BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

CERBUNG : This Pain is Called... LOVE [Bab 1]

11617181921

Comments

  • lanjut :idea:
  • Hai, Jun. It's been long since the last time I wrote here. :-)

    Ga keberatan kan, aku panggil Jun? :-)

    I was just talking to the other Jun. Inget? Hehe, yang pernah mau gw kecengin, karena he's like satu dari 2 orang yang pernah bikin jantung gw berhenti. Tapi, Jun yang itu, sudah menikah. But it's okay. :-)

    So, while talking to him di facebook, gw ingat loe. Suddenly. And now I'm here.

    Jadi, Jun. Gw agak terganggu dengan kata2 penutup. No one will ever love me like you do. Jun, aku meleleh membacanya. Meleleh karena 3 tahun silam, aku pernah mengucapkan kata yang sama. Untuk seseorang, yang kemudian meninggalkanku, semata2 karena merasa tak pantas untukku. Ah, kami yang sama2 tak dewasa. Kami yang sama2 picik. Tapi kami sama2 belajar.

    Dan kalimatmu itu, membawa satu rasa sepi yang menggigit. Aku tak tahu denganmu, tapi kuharap ada seorang DIA yang bersamamu, sekarang dan nanti. Agar kata2 itu tak menjadi sepi yang menggerogotimu. :-)

    Do'aku selalu bersamamu, Jun. Karena aku membutuhkan keyakinan itu sekali lage. Keyakinan bahwa, ada cinta sejati yang hadir, meskipun kata orang2, cinta itu keliru.. Meskipun kata orang, cinta itu terlarang. Tetapi seperti teratai, Jun, kuharap cinta itu tumbuh, di hati siapa saja yang memilikinya, meski di kubangan lumpur....

    Salam, Jun.. mampir ya ke thread gw.. haha
  • reis wrote:

    Jadi, Jun. Gw agak terganggu dengan kata2 penutup. No one will ever love me like you do. Jun, aku meleleh membacanya. Meleleh karena 3 tahun silam, aku pernah mengucapkan kata yang sama. Untuk seseorang, yang kemudian meninggalkanku, semata2 karena merasa tak pantas untukku. Ah, kami yang sama2 tak dewasa. Kami yang sama2 picik. Tapi kami sama2 belajar.

    Dan kalimatmu itu, membawa satu rasa sepi yang menggigit. Aku tak tahu denganmu, tapi kuharap ada seorang DIA yang bersamamu, sekarang dan nanti. Agar kata2 itu tak menjadi sepi yang menggerogotimu. :-)

    Do'aku selalu bersamamu, Jun. Karena aku membutuhkan keyakinan itu sekali lage. Keyakinan bahwa, ada cinta sejati yang hadir, meskipun kata orang2, cinta itu keliru.. Meskipun kata orang, cinta itu terlarang. Tetapi seperti teratai, Jun, kuharap cinta itu tumbuh, di hati siapa saja yang memilikinya, meski di kubangan lumpur....

    Salam, Jun.. mampir ya ke thread gw.. haha

    Gw merinding bacanya. Hiks... kata2mu jadi ngingetin momen2 melankolis yg bikin kita mengharu biru. Tapi gw selalu ngeyakinin diri kalau momen2 seperti itu yg membuat kita menjadi lebih dewasa. Jadi lebih tabah menghadapi hidup (cinta). Karena hidup tanpa cinta, buat gw gak ada artinya. Dan buat PLU cinta lebih sering berakhir menyakitkan.

    Kadang pengen banget bisa jatuh cinta sama orang yang mencintai kita. Kalau saja cinta bisa memilih.

    Anyway, thanks buat doa nya... gw juga doa'in kebahagiaan buat hati n cintamu. Selama kita masih bisa mencintai, selama itu we can live a full life. Sesakit apapun, Love is always worth it.
  • Namanya Raka. Wajah dan postur tubuhnya seperti namanya. Tidak terlalu modern, termasuk katagori lumayan. Hobbynya sepak bola. Main dan nonton bola jadi hobby utama. Setiap minggu tidak pernah absen bermain futsal dengan teman-teman yang se hobby dengannya. Dia juga suka bola basket. Malahan dia termasuk salah satu pemain yang cukup diperhitungkan di kampus kami. Walaupun dia tidak setinggi pemain-pemain basket yang hebat, kegesitannya membuatnya cukup dikenal.

    Aku sendiri tidak terlalu suka sepak bola. Kadang-kadang saja terpaksa ikutan nonton kalau sedang kumpul sama teman-teman yang heboh taruhan bola. Nonton sambil bertaruh memang bikin suasana tambah seru. Aku lebih suka taruhan traktiran daripada taruhan dalam bentuk Rupiah. Meskipun kalau kalah, ya hilang Rupiah juga.

    Raka satu tingkat di atasku. Dia semester 6, aku semester 4. Ketika pertama kali mengenalnya di kost ini, orang-orang mengira aku adiknya. Banyak yang bilang kalau wajah kami hampir sama. Termasuk tantenya yang berkunjung ke kost, terheran-heran melihat wajah kami seperti bersaudara. Bedanya aku pastinya sedikit lebih cakep darinya… (huuuuu)… Gugun pun bilang begitu.

    “Mirip dari Hongkong? Liat nya dari monas kali!” Katanya suatu ketika pada saat ada yang mengomentari kemiripan wajah kami. “Ya, cakepan Jun lah!” Katanya. Raka cuma tertawa melihat Gugun yang kemudian mengajakku bertepuk ‘high five’.

    Sebelum Moelie masuk ke kost ini, aku yang termuda di sini. Dan setelah aku di sini, kamarku jadi seperti markas mereka. Tempat mereka berkumpul kalau sedang tidak ada acara atau bosan nongkrong di depan TV di ruang tamu. Mungkin karena Nana, nenekku, selalu mengirimkan stock cemilan yang tidak pernah habis tersedia di kamarku. Atau karena kamarku yang selalu rapi dan bersih.

    Kali ini pun mereka berkumpul di kamarku sambil menunggu Raka yang belum juga muncul. Padahal janjiannya berangkat jam 15:00. Gugun bolak-balik sms dan menggerutu karena sms nya tidak juga dijawab Raka. Aku beberapa kali menelpon hp nya, tapi tidak dijawabnya. Padahal terdengar nadanya tersambung.

    “Udahlah, kita berangkat duluan aja.” Kata Yudi tidak sabar setelah menghabiskan sebungkus potato chipku.

    “Ya udah, yuk jalan.” Ajak Gugun.

    “Tar beliin tiket nya dulu aja.” Kataku sambil mengambil helm dari bawah meja belajarku.

    “Beliin berapa tiket buat dia? Gak tau kan dia sendiri apa berdua.”

    “Beliin dua aja. Kalo datang sendiri ya salahnya dia… dia yang bayar ini.” Kataku.

    Gugun terkekeh setuju.

    Ketika kami sudah di atas sepeda motor menunggu Moelie yang sedang menutup pintu pagar. Raka datang dengan sepeda motornya. Sendirian.

    Gugun berteriak ke Yudi. “Bayaar!” kemudian tertawa keras. Yudi dengan setengah cemberut mengeluarkan selembar uang Rp.20,000 dari dompetnya dan menyodorkannya ke Gugun yang menerimanya dengan gembira. Rupanya mereka bertaruh apakah Raka bakal berhasil mengajak cewek yang ditaksirnya untuk ikut nonton bersama kami.

    ***
  • selalu... setiap tulisan wanjunsim... selalu ngebuat gue tersenyum hehehhee
    keren... lanjut donk bro....
    penulisannya matang... penuh perhitungan... and detail..
    terusin ya bro..
    miz u... hehhehehhee
    somboooooooong
  • Bener bnget..
    Karya dia emang jempolan..
    Thanks y dah nulis lg..
    Coz warung laen pd entah kmana yg punya..
    Btw PLU tuh singkatan ato apaan seh..
    Maklum mash virgin..
  • Bener bnget..
    Karya dia emang jempolan..
    Thanks y dah nulis lg..
    Coz warung laen pd entah kmana yg punya..
    Btw PLU tuh singkatan ato apaan seh..
    Maklum mash virgin..
    banget hehehhe... plu itu kalo gak salah= gay gitu
  • plu = people like us..
  • invicible wrote:
    miz u... hehhehehhee
    somboooooooong

    halaahh... gak kebalik neh?
    miz u too :evil:
  • Namanya Fenny. Lengkapnya Fenny Meilyana. Namanya jauh lebih cantik daripada wajah dan bodynya. Menurutku sih. Menurut Raka tentu saja berbeda. Buat dia, Fenny seperti bidadari dari langit ke tujuh yang datang ke dunia untuk mengaduk-aduk perasaannya. Fenny sudah ditaksirnya dari setahun yang lalu. Tetapi sampai saat ini bidadari itu tidak pernah juga mau diajaknya jalan kalau tidak bersama dengan teman-temannya yang lain. Meskipun begitu Raka selalu rajin berkunjung ke tempat kostnya yang tidak jauh dari tempat kost kami.

    Nama Fenny selalu berkumandang di tempat kost kami. Selalu jadi bahan pembicaraan terutama kalau ada Raka dan Gugun. Beberapa fotonya terpampang di kamar Raka. Satu foto close upnya yang sedang bergaya di studio foto dibingkai terpajang di dinding kamar tidurnya. Yang kedua fotonya berdua Raka, juga dibingkai dan duduk manis di atas meja belajarnya. Gugun yang mempublikasikan kalau foto berdua itu sebenarnya foto beramai-ramai yang di potong hanya untuk memperlihatkan wajah mereka berdua. Tetapi Raka tidak perduli. Fenny adalah pujaan hatinya. Prinsipnya, selama Fenny belum memproklamirkan diri sebagai milik orang lain. Maka sah-sah saja dia memproklamirkan diri sebagai pacar Fenny. Bukankah dia yang paling sering apel ke rumah kostnya. Bukankah hampir semua temannya tahu kalau memang Fenny sedang menjadi incaran tembakannya.

    “Napa gak langsung tembak aja sih?” Tanya Yudi suatu kali yang sudah hampir bosan mendengar usaha Raka mendekati Fenny.

    Aku sedang menyalin catatan kuliah dari buku temanku, sore itu. Ada Yudi dan Raka di kamarku.

    “Gue kan nyari momen yang pas, Yud. Pengennya pas lagi berdua di tempat romantis gitu.”

    “Ya… kalo susah diajak keluar berdua, trus kapan kesempatannya.” Gumam Yudi.

    Raka terdiam saat itu.

    “Sebenernya dia keliatan suka apa gak sih kalo lu datang kesana?” Tanya Yudi lagi.

    “Suka sih. Kalo gue gak kesana beberapa hari, dia nanya kenapa.”

    “Emang lu kalo di sana ngapain aja?” Yudi ini usil mau tahu aja deh. Tapi diam-diam aku juga ingin tahu jawabannya.

    “Ya macem-macem lah. Ngobrol, nonton TV, nonton dvd, pesen makanan, makan di sana…”

    “Di kamarnya?” Potongku penasaran.

    “Enggak. Di ruang tamu.”

    Yudi ketawa ngakak.

    “Rame-rame dong?” tanyanya masih tertawa.

    “Kadang rame-rame, kadang juga cuma berdua.”

    Aku membalikkan badanku sekarang menatap Raka yang sedang duduk bersandar di atas ranjangku. Timbul rasa kasihan dan kagum kepadanya yang bercampur jadi satu. Dia lelaki yang benar-benar setia dan teguh perasaan cintanya.

    “Mungkin orang tuanya kolot. Jadi dia gak boleh pergi berduaan ama cowok.” Kataku menghiburnya.

    “Yang penting kan dia selalu nyambut lu baik-baik kalo lu kesana.” Tambahku lagi.

    Raka menatapku tersenyum. Manis senyumnya.

    “Makanya lu tembak aja kalo pas lagi berdua. Biar cuma di kostnya juga.” Kata Yudi lagi, sedikit memaksa.


    ***
  • indokoko wrote:
    invicible wrote:
    miz u... hehhehehhee
    somboooooooong

    halaahh... gak kebalik neh?
    miz u too :evil:
    ati2 dijalan yaaaaaah... miz our long conversation... mizz ur voice so..
    wait for me yah.. and jangan lupa oleh2 nya hehehehhehehehhe....
  • hey...gw udh baca cerbung u yg
    LOVE IS A MANY SPLENDORED THING
    gila keren bgt ceritanya....endingnya agak gimana gitu sih...but tetep gak mengurangi keseruan ceritanya...gaya tulisannya juga asik, percakapan englishnya juga lucu....
    gw paling ngakak pas di bagian Riduan ngomong
    "You look like Hell"
    trus dibalas "Good morning to u too" hahahaha.........

    kalimat per kalimat bermakna n dalam bgt....gw sampe terkesima
    brilliant....well pokoknya keren lah.....
    good job dude....

    klo komen gw buat cerbung yg sekarang
    THIS PAIN IS CALLED ... LOVE
    kayaknya bakal jadi cerita yg kocak...dimana yg berperan adalah ank2 kost yg faktanya pada gila2 n seru2 hehehe....jadinya pasti rame...
    but gak tau deh kelanjutannya....

    jgn2 ntar Jun ada main ama si Raka lagi hehehe...
    ok...gud luck aja....gw sangat menikmati setiap kata dari tulisan u...
  • Dear Suhu, rasa2nya kemarin melihat Suhu di Negeri Singa...
    Apakah Suhu juga liburan ke sana?
    Waaah, sombong amat ga bilang2...
    Kan kita bisa ngobrol bareng di Clarke Quay :D
  • mas indokoko...

    aku fans berat tulisanmu lho...
    sumpah tulisan mas indokoko perfect... matang...
    gak ngebosenin lah... enjoy banget bacanya...
    nyaman... rapih... bikin betah mata...

    akhirnya ada terusannya...

    keep posting yah...

    salam kenal,
    -maximinus-
  • feffendy wrote:
    Dear Suhu, rasa2nya kemarin melihat Suhu di Negeri Singa...
    Apakah Suhu juga liburan ke sana?
    Waaah, sombong amat ga bilang2...
    Kan kita bisa ngobrol bareng di Clarke Quay :D

    Pasti ada co ponti yg ngegosip... hehehe... embeeerr!

    Gw emang Nyepi kemaren nongkrong di Clarke Quay sampe tengah malem... cuci mata di Hooters (halaaahhh... beda aliran!) :D :D
Sign In or Register to comment.