It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
********
06.15 am.
Normal Pov.
Mereka belum melepaskan
kecupan basah kedua bibirnya,
mereka masih diam dan
menikmati ciuman manis di
pagi hari ini, tanpa mereka
sadari ada salah satu murid
yang melihat kemesraan
mereka dari kejauhan. Dia
mendekati kedua orang itu
dan diam diam mendekatkan
tubuhnya kewajah dua orang
yang mulai melepaskan diri
dari kegiatannya.
"ARGHHHH" Indra dan Evan
spontan saja berteriak kaget
saat menemukan sesosok wajah
yang dekat sekali melihat
kegiatan pagi mereka. Keduanya
hampir terjungkal kebelakang
jika saja mereka tidak mempunyai reflek yang bagus
menahan berat badannya.
"Hahahahaha" orang itu tertawa
tanpa dosa setelah membuat
Indra dan Evan kaget setengah
mati.
"KELVIN!" teriak Evan keras.
"Lo mau buat kita mati kaget
hah sialan!" umpatnya.
"Abisnya kalian asyik banget
sih ciumannya sampe ga sadar
kalian ada dimana. Ini area
sekolah woi, masih mending
cuma gue doang yang liat"
ucap Kelvin panjang lebar.
"Ah, ganggu orang ja lo"
desis Indra kesal. Kelvin
melirik Indra dan tersenyum
jail.
"Duh nikmat banget yang abis
ciuman. Bagi bagi ke sama
gue" Kelvin tertawa renyah dan
memandang Evan yang menutup wajahnya malu.
"Lo mau?" ucap Indra polos.
Kelvin menganggukkan kepalanya dan memandang
Indra. Indra menyeringai kecil
kemudian melirikkan matanya
pada Evan dan menatap mata
Kelvin. Lalu tanpa diduga Indra
menarik tengkuk Kelvin
mendekati wajahnya kemudian
mencium tepat dibibirnya.
Evan dan Kelvin terbelalak
kaget. Kelvin menarik diri dan
mengusap cepat bibirnya.
"Gila! Brengsek lo" umpat Kelvin
tak terima. Evan memandang
kearah Indra dengan ekspresi
kesal dan memanyunkan bibirnya kedepan.
"Peace, kan dia yang bilang
pengen dicium juga toh"
Indra mengacungkan kedua jarinya dengan memasang
wajah polos. Evan mendecakkan
lidahnya dan menatap Kelvin
yang terus mengeluarkan kata
kata serapah. Evan mengulurkan
tangannya kemudian menghapus jejak saliva yang
menempel sedikit dibibir Kelvin.
Evan melirik Indra yang menatap mereka berdua. Evan
merangkul Kelvin mesra dan
membisikkan sesuatu ketelinga
Kelvin.
"Kita balas" ucap Evan, Kelvin
tersenyum licik kemudian
mendekatkan wajahnya dan
mencium bibir manis Evan
lembut. Sekarang giliran Indra
yang terperangah kaget melihat
kelakuan kedua orang didepannya. Kemudian dia melerai ciuman Kelvin dan Evan
paksa.
"Ko jadi kalian sih yang ciuman
didepanku " ucapnya gusar.
"Balas dendam" ucap Evan dan
Kelvin bersamaan kemudian
tertawa puas melihat Indra
yang cemberut. Indra menjitak
kepala keduanya dan beranjak
cepat meninggalkan Evan dan Kelvin. Kelvin menyenggol
bahu Evan dan berbicara
sesuatu.
"Kejar gih dia marah tuh"
Ucap Kelvin, Evan mengangguk
setuju kemudian pergi mengejar
Indra. Kelvin menggelengkan
kepalanya dan menyentuh
bibirnya mengingat kecupan
Evan tadi. Dia tersenyum kecil
dan pergi menuju kelasnya tanpa Evan.
@Fazlan_Farizi, @Henry_13
@Just_PJ, @toptoptop, @Rez1,
@kutu22, @rulli_arto
********
Indra Pov.
Aku melangkah cepat dan mengumpat tidak jelas, dari
arah belakang aku tau jika
Evan mengejarku. Dia menarik
tanganku dan menyeretku masuk kedalam kelasku yang
sepi.
"Marah?" ucapnya memandangku.
"Menurutmu" jawabku acuh.
"Kan kamu duluan yang begitu,
terus kenapa kamu harus marah jika aku melakukan hal
yang sama" Evan membela diri.
"Ya sudah terserah kamu saja"
aku menghela nafas kecil kemudian melangkah mendekati
bangkuku tapi Evan kembali
menarik pergelangan tanganku.
"Jawab, kamu marahkan?"
dia menatapku lekat.
"Ya" ucapku jujur.
"Kenapa?"
"Aku ga mau ada orang lain
yang menyentuh kamu selain
aku. Puas?" jawabku tegas.
Evan tersenyum kecil dan
memandangku.
"Owh, posesif" Evan tertawa
renyah dan mengalungkan
kedua lengannya dileherku.
Evan menempelkan keningnya
dengan keningku dan hidungnya bersentuhan dengan
hidungku. Nafas hangatnya yang menguar menyentuh kulit
wajahku membuatku tak bisa
mengendalikan diriku, tapi aku
masih berfikir jernih karna ini
disekolah.
"Badanmu makin panas ya"
ucapnya mengecek suhu
tubuhku lewat keningnya.
"Menginaplah dirumahku malam
ini biar aku yang merawatmu"
dia tersenyum dan mengusap
rambutku.
"Kalau terjadi apa apa
bagaimana?" aku memeluknya.
"Tidak masalah" dia menimpalinya.
"Kau harus kunci rapat rapat
pintu kamarmu"
Evan tertawa kecil mendengar
ocehanku.
"Siap bos" dia tersenyum kecil.
@semua: iya bang..
********
Hiasan sang hitam menggantung indah dalam
coretan biru yang memudar.
Laksana kelam menghirup
aroma kesegaran dalam balutan
tetesannya.
Rintik bening bak embun dalam
kristal yang jatuh ternoda tanah
kering.
Mengalir menganak tak bertepi,
menyusuri kerikil tajam dan
menyerap lembab.
Guguran bunga menemani kesepian dalam lisan batu.
Dedaunan pohon terhempas
kencang oleh angin, meliuk
mengikuti arah hembusan.
Langkah setapak tertinggal
baru dan meninggalkan jejak
bersama doa.
udah saiko nih..nagih
Pemakaman, 06.30 am.
Alvian Pov.
********
Aku memandang luas tempat
pemakaman ini, disebelahku
ada Deka yang menemaniku
ketempat peristirahatan mama.
Pagi ini hujan menghias tanah
yang semula kering menjadi
lembab, Deka menggiringku berjalan memasuki area pemakaman dan mengeratkan
rangkulannya pada bahu kananku agar aku tetap terlindungi payung yang dipegang Deka. Sepatu hitamku
basah karna menginjak
beberapa kubangan air di jalan
setapak ini. Ditangan kiriku
ada seikat bunga lili segar
aku sengaja membawanya
karna aku tau mama sangat
suka sekali dengan bunga ini.
Aku membuka kacamata hitamku dan memandang batu
nisan yang bertuliskan nama
ibuku disana.
"Mama, aku datang mah"
aku berjongkok dan mengelus
batu nisan itu. Deka pun ikut
berjongkok disebelahku dan
mengusap bahuku. Menguatkan
diriku seakan saat itu juga air
mata ini tak mampu lagi
terbendung.
"Maaf ya mah, baru hari ini
aku bisa menjenguk mama"
ucapku terus mengelus batu
nisan dingin ini.
"Aku rindu mama, seandainya
dulu aku menuruti ucapan mama mungkin sekarang mama
masih ada diantara kami semua" aku menggenggam
tanah merah yang mengubur
jasad mama didalam sana.
"Aku menyesal mah, aku yang
membuat mama seperti
ini harusnya ayah yang
membenciku mah bukan kepada
kakak" aku meremas tanah itu
kuat kuat menumpahkan segala
amarah dan sesal yang selama
ini terpendam jauh dan cukup
lama.
"Maafin aku mah, maaf"
air mataku tumpah, aku
benar benar tidak kuat menahannya. Deka menatapku
lalu menggenggam tanganku
erat.
"Aku masih mencintainya mah,
sekalipun perasaan ini ditentang
oleh ayah tetapi aku masih
mencintainya, aku merasa
terlindungi dan nyaman bila
bersamanya mah" ucapku lirih.
"Tapi sepertinya dia tidak peduli tentang perasaanku mah,
mungkin sudah ada orang lain
yang lebih dulu mengisi relung
dihatinya" aku mengusap batu
nisan mama dan menaruh
bunga lili itu didekatnya.
"Oya, aku bawa bunga lili
kesukaan mama, semoga saja
mama suka" aku tersenyum
getir dan untuk terakhir kalinya
sebelum kaki ini pergi meninggalkan tempat ini, air
mataku kembali menetes bersama doaku untuk mama.
"Mama aku pergi dulu ya, nanti
aku datang lagi bersama ayah
dan juga kakak. Mama semoga
tenang disana dan berjanjilah
terus tersenyum untuk kami
disini" ucapku hanya hembusan
anginlah yang menjawab kata
kataku, aku kembali memakai
kacamataku dan pergi meninggalkan tempat peristirahatan mama yang terakhir.
@ElninoS, @pria_apa_adanya,
@Marukochan, @semua
@adyray, @kutu22,