BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Love Monkey (TAMAT)

1568101139

Comments

  • Adam08 wrote:
    gokil ya :))

    thx..ditunggu lagi kripiknya
  • alfaharu wrote:
    Cerita Cumi girlz juga bagus tuch...
    Ayo up...

    thx.moga" cumi girlz yg asli gak baca.hahah.ntar w ditimpukin lagi
  • okeh. w kasih lanjutannya dikit. mohon masukannya ya..
  • Hilceuwati FM

    Malam ini Hilceu dan Cece sepakat untuk menginap di kostanku dan Didit. Belakangan memang Hilceu dan Cece sering main ke kostan kami bareng Ragiel. Enak juga sih mereka sering kesini. Kamarku yang berantakan disulap jadi sangat rapi kalau mereka datang. Bahkan mereka juga suka cuci piring, ngepel bahkan nyuciin baju kami, walaupun sambil cemberut. Hehe.

    Malam ini adalah malam jumat kliwon. Dan di sekolahku emang lagi boming sama Night merside radio Ardan FM dari Bandung. Setiap hari jumat, topik yang dibicarakan pasti seputar cerita tadi malam. Kami sepakat mendengarkan cerita itu disni. Karena sudah jadi rahasia umum kostanku dan Didit seramnya minta maaf.

    Sepulang bantu-bantu di bengkel, aku langsung meluncur ke kostan. Ternyata disana sudah ada Cece sama Hilceu. Aku memang sekarang mulai akrab sama kedua dedengkot Cumi Girlz itu. Kalau TC sedang sibuk les piano sama persiapan fashion show katanya.

    “Mikum..” aku lantas masuk melihat Didit sedang dicoreti mukanya sama Hilceu. Mereka sedang main cangkul-cangkulan. Muka didit penuh dengan coretan bedak. Tampaknya bocoh itu kurang mahir main kartu.
    “eh, udah dateng..sini gabung” kata Cece
    “ntar dulu ah, masih puyeng..” kataku.”Ragil kemana?”
    “dia kan jam segini masih ada bimbel persiapan UN..”
    “oh..”

    Kamar Kost no.5, 21.50 wib

    “emang udah siap nih..” kataku
    “siap lah..”
    “yakin..?” goda didit.
    “huh..jangan-jangan yey yang gak yakin..” kata Hilceu
    “matiin gak lampunya?” tantangku.
    “jangan..” kata Didit panik
    “tuh kan...” ejek Hilceu
    Tapi tiba-tiba lampu kamar mati.
    “boby..udah gua bilang jangan dimatiin...” teriak Didit
    “sapa yang matiin. Orang gua lagi ngambil minum. Ntar gua cek dulu..yah..sodara-sodara yang budiman budiwati, mati lampu...” kataku lagi.
    “yah,,penonton kecewa..” kata Cece.
    “eh cyeucyeuwati, dengerin lewat hapeu ajyah..” kata Hilceu.
    “gak seru ah. Kurang dapet feelnya tau..” kata Didit
    “huh ngaku ajyah dweh kalo yey takara..” kata Hilceu mencibir.
    “sapa yang takut?” kata Didit sewot.
    “yaudah, ekeu ajyah ya cyu, yang cerita..”
    “hah, cerita apaan? Pasti lomah cerita waktu lo mangkal di kerkof” timpalku.
    “hahay, nggak atuh Bobywati. Ekeu mau cewrita yang sewrem gitcu deh..”
    “hhaha.gimana mau cerita serem, orang denger lo ngomong aja gua udah geli..” kata didit.
    “yaudah, ekeu, eh aku mulai neh. Dengerin ya..” katanya. Suaranya berubah, gak mendayu dayu, tapi suara biasa.

    “cerita ini berawal ketika aku sedang ada di kostanku. Malam itu malam selasa. Ntah kenapa..kamar tetangga pada kosong semua. Tumben, pikirku. aku lalu ke kamar lalu kubuka koleksi tabloid Exotikaku..” prolog itu terdengar lancar tanpa cela.
    “tuh kan..cerita mesum..” kata Didit
    “sst..dengerin aja dulu..” kata Cece.

    “aku lantas membuka halaman demi halaman. Aku begitu menikmati gambar ani carera. Tapi tiba-tiba aku mendengar ada seseorang yang naik tangga, lalu terdengar suara pintu terbuka dan tertutup lagi. Pasti si Doni, tetangga kamarku. Aku lalu lanjutkan membaca ceritanya. Ah aku ingat, aku kan nitip beliin es campur tadi.”

    “akupun lantas beranjak dan segera melangkahkan kakiku ke kamar Doni. Kulangsung raih handlenya. Dikunci, biasanya kalo nyampe kamar, gak pernah dikunci. Terus lampunya masih mati. Kupanggil dia. ‘don..don..lo di dalem ya?’ tapi tak ada yang menyahut. Lalu tadi siapa yang masuk ya? Ah paling Cuma salah dengar aja..kataku, lalu aku kembali ke kamarku lagi”

    “tiba-tiba aku dikagetkan oleh si Imad. ‘eh elo mad, baru balik’ tanyaku. ‘Iya’, katanya simple. ‘eh, lo tadi masuk gak?’ dia bengong. ‘Masuk? Orang pintu bawah ke kunci kok. Kata yang laen, pintu bawah dikunci. W juga langsung kunci lagi barusan.’ Aku bingung. ‘tapi tadi gua denger ada yang masuk..’ dia diem aja.’perasaan lo aja kali. Ini malem selasa ya?’ tanya dia. Aku hanya mengangguk.”

    “baru selesai aku mengangguk, aku mendengar lagi suara tadi, orang naik tangga, buka pintu, tutup pintu. ‘Nah ini sih kayaknya si doni’kataku. Tapi imad Cuma diem aja. aneh. Aku lantas berlari ke kamarnya lagi dan mendapati suasana kamar yang gelap dan senyap.”
    “ ‘mad, kok gak ada?’ dia hanya diam saja. ‘hah, lupa, w lagi masak nasi..’ kataku. ‘yaudah sono..ntar gosong lagi..’ jawabnya. Aku agak merinding. ‘mad, anter..’ dia juga seperti ogah-ogahan. Tapi kupaksa dia. Kami berduapun langsung menuju ke arah dapur. Dapur itu adanya diujung lorong.”

    Hah, perasaan tempat masakku juga diujung lorong?
    “kanan kiri lorong itu adalah kamar-kamar kost yang gak dihuni. Dan benar saja, ketika lewat kamar no.4, aku melihat kelebatan putih. Deg. baru hendak bilang, imad sudah bilang,’jangan dilihat’ aku langsung menunduk dan bulu kudukku benar-benar ngaceng.”

    Perasaan disini juga banyak kamar kosong, pikirku..

    “akhirnya aku sampai di tempat masak. Baru saja hendak kubuka tutup kastrol, aku dikagetkan oleh suara yang terdengar dari sebuah ruangan kecil didekat kamar mandi.”

    Ruangan kecil dekat kamar mandi? Nah loh? Itu sih disni..perasaan gua jadi gak enak.

    “aku penasaran. Setahuku ruangan itu dikunci, dan...hah, kenapa Imad mendekat..dia mendekat...terus mendekat..dan...brak..”kata Hilceu kencang mengagetkan kami.
    Kami semuaa terlonjak. Keringat dingin mulai mengucur.
    “kami berdua sangat ketakutan. Aku hendak menempelkan telingaku dan...”

    Jantung berdegup sangat kencang, otot tangan mengeras, tangan mengepal. Detik-detik terasa sangan menegangkan..

    “jreng (suara gitar)..tiba-tiba pintu itu terbuka lalu kulihat pocong keluar” katanya dengan intonasi tinggi dan tempo cepat.
    Kami semakin tegang. Gila, dia ngarang cerita dengan latar tempat kostanku. Sialaaann...

    “lalu sebelum sempat kami berlari, kulihat ada kepala jatuh dari atas tempat jemuran dan bergelindingan dari anak tangga dan berhenti di tepat dibawah kami, dengan mata melotot, lidah menjulur keluar, ceceran darah di lehernya dan...”
    “stop...udah udah..” kata Didit ngosngosan.

    Hening...

    “jreng..” hilceu membunyikan gitar sambil menyorotkan senter dari arah dagunya keatas.
    “hwa...” aku dan didit teriak kencang sekali.

    Aku hampir saja memukul muka Hilceu saking kagetnya. Aku langsung berdiri dan menyalakan lampu emergency. Nafasku ngos-ngosan. Didit terlihat pucat, Hilceu malah cekikikan , terus, Cece, dia malah sedang mendengkur pelan. Sial, bisa-bisanya dia tidur disaat horor kayak gini. Dasar.

    Aku lalu meminum minuman kalengku dan langsung dirampas oleh didit. Dia langsung minum hingga tetes terakhir. Mendengar cerita horor itu membuat kami haus.

    (waktu itu w yg cerita. Teman sekamar w nyampe gak berani ke kamar mandi sendiri diatas jam 5 sore selama seminggu. bahkan kalo kebelet boker, pintunya dibuka. Dan w mesti nungguin dia dengan jarak terjauh yang diizinkan adalah 1 meter dari tempat dia nongkrong sampai hajatnya selesai. Huek)

    Lalu tiba-tiba Didit menarik-narik lengan bajuku.
    “Bob..bob..”
    “paan si?” katakku berusaha melepaskan tangannya.
    “anterin w..” merajuk.
    “kemana?”
    “w kebelet boker nih..”
    “ogah ah, takut gua. Ama si hilceu aja...” bergidik.
    “ogah ah. Ntar dia curi-curi kesempatan. kalo w dicabuli sama dia gimana?” manyun.
    “sialan lo. Hahaha” kata si hilceu.
    “ogah ah..” kataku lagi.
    “makan seminggu?”
    Aku masih menggeleng.
    “dua minggu?” mulai menatapnya, barangkali menaikan harga.
    “yadah, 3 minggu..”katanya pasrah.
    “oke, deal..” jawabku. Dia hanya merengut pasrah.

    Kami pun lalu bergegas ke kamar mandi tanpa melihat kanan kiri. Sialan nih si Hilceu.
    Sesampainya di kamar mandi, dia belum mau masuk karena saking takutnya.

    “udah buruan..” kataku lagi sambil lirik kanan-kiri-atas-bawah-belakang.
    Dia lalu membuka pintu dan menurunkan celananya dan jongkok dengan ragu-ragu. Aku duduk di anak tangga.
    “pintunya ditutup..” kataku.
    “nggak..”
    “bau tau..”
    “nggak..”
    “huh dasar..”

    Hening.

    “Bob...”
    “iya..” kataku ketus.
    Hening lagi.
    “bob...”
    Sialan ni bocah. Sengaja tak kujawab.
    “bob...” katanya sambil melongok ke arah luar. Mukanya lucu banget kalo lagi takut. Lagi takut kebelet boker lagi, hehe.
    “bob jangan jauh-jauh..”
    “iyyya..”
    “perjanjian batal kalo jarak lo lebih dari semeter..” katanya merengut.
    Huh dasar, gapapa lah korban hidung sebentar. Aku lalu mendekat demi jatah makan 3 minggu. Dari jarak tiga meter tercium baunya yang...huek..aku berhenti di dua meter dari jarak dia nongkrong.
    “perasaan gua kok gak enak ya nyon?” kataku bermaksud menggodanya.
    “aaaah..boby...” katanya berteriak.
    “hahaha..”
    “sini...”
    “iya iya..” aku lalu mendekat ke lubang pintu, lalu berjongkok karena pegal. Pas kutengok ke arah dia nongkrong, karena hanya menggunakan lilin, samar terlihat benda menggantung di selangkangannya. Aku malah semakin mendekat, menegaskan. Buset, itu tititnya apa benda yang keluar dari pantatnya? Hehe. Karena samar jadi tak jelas. Aku memicingkan mataku.
    “heh lo ngapain?”
    “itu titit lo pa eo lo sih, panjang banget, gede lagi...”
    “ah..boby..masa gua dicabulin sih..”
    “hahaha..ternyata itu titit lo ya, ckckck..”
    “arghht..tolong...gua mau diperkosa...”teriaknya lebay.
    “hahaha..”
    (benar, titit teman sekamar w waktu itu emang ukurannya jumbo. W udah buktikan sendiri.hahaha)
  • Ragil POV

    Beberapa tahun yang lalu

    Aku duduk lagi di tepian danau ini. Fyuh, anak itu kok gak pernah muncul lagi? Aku lalu memegangi kalung gadingku sambil berharap dia datang. Ntahlah, kenapa aku begitu gelisah menantinya? Aku takut dia gak datang lagi...aku...apa aku...merindukannya? entahlah.
    Lalu tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara nafas yang ngos-ngosan. Kutengok ke arahnya, lalu aku tersenyum. Akhirnya dia datang juga.
    “udah lama kak?”
    “gak juga...kamu tiap hari kesini?” balasku.
    “nggak juga” jawab anak kecil itu. “aku kesini karena aku tau kakak juga pasti kesini.”
    Aku tersenyum. Ya, sekarang ini jadi tempat favoritku untuk bermain.
    “kak...” katanya sambil menyerahkan sesuatu.
    Aku mengernyit.
    “apa itu?” tanyaku penasaran.
    “tadi malem aku bikin gelang, buat kakak” katanya sambil tersenyum.
    Aku kaget. Kuambil lalu keperhatikan gelang nilon itu. Simple sekali bentuknya, tapi unik. Aku tersenyum ke arahnya.
    “makasih ya. Tapi..kakak ngasih kamu apa ya?” kataku sambil berlagak mikir.
    “gaak usah kak..”
    Aku lalu melepaskan kalung gadingku dan menyerahkan itu padanya.
    “nih, kamu pasti tambah cakep apake ini..”
    Dia terlihat senang sekali menerimanya. Lalu tanpa kuduga, dia mencium pipiku lalu berlari pergi tanpa menoleh kearahku. Aku hanya melongo, lalu tersenyum. Aku dilanda perasan bahagia. Apakah ini cinta?
    *****

    ****
    “bang...si cim-cim mana...?” teriak bayu.
    “apa sih tereak tereak..” kataku dari kamar mandi.
    “si cimcim..”
    “di kasur aku bay..”
    “kebiasaan deh, kalo minjem tuh gak dibalikin...” katanya merengut.
    “iya iya maaf...kamu teh mau kemana Bay?”
    “ada deh..”
    “idih...main rahasia-rahasian...”
    “heheh. Iya. Hari ini kan si Boby ulang tahun....”
    “masa? Yah...aku gak bisa kalo sekarang. palingan ntar abis bimbel langsung kesana..” kataku sambil keluar dari kamar mandi.
    “bang, gua boleh nanya sesuatu gak bang?”
    “nanya ya nanya aja..” timpalku sambil mengeringkan rambutku dengan handuk.
    “lo suka ya sama Boby?”
    “apa sih bay..geje deh..” kataku berkilah.
    “tinggal jawab aja...” sambil mengmbil si cim cim.
    “kan dia sukanya ama elo bay...”
    “ya kalo lo suka sama dia, kenapa gak ngomong...?”
    “gua...” kataku ragu. Aku lalu duduk di kasur.
    “bang, dia emang pernah nembak gua...tapi kalo guanya gak suka, mau gimana lagi..”
    Aku Cuma diam. Apa aku harus bilang ke Boby kalau aku suka dia?
    “udah ah, kelamaan. Gua duluan ya..”
    Fyuh, ya, aku bakal terus terang ke dia, di waktu yang tepat.
  • Boby POV

    Kostan, 15.00

    Bocah-bocah pada kemana sih? Tumben. Smsku gada yang bales satupun. Sial. Padahal perutku dah laper banget...aku lalu turun hendak nyari makan, tapi pas tiba di bawah, aku melihat didit lagi sama Cece. Ya, belakangan ini mereka terlihat akrab sekali. Baguslah, cece jadi periang sekarang, gak kayak dulu.

    “nyon, titipan gua mana?” kataku ketus.
    “apaan? Mang lo nitip tadi?”
    “hah, iya. Gua udah sms lo. “
    “yang esia ya?”.watados.
    “dua-duanya..” mulai kesal
    “hape gua ketinggalan bob, sori.” Masih watados.
    “yadah, gua pinjem motor lo dong.” Kataku cemberut
    “hah, minjem motor? Gua baru aja mau berangkat ma Cece...” muka pencoleng.
    “bentar doank...”
    “ni udah mau berangkat pisan...mie ayam aja napa?”
    “gua belum makan nasi dari pagi.”
    “jalan kaki napa, biar sehat”

    Sial. Akhirnya sambil kukulutus aku meninggalkan mereka. lalu aku dengan lemasnya ke warteg yang jaraknya lumayan jauh. Mau masak sendiri, berasnya belum beli. Fyuh. Dan deg, ketika lewat depan sekolahnya bayu, aku menengar ada suara gadis tertawa riang sambil membawa boneka. Bayu? Dia sedang asik tertawa dengan seorang lelaki. Hwa...udara terasa panas sekali. Padahal matahari udah kebarat, huh, kayaknya aku panas dalam ini, hatiku panas dan membuat udara terasa panas. Aku mendengus kesal.

    “bay, gimana...” tanya cowok itu sambil merangkul pundak bayu.
    “gimana apanya..”
    “gua suka sama lo..”
    “ah...elo...” katanya mengibaskan tangannya.
    “lo mau kan jadi cewek gue..” rayunya lagi. Tanganku mulai mengepal.
    “hmm..gimana ya? Kalo sekarang kita ke Bukit Alamanda, gua mau jadi cewek lo..” hah?
    “yaudah, ayo..”

    Jleger...aku disambar petir disiang bolong, lalu tertimbun pohon duren yang tumbang. Hwa...mukaku merah dan panas banget. nafasku ngos-ngosan. Aku benar-benar esmosi. Tadinya aku mau labrak langsung, tapi ini kan kawasannya bocah itu? Tapi, kulihat cowok itu, fyuh...gimana bayu gak nolak, orangnya putih, mukanya gak ada jerawat bahkan bintik noda sekalipun, rambut di mohawk. Tampak modis sekali.

    “lho, boneka monyetnya ditinggal?” kata cowok itu lagi.
    “ah..boneka jelek kayak gitu..buruan..”

    Jantungku serasa ditusuk-tusuk. Bay...aku gak nyangka kamu kayak gitu. Ternyata dibalik semua sifat kamu itu, kamu...fyuh. rasanya aku mau meledak.

    Dengan gontai aku meninggalkan mereka. nafsu makanku raib. Akhirnya aku memutuskan untuk terus menjauh dari lokasi kejadian itu. Pandanganku mulai kabur. Hwa...tiba-tiba..

    “cilok jang..?” tawar seseorang yang sudah agak sepuh.
    • Jang, panggilan untuk anak laki-laki
    “bungkus mang” jawabku dingin.
    “sabarahaeun?”
    (berapa?)
    “sapuluh rebueun”
    “hah?”
    “tonk loba omong...bungkus we.kanu kantong keresek hideung we.” Kataku kesal
    (jangan banyak omong. Bungkus aja. pake kantong kresek item aja)
    “Muhun-muhun.” Si mamangnya ngeri.
    (ya, iya)
    “buruan..” bentakku.
    “muhun-muhun..” lalu si mamang cilok memasukkan cilok ke kresek itu dengan terburu-buru. Lalu menyerahkannya padaku
    “ini den..”
    “ni mang duitnya..” kataku sambil manyun dan menyerahkan uang duapuluh ribu.
    “gak usah den, makasih. Tapi jangan apa-apain saya den”
    ????
    “saya masih punya anak istri. Anak saya 5. Masih SD semua..” katanya angguk-anggukan.
    Hah, dia pikir gua preman?
    “ampun den” katanya mengiba.
    Hwa...masa mukaku yang imut-imut ini disangka preman...? aku lalu mengeluarkan duit 20 rebu (T_T) lalu mnyerahkan ke si mang karena iba. Padahal itu sisa duit ku buat makan seminggu.
    “mang, urang teh lain preman. Yeuh, 20 rebu..”
    (mang, gua tuh bukan preman. Nih, 20 ribu)
    “oh..tos insap den?” tanya si mamang mengesalkan.
    (oh..udah tobat den?)
    Hwa...
    “heueuh..”kataku berteriak.

    Dia lalu mendorong rodanya sambil berlari tanpa menengok ke arahku lagi. T_T.

    Ntah karena lapar, atau karena esmosi melihat adegan pilm yang diperanin bayu tadi, cilok sepuluh ribueun itu habis dalam sekejap. Kalo serebu dapet 3, dan kalo beli goceng dapet tambah dua, bisa diitung sendiri berapa butir cilok yang masuk ke perutku, dengan sangat lancar sekali.

    Aku dikhianati sahabatku sendiri, ditinggalkan calon kekasih, disangka preman. Baru kali ini aku merasa jadi orang terbuang. Dibuang keluargaku dan tak punya siapa-siapa. But life must go on. Ya, i can survive alone.

    Aku lalu berjalan lagi ke arah kostanku.sepi sekali, tumben. Ah, didit lagi jalan-jalan sama Cece. Yang lain pasti pada maen PS. Aku lalu naik ke atas dan ketika berjalan dengan gontai di lorong,
    tiba-tiba...byur...aku merasa hujan turun dari langit. Eh, tapi ini hanya diatas kepalanku. Wah ini pasti ada yang nyiram dari belakang, sontak aku langsung berbalik dan..byar..mukaku dilempari tepung terigu dan plok...sepertinya beberapa telur ayam, ato mungkin bebek pecah di kepalaku.

    “selamat ulang tahunnnn...hahaha”
    “....” aku melongo masih mencerna apa yang terjadi. Kulihat didit, Cece, Hilceu dan si gelo Bayu. Mereka tertawa puas sekali. Sialan...aku dikerjain...
    “Yeah...berhasil, berhasil..”
    “woy...” kataku berteriak.
    “kabur...” kata didit dan mereka langsung masuk kamar kang Roni dan langsung mengunci pintu sambil masih tertawa dan melet-melet ke arahku dari jendela.

    Perasaanku campur aduk. Kesal, marah, lega, pengen nangis, pengen ketawa, pengen kencing, pengen boker (kebanyakan makan cilok). Hehe.
    Aku lantas menggedor-gedor pintu kamarnya.

    “awas kalian semua..” katanya dengan muka preman akan perang sambil mengepalkan tinju kearah mereka yang disambut peletan lidak, tepuk pantat, dan julingan mata.

    Setelah suasana tenang, kami berkumpul di kamarku dengan sepotong donat harga serebu dan lilin ditengahnya. Yap, simple sekali. Cukup sederhana. Aku menarik nafas dalam. Bukan karena terharu, tapi sedih...kok ulang tahun yang baru kali ini kurayakan gak kayak ulang tahun yang di tipi-tipi dengan kue tar warna-warni...?

    “bobywate, buruan dweh ditiup tuh lilin..”
    “lo kan belum ngider Ceu” timpalku
    “babi ngepet kali ekeu cyu”
    “fyuh...makasih ya. Walaupun hanya dengan sebuah donat serebu, yang kayaknya besok juga udah berjamur,...” kataku dramatis.
    “udahh..kelamaan...langsung make a wish aja..”
    Aku langsung menengadahkan tanganku.
    “ya alloh, semoga Bayu mau jadi pacarku...” kataku lantang.
    “hahah..gak usah diucyapin kwaleee...dalam hati ajyah..” teriak Hilceu.
    Semua tertawa, kecuali Bayu, dia hanya mesem-mesem. Aku lantas meniup lilinnya dan plok-plok-plok...semua tepuk tangan persis anak tk yang ulang tahun.
    “dibagi empat ini teh donatnya?” tanyaku miris.
    “hahha”
    “dan ini kue tarnya...”teriak didit sambil melemparnya ke mukaku, yang lain tertawa. Cece mencuil dan mengoleskannya ke didit, Hilceu beringas meraup creamnya dan mengejar bayu. Riuhlah kamarku saling mengoles, melempar dan tertawa lepas. Tiba-tiba..

    “tok tok tok..bay..”

    Kami semua terdiam. Hening. Pak unsur?

    Bayu lalu menghampiri beliau dan mereka berdua menyingkir. Aku pura-pura mengambil air padahal ingin melihat mereka. mereka tampak serius bercakap-cakapnya. Kadang bayu terlihat mendebatnya dan akhirnya kuyu setelah pundaknya dipegang oleh pak unsur. Dia merengut dan menatap wajah ayahnya yang sangar itu. Pak unsur lalu melihat ke arahku dan tersenyum lalu pergi.
    Bayu berjalan ke arahku dengan gontai. Aku lalu masu lagi dan bayu juga langsung masuk.

    “ada apa Bay?” tanya cece
    Dia menggeleng dan tersenyum dipaksakan.
    “eh, gua mau cuci tangan dulu..” kata didit sambil menarik tangan cece.
    “eh tungguin ekeu ceuceuwati...”
    Hening.
    “selamt ulang taun ya Bob...”
    Aku Cuma tersenyum. Sebenarnya aku masih kepikiran adegan tadi.
    “cowok yang tadi itu siapa?” kataku ketus
    “didit?”
    “bukan dodol..yang disekolah itu..”
    “oh..”
    “kok oh doank..”
    “hahah. Kenapa?” kata dia menggodaku.
    “kenapa?”
    “hahah. Sory. Tadi emang kita semua niat mau ngerjain lo. Makanya gua minta si dion buat manas-mansin lo..”
    “oh...tapi..”
    “tapi kenapa?”
    “dia cakep banget...jangan-jangan lo beneran suka lagi sama dia...”
    “hahah..ada-ada aja deh..dia tuh jeruk kali..” jeruk?
    “huh..” blushing.
    “...”
    “bay..sumfah, gua tadi takut banget. gua takut kalo lo beneran suka sama dia. Lebih-lebih dia ngajak lo ke Alamanda” kataku agak panik.
    Dia hanya diam.
    “bay..”
    “apa..?”
    “lo belum jawab..kata lo waktu itu besok. Besoknya lo bilang lo minta waktu sebulan. Tepat hari ini tuh sebulan...”
    “...” dia masih diam.
    “bay..”
    “maaf Bob. Gua gak bisa..” katanya sambil menunduk.
    “kenapa bay?”
    “karena..karena..”
    “karena pa?”
    “karena ada yang jauh lebih suka sama lo dan gua juga suka sama orang lain...” katanya mulai berkaca-kaca. Baru kali ini aku melihatnya seperti ini.
    Deg. Jangan bilang orang itu ragil..
    “ragiel lebih suka sama lo daripada gua..”
    “tapi...” aku mencoba berkilah.
    “dia mau ujian Bob..dan..dia butuh perhatian lo..”
    “tapi..”
    “please bob...gua gak mau nyakitin perasaan dia. Dia udah terlalu sering disakiti. Sekarang juga dia masih mesti perawatan penyakit paru-parunya“
    “lo egois bay..” kataku dingin.
    “ya..gua emang egois..tapi akan lebih egois lagi kalo gua nerima lo..”
    “....” aku menunduk.
    “tapi gua sama ragil itu sama-sama cowok.”
    “gua tau. Tapi please..gua juga gak tahu mesti gimana..gua mohon, minimal sampai ujian nasional..” katanya sambil menatap mataku.
    “jadi tadi pak un..”
    “ya, ayah yang minta. Dia mohon dengan sangat. Untuk mengobati rasa bersalahnya..” kata bayu.

    Dia lalu menceritakan dulu pak unsur memaksa ragiel untuk sekolah dan tinggal di asrama. Dan ternyata asrama itu malah membuat suram masa depan ragiel. Ayah ibunya telah pisah dan ibunya memilih tinggal di bandung. Dan disinipun Ragil memilih tinggal dengan tantenya. Dan akhirnyapun bayu yang awalnya tinggal dengan ayahnya, ikut pindah juga ke rumah tantenya.

    Ragil bahkan pernah bersumpah untuk tidak akan memaafkan ayahnya karena ayahnya yang membuat dia mengalami kejadian-kejadian yang bahkan aku yang mendengarnya saja ingin menangis dan berteriak.
    Hening. Kami terdiam dan hanya bercakap-cakap dengan hati.

    “bob, demi gua, please...” katany lebih seperti berbisik.
    Aku memandangnya kuyu. Kenapa kamu egois bay, kenapa?
    “tok-tok..”
    “eh lo bang. Masuk..” katanya sambil mngusap matanya.
    “maaf gua telat...tadi macet banget dari tempat bimbelnya. Udahan ini teh?” tanyanya antusias.
    “udah. Habis lama banget sih..”
    “yah...gak seru donk..” katanya lesu.
    Aku hanya diam. Bahkan untuk sekedar berpura-pura tersenyum pun aku gak bisa. Lalu bayu mendepak tanganku.
    “heh. Oh..ke atas yuk Gil? Bocah-bocah laagi diatas kayaknya.” Kataku tiba-tiba.
    “ngapain?” tanyanya penasaran.
    “ngintip tetangga yang lagi pada mandi..”kataku sekenanya.
    “dasar..”umpatnya kecil.
    Lalu aku dan ragil keluar. tapi bayu diam saja.
    “bay, ayo..” ajak ragil.
    “gua bersihin badan dulu ya...terus langsung balik..” katanya dengan pura-pura tersenyum.
    “oh..”jawab ragil singkat lalu berjalan ke loteng.
    Aku menoleh ke arah bayu dan dia mengedip pelan, aku menarik nafas dalam-dalam.

    ****

    Lantai atas, 16.30

    “udahan yuk...takut ketauan...”kata Cece.
    “ssstt...ntar kedengeran...”
    Aku dan ragil hanya tersenyum melihat tingkah mereka bertiga. Aku gak yakin hilceu horny. Tapi ketika dia berbalik, aku melihat celananya menggunung. Hah? Horny juga dia liat cewek? Hehe.
    “hilceu, lo ngaceng liat cewek mandi?” kataku.
    “hehehe. Liat ajyah olangan..”
    (olangan = sorangan = sendiri)
    Aku penasaran dan twewew...ternyata kamar mandinya disekat. Dan situ ada dua orang cowok yang juga sedang mandi, full naked. Hmm, pantesannn...dasar..
    “gua turun dulu yah..” kata didit berlari kebawah. Ckckck. Pasti ke kamar mandi lagi dia. parah.
    “tungguin...” teriak Cece dan hilceu berbarengan. Mungkin mereka mau coli berjamaah.
    Kami terdiam. Pikiranku berkecamuk.
    “lo udah minum obat?”
    “hah? Lo tau?” tanya ragil kaget.
    Aku mengangguk. Dia memang punya penyakit paru dan harus menjalani perawatan selama setahun. Aku lalu mengambil sweeterku dijemuran yang ternyata sudah kering dan kusampirkan padanya.
    “lo tuh kalo kemana-mana jangan lupa pake jaket...”
    “...” mukanya memerah.
    “ada yang mau lo omongin gak?” tantangku.
    “apaan?” bingung.
    “lo monngomong sesuatu gak sama gua?”
    “....” masih diam.
    Aku menatapnya tajam. Dia terlihat sangat kikuk. Aku lalu memegang dagunya dan menatap wajahnya. Tuhan, dia menangis..
    “gil..?”
    “maafin gua Bob. Gua..” katanya gelagapan.
    “lo suka sama gua?”
    “...”
    “gil?”
    “i..iya..aku suka sama kamu..kamu marah?” katanya ragu.
    Aku hanya diam. Aku tahu jawabannya pasti iya. Tapi mendengar langsung dari mulutnya terasa sungguh beda. Dadaku bergetar. Aku memang nyaman sama dia, tapi...
    Aku membayangkan kejadian-kejadian yang dia alami dulu..apa aku masih punya hak untuk menolaknya? Apa aku akan dibilang jahat kalau menolaknya? Aku punya hak juga untuk menolak. Tapi untuk menolak ragil? Aku tak tahu, aku harus mengikuti perasaan atau logika.
    “bob..?”
    Akhirnya kupaksakan tersenyum. Ditelingaku terngiang-ngiang lagi permintaan bayu. Aku juga bayangkan gimana rasa bersalahnya pak unsur. Dan tanpa sadar aku menganggukan kepala. Dia lalu memelukku dan membasahi pundakku dangn air matanya.
    Tuhan, semoga yang kulakukan ini gak salah...
  • Ragiel POV

    Rumah Makan Chiko Ampera, 19.30

    Aku memandangi bocah yang menggunakan kalung gading itu. Yap, aku dan Boby sekarang sedang di Rumah Makan Chiko Ampera, di pengkolan garut. (sekarang sudah berubah jadi apotek). Menu spesial disini adalah Ayam bakarnya yang sudah terkenal sekali. Yap, aku mengajaknya kesini karena hari ini adalah hari ulang tahunnya.

    “gak makan lo?” katanya sambil mencuil sambel dengan potongan mentimun.

    Aku Cuma tersenyum saja melihatnya. Melihat orang yang kita sayangi, walaupun makan seperti orang kesetanan, tetap saja gak mengurangi rasa sayang itu. Tapi kenapa aku gak pernah berani terus terang bilang suka sama dia? Bukankah dulu bocah itu pernah menciumku?

    “bob...”
    “heh?”
    “kalung gading itu...”
    Dia lalu melirik ke arahku.
    “apa?”
    “kalungnya bagus.”
    “ya donk.”
    “buat aku ya?”
    “jangan..”
    “kenapa?”
    “karena ini bukan pemberian orang yang sembarangan..”
    Aku dilanda rasa senang yang teramat.
    “bagus deh kalungnya.” Pujiku.
    “ Iya lah.” Katanya singkat sambil memasukan lagi potongan ayam bakarnya.
    “mang itu dikasih siapa?” tanyaku pura-pura gak tau.
    “ade deh...itu dimakan gak?”
    “dasar rewog. Nih atuh” kataku sambil menyodorkan piringku.
    (dasar rakus. Nih)

    Ah...aku bahagia sekali. Aku merasa jadi orang paling bahagia. Akhirnya aku bisa bersamanya sekarang...
  • okeh, segitu dulu kali ya. buru-buru berangkat nguli nih. ditunggu kiriman keripiknya ya..
  • Waaah broken heart sih Boby di tolak Bayu...
    Dan Akhirnya Bayu nerima Ragiel, hehehe...

    Lanjut Kang makin penasaran euy...
  • bayu, aku padamu lah..
  • @andho.Bayu ma ragiel?incest donk.
    Yg ma ragiel kn si boby..
    @kang kiki.ska cwe tomboy jg y?cwe tomboy emang asik.gokil abis n ga ribt.
  • sy mah suka sama @alabatan aja. bukan gokil lg tp super gokil, sy punya sohib cw tomboy, ga ada abisnya lah klo jalan ma dia.
  • @adam08.ditunggu kiriman kripik'y.iya,lg eror.kmarn jg mw posting sush bgt.
    Tp maaf neh.pas w baca,sumfah,jd malu ndri.byk bgt yg salh ktik.trus pnggunaan kata yg gak pas.kyak ragil blang gua..byk lg dh.smoga kdpany lbh rapi lg dh
  • @alabatan Hatur nuhun kang udah di-mention. Iya, kalau ada waktu luang boleh diedit lagi.. Makin berwarna ceritanya, campur-campur. Ada rencana menjelaskam kejadian buruk yg dialami Ragiel di sekolah lamanya?
  • @alabatan Hatur nuhun kang udah di-mention. Iya, kalau ada waktu luang boleh diedit lagi.. Makin berwarna ceritanya, campur-campur. Ada rencana menjelaskam kejadian buruk yg dialami Ragiel di sekolah lamanya?
Sign In or Register to comment.