It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Ia tidak tersenyum. Aku pun tidak.
Pak Willy menghenyakkan tubuhnya di atas sofa. Wajahnya terlihat lelah. Terlihat sedikit lebih tua daripada yang selama ini aku ingat. Kaca matanya dijepitkannya ke atas kepalanya, di atas rambutnya. Tatap matanya yang terus memandangku terlihat sekali mengkhawatirkanku. Aku duduk mengambil tempat di sofa tanpa sandaran di sebelah meja rendah di depannya.
”Mau minum apa, Pak?” tanyaku berbasa-basi.
Pak Willy menggeleng. Menegakkan duduknya menatapku dalam-dalam. Wajahnya serius, belum pernah aku melihatnya begitu serius seperti ini. Aku merasa tidak enak. Benar-benar tidak nyaman.
”Ada apa, Jun? Ada yang kamu sembunyikan dari saya.” Tanyanya to the point. Langsung menuduh. Tepat pada sasaran.
Aku tidak menatap matanya. Aku semakin terbiasa untuk tidak menatap matanya.
“Saya gak ngerti maksud Bapak.”
Ia menghela nafas.
“Saya kenal kamu bukan baru sebentar. Saya tahu ada yang kamu sembunyikan dari saya.” Ia mengulang kembali kata-katanya. Tuduhannya.
”Dan saya tahu...” Ia berhenti sejenak. Aku menunggu. Masih tidak menatap matanya.
”Bukan soal pekerjaan.” Lanjutnya.
”Kalau bukan soal pekerjaan. Saya tidak perlu menjelaskan apa-apa, kan?” Aku menjawab. Sedikit ketus bernada menantang. Sedikit merasa kurang ajar. Sesuatu yang amat jarang aku lakukan.
”Look at me.” Perintahnya. Aku menurut. Sekarang menatap matanya.
“Look at me and tell me it has nothing to do with me.”
Aku menunduk. Kembali menghindar dari tatap matanya. Aku tidak tahan melihat sinar ketidak-mengertian dan kebingungan di matanya. Aku juga tidak tahan menyembunyikan kemarahan dan kebencianku. Dadaku terasa sesak.
hello all...
@ libraboy
Moga langgeng ama yayang nya yg 40++ yaa... Emang enak sih dimanja dan disayang
@ noodle.
focusing more to the "life" part more then the sex part. >>> hehehe… I’ll try
@ _kurosaki_
I have read your story from the 1st part and you know what, it is a splendid writing. I think you can make a very good writer someday (if you think to have another job )
>>> thanks bgt yaaa…. tapi apa tulisan tentang Gay love life bisa diterima di indo? hiks hiks
@ sirro
Mas jun bener2 baik ya..Hehe >>> Gak juga sih.... aku seringkali nyebelin bgt (evil mode on)
@ Ghunyu
gwa... nangis baca cerita ini... >>> aduh maap-maap... gak bermaksud bikin nangis.
@ Linguini.remy
Setelah baca sampe bag ini, jd tergelitik buat komen... waktu kecil tuh, org suka ga sadar dan ga bisa bedain antara pelecehan dan ungkapan sayang... jadinya korban mudah aja memaafkan padahal itu adalah perbuatan kriminal.. huih.. jadi inget masa lalu. lanjut.....!
>>> Wahhh Om Remy ternyata mampir jg di warung gue… duh jadi malu… makasi ya Om.. (di suguhin apa nih biar betah?)
Korban pelecehan di Indo tuh emang keknya kebanyakan malu buat ngungkapin kejadiannya. Seharusnya ada survey LSM tentang itu ya…
@ michael farrel
Tanpa mengurangi rasa hormat dan penghargaan terhadap penulis lainnya di forum... i thing its the best story i ever read.
>>> soo sweet… ga berani nerima pujiannya
@ nicholas_sie
execellent.. perfect.. or u are? >>> nope… far from perfect. But then again, nobody is.
@ sawomatang
Ko Juned lanjutin dunk >>> ………………………………………….
@ ilc
lebih ditekankan ke cerita kehidupannya aja.. jangan sexnya.. >>> I’ll try… ga janji ya, he he he…
@ erik89erik
-erik (the new comer)- >>> new comer to the gay world? join the club dude… welcome.
@ Esa Mulyana
@ CL34R_M3NTHOL
@ The Eagle Eye
@ jujul
@ fandry
@ rainbow_bdg
@ Esa Mulyana
@ libraboy
@ nicefriend
@ blueriyo
@ akn_arjun88
@ feffendy
@ taa_kun
@ riddler
@ disciples
@ taa_kun
@ tri_s
Once again... makasiiii. Jangan bosen yaa.. mmuachhh
Buat passive readers, gw jg ucapin makasi…
what a story !
awesome.
keep the good work up
T'mehek2 gw bcny..
Lnjut..!
met kenal juga... thanks ya...
ok lanjut lagi
Aku juga merasa tidak berhak untuk marah kepadanya.
Tetapi amarah ini begitu susah disingkirkan
Apalagi aku tidak boleh meminta penjelasannya.
Aku telah berjanji untuk tidak berkata apapun mengenai hal ini.
“Saya ingin resign.” Kali ini aku menatap matanya. ”I didn’t know how to tell you.”
Pak Willy menghembuskan nafasnya dari mulutnya, seolah-olah ia sudah menahannya sejak tadi. Aku tidak dapat menebak perasaannya di balik hembusan nafasnya. Aku bahkan mengira ada sedikit kelegaan dalam hembusan nafasnya itu. Apa yang diduganya? Apakah ia telah menduga bahwa aku sekarang tahu skandalnya dengan keponakannya.
“Mau kemana?”
“Belum tahu. Maybe Bali.”
“Starting when?” Aku sedikit terkejut melihat ketenangannya. Sepertinya pengunduran diriku tidak terlalu banyak berarti baginya. Sedikit banyak aku merasa kecewa.
“I don’t know. 6 weeks from now is ok?” Kataku dengan sedikit ragu-ragu. Ia menatapku, dalam dan menyelidik. Mungkin menangkap keragu-raguan dalam ucapanku.
“How can I change your mind?”
Aku menggeleng, mencoba tersenyum. “Sorry.”
“Jun, you know you can talk to me about anything, don’t you?”
Aku membayangkan diriku menggelengkan kepala. Kenyataannya aku malah mengangguk perlahan.
“Kalau ada tawaran yang lebih baik dari yang saya berikan, you will tell me?”
Aku mengangguk kembali.
“Dan gak perlu bersikap aneh mengesalkan seperti dua minggu ini.”
Aku menggigit bibirku.
Aku ingin bertanya memangnya apa yang dipikirkannya.
Aku ingin mengkonfrontasikan.
Aku ingin mendapatkan penjelasan.
Aku menggigit bibirku lebih kuat. Aku sudah berjanji pada Riduan untuk tidak berkata apa-apa mengenai pelecehan seksual itu.
Sambil menelan ludah, aku menguatkan hatiku.
”Saya sempat khawatir kalau-kalau saya telah menyakiti kamu.”
Pak Willy tersenyum. Kerut lelah di wajahnya seperti menghilang.
”Saya bahkan sempat berpikir, kamu akan meninggalkan Riduan dan kembali ke saya dalam waktu dekat.”
Matanya sekarang mengerling jenaka. Seperti pada saat-saat ia bersemangat menceritakan gurauannya.
Aku menatapnya heran. Ada sesuatu yang tersembunyi di balik kata-kata guraunya yang memang tidak lucu. Aku mengenal baik setiap nada bicaranya.
”Ohh, he didn’t tell you...” Ia menggumam melihat wajah heranku.
“No…” Katanya ragu-ragu, seakan menyesal telah terlanjur membocorkan suatu rahasia penting.
“Kamu tanya Riduan. It’s not my place to tell you.”
Mataku kini lebih tajam menatapnya.
“You will tell me.” Kataku seperti berdesis mengancam. Aku mencondongkan badanku mendekat.
“I will tell you, if you promise not to resign.” Dia tersenyum lebar.
This is not a game.
For God sake!
And I am not playing.
Aku berdiri dari dudukku.
“I think you’d better go home, Pak. It’s late.” Kataku dingin.
“Ok, ok… But you don’t hear it from me, ok?” Katanya ketika melihatku mulai bergerak ke arah pintu.
Aku kembali ke tempat dudukku.
”Dan kamu janji untuk...hmmm, reconsider your resignation.” Ia kembali tersenyum.
Aku menatapnya sebal. Tidak sabar.
”Melinda balik ke Jakarta hari minggu ini.”
Itu berarti tiga hari lagi.
”Melinda?” Aku memandang pak Willy dengan bingung. Siapa Melinda?
Kali ini Pak Willy yang menatapku dengan heran. Melihat keheranannya detak jantungku serasa berhenti. Siapa Melinda? Apa hubungannya dengan Riduan? Mengapa ia tidak pernah memberitahuku? Tiba-tiba saja aku merasa begitu asing dengan sosok seorang Riduan. Sejauh mana sebetulnya aku mengenalnya? Aku bahkan tidak tahu wajah ayah dan ibunya. Aku juga tidak pernah tahu siapa teman-temannya di luar rekan kerja kami.
Pada saat kami berdua, aku merasa begitu dekat dengannya. Merasa dekat dengan hati dan dirinya seutuhnya. Pada kenyataannya aku tidak mengenalnya. Mungkinkah mataku telah dibutakan oleh perasaan dan nafsuku. Siapa Melinda?
***
Eniwei, my hail n praise for indokoko...
*komat-kamit baca doa*
Jadi gemas sendiri bacanya.
Begitu turun gunung, jurus Suhu tambah dahsyat...
Murid begitu terpukau...
Suhu benar-benar hebat...
Ceritanya tambah memikat...
Jia youuuuuuuuu.....
suhu indokoko begitu selesai bertapa, tampaknya tenaga dalamnya makin meningkat, semakin sakti mandraguna..
hwehehehe
duh,gw kebanyakan nonton dvd serial silat neh..
maybe..
to this community?
absolutely
scara gue masi "virgin"
hehe
bang indokoko mah udah "superstar"
hmm..
ga boleh songong nih ma senior
btw bang indokoko increase dong nulis critanya
udah malarindu nih ma karya bang indokoko
erik tungguin yak
thx a lot bro..
Aku sedang berada di Ranch Market Pondok Indah membeli beberapa keperluan isi kulkasku, ketika HPku berbunyi.
Dari Riduan.
Mau apa dia?
Bukankah seharusnya dia bersama Melinda? Tunangannya yang akan dinikahinya akhir tahun ini. Kekasihnya selama hampir 5 tahun ini. Yang tidak sekali pun pernah disebut-sebutnya. Yang tidak sekali pun pernah diceritakannya kepadaku. Apakah dipikirnya aku akan cemburu?
Aku tidak bertanya tentang itu saat menelponnya sewaktu ia di Jogja. Tidak juga saat ia di Surabaya. Aku juga tidak bertanya ketika ia bilang tidak akan ke tempatku sepulangnya dari Surabaya. Aku hanya bilang “I’ll see you on Monday, then.”
So, my lips are sealed.
Meskipun beribu tanya menggantung di otakku.
Mengapa ia merahasiakannya dariku?
Mengapa ia berbohong?
Well, maybe bukan berbohong. Ia hanya tidak menceritakannya.
Tetapi tetap saja...
Bukankah waktu itu ia marah karena pak Willy berselingkuh denganku.
Bukankah sebagian besar marahnya karena pak Willy sudah berkeluarga.
Jika ia bersama Melinda, bukankah artinya ia juga berselingkuh denganku.
Oh God!
Apakah memang nasibku selalu terlibat dengan suami orang, atau tunangan orang lain.
And they’re getting married this year.
And he’s not telling me.
Why?
I can’t figure out why.