It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
aldo_asia mengasankan sekali yah...
Iya .. ^^
tidak, di negeri seperti Indonesia Inflasi terburuk (terbesar) dalam sepuluh tahun terakhir pernah mencapai 78%
(tahun 1998). Lebih buruk lagi dalam lima puluh tahun terakhir, di Indonesia inflasi pernah benar-benar tidak
terkendali dan mencapai angka 650% (tahun 1965). Inflasi yang berarti menurunnya daya beli uang, ternyata
tidak hanya di alami oleh mata uang Rupiah, bahkan mata uang dunia yang selama ini dianggap perkasa yaitu
Dollar Amerika, daya beli mata uang Dollar Amerika tersebut terhadap emas telah turun tinggal 29 % dalam 8
tahun terakhir, dalam 40 tahun terakhir daya beli Dollar Amerika terhadap emas tinggal 4 % saja !.
Pada umumnya ketika kita merencanakan kebutuhan finansial Kita kedepan, apakah untuk keperluan ‘pensiun’
yang mungkin masih 20-30 tahun lagi, biaya pendidikan anak di perguruan tinggi yang masih belasan tahun
lagi, ataupun kebutuhan biaya lain yang sifatnya jangka panjang, Kita memerlukan asumsi inflasi yang Kita
akan hadapi – misalnya 10% per tahun. Asumsi kedua adalah hasil investasi dari dana Kita, targetnya tentu
selalu diatas angka inflasi tersebut agar pertumbuhan dana Kita tidak kalah cepat dengan kenaikan inflasi.
Disinilah problem Kita yaitu menghadapi dua ketidak pastian sekaligus, ketidak pastian inflasi dan ketidak
pastian hasil investasi.
Contoh konkrit masalah ini saya ambilkan pengalaman seorang kawan dengan asuransi pendidikannya. Kawan
ini eksekutif di perusahan telekomunikasi, beliau kecewa berat dengan asuransi pendidikan anaknya yang dibeli
tahun 1988. Saat itu ketika anaknya baru lahir, dia membeli produk asuransi pendidikan senilai Rp 22.5 juta
yang akan cair pada saat anaknya masuk perguruan tinggi. Saat itu nilai pertanggungan ini sangat besar dan
pada tahun-tahun awalnya harus dibayar 20 % dari gaji bulanan dia. Tahun 2006 ketika anaknya masuk ITB
dan perlu membayar Rp 45 juta uang pangkal, dana asuransi yang cair ternyata hanya cukup membayar separuh
dari uang pangkal tersebut. Siapa yang salah ? perusahaan asuransi sudah membayar kewajibannya dengan
benar, kawan saya juga telah konsisten selalu membayar preminya bertahun-tahun dengan benar.
Yang salah tidak lain adalah nilai uang kita yang sangat tidak bisa diandalkan. Nilai pertanggungan Rp 22.5
juta tahun 1988 adalah setara dengan 227 Dinar.; ketika cair tahun 2006, nilai asuransi Rp 22.5 juta tersebut
tinggal 32 Dinar ! (kalau uang asuransi tersebut cair pada saat tulisan ini saya buat 1 Muharam 1429 –
Rp 22.5 juta hanya setara dengan 19 Dinar !). Bayangkan kalau dari awal teman saya yang sholeh tersebut
membeli produk asuransi pendidikan dengan nilai sebesar 227 Dinar*, maka saat cair tahun 2006 nilai 227
Dinar tersebut setara dengan Rp 161 juta (Kalau jumlah Dinar yang sama ditukar ke Rupiahnya saat ini
menjadi Rp 261 juta). Uang ini bukan hanya cukup untuk membayar uang pangkal di ITB, tetapi juga masih
cukup untuk membelikan anaknya mobil baru untuk kuliah dan membayar seluruh biaya pendidikan sampai
anaknya tamat !. Inilah indahnya kalau produk keuangan jangka panjang dikelola dengan Dinar, mata uang
baku yang nilainya tidak pernah terdevaluasi sepanjang jaman....!
Wasalam
Oooo...
Baru tahu Gw.
Setahu Gw, walau sebagai negara adidaya dan memiliki ekonomi terbesar dunia, Amerika juga nomor satu di dalam tingkat kejahatan, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Rasanya pertama kali Great Depression juga banyak yang ngomong seperti U, bahwa krisis hanya sebentar bla bla bla, kenyataannya???
Tidak seperti itu, mereka membutuhkan waktu hampir 20 tahun untuk pulih.
Subprime Mortgage pun telah menginjak tahun kedua dan belum menunjukkan tanda tanda berakhir tuch.
Malah semakin parah.
Dan banyak ekonom dunia (dan beberapa diantaranya adalah temen Gw) yang tidak bisa meramalkan akan kemana ujung dari krisis ini.
Banyak baca buku ya, jangan cuma baca headline doank.
HAHHA...
Cheers,
Terry
buku juga belum tentu benar loh, apa anda brani jamin anda lbh benar dari saya. paling tidak saya msh lbh optimis menghadapi masalah, ketimbang hanya pesimis dan diskusi sana sini yg tanpa hasil.
Saya lbh fokus pada langkah konkrit yg bisa dijalani utk masyarakat atau paling engga BF-ers, contohnya buat para BF-ers langkah apa yg sebaiknya dilakukan dari sekarang, itu lbh penting.
Emang ada yang lagi iri hati lihat Amerika?
Kok Gw malah kasihan sama rakyatnya tuch.
Udahlah, ngomongin ekonomi, ngga perlu perasaan.
Cheers,
Terry
Emang kita lagi bahas buku???
Buku apa ya???
Lha, orang sekelas Angela Merkel aja ngga ditanggapi sama Bush, apalagi kita???
Bukankah diskusi adalah hal yang wajar???
Tanpa hasil?
Itu bagi U aja kali ya?
Bagi Gw bermanfaat kok, apalagi di kerjaan Gw.
HAHHA...
^_^
Terry
sayang u gak sempat baca komnet nya si aldo asia, yg bawa2 agama , amanah, mewajibkan syariat islam , dll yg ngelantur dan jelekkin amrik, padahal dia sendiri blm tentu bener pikirannya. (uda dihapus ma modie),
udah berlalu
Oh gitu ya?
Biasalah, Gw sih lihatnya ada yang merasa perlu memandang ekonomi dari sisi agama.
Tapi itu yang Gw ngga terlalu perhatikan.
Agama ya hubungan antara Umat dengan Tuhan, ngga perlu diperluas ke semua lini kehidupan, toh dengan dilakukan hal itu, belum tentu juga manusia tersebut menjadi baik khan?
Namanya juga manusia.
HAHHA...
^_^
Terry
Yah, Gw lagi bahas Ekonomi masalahnya, bukan agama.
Silahkan bikin tread sendiri tempat untuk U berkotbah.
Hehehe...
^_^
Terry
Sabar .. ^^