BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Mak Comblang.com

1434446484959

Comments

  • Eh itu ƳαЛġ dimakam siapa??
  • vote for deka-kevin. sweet couple.
  • penasaran ma pairingnya deka x kelvin
  • Achhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh penasaraaaaaaaaan jeungg ayookkk lanjut2... Hueee . Makin suka ma evan pokoknya wkwkwk
  • Eh uda ketinggalan bnyak, makin seru aja!
  • Ren_S1211 wrote: »
    Achhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh penasaraaaaaaaaan jeungg ayookkk lanjut2... Hueee . Makin suka ma evan pokoknya wkwkwk


    makasih mbak ^^
  • Kepingan keenam puluh lima.

    ***


    Hujan itu mampu menenangkan
    pikiran, bau tanah yang bercampur dengan air hujan
    embun yang menetes halus pada
    dedaunan, serta pepohonan yang
    basah oleh sejuknya semilir angin
    bersama percikan hujan.
    Aroma alam menguar mengeliling
    setiap ruang nafas dibumi, detak
    pusatnya pun mampu di hujani
    oleh kesegarannya air yang jatuh
    dari langit, sama halnya dengan
    ketenangan batin yang mulai dirasa oleh lelaki dewasa ini.
    Ia mengusap pelan batu nisan kotor dari tanah makam yang
    menempel, bibirnya mengatup
    tapi seulas senyuman tulusnya
    terus menghias wajah tegasnya.
    Telapak tangan besarnya mencabut beberapa rumput liar
    yang bertengger manis diatas tanah pusara, ia membersihkan
    sedikit setiap sisi makam dengan
    telaten.
    Bunga lili itu satu persatu ia bariskan memanjang menghias
    makam agar terlihat indah, bibirnya tersungging sebuah
    senyuman tipis, kepalanya ia
    tengadahkan keatas memandang
    langit yang perlahan memudarkan hitamnya menjadi
    berwarna zamrud, senja mulai
    merajai dan malam pun seakan
    menguasai lukisan angkasa di atasnya.
    Matanya menatap jam tangan yang masih setia melingkar pada
    pergelangan tangannya, satu
    usapan lagi pada batu nisan dingin itu mengakhiri kedatangannya disini.
    Kakinya pun melangkah menapaki
    kembali keluar dari area
    pemakaman yang sepi.

    ***
  • Kurang.....
    I want more.....
    #pembaca gk tw terima ksih...
  • masih lum tau siapa dia? Apa alvin kemakam ibunya, tpi bkan kayany,
  • Siapa yg mati?
  • Kepingan keenam puluh enam.

    ****
    Restoran, 18.30 pm.


    Hari mulai menjelang malam,
    hujan yang semula bertambah
    deras kini kian menipis menjadi
    tumpahan gerimis kecil.
    Matahari pun mulai berangsur
    turun ke peraduannya digantikan
    oleh sang bulan yang menyapa
    malam.
    Sebuah kepala nampak terkulai
    lemas diatas meja restoran, kedua
    tangannya disilangkan menjadi
    bantalnya untuk tertidur, mata
    itu terpejam sejak satu jam yang
    lalu dan helai rambutnya jatuh
    menghiasi wajahnya yang tampan.
    Deka menyudahi kesibukannya
    mendengarkkan lagu dari ponsel
    yang berada di tangannya, dan
    melepaskan headset itu keluar
    dari telinganya. Matanya menatap
    lembut sosok jangkung di
    depannya itu, Kelvin tampak
    lelah dan menikmati dinginnya
    hujan yang menusuk tulang dengan tertidur sebentar diatas
    meja kosong yang mereka berdua
    tempati.
    Matanya memandang sekeliling
    ruangan Resto yang mulai sepi,
    hanya ada beberapa pegawai saja
    yang ada didalam ruangan ini.
    Kemudian pandangannya kembali
    terpaku kepada seseorang yang
    sedang pulasnya tertidur.
    Tangannya terangkat membelai
    surai hitam milik Kelvin, senyum
    tak lepas menghiasi wajahnya
    tak kala tangannya merasakan
    betapa halusnya mahkota hitam
    itu.
    Kelvin mengerang kecil sesaat
    terasa sebuah sentuhan hangat itu mengganggu tidurnya, mata
    bermanik obsidian itu membuka
    setengah menatap lantai yang
    menjadi pijakannya, tapi mata
    obsidian itu menutup kembali
    merasakan usapan ringan itu
    membawanya kembali terbuai
    kedalam mimpi indahnya.
    Tangannya yang semula menjadi
    tumpuan kepalanya pun mencari
    sosok tangan yang kini masih
    bertengger diatas kepalanya.
    Kelvin tersenyum tipis lalu
    membawa tangan itu kedlam
    dekapannya disisi pipinya.
    Ia tak sadar bahwa sebenarnya tangan yang saat ini ada di dekapannya adalah milik Deka
    yang sedang menatapnya dengan
    terkejut.
    "Ibu.. Tangan ibu hangat sekali"
    lirihnya dalam mimpi indahnya,
    bibirnya membuka sebentar lalu
    mengatup kembali, helaan nafasnya semakin seirama dengan
    detak jantungnya.
    Deka menahan tawanya saat mendengar suara Kelvin yang
    menyebutnya ibu, sepertinya
    di sedang mengigau pikir Deka.
    Dengan perlahan Deka melepaskan dekapan tangn Kelvin
    pada pergelangannya pelan.
    Kelvin membawa bangkunya
    mendekat pada bangku Kelvin,
    lalu sedikit membungkukan tubuhnya sejajar dengan wajah
    Kelvin.
    Mersakan hembusan halus pada
    wajahanya dengan segera mata
    obsidian itu terbuka lebar. Reflek
    Kelvin terjungkal kebelakang dan
    sukses jatuh dari atas kursinya.
    Ia meringis pelan dan mengusap
    bokongnya yang sakit menimpa
    lantai porselain, bibirnya mengumpat pelan tak kala matanya melihat kekehan kecil
    yang terbentuk dibibir Deka.
    "Sialan"
    umpatnya, tangannya kembali
    mengusap bokongnya yang
    terasa perih.

    ****
  • Kepingan keenam puluh tujuh.

    ****

    Deka memandang geli kearah
    Kelvin yang sempat terjungkal
    kebelakang dari bangkunya, bibirnya membentuk sebuah
    senyuman tipis lalu beringsut
    mendekat kepada sosok itu.
    Deka membantu Kelvin untuk
    berdiri dari duduknya dilantai.
    "Makanya jangan asik ketiduran
    terus, mau sampai kapan lu
    tidur ha"
    dengus Deka, tangannya meraih
    pinggang Kelvin lembut, Kelvin
    mnegang saat jemari itu menyentuh pinggulnya yang masih berlapiskan sebuah baju
    seragam.
    Kemudian Kelvin kembali duduk
    diatas bangkunya dalam diam, matanya menatap kearah lain tak
    berani memandang sosok Deka
    yang mulai berpindah duduk di
    sebrang meja didepannya.
    Ia merasa saat tangan kokoh itu
    melingkar pada pinggangnya begitu terasa hangat sama seperti
    tangan lembut yang mengusap
    ringan kepalanya tadi didalam
    mimpinya.
    Deka memasukkan ponselnya
    kedlam kantung celananya, dan
    menatap ke jendela yang menyajikan pemandangan pepohonan hijau yang basah
    oleh embun langit.
    Matanya melirik sekilas ke arah
    jam tangannya, lalu memandang
    Kelvin yang masih diam ditempat.
    "Ayo kita pulang"
    Deka berdiri dari duduknya, merapihkan sedikit bajunya yang
    berantakan dan mulai berjalan
    meninggalkan Kelvin di bangkunya.
    Kelvin yang tersadar dengan tergesa gesa bangun dari duduknya dan mengejar sosok
    Deka di depannya, ia tak sadar
    saat ponselnya terjatuh dari kantung bahu seragamnya.
    "Hei tunggu"
    Kelvin mensejajari langkah kakinya dengan orang disampinganya.
    "Lambat"
    Sahut Dekap pelan, matanya
    memandang lekat kearah jalan
    didepannya.
    Kelvin memonyongkan bibirnya
    maju beberapa senti, lalu sebuah
    suara di belakang kedua orang
    itu menghentikan langkahya.
    "Dek ponselnya jatuh"
    terlihat sesosok ibu ibu paruh
    baya nampak berlari kecil mendekati kedua orang pemuda
    tampan itu.
    Si ibu namapk terengah engah
    kecil lalu memberikan sebuah
    ponsel hitam kepada Kelvin yang
    bengong lalu memeriksa seluruh
    kantong seragamnya.
    "Ah, terima kasih Bu"
    Kelvin mengambil ponselnya
    dari si ibu dan membalasnya
    dengan sebuag senyuman tulus.
    "Ck, sudah lambat ceroboh pula"
    desis Deka pelan, Kelvin meliriknya tajam lalu memasukkan ponselnya kedalam
    kantung seragamnya.
    Deka mendekati ibu paruh baya
    itu dan memasang wajah sopan
    tak lupa disertai dengan sebuah
    senyuman lembut.
    "Maaf Bu sudah merepotkan"
    Kelvin mengangakan mulutnya
    tak percaya dengan apa yang dia
    dengar, Deka bisa berkata sopan
    dan manis seperti itu pada orang
    lain? Waw keajaiban hehe lebay
    ya.
    "Tak apa ko Mas, tolong beritahu
    adiknya Mas ini agar lebih hati
    hati lagi lain kali"
    ucap si Ibu ramah, Deka diam
    sesaat lalu melirik Kelvin yang
    mematung mendengar kata kata
    Ibu itu.
    "Baiklah, saya permisi dulu kalau
    begitu"
    si Ibu pamit dan meninggalkan
    kedua pemuda itu, Kelvin melirik
    kesal kearah Deka disebelahnya.
    "Apa tadi? Ga salah tuh gue disebut adik lu"
    umpatnya ketus, Deka kemudian
    beringsut lebih mendekati Kelvin.
    Dan sedikit membungkukkan
    tubuhnya agar sejajar dengan
    tinggi Kelvin.
    "Lihat, wajar saja kalau lu di sebut
    adik kan, tinggi kita tidak sama"
    Ucap Deka dengan seringai kecil,
    Kelvin mendengus pelan dan mengerang frustasi.
    "Arghh berengsek"
    makinya, ia semakin terpuruk
    bersama orang disebelahnya ini.

    ****
  • tambah dunk
Sign In or Register to comment.