?
Emang gak ada tempat yang lebih
strategis apa"
ucap Evan kesal, Kelvin menjitak
kepala Evan.
"Udah bawel, tinggal naik banyak
protes lagi"
Kelvin naik keatas motor ninjanya dan memasang helm ke kepalanya. Evan mendudukkan
dirinya ke atas jok motor.
"Ini"
Kelvin memberikan satu helmnya
lagi pada penumpang di belakangnya.
"Ah iya"
Evan mengangguk patuh.
"Pegangan ya, biar lo ga nyungsep pas nanti gue ngebut"
"Ok"
Evan mengacungkan jempolnya
kemudian melingkarkan kedua
tangannya disekeliling pinggang
Kelvin erat.
Kelvin tersenyum simpul dan mulai menggas motor besarnya
itu dengan cepat sehingga membuat Evan tersentak karna terkejut.
Angin semilir menghembuskan sejuknya, menguar bersama raungan knalpot motor yang bergerung memecah sunyi.
Di perjalanan ini Kelvin mengantar ku pulang dengan motor ninjanya, aku melirik ke arah spion motor memandang
bayangan wajahnya yang memantul dari cermin itu.
Matanya berkonsentasi menatap
jalanan didepannya, garis wajah
tegasnya mengalirkan pesona tersendiri saat rahang keras itu tertarik sedikit saat bibirnya mengukir sebuah senyuman.
Kedua tangan ku yang melingkar
ke pinggangnya pun melonggar mencoba memberinya
sedikit ruang untuk bernafas.
Aku merebahkan kepalaku pada
punggung lebar yang ada di dekapan ku sekarang, pikiran ku
mulai mengawang merefleksikan
sebuah bayangan seseorang yang
memenuhi pikiran ku.
"Ndra.."
tanpa sadar bibir ku menggumamkan nama pemuda
yang sangat aku sayangi.
Kelvin yang mendengar gumaman
diantara bisingnya suara angin yang menerpa wajahnya.
"Van peluk yang bener nanti lo
jatuh!"
suara Kelvin menggema dengan
kerasnya, menghemapaskan ku kembali dari lamunan ku.
"A ah iya..."
aku mengeratkan pelukan ku.
Kelvin pun tak membalas jawaban ku dan memilih memfokuskan diri pada jalanan di depannya.
Sekilas aku melihat siluet sesosok
yang mirip dengan Indra, ia sedang membonceng seorang pria di belakangnya. Kedua mata ku
menyipit memfokuskan pandangan ku kepada dua pemuda yang memberhentikan
motornya di depan sebuah toko.
'Ah itukan Indra, tapi dengan siapa?' gumam ku dalam hati mencoba mencerna kedua sosok itu dalam pikiran ku.
***
Author Pov.
Indra menggiringkan motornya
di depan sebuah toko, tangannya
melepaskan helm di kepalanya.
"Turun.."
ucapnya pelan, Deka mendengus
kemudian turun dari atas motor.
Ia menapakan kakinya pada jalanan beraspal depan toko.
"Ga perlu lu suruh juga gue pasti
turun Ndra. Santai aja"
jawab Deka, ia merogoh saku celana panjangnya dan mengambil satu lembar uang kertas pecahan lima puluh ribuan.
"Gue buru buru ke tempat latihan
dan kalau gue sampai terlambat itu udah pasti gara gara lu"
Indra menatap kesal Deka yang
membuatnya datang terlambat
ke tempat latihan.
Ia kembali memasang helmnya dan menghidupkan motornya tapi
sebelum Indra menjalankan motor besarnya itu Deka lebih
dulu memasukkan uang kedalam saku celana Indra.
Indra menundukkan kepalanya,
kedua alisnya bertaut menatap
bingung ke arah Deka.
"Apa maksud lu ini hah"
Indra mendesis tak suka, Deka
memasang seringai kecil menatap
datar pemuda di depannya.
"Anggep itu imbalan buat lu karna
udah anter gue kemari. Bye"
Deka melangkahkan kakinya masuk kedalam sebuah toko dan
melambaikan tangannya sebagai
ucapan terima kasihnya.
Indra menggeram matanya menatap sengit sosok Deka yang sudah masik kedalam toko di depannya, ia merogoh saku celananya dan meremas uang kertas itu dengan kuat.
"Brengsek! Lo pikir gue ini supir cih"
dengan kesal Indra langsung tancap gas segera meninggalkan tempat itu.
***
@Henry_13,
Lanjutttt...