It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
ntar kalo balik kampung, w kasih liat tempat-tempat yahud di garut buat sekedar hang out. aut tempat exotis buat berdua sama di dia. ato surga belanjanya, ato mau wisata kulinernya juga..
hatur nungging kang. mangga nu ayeuna dikomen
hahay. tapi aku teh yah, kalo nulis teh suka ribet kapital ma hurup kecil. harap dimaklum yah pamiarsa
Aku masih saja mematut diriku di depan cermin. Yap, kaos polo putih, jeans biru belel dan sweeter bitu muda dari mamah. Aku kembali tersenyum. Lalu aku bergegas turun.
Ketika baru sampai tangga, langkahku terhenti. Aku melihat Bayu dan Boby sedang bercengkrama. Terlihat sekali keduanya sangat akrab. Kalau boleh jujur, aku merasa iri dengan keakraban mereka. adikku memang orangnya supel, juga enak kalo diajak ngobrol.
Sejenak aku mendengarkan apa yang mereka obrolkan.
“hahaha, sial. Jadi...” tanya Boby penasaran.
“trus..yang bikin lo suka sama gua tuh apa coba?” kata Bayu menyela
“hmmm..ini nih, pertanyaan klasik. Napa sih selalu nanya hal klise kayak gitu?”
“ ya iyalah onyonnn...gak mungkin kan lo suka tanpa ada sebab...” kata bayu sambil mencomot kentang gorengnya.
“hmm..iya sih. W juga bingung sih, kenapa w bisa suka ya ma lo. Secara lo tuh, cakep enggak, pinter, hmmm...setau w lo belom pernah masuk sepuluh besar.”
“sialan lo” bayu tertawa lepas.
Sudah lama aku tak melihat Bayu sebahagia seperti hari ini. Sejak mamah lebih memilih pisah dari apap (ayah), dan memilih tinggal di Bandung, Bayu jadi lebih pendiam. Tahun lalu mamah minta dia buat nerusin SMA di Bandung dan tinggal sama mamah. Tapi Bayu menolak dan lebih memilih sekolah di SMA xx, sekolah mamah dulu. Katanya sekolah itu selain menghasilkan murid cerdas, juga berakhlak. Tapi entahlah, aku tak tahu alasan sebenarnya.
“hahaha...nah itu dia, w juga bingung, napa w bisa suka ma lo...” kata Boby sambil ikut mencomot kentang goreng punya Bayu.
“idih...sumfah, ente bahlul pisan lah.” Kata dia sambil mengibas-ngibas tangannya.
“ya...intinya, w suka lo yang apa adanya...”
Deg. Boby nembak bayu? Aku gak tahu perasaan apa yang kurasa. Yang pasti mukaku rasanya panas, dadaku sesak dan tangan serta kakiku gemetar. Aku tau dia suka sama Bayu, tapi menyaksikan sendiri orang yang kita suka menyatakan cinta sama orang lain, meskipun itu adik kita sendiri, rasanya seperti tertimpa jemuran serta tiangnya. Wajarkah kalau aku cemburu, sama adikku sendiri?
“nenek gua juga apa adanya. Napa gak tembak aja tuh nenek gua.”
“sial. Kalo nenek lo masih sweet sepentin sama masih perawan, w juga mau...trus gimana Bay..? kita pacaran ya, ya ya ya”
“hmmm...besok aja yah bahasnya...”
“kok?”
“tuh kan...lo 3 taun bisa, masa sehari aja gak bisa...”
Jadi, boby memang suka Bayu dari SMP?
“huft, yadah deh...tapi janji ya..besok...”
“siap komandan.”
“yadah, depe dulu donk..”kata Boby sambil memonyongkan bibir minta dicium.
Blukk...malah bantal sofa yang nemplok dibibirnya.
“sialan.hahaha” katanya sambil tertawa.
“belum apa-apa juga udah mau berbuat tidak senonoh”
“hahaha, kan becanda...”
Aku hanya diam saja. pikiranku berkecamuk. Tapi aku berusaha untuk bersikap biasa. tiba-tiba Bayu menoleh ke arah tangga dan kaget karena ada aku disitu. Dia terlihat salah tingkah, Boby juga. aku langsung tersenyum lalu turun dan bersikap seolah-olah tidak mendengar percakapan mereka.
“asik bener ngobrolnya..ngomongin apaan sih..” kataku sambil mencomot kentang goreng lalu duduk disamping Bayu.
Kulihat keduanya gelagapan.
“a anu...Boby katanya mau ngajakin Abang jalan. Nyari makan..” kata Bayu. Aku tahu dia bohong.
“masa? Kapan Bob?” tanyaku pura-pura antusias.
“mmm..mm..besok. ya besok. Tapi Bayu juga ikut kok. “katanya.
Bayu tampak kaget. Mungkin ini diluar perkiraannya.
“iya Bay?” selidikku.
Bayu melirik Boby.
“mmm..mm..besok aku kan ada les..” katanya.
“les apa? Kamu kan les inggris hari jum’at. Besok kan hari sabtu. Bebas.” Kata Boby sambil menatap tajam Bayu.
“mm..mm..ada, les itu, apah, les ..les..les melukis..ya, les melukis” katanya semakin konyol.
Boby tertawa mengejek.
“sejak kapan Smanxx ada les melukis? Mang lo suka ngelukis apaan? Udah ah, yang pasti, besok kita bertiga jalan-jalan, okey?” kata Boby.
Aku perhatikan tatapan mereka berdua. Seperti sedang berdebat lewat tatapan mata.dan akhirnya Bayu pasrah. Dia mengangguk pelan.
“okey, jadi besok gimana nih?” tanyaku.
“besok kita baliknya bareng Gil. Lo tunggu aja di Kerkhoff ya Bay. Di hutan kota itu. “ kata Boby menjelaskan.
“mang kita mo kemana?” tanyaku penasaran.
“hmm..enaknya kemana ya? Bay..?” tanya Boby ke Bayu.
“pengkolan?” usul Bayu.
“mie ayam telkom aja ya? Bis itu kita ke alun-alun, kita ngecengin cewek-cewek smansagar (SMAN 1 GARUT), kan kinclong-kinclong tuh, hahaha..” kata boby sambil tertawa yang disambut oleh lemparan kentang goreng ke mukanya.
Aku hanya ikut tertawa. Semoga saja besok menyenangkan.
Sepuluh menit lagi bel pulang bunyi. Aku mulai gelisah, Ragiel sudah mengirim sms dan bilang kalo guru gak ada. So dia udah nunggu di lapang sekre. Di sekolahku, kalo misalnya jam pelajaran pertama kedua gak ada, terusa gak ada tugas, jam pelajaran ketiga keempat ditarik. Jadi kita bisa pulang lebih awal.
“bob, kita jum’atanya di Polres aja ya?” begitulah SMS dari Ragiel.
“hah? Mang mau bkin SIM?” balasku.
Dia sms lagi. “bukan, mau bikin ktp..”balasnya,
“kok bkin ktp di polrs? “
“dodol...”
“he3x. Iya, tunggu daku ya..”
Aku lalu memasukkan lagi hapeku kesaku celanaku. Bu Teti sudah berbusa-busa, sedang anak-anak alim, hanya beberapa sih, sudah gelisah takut gak kebagian tempat, di mesjid tentunya. Melihat anak-anak yag sudah gelisah, akhirnya Bu Teti mengakhiri penjelasan yang amat sangat panjang lebar sekali dan entah dia ngomong pake bahasa apa.
“yaudah, berhubung teh, sekarang teh, hari juma’ah yah, sok atuh, gera beberes. Sok KM, pingpin doa.” Kata bu Teti sambil membereskan bukunya lalu mengambil cermin dari tas warna pinknya.
Lalu Joko, kawanku yang dengan berat hati menjadi KM karena semua berandal di kelas ini menunjukknya secara mutlak, berdiri dengan khidmat, dan menengadahkan tangannya.
“baiklah kaawan-kawanku semua yang budiman dan budiwati, marilah sejenak kita berdoa, memohon kepada yang maha kuasa maha melihat maha pengasih dan maha penyayang, agar kita senantia..” katan lebay.
“kelamaan...” teriak didit.
“amin..” timpalku.
Bu teti hanya melirik sebentar lalu kembali melihat wajahnya yang sebenarnya sudah banyak keriputnya, tapi menornya minta ampun. Beliau melihat wajahnya dari berbagai angel. Beliau sudah kepala tiga, tapi belum juga menikah, makanya tingkahnya genit sekali. Bibirnya di warnai merah darah, bajunya ketat, rok ketat, yang semuanya berwarna ungu tua. Pastinya beliau ini kurang paham arti warna. Dan saban hari beliau berganti kostum.kalo baju pink, roknya pun pasti pink, tas pink, dan sepatu pink,high heels lagi. ckckck
“baiklah, saya ulangi, marilah..”kata Joko yang disambut oleh sorakan semua siswa.
Tanpa berdoa, semua berhamburan keluar, Didit malah menjitaki kepalanya. Aku juga malah ikut-ikutan.
“poles dikit ah, hahaha..” kataku lalu berlari menerobos keluar.
Joko mengaduh dan mengepalkan tinju ke arahku.
“Bob, buru-buru amat, mo kemana sih?” tanya Didit sambil merapatkan motor supranya ke motorku.
“kebenaran nih, lo ikut yah? Yayayaya?” kataku mencoba merayunya.
Dia bingung.
“kemana?”
“ke telkom?”
“telkom? Bayar tagihan telpon?”
“onyon, bukan. Gua mau mmamam mie ayam..”
“demina? Hayu atuh. Tapi maneh nu nraktir kan?”
(beneran? Yaudah ayo. Tapi lo yang nraktir kan?)
“sia. Heeh atulah. Tapi duitna ti maneh heula nya? Aku teh yah, kan lagi gak punya ncicis..” kataku lagi.
(iya deh. Tapi duitnya pake duit kamu dulu ya? Aku kan lagi gak punya duit..)
“huh, dasar. “
“tapi..”
“ada tapinya oge?”
(oge = juga)
“hehehe, sama bayu, ragil juga..” kataku cengengesan.
“huh, dasar mahluk tidak bermodal”
“hahaha..aku kan bermodal tampang dan juga hati...hahaha”
“mpret ah”
“hahah.hayu ah, buruan, si agil udah nungguan cenah. Urang jumaahan di polres.”
(hahaha, ayo buruan, si ragiel sudah nungguin katanya. Kita jumatan di polres)
Kami pun melaju, dan benar, Ragil sudah stand by di gerbang. Aku berhenti di depannya dan dia ketika dia mau naik, si Joko lewat.
“Bob, ban maneh kempes tuh..ajab tadi nyitak mastaka aing, hahah” katanya sambil lalu.
(Bob, ban lo kempes tuh. Azab tadi njitak kepala gua, hahah)
Sial, kataku dalam hati. Aku memandang lemah ke arah ragil.
“hamm..lo sama didit gapapa kan? Ban gua kempes. Tenang aja, didit udah jinak sekarang mah. Kalo dia berbuat tidak senyonyoh, takol we lah” kataku.
(takol = tampol = pukul)
Ku meminta persetujuan, tapi dia terlihat sedang menimang seuatu.
“buruan, dia mah emang agak lemot” kataku ke Ragil mengejek Didit.
Lalu dengan agak ragu Ragil berjalan ke arah didit. Aku langsung melajukan si Beng-Beng.
Arggght...pake kempes segala lagi. Padahal aku pengen dibonceng sama dia. Tapi gapapalah.
Sepanjang perjalanan ke Polres, tak ada percakapan anatara aku dan Didit. Dia sepertinya fokus sama jalanan. Bahkan, sampai di polres pun dia masih saja diam. Aku jadi bingung sendiri. Kemarin waktu di Alun-alun minum Es Goyobod, anak ini ngocol banget, sekarang berubah seratus tujuh puluh lima FM, jadi pendiem. Ah, mungkin dia lagi ada masalah.
Kamipun bergegas turun dan langsung mengambil air wudlu dan berdesak-desakkan mencari tempat yang nyaman untuk duduk, lebih tepatnya tidur sambil mendengarkan khutbah. Hehe.
Selesai jumatan Boby langsung mengirim SMS ke bayu. Kami langsung meluncur ke parkiran, dan ketika kami sudah di gerbang, ternyata Bayu sudah nunggu di luar.
“Cepet juga lo Bay.” Kata Boby.
“iyalah. Kata lo w nunggu di hutan kota kerkhoff..” katanya bersungut-sungut.
“nah justru itu..Bay, gua nebeng lo ya?” kata Boby.
“mangnya motor lo kenapa?” tanya Bayu mulai curiga.” Lo mo nyari-nyari kesempatan yah?” katanya sewot.
“idih..lo tuh yah, ke kakanda teh, suujon mulu neh. Ban gua kempes tao. Kalo misalnya w nambal dulu, keburu lumutan kita. Terus, ntar kalo misalnya si mamas mie yayamnya keburu pulang, atau bissa aja mie yayamnya gak ada yang beli kalo kita kelamaan, usahanya bangkurut, kan kasian Bay...” kata Boby konyol
“hahaha. Ah kakandang mah lebe pisan ih. Yadah, tapi lo yang bawa yah?” kata Bayu lagi.
“hah? Di jinjing gitu, ato disuhun?” kata Boby ngocol.
(disuhun= bawa barang diatas kepala)
“digantungin di leher lo.” Kata bayu ketus.
“hahaha. Dia mah gak mau modal bengsin aja bay. Dasar, cowok tidak bermodol.” Timpal Didit.
Aku Cuma tersenyum melihat debat kusir yang konyol ini. Tapi Didit sekarang sudah seperti kemarin lagi. Trus kenapa dia diem aja kalo lagi berdua doank sama aku?
“heh, kamu, sahabatku yang durjana, tak kukira kaw adalah musuh dalam kancut. Huh..” katanya lebay.
“hahaha..sial. mabok atuh ntar uing euy. Hahaha”
(hahaha, sial. Ntar gua mabok dong.hahah)
“heh, jadi gak ini teh?”
“jadi atuh. Tapi kamyu yang bawa ya Bay. Akyu takut kalo nanti nabrak nini-nini yang lagi mau ngapelin aki-aki, trus motor kamyunya malah yang bonyok, terus..”
“udah..makin geje aja si ah. Yadah buruan, tapi awas kalo megang-megang. Jaga jarak aman anda hey mahluk tidak bermodal. Kena dikit aja, gua bacok.” Kata Bayu ganas.
“idih..serem pisan lah omonganana teh. Asa preman pasar Ciawi tali.”
Akhirnya kami berempat melaju ke arah Bunderan Telkom di dekat ex PTG (Pabrik Textil Garut, yang sekarang sudah disulap jadi Garut Mall, dekat IBC). Sebenarnya aku agak cemburu. Arght...tau gitu aku yang boncengin dia. Tapi emang aku bisa naek motor? Hmm..aku emang gak bisa naek motor, bahkan naek yang matic sekalipun aku gak berani nyoba. Trauma masa kecil.
Lalu motor kami melaju melewati smanxx, tempat sekolahnya Bayu, dekat pasar Ciawi tali, lalu belok dan terus sampai melewati LEC (Local Education Center ) Garut depan terminal Garut, terus sampai ke Kerkhof. Lalu lewat jalan Perintis dan sampailah di Telkom.
Motor diparkirin, kami lantas turun. Tempatnya kecil, ya tenda bongkar pasang gitu. Tempatnya lumayan rame. Kami terpaksa ngantri cukup lama.
“mase, mie yayame papat yo. ..”
Hah, Boby bisa ngomong jawa? Dia terlihat akrab banget sama tukang mie ayamnya.
“Bob, lo sering kesini ya?” tanyaku.
“ya..lumayan juga sih..” jawabnya.
“yah..paling juga nyuci piring buat semangkok mie ayam kan?” ejek didit.
“hmm..lo belum pernah dikecer sama cuka ya nyon?” kata Boby sambil memegang cuka.
*dikecer, mata dikasih obat tetes mata.
“haha. Ampun juragan...yaudah...kalo gitu gua balik aja deh..” katanya dengan mata menggoda.
“idih...jangan atuh...sini sini sini. Lo duduknya disini, kursi pi ay pi. Bentar bentar, gua bersihin dulu, silahkan juragan.” Katanya setelah selesai mengelap kursi kayu panjang itu dengan sapu tangannya.
“hahah..tah, kitu atuh ka juragan teh..”
(nah gitu donk sama juragan tuh)
Boby nyengir kambing, aku geleng-geleng, Bayu misuh-misuh karena kami berisik sekali, sampai pengunjung yang lain melihat ke arah kami.
“mase...laper kie inyong..”
“kok si kasep ngomonge dadi wong cilacap sih? Jarene dadi wong solo...kpriman iki?”
(kok si kasep ngomongnya jadi kayak orang cilacap sih? Katanya jadi orang solo..gimana sih?)
“oh..salah ya mas. Aku lali tho mas. Mas, saiki aku gowo cah ayu. Ayu ora?”
(oh salah ya mas? Aku lupa sih mas. Mas, aku bawa gadis cakep loh. Cantik ga?)
“hmm, ayu tenan rek. Sopo iku? Rabimu tho?”
(hmm,cantik banged. Sapa itu seh? Istri loh?)
“ndereng no. Aku seh gelem, tapi wonge ra ngerti aku, gelem pa ora karo aku.haha. Tapi saiki aku wis ngomong tresno. Yo jaluk doane lah”
(belum lah. Gua sih mau, tapi gatau gua, dia juga mau pa nggak, haha. Tapi gua udah bilang suka sih. Minta doanya aja dweh..)
“sip..okelah kalo beggbeggbeggitu “
“mas,mas, tring tring..” kataku mengedipkan mata.
“Hahaha, iyo iyo..ngerti aku. Owalah jian...hahaha” katanya lagi sambil geleng-geleng.
(haha, iya, iya gua ngerti kaleee. Oalah jian..)
*jian adalah sejenis umpatan orang-orang banyumas kali ya, kurang lebih artinya cape dwehhh
Yes, aku dikasih gratis lagi. Hahaha. Ini udah keberapa kalinya aku dikasih mie yayam gratis. Karena biasanya setelah aku dikasih gratis, mie yayamnya pasti langsung habis dalam sekejap. Jelas saja, doa orang sholeh sepertiku pasti langsung dikabulin.hahaha
Mereka bertiga melongo mendengar obrolan kami.
“taram taram..mie yayam mas warmo siap dinikmati...” kataku sambil membawa nampan berisi tiga mangkok mie ayam paling yahud se-Garut.
Kamipun langsung menambahi saos, kecap, cuka, sambal cabe. Hmm..ngiler euy...(jadi lapar beneran)
Setelah diaduk, aku mengambil kuahnya dengan sendokku, kumasukkan ke mulutku.
“hmm..rasa manis-pedes-gurihnya pas...” mereka bertiga melirikku.
Aku lalu mengambil sumpit dan makan mie serta potongan ayamnya.
“hmm..tekstur mie nya kenyal. Terus tekstur daging ayamnya itu lembut, bumbunya meresap sekali. Hmm..”
Didit cekikikan, Ragil melongo, bayu misuh-misuh. Pengunjung yang lain memerhatikanku yang lagi makan. Aku lalu mengambil kerupuk ikan.
“hmm..kerupuknya renyah banget. gurihnya pas, dan..ini pasti digoreng deangn suhu minyak yang pas, gak terlalu panas. Kriuk kriuk..”
Muka bayu memerah menahan malu, didit tertawa kencang, ragil menutup mulutnya.
“hmmm...ra..”
“gandeng siaaaa...” kata bayu sambil melempar tisu ke arahku. Lalu jatuh ke dalam mangkok berisi mie yayamku.
Semua tertawa kencang, termasuk si mamas juga pengunjung lain lain. Riuh sekali.
“bay...masuk ke mangkokku nih..” balasku teriak lebih kencang.
“hmm..rasa tisunya pas sekali, hahah” timpal Didit.
Semua lalu tertawa kencang, bahkan yang disebelah Didit mulutnya sampai menyemburkan mienya karena gak kuat saking pengen ketawanya.
Beberapa detik setelah mie yayamku habis, sedang mie yayam Ragielmasih banyak, Didit tinggal kuahnya, Bayu? Hmm, janga ditanya, kinclong hingga tetes terakhir.
“Nyon..mana duitnya..?” kataku
“mang brapa duit?”
“dua puluh”
“hah? Dua puluh? Tapi buat mie ayam semantaf ini gak rugi lah” katanya sambil merogoh saku bajunya.
Aku langsung mengambil dari sakunya karena kelamaan. Yap, lumayan dua puluh, hahaha. Aku langsung masukin ke saku bajuku.
“lho?” katanya kaget.
“ssst ah.jep. uing ke mayarna di ditransper langsung ka rekening si mamas”
(sst, udah deh, diem aja. ntar gua bayarnya ditransfer aja langsung ke rekening si mamas.
Kataku sambil melengos.
“sialan” umpat didit.
Lalu bayu merapat ke arahku, lalu berbisik
“dua puluh?”
“sst...tilu rebuan, hahaha”
“koplok maneh ih, hahaha.” Katanya.
(Mie ayam waktu itu emang masih tiga rebuperak. Terakhir makan disitu sih empat rebu ato empat setengah, pake kurupuk, nambah gope. Kalo misalnya mampir ke garut, wajib dicoba lah. W juga kalo pulang ke Garut tanpa makan disitu, berasa ada yang kurang, hehe)