It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Ntr lah,kl salah stu critay dh end..
W bhkan dl sring ng'joke n saling ldek sma tmen w yg (maaf) tiap hari dkash dkash nasi yg (maf lg) kurg layak dr tatangga.tak mrasa harga dri yg trluka.toh skrg dia dh lmayan sukses.
Jgn mindr sma kondsi kta.salah stu ddngkot cumi girlz jg skrg ktay sudah d jpang.so you?
(puntn ah rada lebe)
sok ah dilajengkeun.. salam kenal ti kiki kanggo cumi girl nu aya di jepang. :-)
Nu sanesna ayna d event organizer,aya oge nu d junk food.mun apal urg pulkam teh riweuh we lah,hehe.
sip. Gaya ceritanya asyik kok kang. Nuhun
anggap aja sambil belajar bahasa sunda. kalo kurang puas, bikin cerita sendiri aja.
@alabatan, gimana ujung genteng. mìrip sama csk ga? lo ngelepasin aep sì tukik juga? cerita+foto ditunggu. hahay
Jd dapt inspirasi.tp pling bsok postingy.dtungg y
Suatu hari aku gak masuk sekolah karena sakit. Mungkin karena terlalu kecapean. Mengetahui bahwa aku gak masuk sekolah, ragil datang ke kostku jam 9 pagi.
“kok kesini? Ini kan masih jam pelajaran..” kataku setengah melotot waktu dia datang.
Dia hanya diam tak menjawab lalu keluar. tak lama dia kembali lagi sambil membawa baskom kecil berisi air dan handuk.
“ gil...lo bolos?” tanyaku lagi.
Dia hanya diam sambil memeras handuk untuk mengompresku.
“gil..”
“udah, jangan banyak protes dulu...kamu kan lagi sakit...” katanya sambil mengompres dahiku.
“gil..” kataku sambil membuang handuk itu.
Dia tersetak kaget.
“gua gak mau lo bolos demi gua...”
Dia hanya diam.
“maaf..aku Cuma..” katanya. Dia tampak mulai berkaca-kaca.
“gua tau lo khawatir. tapi gua gak mau karna lo ngekhawatirin gua, lo ntar malah kena masalah...”
“....” dia merengut.
“gil...” kataku lirih.
“...”
“lo sebenarnya sayang gak sih ma gua..?”
Dia tersentak dan malah melotot tak percaya.
“kalo lo sayang gua, buktiin sama gua, lo bakal jadi ragil yang lebih baik. Lo bakal masuk ke ITB kayak apa yang lo cita-citain itu..”
Dia menunduk. Aku lalu berusaha bangun dari tiduran. Dia lalu mebantuku.
“maaf..aku Cuma..” katanya lagi.
“ssstt..gua ngerti kok..kapan ujian?” kataku mengalihkan pembicaraan. Aku gak mau lihat dia sedih.
“masih dua bulan lagi...” katanya pelan.
“TO?”
“Ya...bulan depan. Kenapa?”
“hmm..lo mestinya sekarang kan lagi sibuk-sibuknya nyiapian ujian...”
“bob, aku sayang kamu...aku..” katanya dan langsung kupotong.
“ya, gua tau itu. Tapi gua bakal ngerasa jadi orang paling bersalah kalo karna gua nilai lo ntar malah gak bagus...”
“...”
“gini aja...gimana kalo gua udah sembuh, gua temenin lo belajar malam, gimana? Lo bisa nginep disini...ya, sekalian gua belajar juga...”
Dia terperangah dan lalu tersenyum.
“bener? Tapi kamu kan siangnya di bengkel..” katanya lagi.
“kata gua kan malam...siangnya lo kan bimbel..kalo dah bosen disini, gua yang maen ke tempat lo...” kataku sambil memegang pundaknya.
Dia lantas memelukku. aku lalu melepas pelukannya. Aku tak mau tiba-tiba ada orang masuk dan melihat kami sedang berpelukan.
“yadah, sekarang kamu makan dulu. Aku tadi beli bubur ayam mang oyen sama obat demam. Abis itu kamu istirahat ya, biar cepet sembuh. Biar ntar ada yang nemenin aku belajar ..” katanya sambil tersenyum manis.
Dia lalu mengambil bubur dan menyuapiku. Aku hanya diam memandangnya. Dia tersenyum lalu menyaupiku yang memang sebenarnya sudah kelaparan dari tadi.
Setelah aku meminum obat, aku lantas menaikkan selimutku.
“sekarang lo belajar ya. Sekalian temenin gua istirahat. Tapi awas aja kalo berisik..”
“iya iya..”
Ragil lantas mengambil handuk yang kulempar tadi, memasukkannya ke baskom lalu mengompresku lagi. Dia lalu mengambil buku bahasa inggris dan membaca disampingku. Dia lalu mengelus-elus rambutku. Ada perasaan aneh yang kurasakan. Seperti ada kehangatan yang setelah sekian lama tak pernah kurasakan lagi. Aku memejamkan mataku, lalu...ibu. ya, tiba-tiba saja aku ingat ibu. Aku kembali mengingat saat-saat bersama ibu. Saat ibu mengelus rambutku, menyuapiku saat aku sakit, memelukku saat aku dimarahi ayah. Telah lama sekali aku tak merasakan perasaan ini, tapi wajarkah? Aku merasakan kedamaian saat bersama seorang...lelaki? wajarkah ini tuhan? Kalau tidak, kenapa kau sisipkan perasaan ini di hatiku?
Tak terasa aku teryata telah tertidur. Aku membuka mata dengan senyum bahagia. Setelah sekian lama, aku akhirnya memimpikan ibuku lagi. Terasa nyata sekali. Bahkan dalam mimpiku, ibu mencium keningku.
“udah bangun?” tanya dia ketika melihat aku senyum-senyum sendiri.
“jam berapa ini?” tanyaku.
“jam12. Udah, tidur lagi aja..” katanya pelan
“gil...”
“apa..?”
“gua seneng banget..” kataku sambil memandang matanya yang teduh.
“kenapa emangnya? Emang barusan kamu mimpi apa?” tanya dia lagi lalu mengelus rambutku lagi.
“gua mimpi...ibu.” kataku
“...”
“setelah lama banget gua gak mimpiin beliau. Dan beliau mencium kening gua. Nyaman sekali...”
Kulihat dia malah kikuk.
“gil...”
“kenapa?” tanya dia sambil memandang buku inggrisnya lagi. Tapi sepertinya pikirannya tidak tertuju pada buku itu
“kok tiba-tiba gua mimpi ibu ya?”
“lagi kangen aja kali..” dia masih pura-pura membaca bukunya.
“gua boleh nanya gak?”
“mmm...apa?” salah tingkah
“lo tadi ngapain gua waktu gua tidur?” tanyaku menggodanya.
“...” semakin gerogi
“gil...kalo misalnya gua bisa mimpi kayak tadi tiap hari, gua mau tidur ditemenin lo tiap hari gil..”
Matanya berbinar sekali.
“maaf bob..” katanya gelagapan.
“buat apa? Lo gak mau?” tanyaku agak heran
“bukan..” katanya salting.
“terus maaf buat apa?”
“maaf karena..aku..tadi...” katanya terputus-putus
“lo tadi ngapain?” tanyaku penasaran..
“aku..”
“hwa...gua tadi dicabuli...?” kataku setengah teriak.
“ih..nggak kok..cuman cium kening doang kok..ups.” katanya keceplosan..
“hah..bener cuman cium kening doank?” tanyaku bermaksud menggodanya.
Dia lalu mengangguk.
“syukurlah..ciuman pertamaku belum dicuri..” kataku lega.
“ye...lagian, aku juga aku belum siap ngasih ciuman pertamaku...” katanya..
Hmm..pantesan tadi aku merasa nyaman sekali. Mungkin karena tadi dia menciumku. Bukan ciuman nafsu, tapi hanya untuk mengungkapkan rasa sayang.aku lalu menarik tangannya dan menaruhnya dikepalaku. Dia lalu tersenyum manis dan mengelus-elus lagi rambutku.
Setelah beberapa menit, aku meraih tangannya yang sedang mengelus-elus rambutku. Dia menoleh dan tersenyum. Aku lantas meletakkan nya di dadaku. Perasaan ini berkecamuk. Aku tahu ini salah, aku tahu itu, tapi...maaf kan aku tuhan. Aku hanya ingin merasakan damai ini, damai yang telah lama hilang...
Aku memejamkan mataku lagi dan tak terasa ada lelehan air mata. Tak ada suara. Dia diam. Mungkin dia sedang membiarkan aku menikmati momen ini. Aku lalu mencium tangannya seperti aku mencium tangan ibuku dulu setiap aku tiduran di paha ibuku.
“gil...”
“apa..?”
“gua..boleh..nanya sesuatu gak?”
“kenapa lo bisa sayang sama gua?”
“....”
*****
Beberapa tahun yang lalu.
Aku kembali kesini lagi. Ketempat ini lagi. Untuk apa? Kenapa aku begitu bodoh berharap bisa bertemu bocah itu lagi. Sudah hampir setahun setelah aku ngasih kalung itu, tiap aku kesini untuk menemuinya, aku tak pernah melihatnya lagi. Kemana dia sebenarnya?
Aku lantas berjalan menuju danau itu lagi. Dan tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara seorang bocah yang sedang cemberut. Aku lalu mendekatinya.
“kenapa dek?” tanyaku ramah.
“laper a..” jaawabnya singkat. dia terlihat cemberut.
“emangnya belum makan?” tanyaku lagi.
“belum...”
“emang rumahnya dimana?”
“aku gak tahu a..”
“kok?” kataku heran.
“aku baru pindah kesini. aku tinggal sama bibi..”
“oh..kok gak pulang?”
“...” dia hanya diam. Mungkin dia lagi dimarahin sama bibinya.
“yadah, aa bawa roti. sekarang makan dulu ya..” kataku sambil mengambil rotiku dan menyerahkan padanya.
Kulihat bocah itu makan dengan lahapnya.
“mamahnya dimana? Kok tinggal sama bibi?”
“mamah di surga a.” Jawabnya. Tapi wajahnya terlihat tegar.
“maaf..” kataku gak enak.
“gapapa A. Dulu ibu sering bilang, apapun yang terjadi, aku harus kuat a. Jangan pernah sedih, toh kalo misalnya kita kehilangan sesuatu yang kita cintai dan kita ikhlas, tuhan akan menggantinya a. Kata ibu begitu” katanya polos.
Aku tertegun mendengarnya,anak sekecil ini sudah bisa bijak menyikapi hidup.
“eh a, mau rambutan gak?” tanyanya dengan mata berbinar.
“rambutan?”
“iya. Itu ada pohonnya. Mumpung wa hajinya lagi pergi.” Katanya lalu dia berlari dengan mengendap-endap.
Aku mengikutinya dan ternyata benar, di depan ada pohon rambutan yang buahnya lebat. Dia lalu memanjat pohon itu dengan lincahnya. Aku melongo tak percaya melihat dia begitu lincah diatas pohon. Kayak monyet aja pikirku.
Lalu tiba-tiba aku mendengar ada yang berteriak.
“woy, bocah tengik. Turun lo”
Dia kaget dan tiba-tiba terjatuh ke tanah. Orang yang berteriak tadi menghampirinya. Dan langsung memuntahkan omelan.
“kamu ini masih kecil sudah jadi berandal” kata orang itu berteriak.
“...” dia hanya diam.
“gak pernah diajarin apa sama orang tua kamu?” hardiknya lagi.
Dia melotot ke arah orang itu. Aku berusaha melerai.
“maaf pak. Saya yang salah. Tadi saya memang lapar dan dia saya suruh manjat pohon rambutan itu. Maaf ya pak...kata ayah, ini rambutannya wak haji ya?” kataku.
Orang itu melihat ke arahku. Dan seperti mengingat-ingat sesutu.
“oh...acep teh anaknya pak guru..haduh..gak papa lah cep. Yaudah atuh, nanti metik sendiri apa mau dipetikin?” tawarnya ramah.
“gak usah, metik sendiri aja. makasih ya pak..” kataku sambil tersenyum.
Bocah itu tampak malu sekali. Aku lalu menghampirinya.
“maaf A, aku gak tau..” katanya sambil menunduk.
“gapapa. Tapi lain kali, kamu jangan suka mengambil barang milik orang ya..kalau ibu kamu yang lagi di surga tau, pasti beliau sedih. Kamu mau ibu sedih?” kataku.
Bocah itu hanya menggeleng.
“tapi kamu hebat juga tadi manjatnya. Persis monyet, hehe”
“hahaha. Si aa mah ih.”
****
“aku gak bisa jawab Bob. Yang aku tau, sekarang aku Cuma sayang sama kamu..itu aja” kilahku. apa dia telah lupa tentang kalung itu atau dia hanya ingin mendengar langsung dariku.
“tapi lo pasti tahu gua suka sama bayu kan?”
“...” aku tahu itu bob, tahu pasti.
“terus sekarang? kamu masih suka sama dia?” tanyaku sambil mencoba tersenyum.
“...” dia diam saja sambil menunduk.
“aku gak mau maksa kamu. Kalo kamu suka sama dia, kejar terus. Aku..” kataku dan langsung dipotong olehnya.
“dia suka sama orang lain. Lagian gua juga mulai ngerasa nyaman sama lo.”
Aku hanya tersenyum mendengarnya. Ya, aku juga gak tahu, sebenarnya bayu itu suka juga gak sama kamu. Tapi dia bilang kalo dia gak suka sama kamu Bob.
“aku janji Bob. Aku bakal lakuin yang terbaik buat kamu..”
“...”
“bob, boleh minta sesuatu gak?”
“apa?”
“aku pengen dengar kamu bilang kalo kamu sayang sama aku.”
“...” dia hanya diam.
“yadah, kamu istirahat lagi aja. aku mau ke kamar kecil dulu.” Kataku lalu bergegas keluar.
Aku tahu kamu masih belum menyayangiku Bob. Status kita emang pacaran, tapi sampai saat ini aku belum pernah sekalipun dengar langsung kalo kamu sayang sama aku. Apa aku salah mengharap kamu bilang sayang sama aku? Apa itu terlalu berlebihan?
****