It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kuberikan nomer hapeku.
Kok bisa ya?
Entahlah.
Tiba-tiba saja aku ingin berkenalan dengan Ubay lebih jauh. Ingin tahu dirinya.
Gosh.
Dia kuliah di kampus ini juga. Kampus UK.
Berarti dia memang benar-benar dekat denganku.
Di sekitar sini saja.
Tiba-tiba juga semangatku menyala benderang. Seterang lampu pentas yang menyorot jutaan pendar.
Aku harus kenal dengannya.
By the way, apakah aku pernah melihatnya?
Entahlah.
Antara ingat dan tidak.
Between doubt and loss of memory sepertinya aku pernah bertemu dengannya.
Just my two cents.
Sepertinya pernah ketemu, mungkin hanya sekilas di Jaya Net.
De Javu? Rondezvous?
Entahlah, apa istilah yang tepat..
Sudah. Kekirim.
Aroma pangsit mie, paduan merica dan aroma bawang, menyengat di sekelilingku. Enak. Nikmat.
Jadi bersemangat pokoknya.
Ubay. Ayo balas PM aku.
Pintaku.
Hey, Jatu a.k.a Agus.
You are a straight hunter, why on earth are you trying to know a gay?
What's wrong with you?
My evil side protes.
Aku diam saja.
Biar saja ada perang.
Aku mau sesuatu yang 'lain'.
Moved by nature?
Aku pejamkan mata.
Will Ubay check his PM soon?
Hope so, kataku lirih.
New sensation.
The first time to think of a non-straight encounter.
But why?
I don't know.
Gak semua hal bisa diungkapkan kata.
Termasuk yang ini.
I was just on my bedroom, in my half drowsiness, when I checked the forum via my Opera Mini.
I was very happy that he replied my PM with his mobile phone number.
What a surprise.
But why did he do that?
Moved by nature too?
Even a phone number in a PM was censored..
Aku tersenyum.
Menahan nafas.
Siap-siap sms Ubay.
Hmm. Aku ini kenapa ya?
What is my intention to text him? To tease him? To know him? To make him know me? To make friends?
Just to make friends.
Berteman saja lah. Tak ada unsur lainnya.
Hmmm...
What about a one night stand with this Ubay? This college guy.
Yet, who am I?
Belum tentu aku bisa. Aku cuma orang biasa yang tak punya unsur charming in my physical appearance.
Gak ganteng.
Gak keren.
Bukan model.
Apalagi aku gak putih.
Aku cuman lelaki kebanyakan.
Jadi ragu.
To be or not to be?
Aku simpan nomor hape-nya di kontak phonebook-ku.
Pasti akan kukirimi dia SMS nanti. Tapi tidak sekarang.
I am not ready.
Ada yang berkecamuk di otakku.
I am wild.
I met those damned straights of Pasar Besi and wildly 'explored' their aspects of manhood in every detail. I am courageous enough to take risks. I am a 'Jatu' man--unbeatable by this small flaw in fact. It should.
Tapi ini beda.
Aku akan making contact dengan seseorang yang 'people like us'.
Yang sama-sama menjatuhkan pilihan pada 'the same kind of sex'.
Aku selalu berpura-pura straight. Tampil straight, normal apa adanya.
Aku tidak pernah memproklamasikan openly my being a gay. Aku memburu straight. Mengejar mereka.
Dan menjadi penonton yang terpuaskan, terhenyak, penasaran, bergairah tiada kepalang atas pesona kejantanan mereka saat tersibak semuanya.
Menyentuh gundukan perkasa di balik boxer mereka yang membusung.
Mengelus tekstur tegang berotot kelelakian mereka di kala terlelap.
Berdegup tersengal-sengal, memburu detak jantungku saat mereka lirih mengerang tergoda mencapai puncak tertinggi libido mereka.
Aku ini pemburu lelaki sejati.
Menikmati mereka.
Tapi tetap semu.
Tetap hanya a camouflage.
Hanya 'clandestinely exploring and tasting' them.
Not a real sex.
Aku akan membuka my secret openly.
Siapkah aku?
Naif.
Stupid.
Foolish.
Mungkin seperti itu.
Tapi di balik kegilaan seorang Jatulelaki, tetap ada ketakutan maha besar yang membuat logika dan unsur biasa dirinya sebagai manusia tidak sempurna yang menghalangi langkahnya.
Aku ingin tetap 'discreet'.
Tetap tak terbongkar.
Demi keamananku.
Demi prinsipku.
Ubay.
Kupandangi entry kontak di hapeku lagi.
Should I text him?
Udah, coba saja.
Lagian kan cuma SMS saja..
Gak akan ada implikasi apa-apa.
Go on, Jatu.
You can do it, dude.
Puasa yang hanya menahan lapar dan haus di kala-nya, menahan hasrat dengan susah payah, hanya menang sebulan saja.
Aku tetap kalah di malam hari. Kadang juga kalah di siang hari.
Ampunilah aku, Tuhan.
Mata selalu meng-capture apa yang tak boleh dilihat. Otak selalu memproses godaan yang tidak semestinya.
Lebaran Idul Fitri hanya jadi rutinitas tahunan.
Bermaaf-maafan.
Bersalam-salaman.
Makan lagi. Minum lagi.
Jalan-jalan lagi. Mengunjungi kerabat kembali. Pakai kemeja baru.
Sudah.
Dan 'nakal' lagi.
Forgive me, God.
Tetap saja.
Aku tetap 'pengen'.
Gejolak menggebu.
Dasar gay jahanam. Tak pernah terpuaskan.
Teringat kembali dia. Kala itu liburan Lebaran sudah usai. Keponakanku sudah bersiap-siap pulang.
Gadis kecil kelas 3 SD itu tertawa-tawa melihat tas barunya.
Kamarku diacak-acak.
Just like a wreck.
Aku antarkan dia pulang ke rumahnya. Di ujung timur kota Malang.
'Makasih ya, om. Kapan-kapan aku dibelikan lagi boneka Gajah di Ramayana itu ya.' katanya.
Aku cuma tertawa.
Sudah jadi om aku.
Paman.
Sudah punya keponakan.
Sudah 'tua' aku.
Saatnya berkeluarga, ibuku bilang.
Oh, ibu. Wish you knew about all.
Jadi juga aku texting Ubay.
Hanya perkenalan biasa.
'Hi, ini Agus a.k.a jatulelaki. Salam kenal..bla..bla..bla' isi text yang kukirimkan padanya.
Lalu aku beranjak pergi.
Kembali pada rutinitasku.
Kumatikan hape.
Kupindah ke nomor 'normal' ku.
My being discreet told me not to use my daily public number to contact Ubay.
I just knew him by Friendster. By his posts to the forum.
I didn't know much about him.
Aku tetap harus menjaga diri kan. Itu adalah bagian dari survival dalam hidup.
Hapeku ber-vibrate sebentar.
Teks dari Ubay.
'Hi, mas. Senang berkenalan dengan mas Agus..bla..bla..bla' isi pesannya.
Entahlah, sore itu tiba-tiba jadi penuh confetti warna warni yang bertebaran indah. Bak pesta tahun baru. Aku juga tak faham mengapa.
Aku tersenyum.
Senangkah aku?
Yang jelas langit sore cerah terang saat itu.
Aku diam sebentar.
'Males ah. Kapan-kapan ae. Aku gah metu.' jawabku.
Malas.
Aku ingin di rumah saja.
Kuakhiri pembicaraan beberapa menit kemudian.
Kamarku sunyi.
Hari mulai gelap.
Texting Ubay ah..
Kok jadi makin penasaran padanya..
Aku tersenyum lagi.
Ubay membalas pesan singkatku. Responsif.
Jadi bersemangat.
Aku berbaring di kasur kamarku. Memegang Nokia-ku.
Senyum-senyum sendiri.
Tak ada musik dari player di kamarku. Aku ingin menikmati suasana sepi tenang saat itu.
Gak mau terganggu.
Kan harus konsentrasi untuk Ubay.
Hmmmm.
But why?