It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
okeh.siap-siap ya..
sip..thax ya kripiknya. oke, ntar w coba lebih fokus.
tapi sebenarnya di cerita ni w cuma mau nampilin cerita yang ringan aja. selow but syur..heheh
hmm, soalnya ada part yang lebih enak dikupas dari sudut pandang Ragiel.
Cumi Girlz
Aku sudah sampai di sekolah ini sepuluh menit sebelum bel bunyi. Aku lalu berjalan ke arah sekretariat OSIS. Di dalam sekre, tampak Tatang, Hilceu juga cepi. Ketiganya adalah anggota CUMI GIRLZ. Yap, cumi girls, genk cowok-cowok tomboy se-STM. Ya, rasanya mengherankan sekali ada genk seperti ini di sekolah yang mayoritas adalah cowok yang identik dengan otot dan oli. Sebenarnya orang-orang tomboy dari dulu memang ada yang sering nyasar masuk STM, tapi sekarang-sekarang ini makin banyak, karena perkembangan jurusan. Komunitas ini identik dengan anggota-anggota, bahkan dedengkot beberapa ekstrakulikuler. Tentu saja karena anak-anak yang mau ikut acara atau kegiatan yang katanya hanya buang-buang waktu itu adalah anak-anak yang extrovert di lingkungannya. Mereka menemukan dunia yang mereka cari dan tak merasa kesepian, karena bergabung dengan orang yang bernasib sama, agak menyendiri karena merasa dikucilkan.
Cumi sendiri sebenarnya adalah cibiran untuk temanku yang super riweuh (heboh), sangat alay, dan sering menggunakan asesoris dan bertingkah seperti artis. Dia mengaku sebagai model. Tapi sampai sekarang aku belum pernah lihat di muncul di majalah trubus sekalipun. Tapi whatever lah, itu urusan dia.
Namanya Tatang, ngakunya keturunan Arab dan sepanyol. Ini tahun terakhir. Tapi kalo dilihat dari namanya..fyuh, rasanya agak ganjil..harusnya kan kalo misalnya emang ada campuran Arab-Spanyol, minimal namaya Abdullah Fernando, atau Rodolfo al Jabar. Lha ini, Tatang Suratang? Hahaha. Dia sih ngaku nama lengkapnya Tatang Suratang Jafar Garcia. Katanya sih menghormati nama sunda. Jafar garcia? Di JAlan ngamFAR di GARut CIAwi? Ada-ada aja.
Artis favoritnya adalah Beyonce. Juga Mariah Carey. Tapi sayang, aku harus jaga jarak kalo dia lagi kumat. Maksudku, kalo dia lagi pengen nyanyi. Fyuh...aku Cuma senyum-senyum getir kalo dia lagi nyanyi, sedang yang lain mulai mencari lokasi lain yang kira-kira suara nyanyiannya kalah oleh suara derum mobil.
Orangnya sebenarnya emang ganteng. Hitam manis, idung mancung. Kalo diperhatiin emang mirip artis india yang maen film Jadu, Koi mil gaya kalo gak salah. Siapa namanya aku lupa lagi? Oh iya, Hritik Roshan. Tubuhnya junkist, karena dia menerapkan diet ketat. Dia agak anti makan gorengan. Sarapan hanya sebutir apel dan segelas susu low fat. Bajunya ukuran SSS alias Super Small Sekali, kadang sampai terlihat pusarnya. Kalau dirumah sering pake hot pants dan memamerkan bulu-bulunya yang lebat. Sebenarnya kalo dia macho, pasti banyak cewek yang naksir.
Dan yang paling bikin siswa lain jengah, lebih tepatnya geli, dia pake contact lense. Gak tanggung-tanggung, tiap hari ganti warna. Abu-abu kalo hari senin, selasa warna biru, coklat buat hari rabu, kamis warna ijo, dan jumat warna hitam pekat. Aih...apalagi asesorisnya itu, bener-bener up to date. Dan hobinya mengoleksi sendal yongki, topi, dan hot pants.
Kalo ngomong sering menyisipkan istilah bahasa inggris, padahal aku tahu idiom dan istilah serta pengucapannya itu salah, tapi aku tak pernah usil mengoreksinya. Dia paling anti makan sembarangan. Menu paforitnya di kantin adalah jus jambu.itupun dia tungguin prosesnya hingga jus itu masuk kedalah botol yang dia bawa sendiri. Dia harus memastikan agar makanan dan minuman yang masuk ke dalam perutnya itu, hi-gi-e-nis. Gak sudi dia minum dari wadah akua gelas yang biasa buat jus itu.Haduh...ribet banget tuh tuan putri.
Temannya memang terbatas di sekolah ini, ya terang saja. orang udah keburu kesel duluan. Dan aku adalah sedikit dari temannya. Awalnya aku hanya merasa kasihan saja melihatnya. Tapi kalau kita bisa nempatin diri, kita akan tahu apa yang bikin kita merasa nyaman dengannya, tanpa peduli lagi ejekan orang.
Awalnya dia misuh-misuh waktu dipanggil cumi. Maklum, waktu itu masih booming musim pilm Kawin Gantung yang diperanin sama Didi Element dan Natalie Sarah. Disitu ada tokoh cowok tomboy yang badannya agak lebar, berkacamata dan latah. Nama panggilannya cumi. Walhasil, melekatlah nama cumi padanya.
Dan sekarang, namanya telah berganti menjadi Tatang Cumi, atau banyak yang manggil TC (baca; tece). Semoga saja di ijazah nanti namanya gak di tulis Tatang Cumi Suratang. Heheh.
Yang selalu setia menemaninya adalah Hilceu. Dia kelas XI. Nama aslinya Hilman. Dia adalah biang gosip paling yahud se es te em. Orangnya cungkring item, dan pakaiannya (maaf) agak lusuh. Dia memang dari keluarga yang pas-pasan. Tapi orangnya agak exhibisonist gitu deh. Kadang kasian juga sama dia. Dibalik kekurangmampuannya secara materi, dia selalu ingin tampil. Mungkin itulah salah satu alasan dia dekat dengan TC. Tapi aku melihat keduanya saling membutuhkan. Simbiosa mutualisme.
Hilceu sering sekali terlihat memakai baju TC, bahkan celana TC yang terlihat sangat ketat (aku yakin Hilceu gak nyaman makenya), bahkan sendal TC sekalipun. Aku juga curiga, jangan-jangan celana dalemnya juga minjem, hahaha
Cita-citanya adalah menjadi presenter. Mungkin kalo sekarang dia setara dengan Feny Rose pembawa acara Golok yang settttajaam, ssssilett. Dan benar saja, acara kalo bukan dia yang bawakan, terasa sepi pungunjung, hambar sekali. Gesturenya yang rempong, bibirnya yang sampai monyong-monyong kalau sedang bicara, serta pandangan matanya yang wah, susah jelasinnya. wawasannya juga luas, dan bahasanya yang kocak meski secara wajah kurang komersil, tapi selalu berhasil membuat rating acara itu tinggi (halah, kayak acara tipi)
Dan yang melengkapi Cumi Girlz adalah Cepi. Dia masih kelas XI. Dia anaknya agak pendiam. Jarang sekali ngomong kalau gak terlalu penting, gatau kenapa. Tapi pernah aku sekali ketika lewat ke sekre paskibra, dia sedang ada di dalam dan sedang menyanyi. Sumpah, ini suara paling merdu yang pernah kudengar. Tapi ketika dia menyadari aku sedang memerhatikannya, dia langsung diam dan menunduk malu. Lalu berlari ke arah mushola. dia memang anggota IRMA alias Ikatan Remaja Masjid. Kulihat bakat melukis ada padanya. Dia adalah pengisi setia mading di sekolahku. Gambar manga, karikatur maupun pemandangan terlihat nyeni sekali. Tulisannya baik itu puisi, cerpen, maupun kata-kata motivasi selalu dipenuhi pembaca. Tapi dia menggunakan nama pena C. Hanya itu. Simple sekali. Dan karena kedekatannya dengan TC dan Hilceu, dia selalu dipanggil CEUCEU.
Jadi secara fungsional, Cumi Girlz telah memiliki modal cukup untuk menjadi inti sebuah acara, materi, komunikasi, dan artistiknya.
Komunitas atau genk ini dinamis sekali. Berita ter up to date, pasti keluar dari mulut mereka, terutama Hilceu. Termasuk bocora-bocoran soal, juga siswa yang dapat BKM alias Bantuan Khusus Murid (dulu, BKM sangat penting bagi siswa yang sebagian besar adalah anak kurang mampu, karena sebenarnya siswa sekolah disini bukan karena minatnya, tapi karena biaya disini murah, ada BKM lagi).
Itu ketika kelas satu. Sekarang, anggota Cumi Girlz cukup banyak. Memang tidak teregistrasi secara tertulis, tapi ketika ada acara, misalnya pensi, aku dibuat kagum, bukan Cuma oleh jumlahnya, tapi kreativitasnya. Juara nyanyi tingkat kabupaten, juara-juara English Contest, baik itu Speech Contest maupun Debate, jura LKS. Tentu saja karena juara-jura jurusannya ikut tergabung juga. dan sepertinya acara OSIS akan mandeg kalo Cumi Girlz tidak ikut andil. Sekarang saja aktivis (???) nya ada minimal 5 orang di tiap angkatan. Salut lah buat regenerasinnya.
Dan satu hal lagi yang unik dari komunikasi geng ini. Bahasa. Bahasanya memang agak rempong, tapi punya khas. Misalnya setiap nama orang ditambahi –wati. Misal Ceuceu jadi Ceuceuwati. Lalu kata-kata terakhir diberi imbuhan “cyu..”. ya pengganti kata “cyin..”. dan masih banyak lagi pembendaharaan kata-kata uniknya.
Kalau aku? Aku memang secara tidak resmi menjadi dedengkot genk ini. Peranku hanya sebatas penasihat umum saja.
Aku cukup akrab sama TC karena kami di organisasi yang sama, sama-sama pengurus. Sedangkan aku bisa akrab sama Hilceu karena suatu peristiwa.
Ceritanya begini. Waktu itu aku sedang asik membaca novel Harry Potter. Lalu tiba-tiba datanglah Akbar and degeng, orang yang selalu menggangguku. Dia lantas merebut novelku. Aku hanya diam saja. Kenapa Akbar gak pernah bosan ganggu aku ya? Padahal dulu kita itu sahabatan sebelum masuk STM ini. Huft.
“heh, homo. Cowok tuk olahraga. Basket, maen bola, coli. Lha elo, malah baca beginian.”
Aku diam saja walau aku tau mukaku mulai panas.
“kok diem aja? gua lempar ke got lo masih diem?” katanya mengancam.
Mataku melotot tapi tak bicara apa-apa, tak ada gunanya.
“heh, balikin novelnya Agelwati.” Kata seseorang dengan sura renyah.
Agilwati?
“eh, dateng lagi bencong satu. Hyu..capcyus..” ejeknya yang disambut tawa riuh dua temannya.
Hilceu lalu menatap tajam ke arahnya.
“oh..jadi lo itu cowok ya?” kata Hilceu sinis.
“maksud lo?” Akbar mulai tersinggung.
“cowok itu mestinya maen bola ya?” . retoris.
“...”
“berotot, tapi gak berotak?” sindirnya. Akbar n dgeng emang murid-murid bermasalah soal absensi dan nilai.
“...” mukanya merah padam
“gua tau lo. Udah deh, lo gak usah pura-pura. Lo gak cape apa terus-terusan mengesankan diri lo cowok? Buat apa?” katanya dengan gesture lenggak lenggok.
“ lo tau apa heh?” kata akbar sengit.
“gua tahu, lo sebenernya suka kan sama Agelwati? Sekarang gua tanya, yang homo itu lo ato dia?” kata Hilceu lebih sengit.
Mukanya merah padam, lau dia hendak menonjok muka Hilceu. Tapi ternyata Hilceu gak kayak yang kupikirkan, dengan sigap menghindar dan langsung mendaratkan pukulan ke perut Akbar.
“buk..”
Mata akbar seperti hendak copot. Lalu temannya maju, tapi sebelum tinjunya kena ke muka Hilceu, Hilceu dengan kakinya merengkas kakinya sampai terjatuh menimpa Akbar. Dengan muka perang, Hilceu menghampiri yang satunya lagi, lalu mengangkat kerah bajunya.hingga si teman akbar gemetar.
“heh, dengerin sama yey semua. Jangan pernah ganggu Agelwati lagi. Kalo enggak, lo tau akibatnya.” Ancamnya.
Sumfah, aku saja melihat mukanya sampai agak-agak takut. Lalu semuanya lari terbirit-birit. Aku masih melongo, tak percaya sama apa yang terjadi barusan. Tak disangka, orang macam Hilceu teryata...punya tenaga kuli. Tiba-tiba..
“aduhhh..tangan ekeu cyu...syakit..kaki ekeu juga...” katanya sambil meniup tangannya.
“maksih ya” kataku sambil tersenyum lalu mengambil novelku lagi.
“iya cyu. Kita jangan nyampe kalah sama orang-orang yang sok kaya mereka..”
Sejak kejadian itu aku jadi sering ngobrol sama dia. Aku tak peduli ejekan orang. Kalau ingat kejadian tadi, apa aku masih bisa menilainya sebelah mata? Bahkan, Akbarwati n dgengwati pun tak pernah lagi ganggu aku kalau sedang Hilceuwati. So, dont judge book by its cover dude.
Suatu hari ada audisi untuk menjadi penyiar radio di salah satu radio di Garut. Cumi Girls heboh sekali. TC sibuk menyiapkan kostum dan akomodasinya, Cece sibuk menyiapkan spanduk. Sedangkan Hilceu wara-wiri dan heboh sendiri, komat-kamit. Mungkin sedang melatih cuap-cuapnya. Aku terenyum dan tak mau ikut membuat makin riweuh.
Dan ternyata dipungut biaya pendaftaran, lima puluh ribu rupiah. TC belum dapat uang bulanan, sementara Cece belum ditransfer Kang Aga, kakaknya yang kerja di Bekasi. Sementara Hilceu, tahu sendiri kondisinya. Awalnya Hilceu mau mundur, dia tak mau merepotkan sahabat-sahabatnya kalau sudah menyangkut masalah uang. Tapi TC dan CC keukeuh. Akhirnya mereka berda mencari sampai kantong saku tersembunyi dan membongkar celengan tanah liat mereka, dan terkumpul sekitar 70 ribu. 50 untuk daftar, sisanya untuk biaya tak terduga.
Tibalah hari H itu. Semua peserta tampil. Kulihat Hilceu memejamkan mata, mulutnya komat-kamit. Melapalkan doa kayaknya.
“Baiklah, peserta selanjutnya, Hilman Adi Lesmana, silahkan maju ke depan...”
Lalu dia maju ke stage. Dia memegang mik dengan gemetar.
“hay hay burihay semuanyah...sikat gigi terasa hambar, selamat pagi apa kabaaar...?”
“....” semua hening. Tak ada yang meenyahut.
“ketemu lagi sama gue, orang paling imut sekabupaten garut, paling periang sepriangan”
“...” masih tanpa respo. Hilceu mulai berkeringat dingin.
“okeh pendengar semua. Kali ini topik yang akan dibahasa adalah bla bla bla, bla bla..”
Entahlah, kali ini dia tak seperti biasanya. Gak all out, seperti penuh beban. Dan benar saja, setelah diumumkan, dia tidak terpilih, bahka untuk juara harapan sekalipun.
Setelah sholat dzuhur, mereka berkumpul di halaman SMP satu garut. Semuanya diam.
“teman-teman..maaf...” katanya lirih sambil menunduk. Matanya berkaca-kaca.
“lo kenapa sih hari ini?” tany TC, lebih cenderung menghakimi.
“...” Hilceu masih menunduk.
“sebenernya lo tuh mampu..” kata TC sambil berjalan mondar-mandir di depan Hilceu.
“akyu..akyu..” jawab Hilceu gelagapan.
“hilceuwati, jangan bilang lo kepikiran buat balikin duit pendaftaran..” kata TC sambil memegang pundak sahabatnyaa itu. Lalu mengangkat dagu Hilceu.
“...” matanya berkaca-kaca
“kita itu sahabat. Thats frens is por?” (??? Rancu)
“maaf, tadi akyu berusaha menang biar hadianya buat gantiin duit kalain. Akyu juga kepikiran kamyu, besok kamu ada ulangan, tapi ngebela-belain ngelakuin ini-itu buat aku,,” katanya terisak.
“Hilceuwati, itulah gunanya sahabat. sahabat itu ada bukan hanya saat ulang tahun saja. bukan saat sedang ujian saja. tapi ada untuk ngedukung saat orang lain meremehkan kita. Kita ada buat nguatin kamu. Dan satu hal yang pasti, kami bangga sama kamu. Bukan soal menang ato kalah, tapi soal kebersamaan kita buat kamu...”kali ini Cece yang angkat bicara. Baru kali ini aku menyaksikan dia bicara pangjang lebar seperti ini.
Filmis memang, tapi dimanakah di belahan tempat lain yang ikatannya seperti ini? Apakah ini ada di anak-anak basket? Apakah kata-kata itu akan terdengar di latian sepak bola? Apakah yang telah dilakukan oleh mereka mampu dilakukan anak-anak ekskul lain?
Aku sedikit bergetar mendengarnya. Dan sekarang aku menaruh respect tertinggi akan persahabatan mereka.
Halaman Workshop (bengkel otomotif), 10.00 wib
“Bob, lo lagi kenapa sih, kok dari tadi w perhatiin mannyun mulu...” suara didit yang cempreng itu mengagetkanku.
“paan sih? Biasa lah..” kataku
“duit mulu dipikirin. Gabakal ada habisnya...” katanya lagi.
“...”aku diam saja.
“lo diomelin lagi ma bibi lo?”
“hah?”
“udah deh...gua udah tau lo...” katanya sambil duduk di sebelahku.
“...”
“yadah, cerita ke w, lo butuh dwit lagi?” katanya sambil merangkul pundakku.
“ga..nggak, bosen w ngerepotin lo mulu..” kataku cepat.
“yaelah elo...kayak ke sapa aja”
“kadang-kadang w cape mikirin hidup” dilematis.
“aih, apa lo kata? Jangan bilang lo bosen hidup..” katanya geje
“paan sih. Geje deh. W mau tidur di skolah aja gimana?”
“hah?” kaget
“kok hah? Gua mau nginep disini kayak si Jajang. Tidur kan bisa di mesjid.”
“makan?”
“ya kayak si Jajang. Bantuin kantin”
“ ga nggak, gak boleh. Gila aja lo.” Katanya sewot.
“abisnya, bosen gua disindir mulu ma bibi gua. Padahal kalo gua kalo punya duit, termasuk uniko lo, balik bawa makanan, gorengan ato kadang buah-buahan. Tetep aja ketus mulu ma w.”
• Uniko = usaha nipu kolot, artinya nipu orang tua kita, minta duit untuk beli buku paket fiktip, duitnya buat jajan
“hahaha, sialan. lo masih bantuin warung kopi Kang Mahmud?” katanya lagi.
“masih, tapi dia kan sekarang dah kawin, dah ada bininya. W nyadar diri donk..”
“oh..”
“seterah lo sih..tapi kalo lo butuh bantuan, lo tau kan mesti nyari siapa..” katanya dengan senyum tipis.
“sip..hatur nungging ya..” kataku sambil menepuk pundaknya.
“apaan? Mang msti nyariin sapa?”
“elo”
“idih, lo cariin tuh pak lurah...hahha” katanya sambil menjitak kepalaku lalu lari menjauh.
*****
Bel istirahat pun bunyi. Aku langsung berlari ke kantin. Bukan buat nyari makan, tapi mau nemuin bu kantin.
“ibu...hehehe..”
“naon deui ieu teh datang-datang ngaburusut...”
(apa, datang-datang heboh)
• Ngaburusut = benda yang keluar semuanya. Identik dengan orang yang udah gak kuat nahan, pup, pas nyampe toilet, buka celana, dan langsung ngaburusut, huek
“ibu, si teteh kamana?”
“naon kitu?”
(napa gitu)
“naros wungkul..”
(nanya doang)
“pasti aya hurang bibalik batok ieu mah..”
(pasti ada udang dibalik batok kelapa ya?)
“suujon wae ah, bu, ari si teteh teh sabaraha yuswana?” tanyaku lagi dengan senyum pepsodentku.
(suudzon aja nih si ibu. Si teteh tuh umurnya berapa sih bu?)
“25. Naon maneh, bogoh?” jawabnya sekenanya.
(25. napa lo? Suka?)
“hahaha, ah si ibu mah. Piraku bu ah? Sugan teh si teteh karek 18..”
(hahah. Si ibu mah. Masa sih bu? Kirain baru 18)
“anak saha heula atuh..” katanya lagi sambil menaikkan sebelah alisnya.
(anaknya siapa dulu donk..)
“anak saha kitu bu? Anak pak entang?”
(anak siapa gitu bu? Anaknya Pak Entang)
“koplok, pak entang tukang nyapu?” katanya sewot.
“lain ih bu, sugan teh 18 keneh. “
(bukan ih bu. Kirain tuh masih 18)
“naha?”
(kenapa mikir gitu?)
“pan ibu kawinna umur 17, jadi ayna yuswa ibu teh ayna...”
(kan ibu dulu nikahnya umur 17. Jadi sekarang umur ibu tuh..)
“42” jawabnya singkat
“ah nu bener..” kataku pura-pura gak percaya.
“..”
“nya ih bu, sugan ibu yuswana 30an.mani masih karenceng kitu, “ kataku sambil melihat ke arah dadanya.
(kirain umur ibu tuh 30-an. Masih kenceng begitu)
“hahaha, dasar budak cunihin. Bisaan lah. Sok ngemeng atuh, aya naon ieu teh...?”
(hahaha, dasar bocah mesum. Bisa banget. yadah, ngomong, ada apa sih?)
“hehehe..kieu bu, bla bla bla bla bla bla”
Aku menceritakan maksudku ingin tinggal disini. Setelah menarik nafas dalam-dalam, akhirnya dengan berat hati mengiyakan.
“bener bu?hatur nunung bu nya..” kataku lalu mencium pipinya.
Si ibu misuh-misuh. Aku langsung lari menghindar.
“dasara budak cunihin siah...hahaha”
“eh, boby, kadieu heula.”
(eh Boby, kesini dulu)
“naon bu?”
(apa bu?)
“mamam heula, can mamam kan?”
(makan dulu, belum makan kan?)
“heheh, ibu jadi tambah geulisss...eleh lah mpok ati ge..”
(hehehh, ibu jadi makin cantik, kalah lah mpok Ati mah)
“hahah.dasar siah.”
Kantin sekolah,15.00
Aku lagi asik-asiknya mengiris kol buat bala-bala, datang Didit dengan sekantong makanan.
“bob, rajin amat lo kayak ibu-ibu ja..”
“yagitu deh..secara gini-gini juga w tuh calon chef terkenal.hahaha” timpalku sekenanya.
“hahah. Ni makan dulu kereseknya.” Kata Didit ngocol.
“anjir, koplok sia. Ke nya, wawasuh panangan heula.” Kataku lalu cuci tangan dengan sabun lefboy.hahah
(anjrit, dasar. Ntar dulu yah, cuci tangan dulu)
“ Bob.”
“apa sayang..” kataku sambil mengeringkan dengan waslap.
“gua udah ngekost nih..”
“hah?” kaget.
“Iya, gua ngekost..”
“himanya?” sambil samutut. (mulut masih penuh makanan)
“hah?” muka melongo.
“Himanya?” ulangku lagi.
“Sia ngomong teh sing bentes bel. “ katanya kesal.
(lo kalo ngomong yang jelas dong)
“nyanyas atuda. Dimana?”
“Tah kitu atuh. Di deket pasar ciawitali. Tapi tempat kostnya nyeremin..” katanya agak manyun.
(nah gitu donk.)
“trus?”kataku sambil samutut.
“hmm..lo mau kan nemenin w..”
“hah?” mata hampir copot.
“iya..temenin w. W sendiri. W gak tau sih tempatnya nyeremin..babeh yang nyariin..” katannya merengut.
“ah, aya aya wae maneh mah”
(ah ada-ada aja si lo)
“atulah...” muka memelas.
“urang geus kagok didieu eung..teu enak atuh ka si ibu..”
(w udah nanggung disni. Gak enak donk sama si ibu..)
“atulah..maneh teu kudu mayar da..” muka penuh iba, seperti melihat tukang ngemis di alun-alun itu.
(ayo dong..lo gak usah bayar kok)
“mbung ah..urang mbung jadi benalu..”
(gak mau ah. Gua gak mau jadi benalu)
“mm..mm.. maksud w, ya..gua nggak maksud gitu..sayang udah dibayar setengah tahun..lo kan ibaratnya Cuma nyimpen baju doank..makan mah sendiri-sendiri..”
“...”
“bob..kostan w deket sekolahnya bayu loh..” merayu neh.
“yang bener?” mulai tergoda.
“iyya..tahukan kostan deket smanxx yang ada mie ayamnya?”
“iya, yang didepannya ada taman gitu..?” antusias.
Dia mengangguk.
“wanjess..iya tah? Gila, cenah itu teh bekas makam orang-orang yang dibunuh di pasar ciawi tali.”
“Bob..?” pintanya lagi
“iya iya..ntar gua ngomong sama si ibu kantin..tapi jangan sekarang ya..masa Cuma sehari doank..”
“okelah...”
“tapi Nyon, kok lo tiba-tiba mo ngekost sih?” tanyaku penasaran.
“pengen aja..”
“kan enakan di rumah nyon”
“kagak lah. Tau ndiri bokap w.”
“tapi lo diizinin?”
“ya w bilangnya mo belajar hidup mandiri. Awalnya sih dia gak yakin, tapi w bilang bolak-balik sekolah-rumah tuh cape di jalan doank.” Katanya sambil mengambil gehu.
“lha, tapi kan ntar kalo lo jadi bad boy gimana?”
“ya nggak lah..” katanya sambil memasukkan gehu kedalam mulutnya yang lebar itu.
“kok bisa yakin?”
“karena..w bilang, w ngkost ama lo.hahah”
“sial. Ngjual nama gua itu namanya...”
Aku masih menikmati milk shake rasa stoberi yang tiap jam sekolah nongkrong di depan sma-nya bayu. Ya sebenernya sambil ngecengin cewek-cewek sini. Tapi kebanyakan cewek disini tuh cewek-cewek yang wahid pisan. Karena selain otaknya encer, tingkah lakunya terjaga. Kalopun gak pake kerudung, minimal bisa baca surat fatihah.
“mang, dah lama mangkal disini?” tanyaku sama bartender jalanan ini.
“mangkal mah bukan disini atuh jang?” jawabnya tanpa melihat ke arahku.
“hah, mang mangkalna dimana?” penasaran.
“nya mangkal mah atuh di kerkhoff” jawabnya lempeng, alias watados, alias tiis wae alias gak pake ekspresi.
• Kerkof = wahana olahraga di Tarogong Kidul, tapi kalau malam jadi tempat mangkal para bencong.
“hahaha..si emang bisa wae lah..”
****
Setelah membayar, aku dan Didit langsung menuju ke kostannya, melewati sebuah taman segitiga, tepat di depan sma bayu. Aku pandangi sekeliling taman, apanya yang taman, nyeremin gini, pikirku. pohonnya tinggi-tinggi dan lumayan besar. Disekelilingnya bertebaran batu-batu. Pikiranku langsung teringat sama nisan kuburan. Apalagi kata orang-orang, taman segitiga ini dulunya tempat menguburkan orang-orang yang di begal di Ciawitali. Ih...maaf, permisi..yang nunggu disini harap jangan ganggu...
Aku sudah berdiri di depan sebuah kost-kostan berlantai dua. Di bawah untuk rumah si mpunya yang sekalian buka warung mie ayam, lumayan lah, kalo lapar tinggal turun tangga, dan diataslah kamar kostnya.
Aku dan Didit langsung naik ke atas lewat tangga sempit di pinggir warungnya. Tiba di lantai dua, ada lorong cukup panjang yang dikanan kirinya kamar-kamar dengan jendela berukuran cukup besar sehingga apa yang ada di dalam terlihat semua, meski kacanya item.dan kamar Didit letaknya dua terakhir, kamar no.5.
Kami berdua melangkah kesana dan ternyata kamarnya diapit oleh dua kamar kosong di kanan-kirinya. Pintu terbuka, kami langsung masuk. Ruangannya cukup lega, dua petak. Ukurannya masing-masing sekitar 4x3 meter, kamar mandi diluar, satu kamar madi untuk enam kamar yang masing-masing ada dua sampai tiga penghuni. Alamat mesti mandi nyubuh nih.
(waktu itu perbulannya hanya seratus tigapuluh rebu,pleus listrik mabelas rebu)
Aku lalu menyampirkan tas ransel berisi buku dan baju salinku. Kuedarkan mataku, Di sampir kasur ada lemari yang ada mejanya dan kursi plastik. kulihat ada jendela kecil diatas.Tapi karena ini lantai dua, orang dari luar gabisa nngintip.
“oke Bob, lo sekarang masukin aja baju ma bukunya ke lemari ya. Gua mandi dulu” kata Didit.
Aku lalu merapikan bajuku dan juga bukuku. Kulhat disudut ada dus. Kubuka dan, hmmm..tabloid exotica (dulu sempat musim di kalangan pelajar mesum), dan beberapa keping kaset cabul. Dasar, kataku.
Ketika sedang asik-asiknya membuka tabloid mesum itu, didit masuk dan menjitak kepalaku.
“heh, siang-siang udah baca begituan. Awas lo kalo coli disini” katanya.
“hahah, sial. “ kataku sambil menutup depan celanaku dengan jaket.
“huh..”
“dit..” kataku setengah berbisik.
“apa?”
“kamar mandi kosong gak?” kataku malu-malu.
“hhahaha. Dasar maneh ih. Cig kaditu ah. Kade bisi ucrat acret.”
(hahaha. Dasar lo. Sono, awas jangan nyampe belepotan)
“urang hayang modol bel. Sok suujon wae aiten teh”
(gua pengen boker tau. Suujon mulu nih)
“hahah. Tuh nu maneh ges ngjendol kitu. Syuh syuh..”katanya mengibas-ngibaskan tangannya.
(hahah. Tuh punya lo udah ngejendol gitu. Syuh syuh)
Aku lalu keluar sambil lirik kanan-kiri dan menutupi celanaku yang menjendol, hehe. Lalu aku tiba di pojok. Ada dua kompor minyak tanah (waktu itu masih disubsidi), dan beberapa ember. Dasampingnya ada tangga ke atas untuk menjemur baju. Dan diujung loronglah wc itu berada. Aku berjalan kearahnya dan aku berhenti karena di sebelah wc itu ada ruangan kecil yang digembok. Tercium bau aneh dari dalamnya.namun karena aku sudah gak tahan, akhirnya aku langsung masuk.
Ketika sedang asik-asiknya mengombinasikan gerakan tangan, batang, dan busa sabun, aku mendengar ada suara cekikikan gadis-gadis. Kulihat di kamar mandi ini ada jendela. Aku naik ke pinggiran bak, dan..wowowoow..di bawah, tampaklah beberapa gadis sedang mandi di kamar mandi yang tidak dipasangi atap. Hemat energi lampu kayaknya. Ihirr...(di samping kostan ini ada home industri yang entah memproduksi apa). Lumayanlah. Lalu ketika sedang asik-asiknya dan hampir saja nyampe, tiba-tiba pintu digedor. Entah karena kaget atau memang sudah sampai, cairanku mencrat ke dinding. Sialan, kataku.
“Bob, lila kitu sia ih..burukeun..urang hayang mosdilll..” katanya berteriak.
(Bob, lama banget si lo. Buruan..gua pengen boker..)
Aku bergegas memakai celanaku. Sialan, ganggu aja. ketika kubuka pintu, Didit langsung masuk.
“anjirrr...sia ucrat-acret kieu...” katanya berteriak ke kupingku.
(anjirr..belepotan gini..)
Aku hanya cengengesan.hahaha
Selepas sholat magrib, aku membaca al Quran (untuk mengimbangi dosa tadi sore,hehe). Dan kudengar didit sedang menerima telepon.
“apa yah? Sekarang juga?”
“udah jam segini atuh yah..besok aja lah..”katanya lagi sambil mondar-mandir.
“huh..yaudah..klik”
Aku menutup mushafku.
“napa nyon?” tanyaku.
“gua disuruh balik...tau tuh si ayah, katanya penting.”
“oh..”
“gapapa Bob?” tanyanya merasa gak enak.
“nyante we..”
“yaudah atuh, gua balik dulu yah”
“sip, salam buat om sama tanteu ya..”
“sip..”katanya lalu mnyambar kunci motornya.
Aku lalu mengambil buku kimia. Tadinya mau ngambil exotika lagi, tapi nggak, ntar pengen lagi, hehe. Aku lalu membuka lembar demi lembar. Hwa...dibolak-balik dekok juga gak ngerti-ngerti gua. Mending tidur aja...
23.00 wib
“trak trak trak..gelombrang..”aku tersentak. Aku langsung bangun. Fyuh, aku ketiduran. Aku lantas bangun. Aku lantas melihat jam dinding, huft udah jam sebelas. Aku lantas bangun dan langsung mematikan lampu kamar. Aku langsung menarik selimut dan menutupi mukaku. Lalu tiba tiba...
“trak trak trak..gelombrang..” hap, suara apa itu. Aku belum membuka selimutku. Kedengarannya dari kamar sebelah. Tapi bukannya kamar sebelah itu kosong?
Aku kembali mendengar suara gaduh. Seperti suasana pasar. Jantungku mulai dag-dig-dug. Aku lantas membuka selinut yang menutupi kepalaku dan, anjritttt...itu apa yang sedang berdiri disamping lubang pintu penghubung ke kamar? Arrgghtt...bukannya menutup lagi mukaku, aku malah menegaskan. Walaupun lampu dimatikan, tapi samar telihat karena masih tersinari lampu lorong.
Aku melirik ke kursi depan meja belajar, hwaaaa...ada juga...(sumfah, ini kejadian waktu gua ngekost disitu. Gua aja nulisnya agak-agak merinding gitu). Dan...
“trak..trak..”terdengar seperti ada orang yang menjentikan ujung jarinya ke jendela yang diatas. Mana mungkin orang bisa naik? Ini lantai dua, sebelahnya home industri dan dibawah kamarku itu lahan kosong (aku melihatnya dari lantai tiga buat jemuran).
Aku lantas membaca semua surat yang kuhafal, kencang-kencang. Entahlah, benar atao salah. Lalu aku memejamkan mata dan entah karena kaget, aku malah kentut. Sumfah, aku gak tahu kenapa bisa-bisanya kentut disaat seperti ini. Tapi setelah aku kentut, aku menghentikan melafal doa-doa, aku dengar baik-baik. Aku tak mendengar suara itu lagi. Aku buka mata pelan-pelan, dan tring...mahluk hitamn itu tak keliatan lagi...badanku masih gemetar. Aku lantas membuang selimutku dan berlari ke arah pintu. Kubuki kunci dengan gemetar dan langsung berlari ke kamar paling depan sambil menunduk.
Setelah sampai di kamar depan, kugedor pintunya. Aku memang belum kenal, tapi disaat seperti ini rasa malu jadi nomer terakhir.
“dug dug..kang..kang..” kataku sambil lirik kanan-kiri-belakang.
Agak lama, seseorang muncul sambil menutupi gundukan celananya. Dia menatap heran kearahku.
“gua Boby kang, penghuni baru kamar 5. Malam ni gua tidur disini ya...” kataku gemetar.
Sepertinya dia sudah paham yang terjadi.
“ckckck..gak didit gak kamu..masuk” katanya.
Aku lantas masuk dan..twew...dia lagi nonton bokep. Dasar.
“gabung?”
“hmm..gak ah..gua langsung tidur aja..” kataku bohong. padahal mah pengen.
Dia lalu asik lagi menonton dan kulihat tangannya masuk ke celananya sambil bergerak-gerak...sialan..masa dia mau coli didepan gua...?
Suka banget sama Boby dan Didit. Gokil bgt orangnya
Ditunggu lanjutannya
Dtunggu ja klanjutany.lgian q jga kyaky ga byk make ragil pov bwt kdpany..
@alabatan request ah kang klo yg spatula. ....... jgn dipakein pov yah, boleh tp dikit aja.
Kl spatula emang pure pk bayu pov ja.