BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Mak Comblang.com

1212224262759

Comments

  • Ooh romantic couple!
  • Kepingan keenam.

    ********

    06.15 am.


    Normal Pov.



    Mereka belum melepaskan
    kecupan basah kedua bibirnya,
    mereka masih diam dan
    menikmati ciuman manis di
    pagi hari ini, tanpa mereka
    sadari ada salah satu murid
    yang melihat kemesraan
    mereka dari kejauhan. Dia
    mendekati kedua orang itu
    dan diam diam mendekatkan
    tubuhnya kewajah dua orang
    yang mulai melepaskan diri
    dari kegiatannya.
    "ARGHHHH" Indra dan Evan
    spontan saja berteriak kaget
    saat menemukan sesosok wajah
    yang dekat sekali melihat
    kegiatan pagi mereka. Keduanya
    hampir terjungkal kebelakang
    jika saja mereka tidak mempunyai reflek yang bagus
    menahan berat badannya.
    "Hahahahaha" orang itu tertawa
    tanpa dosa setelah membuat
    Indra dan Evan kaget setengah
    mati.
    "KELVIN!" teriak Evan keras.
    "Lo mau buat kita mati kaget
    hah sialan!" umpatnya.
    "Abisnya kalian asyik banget
    sih ciumannya sampe ga sadar
    kalian ada dimana. Ini area
    sekolah woi, masih mending
    cuma gue doang yang liat"
    ucap Kelvin panjang lebar.
    "Ah, ganggu orang ja lo"
    desis Indra kesal. Kelvin
    melirik Indra dan tersenyum
    jail.
    "Duh nikmat banget yang abis
    ciuman. Bagi bagi ke sama
    gue" Kelvin tertawa renyah dan
    memandang Evan yang menutup wajahnya malu.
    "Lo mau?" ucap Indra polos.
    Kelvin menganggukkan kepalanya dan memandang
    Indra. Indra menyeringai kecil
    kemudian melirikkan matanya
    pada Evan dan menatap mata
    Kelvin. Lalu tanpa diduga Indra
    menarik tengkuk Kelvin
    mendekati wajahnya kemudian
    mencium tepat dibibirnya.
    Evan dan Kelvin terbelalak
    kaget. Kelvin menarik diri dan
    mengusap cepat bibirnya.
    "Gila! Brengsek lo" umpat Kelvin
    tak terima. Evan memandang
    kearah Indra dengan ekspresi
    kesal dan memanyunkan bibirnya kedepan.
    "Peace, kan dia yang bilang
    pengen dicium juga toh"
    Indra mengacungkan kedua jarinya dengan memasang
    wajah polos. Evan mendecakkan
    lidahnya dan menatap Kelvin
    yang terus mengeluarkan kata
    kata serapah. Evan mengulurkan
    tangannya kemudian menghapus jejak saliva yang
    menempel sedikit dibibir Kelvin.
    Evan melirik Indra yang menatap mereka berdua. Evan
    merangkul Kelvin mesra dan
    membisikkan sesuatu ketelinga
    Kelvin.
    "Kita balas" ucap Evan, Kelvin
    tersenyum licik kemudian
    mendekatkan wajahnya dan
    mencium bibir manis Evan
    lembut. Sekarang giliran Indra
    yang terperangah kaget melihat
    kelakuan kedua orang didepannya. Kemudian dia melerai ciuman Kelvin dan Evan
    paksa.
    "Ko jadi kalian sih yang ciuman
    didepanku " ucapnya gusar.
    "Balas dendam" ucap Evan dan
    Kelvin bersamaan kemudian
    tertawa puas melihat Indra
    yang cemberut. Indra menjitak
    kepala keduanya dan beranjak
    cepat meninggalkan Evan dan Kelvin. Kelvin menyenggol
    bahu Evan dan berbicara
    sesuatu.
    "Kejar gih dia marah tuh"
    Ucap Kelvin, Evan mengangguk
    setuju kemudian pergi mengejar
    Indra. Kelvin menggelengkan
    kepalanya dan menyentuh
    bibirnya mengingat kecupan
    Evan tadi. Dia tersenyum kecil
    dan pergi menuju kelasnya tanpa Evan.
  • Kepingan ketujuh.

    ********

    Indra Pov.


    Aku melangkah cepat dan mengumpat tidak jelas, dari
    arah belakang aku tau jika
    Evan mengejarku. Dia menarik
    tanganku dan menyeretku masuk kedalam kelasku yang
    sepi.
    "Marah?" ucapnya memandangku.
    "Menurutmu" jawabku acuh.
    "Kan kamu duluan yang begitu,
    terus kenapa kamu harus marah jika aku melakukan hal
    yang sama" Evan membela diri.
    "Ya sudah terserah kamu saja"
    aku menghela nafas kecil kemudian melangkah mendekati
    bangkuku tapi Evan kembali
    menarik pergelangan tanganku.
    "Jawab, kamu marahkan?"
    dia menatapku lekat.
    "Ya" ucapku jujur.
    "Kenapa?"
    "Aku ga mau ada orang lain
    yang menyentuh kamu selain
    aku. Puas?" jawabku tegas.
    Evan tersenyum kecil dan
    memandangku.
    "Owh, posesif" Evan tertawa
    renyah dan mengalungkan
    kedua lengannya dileherku.
    Evan menempelkan keningnya
    dengan keningku dan hidungnya bersentuhan dengan
    hidungku. Nafas hangatnya yang menguar menyentuh kulit
    wajahku membuatku tak bisa
    mengendalikan diriku, tapi aku
    masih berfikir jernih karna ini
    disekolah.
    "Badanmu makin panas ya"
    ucapnya mengecek suhu
    tubuhku lewat keningnya.
    "Menginaplah dirumahku malam
    ini biar aku yang merawatmu"
    dia tersenyum dan mengusap
    rambutku.
    "Kalau terjadi apa apa
    bagaimana?" aku memeluknya.
    "Tidak masalah" dia menimpalinya.
    "Kau harus kunci rapat rapat
    pintu kamarmu"
    Evan tertawa kecil mendengar
    ocehanku.
    "Siap bos" dia tersenyum kecil.
  • aihh.. main cium cium disekolah.. kelvin ciuman sama ane aja sini.. :-*
  • @yuzz: tak bungkus deh.. Haha
    @semua: iya bang..
  • Kepingan kedelapan.

    ********


    Hiasan sang hitam menggantung indah dalam
    coretan biru yang memudar.
    Laksana kelam menghirup
    aroma kesegaran dalam balutan
    tetesannya.
    Rintik bening bak embun dalam
    kristal yang jatuh ternoda tanah
    kering.
    Mengalir menganak tak bertepi,
    menyusuri kerikil tajam dan
    menyerap lembab.
    Guguran bunga menemani kesepian dalam lisan batu.
    Dedaunan pohon terhempas
    kencang oleh angin, meliuk
    mengikuti arah hembusan.
    Langkah setapak tertinggal
    baru dan meninggalkan jejak
    bersama doa.
  • Aseeeekk...aselole...hahaa : - ))
  • Mana apdetnya?
    udah saiko nih..nagih
  • Next donk yah!
  • Kepingan kesembilan.


    Pemakaman, 06.30 am.
    Alvian Pov.


    ********


    Aku memandang luas tempat
    pemakaman ini, disebelahku
    ada Deka yang menemaniku
    ketempat peristirahatan mama.
    Pagi ini hujan menghias tanah
    yang semula kering menjadi
    lembab, Deka menggiringku berjalan memasuki area pemakaman dan mengeratkan
    rangkulannya pada bahu kananku agar aku tetap terlindungi payung yang dipegang Deka. Sepatu hitamku
    basah karna menginjak
    beberapa kubangan air di jalan
    setapak ini. Ditangan kiriku
    ada seikat bunga lili segar
    aku sengaja membawanya
    karna aku tau mama sangat
    suka sekali dengan bunga ini.
    Aku membuka kacamata hitamku dan memandang batu
    nisan yang bertuliskan nama
    ibuku disana.
    "Mama, aku datang mah"
    aku berjongkok dan mengelus
    batu nisan itu. Deka pun ikut
    berjongkok disebelahku dan
    mengusap bahuku. Menguatkan
    diriku seakan saat itu juga air
    mata ini tak mampu lagi
    terbendung.
    "Maaf ya mah, baru hari ini
    aku bisa menjenguk mama"
    ucapku terus mengelus batu
    nisan dingin ini.
    "Aku rindu mama, seandainya
    dulu aku menuruti ucapan mama mungkin sekarang mama
    masih ada diantara kami semua" aku menggenggam
    tanah merah yang mengubur
    jasad mama didalam sana.
    "Aku menyesal mah, aku yang
    membuat mama seperti
    ini harusnya ayah yang
    membenciku mah bukan kepada
    kakak" aku meremas tanah itu
    kuat kuat menumpahkan segala
    amarah dan sesal yang selama
    ini terpendam jauh dan cukup
    lama.
    "Maafin aku mah, maaf"
    air mataku tumpah, aku
    benar benar tidak kuat menahannya. Deka menatapku
    lalu menggenggam tanganku
    erat.
    "Aku masih mencintainya mah,
    sekalipun perasaan ini ditentang
    oleh ayah tetapi aku masih
    mencintainya, aku merasa
    terlindungi dan nyaman bila
    bersamanya mah" ucapku lirih.
    "Tapi sepertinya dia tidak peduli tentang perasaanku mah,
    mungkin sudah ada orang lain
    yang lebih dulu mengisi relung
    dihatinya" aku mengusap batu
    nisan mama dan menaruh
    bunga lili itu didekatnya.
    "Oya, aku bawa bunga lili
    kesukaan mama, semoga saja
    mama suka" aku tersenyum
    getir dan untuk terakhir kalinya
    sebelum kaki ini pergi meninggalkan tempat ini, air
    mataku kembali menetes bersama doaku untuk mama.
    "Mama aku pergi dulu ya, nanti
    aku datang lagi bersama ayah
    dan juga kakak. Mama semoga
    tenang disana dan berjanjilah
    terus tersenyum untuk kami
    disini" ucapku hanya hembusan
    anginlah yang menjawab kata
    kataku, aku kembali memakai
    kacamataku dan pergi meninggalkan tempat peristirahatan mama yang terakhir.
Sign In or Register to comment.