It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
****
Evan Pov.
"I..indra..?"
aku memanggil namanya ia masih sama saat terakhir kali
aku melihatnya, badannya yang
tinggi, kulitnya yang berwarna
khas pribumi dengan bahu yang lebar dan perawakannya
yang besar tetap mempesona dimata ku, betapa aku sangat
merindukan sosoknya yang selalu menghangatkan hari ku.
Mata tajamnya memandang ku
lembut, wajahnya sedikit tirus
terlihat pucat jika di teliti dari
dekat seperti ini, dia menarik
tangan ku membawa ku ke
salah satu taman sekolah.
Aku pasrah saja saat tangannya
menuntun ku untuk mengikuti
langkahnya, di belakangnya aku
menatap punggung kokohnya
aku sangat merindukannya.
Ada genangan air di pelupuk
mata ku yang tak bisa ku tahan terlalu lama, saat itu
juga lah setetes demi setetes
embun itu jatuh membasahi
pipi.
Langkahnya terhenti ketika
kami sampai di taman sekolah,
aku menatapnya yang belum
juga membalikkan badanya.
Ia melepaskan genggamannya
pada pergelangan tangan ku
lalu menghadapkan tubuhnya
pada ku, saat itu juga ia
menubruk badan ku dengan
pelukannya yang kuat, sesaat
aku tak bisa bernafas karna pelukannya yang erat, tetapi
aku tiak peduli tangan ku
segera membalas pelukan hangat darinya.
"I miss u so much.."
bisiknya kecil, kepalanya ia
tenggelamkan di leher ku
tertutup oleh helaian rambut
ku, aku mengangguk kepala
ku seraya menyandarkannya
di dada bidangnya.
"Maaf, jika belakangan ini aku
menghindari mu maaf.."
"Tidak apa apa"
jawab ku diantara isakan ku
yang membuat tubuh ku bergetar, aku tau dia tidak akan pernah meninggalkan ku.
Aku percaya itu aku percaya
padanya.
"Maaf, sudah membuat mu
marah dengan kebodohanku
tanpa memikirkan perasaan mu
terlebih dahulu.."
ia melepaskan pelukannya lalu
menatap wajah ku dengan
senyumannya yang hangat,
ia menghapu jejak air mata
di pipi ku lalu mendekatkan
wajahnya pada ku, aku yang
mengerti segera menutup kedua mata ku menerima kecupan
manis dari bibirnya.
"I love u.."
bisiknya diantara sela sela
ciuman itu, bibirnya semakin
menekan erat bibir ku meraupnya rakus.
Aku menganggukkan kepala
dan menikmati ciuman yang
menghabiskan separuh udara
di dalam paru paru.
@Ren_S1211, @ElninoS
akhirnya up juga, mandet cari
lanjutannya maaf ya, monggo
di baca..
@marukochan, @darkrealm,
@Rez1, @Monic
Kepingan kelima puluh lima.
******
Evan Pov.
"WOIIIII"
ada suara seseorang yang
mengagetkan aktivitas kami, aku menyipitkan kedua mata ku Indra menatap jenuh orang
yang menepuk pundak kami.
"Kagak ada tempat lain apa?"
Kelvin menatap kami secara
bergantian.
"Terserah gue ya, mau disini
atau di jalan. Gue gak perlu
minta izin dari lu kan.."
Indra mendengus, Kelvin terkekeh pelan lalu meninju
bahunya.
"Bisa ja lu bro, santai dong
jangan cemberut.."
"Gue gak cemberut cuma manyun.."
Indra memeragakan beberapa
gerakan pada bibirnya, aku
dan Kelvin menatapnya geli.
"Lu gak pulang Vin?"
aku menengokkan kepala
memandang Kelvin di sebelah
ku.
"Kan mau bareng sama lu, tapi
keburu diseret di bawa kesini.."
Indra menatap tajam Kelvin
yang terus saja mengoceh.
"Haha, maaf deh.."
"Ayo pulang.."
Indra menarik paksa tangan ku,
aku melambaikan tangan ku
kepada Kelvin.
"Bye, gue pulang duluan ya"
"Bye.."
Kelvin membalas lambaian tangan ku, sesampainya di area
parkir sekolah Indra mendorong
motornya lalu menyalakannya.
Indra naik ke atas motornya
memasangkan helm ke kepala,
aku masih berdiri diam di
sampingnya sampai suaranya
menyentak ku kembali ke
dunia nyata.
"Cepet naik.."
dia menepuk nepuk jok motornya dan menaikan alis
sebelahnya, aku menepuk helm
di kepalanya dengan gemas.
Aku mendaratkan pantat ku
di atas jok motornya lalu
memeluknya erat, indra melirik
ku sambil tersenyum ganjil.
"Siap?"
tanyanya, aku mengangguk kecil indra langsung tancap
gas cepat.
**
Alvian Pov.
"Kak, kita mau kemana sih?"
aku menarik narik baju
kemeja kotak kotak yang ia
pakai, deka hanya diam dan
tetap menyetir tenang.
"Huh, di tanya diam kebiasaan"
aku mendengus geli, merogoh
saku dalam saku celana lalu
memainkannya ada satu sms
yang masuk.
"He? Kelvin? Tumben dia sms"
deka dengan tiba tiba menginjak rem membuat kepala ku terbentur dengan
kaca mobil depan.
"Aduhh, sakit kak!"
bentak ku keras, aku mengusap
usap kening ku yang sepertinya
benjol, deka menatap ku curiga.
"Ada apa?"
"Yang sms itu siapa?"
aku mengerinyitkan kening
tak mengerti.
"Kevin.."
Deka merebut ponsel ku lalu
dia membaca pesan singkat
dari Kelvin, aku melihat sudut
bibirnya terangkat membentuk
seperti senyuman.
Deka mengembalikan kembali
ponsel ku lalu dia membelokan
mobilnya ke arah lain.
"Loh? Ko belok sih.."
sembur ku dengan nada protes,
deka menatap ku dengan senyumannya yang aneh.
"Sudah diamlah, kita butuh satu
orang lagi untuk bersenang
senang Ian"
ucapnya, aku menatapnya bingung maksudnya apa ya?
updtenya di ceptin....
sehri 2 kalilahhh....
****
Evan Pov.
Saat ini kami sedang menikmati
waktu kebersamaan kami, aku
menatapnya wajahnya dari kaca
spion motor.
Senyuman kecil terlukis dengan
indah di wajah ku tak kala
melihat dari ekor matanya yang
membalas tatapan mata ku,
tangan ku merangkul erat
pinggangnya dan tak lupa
kepala ku menyandar dengan
nyaman di bahunya.
"Ada apa? Senyum senyum
sendirian hm"
ia mengedikkan bahunya lalu
menengokkan sedikit kepalanya
pada ku, tapi matanya tetap
fokus menatap jalanan.
"Gpp, aku lagi pengen senyum
ja. Ga boleh ya?"
tanya ku pelan, hidung ku
menghirup aroma tubuhnya
yang saat ini ada dalam dekapan ku.
"Boleh, tapi senyumnya nanti
ya kalau kita sudah sampai"
"Kemana?" tanya ku.
"Rahasia, nanti juga kamu
tau ko"
ia tersenyum lalu mengelus kepala ku yang bersandar di
bahunya.
"Main rahasian nih ceritanya"
aku meniup kecil daun telinganya dan memainkan jari
ku di otot perutnya.
"Haha, gak juga ko sabarlah"
"Ya udah"
30 menit kemudian sampailah
kami di suatu tempat yang asing sekali bagi ku, Indra
turun dari atas motornya dan
memarkirkannya di tempat
yang paling dekat pagar.
Aku menengadahkan kepala
ku terlihat langit mulai gelap
sepertinya hujan akan datang,
Indra menarik tangan ku
membawa ku masuk ke dalam
kawasan pantai yang sepi.
"Wah, kamu ajak aku kesini?"
"Kenapa? Tidak suka ya?"
ada nada kecewa saat ia
mengatakan itu.
"Tidak, aku suka disini"
aku tertawa kecil, aku pun
tak sabar untuk melangkah
mendekati air laut yang jernih
nan biru ini, aku berjongkok
dan memasukkan tangan ke
dalam air merasakan sejuknya
air laut disini.
"Hey.."
aku memanggilnya agar dia menolehkan wajahnya pada ku.
"Apa?"
dia menundukan wajahnya
pada ku, lalu ku cipratkan
sedikit air pada wajahnya.
Aku tersenyum kecil berlari
menjauh darinya yang sedang
mengusap wajah yang basah
oleh air yang ku cipratkan
pada wajahnya.
"Evan! Awas kamu"
dia menarik pinggang ku lalu
memeluknya dari belakang.
Aku meronta kecil dalam dekapannya, ia menggigit leher
ku dan menghisapnya.
"Ini balasannya" desisnya lirih.
******
Evan Pov.
"Sshh.. Itu sakit Ndra"
aku mendesis kecil saat giginya
tak sengaja melukai tengkuk ku
sampai mengeluarkan sedikit
darah.
"Maaf" ia menjilat lembut
perpotongan antara pundak
dan leher ku pelan.
"Umm.. Tak apa"
tangan ku mengusap lembut
helaian rambutnya yang menempel di pipi ku, Indra
mengecup telinga ku mesra.
"Bagaimana keadaan mu?"
ucap ku pelan, Indra menghela
nafas berat lalu melepaskan
rangkulannya pada tubuh ku.
"Baik" jawabnya singkat, ia
mendudukan dirinya di atas
pasir putih, kedua kakinya ia
rentangkan ke depan dan
kedua tangannya ia tumpukkan
ke belakang badannya.
Aku mengikuti jejaknya dengan
mendududkan diri ku dia atas
pasir putih, menekuk kedua kaki ku dan memeluknya.
"Benarkah?"
ucapku pelan, mata ku menatap
lurus hamparan air laut biru
di depan ku.
"Ya, seperti yang kau lihat
sekarang. Aku baik baik saja"
ia melemparkan pandangannya
padaku, tangannya terangkat
mengelus sebelah pipi ku.
Mata ku menutup seiring dengan sentuhan tangannya yang lembut mengelus wajah
ku.
"Syukurlah kalau begitu, aku
takut terjadi sesuatu pada mu"
aku mengenggam tangannya
yang membingkai wajah ku.
Ia tersenyum tipis lalu tangannya naik ke atas rambut
ku mengusap helaian mahkota rambut ku.
"Kamu terlalu cemas ya"
tanyanya, aku menganggukkan
kepala ku.
"Semuanya akan baik baik saja,
percayalah.."
Ucapnya lugas, mata ku berkedip sekali memandang
wajahnya yang meneduhkan.
"Iya" ku berikan senyuman
paling manis untuknya.
Kepalanya menengadah melihat
langit biru di atasnya.
"Mendung. Sepertinya sebentar
lagi akan hujan"
"Iya, tapi aku masih ingin disini" ucap ku merajuk.
Indra terkekeh pelan melihat ku
merajuk dengan bibir yang
sedikit di majukan beberapa
senti, ia menepuk bibir ku.
"Itu bibir minta di cium ya"
"Huh, memang berani?"
tantangku, bibir ku membentuk
sebuah seringaian kecil.
"Berani" jawabnya yakin.
"Ok, coba saja"
aku menutup kedua mata ku
menunggu sentuhan bibirnya
yang manis itu menekan bibir
ku dengan lembut, tapi tak ada
tekanan apapun di sekitar
bibir ku. Aku mengerutkan
kening ku kemudian membuka
kedua mata ku yang ku lihat
sekarang sosok Indra tak ada
di depan ku.
"Indra.. Ndra" mata ku memencar menatap liar ke
sekeliling pantai, tapi tetap
tidak ku temukan sosoknya di
mana pun.
"Hey.."
ada suara teriakan seseorang
memanggil nama ku, ku lempar
pandangan ku ke asal sumber
suara itu. Aku bangkit dari
dududk ku lalu melangkah
mendekati sosoknya.
"Huh, malah kabur"
dengusku, ia hanya tertawa
lalu kedua tangannya ia
sembunyikan di belakang
tubuhnya.
"Tutup mata mu"
ucapnya, aku menatapnya bingung.
"Untuk?"
"Sudah tutup saja cerewet"
aku mendengus kecil, lalu
menutup kedua mata ku.
"Ok, buka mata mu"
aku membuka kedua mata ku,
ia mengangkat tangan kiri
ku lalu ia menunjukan sesuatu.
"I..indra inikan?"
ada sebuah gelang yang melingkar manis di pergelangan
tangan ku, gelang itu di hias
oleh beberapa kerang laut
kecil.
"Untuk mu, kau simpan itu
baik baik ya"
ia tersenyum tipis lalu mengacak rambut ku pelan,
mata ku berkaca kaca ku peluk
dia seerat mungkin.
"Iya, terima kasih"
@anan_jaya, @marukochan,
@Ren_S1211, @hwankyung69