BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Dana Talangan Untuk Mengatasi Krisis Akut AS

1457910

Comments

  • hino wrote:
    kalo gitu dollar bakal melemah donk ya ?? info dunk ? gua ada pegang dollar Amrik nih.. dikit sih ;p
    rhevin_kid wrote:
    As kena krisis gitu koq Dollar tetep bertahan ya, gak anjlok....
    Klo anjlok mpe 1000rp/dollar, beli sebanyak"nya tuw buat invest, hhe....
    emang tangguh bener yak dollar itu, seperti gambar di bawah ini (Euro/$):
    3m.png[/list:u]***

    kenapa tangguh. gini ceritanya:

    sekarang ini defisit amrik kan dibiayai utang dari negara berkembang, nah. utang berarti beli asset amrik. untuk beli aset amrik kan butuh dolar, jadinya dolar tetep kuat.

    pertanyaannya kenapa milih amrik? investor itu kan ngitung untung ruginya mau nanem di negara sendiri atau di luar negeri. nah ... walaupun amrik kena krisis, seburuk-buruknya lembaga keuangan amrik, dari segi besarnya, likuiditas, efisiensi dan transparansi, tetep lebih baik dari negara berkembang. jadinya tetep milih invest di amrik daripada di dalam negeri.

    ok ... sekarang amrik kena krisis. tapi mau dipindah ke mana? Eropa? dari segi besarnya, likuiditas, efisiensi dan transparansi, eropa bisa dibandingkan lah sama amrik, tapi bank eropa malah lebi buruk.

    di amrik (di luar wall street) amrik minjemin 96 sen utk setiap $1 deposito. di eropa bank minjemin $1.4 utk setiap $1 deposito. sisa $0.4 mesti pinjem dari pasar uang. nah lagi krisis liukiditas dan kepercayaan gini, susah banget dapet utangan di pasar uang. kalo dapetpun bunganya juga lagi mahal2nya.

    akibatnya apa? amrik tetep bisa ngebiayaain defisitnya dengan utang dari negara berkembang. kalau lembaga keuangan di negara berkembang membaik, maka investasi akan bergeser ke negara berkembang. akibatnya dollar mungkin melemah, tapi melemahnya pelan2 (soft landing), seiring dengan membaiknya lembaga keuangan di negara berkembang.

    ***

    kalo mau baca penjelasan lengkapnya, bisa dilihat di sini: The resilient dollar
    lebih lengkap lagi di sini: Why do Foreigners Invest in the United States?
  • Hohoho...
    seru nih...ikut yah...
    Kenapa tidak menginvestasikan REAL??? :)
  • de Hati wrote:
    amrik, dari segi besarnya, likuiditas, efisiensi dan transparansi, tetep lebih baik dari negara berkembang. jadinya tetep milih invest di amrik daripada di dalam negeri

    Setuju…tidak hanya negara berkembang, hampir semua negara maju (bank sentral) membeli US treasury notes (obligasi pemerintah US) untuk cadangan devisa mereka dengan alasan yang seperti disebutkan tadi...padahal kalau dilihat returnnya kalah jauh sama SBI...he3x...tapi lokal rating Indonesia BB- (S&P) dibandingkan US yang triple A...he3x...

    makanya Pemerintah Amerika meminta limit pinjaman luar negeri dinaikkan dari $10.6 ke $11.3 trilliun...sekarang saja sudah $9 trilliun lebih pinjaman luar negerinya ditambah $700 billion bail out plus $100 billion tax deduction(untuk menyuap suara anggota congress yang contra bail out supaya jadi pro…he3x) akan mendekati atau mungkin $10 trilliun pinjamannya…gila man…

    makanya mafia Berkeley pada jaman orba hobinya ngajarin Indonesia untuk berhutang (belajar dari suhunya di US)…sekarang yang lebih parah individu juga diajari berhutang demi gensi…punya mobil baru, motor baru, rumah baru…padahal semuanya dari hutang…tabungan tidak ada…saya selalu berusaha menasehati teman2x jangan sampai hanya karena gengsi terjerat hutang…memang enak punya credit card banyak tapi kalau tidak mampu bayar tagihan untuk apa???...kalau di US masih bisa filed chapter 13 (reorganisasi) atau chapter 7 (bankrupt)…kalau disini, bisa digebuki debt collector…hati3x dengan culture consumerisme dari US…jangan hidup besar pasak daripada tiang…
  • edited October 2008
    demahend wrote:
    jelas market akan mengkoreksi sendiri…jadi untuk apa di bail out???...ya bukan kapitalis kalau begitu…he3x…
    betul ... mekanisme pasar memang memiliki kemampuan melakukan koreksi. masalahnya dalam pasar (terutama pasar keuangan dan pasar berjangka) harapan (ekpektasi/prediksi) berperan besar. jika ekspektasi berpengaruh besar, bisa terjadi fenomena self fulfilling prophecy --> pasar akan memiliki keseimbangan ganda sepeti gambar di bawah ini (perhatikan kurva permintaan meliuk-liuk gak seperti kurva permintaan biasa yang lurus miring ke bawah).
    margin2.png[/list:u]kalau pelaku ekonomi optimis, pasar akan mengkoreksi ke keseimbangan tinggi (H). kalau pelaku ekonomi pesimis, pasar akan mengkoreksi ke keseimbangan rendah (L).

    dikhawatirkan, tanpa dana talangan, pesimisme dan tidak adanya kepercayaan (trust) antar pemain di pasar akan menyebabka pasar terkoreksi ke arah keseimbangan rendah. kalau ini terjadi yang rugi rakyat yang gak bersalah juga. nah fungsinya dana talangan adalah menggiring koreksi pasar ke arah keseimbangan tinggi. seperti ditulis krugman di sini: A cartoon model of the crisis (more serious wonkery)
    demahend wrote:
    kenapa harus punya lebih dari 60 milyar USD???...memangnya kita punya perusahaan seperti lehman, bear stearns, dkk di Indonesia???...justru saking conservative pemerintah kita uang tersebut lebih senang di simpan ketimbang digunakan untuk membangun infrastruktur atau menggerakkan ekonomi masyarakat menengah atau kecil…akhirnya roda perekonomian kita mandek dan infrastruktur sudah sangat ketinggalan jauh…tinggal berdoa saja mudah2x an kapal tidak ada yang tenggelam lagi, bis tidak ada yang mogok dan pesawat tidak ada yang jatuh…jalan tidak berlobang dan sebagainya
    sejak krisis 1998, bukan hanya indonesia, tapi asia berlomba-lomba menumpuk cadangan devisa mereka. seperti orang yang punya toko laris tapi kebanyakan utang lupa nabung, tiba-tiba tagihan datang bareng2 ... setelah berhasil mengatasi krisis utang ... trauma ... trus jadi terlalu hati-hati dan nabung sebanyak banyaknya (di bank paling aman yang bunganya rendah), sampai mengabaikan tokonya yang tadinya laris sekarang berkurang pembelinya karena bocor sana sini (masalah infrastruktur).

    ***

    Saat ini cadangan devisa Asia mencapai $3 trilyun dan tumbuh 10% per tahun. Apakah cadangan devisa ini terlalu tinggi, masih dalam perdebatan:
  • demahend wrote:
    de Hati wrote:
    amrik, dari segi besarnya, likuiditas, efisiensi dan transparansi, tetep lebih baik dari negara berkembang. jadinya tetep milih invest di amrik daripada di dalam negeri

    Setuju…tidak hanya negara berkembang, hampir semua negara maju (bank sentral) membeli US treasury notes (obligasi pemerintah US) untuk cadangan devisa mereka dengan alasan yang seperti disebutkan tadi...padahal kalau dilihat returnnya kalah jauh sama SBI...he3x...tapi lokal rating Indonesia BB- (S&P) dibandingkan US yang triple A...he3x...

    makanya Pemerintah Amerika meminta limit pinjaman luar negeri dinaikkan dari $10.6 ke $11.3 trilliun...sekarang saja sudah $9 trilliun lebih pinjaman luar negerinya ditambah $700 billion bail out plus $100 billion tax deduction(untuk menyuap suara anggota congress yang contra bail out supaya jadi pro…he3x) akan mendekati atau mungkin $10 trilliun pinjamannya…gila man…

    makanya mafia Berkeley pada jaman orba hobinya ngajarin Indonesia untuk berhutang (belajar dari suhunya di US)…sekarang yang lebih parah individu juga diajari berhutang demi gensi…punya mobil baru, motor baru, rumah baru…padahal semuanya dari hutang…tabungan tidak ada…saya selalu berusaha menasehati teman2x jangan sampai hanya karena gengsi terjerat hutang…memang enak punya credit card banyak tapi kalau tidak mampu bayar tagihan untuk apa???...kalau di US masih bisa filed chapter 13 (reorganisasi) atau chapter 7 (bankrupt)…kalau disini, bisa digebuki debt collector…hati3x dengan culture consumerisme dari US…jangan hidup besar pasak daripada tiang…

    oh iya ngerti demi keamanan juga ya... hohoho sudah saya tinggalkan dan gak pernah update lagi.. banyak pemodal asing yang ngegunain kesempatan jatuhnya dollar untuk melakukan "aksi beli dollar" hahaha kata2 gua khas metro banget, dulu suka banget ama ibu maria kalaij, dari zaman gua masih smp! pake kutang udah anteng depan tipi.. saham gorengan ^^ gila dulu tuh jam 9, 12 ama 3 awalnya lalu ada review di sore hari!! gua udah girang setengah mati dulu, semua itu makro ekonomi ya klasifikasinya..

    Year on Year!! hehe thx ya semua yang dah komentar disini.. refreshing lagi nih, cuma gua gak ada tipi, dan paling gak suka baca tabel ato grafik ^^

    dulu gua cinta mati ama market review, ketertarikan soal ekonomi dari program ini! akhirnya gua baca2 buku soal ekonomi walo ujung2nya gua masuk ipa. ^^

    Soal selisih bunga dollar Amrik ama Rupiah sih kayanya udah makin tipis.. Tapi kemarin sempet turun ya 50 basis point kalo gak salah, udah rada lupa! hehe mendingan kita maen ORI aja, fixed rate juga ^^

    soal pembangunan infrastruktur, jujur aja ya om, Indo ketinggalan jauh, kemarin dari seminar JCI aja mereka dah gak bahas masalah2 yang lalu2 (masalah krisis dsb) mereka udah jauh di depan dan gua sendiri pesimis indo bisa ngejer ketertinggalannya.. Pembangunan kasino, dan gedung2 bertingkat tetap marak di SG sini..
  • hino wrote:
    soal pembangunan infrastruktur, jujur aja ya om, Indo ketinggalan jauh, kemarin dari seminar JCI aja mereka dah gak bahas masalah2 yang lalu2 (masalah krisis dsb) mereka udah jauh di depan dan gua sendiri pesimis indo bisa ngejer ketertinggalannya.. Pembangunan kasino, dan gedung2 bertingkat tetap marak di SG sini..
    kenapa begitu? gini ceritanya:

    sebelum krisis, sebagian besar pembiayaan infrastruktur itu dilakukan pemerintah (dananya dari boom minyak tahun 70an, boom ekspor tahun 80-90an). Setelah krisis, anggaran pemerintah cekak. solusinya mengundang partisipasi swasta, tapi infrastruktur itu kan investasinya gede tapi pengembaliannya lama. jadi swasta minta jaminan dari pemerintah:

    • Payung undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. UU kelistrikan, pelabuhan, jalan raya, kereta api, pembebasan tanah. (soal pembebasan tanah ini yang paling bikin pusing). Sama DPR undang2 ini diproyekin, jadinya gak kelar2 LOL
    • Pembagian resiko bisnis. Pengusaha minta pemerintah ikut nanggung resiko usaha. Ceng li sih ... tapi pemerintah takut pengusaha menyalahgunakan fasilitas ini (Problem Moral Hazard). Negosiasi (antara pengusaha dan menteri keuangan) berapa persen yang ditanggung pemerintah ini berlarut2
    • Penetapan Tarif. Pemerintah ikut berperan dalam penetapan tarif. setiap kali tarif tol, angkutan jalan raya, listrik ... emang secara ekonomis harus dinaikkan ribut ... jadi isyu politik.
    • Kerumitan birokrasi, pembrantasan korupsi, masalah koordinasi. Gencarnya pemberantasan korupsi (sukses) ada ongkosnya juga, birokrat jadi sangat hati, gak berani ngambil keputusan penting, tender mesti sesuai prosedur ... gak bisa bret bret bret kaya jaman soeharto. Belum lagi ruwetnya koordinasi lintas sektoral, dan antar daerah terkait otonomi daerah.[/list:u]Singapore kan relatif gak demokratis, negara kecil yang dikelola secara sentralistis kayak Perusahaan dengan Pemerintah sebagai CEOnya, birokrasi peninggalan inggrisnya juga bagus, gak ada masalah otonomi daerah. pendek kata gak ngadepin masalah kaya di atas ... kalo mau kayak singapore, Indonesia dipecah aja jadi 100 negara LOL
  • de Hati wrote:
    hino wrote:
    soal pembangunan infrastruktur, jujur aja ya om, Indo ketinggalan jauh, kemarin dari seminar JCI aja mereka dah gak bahas masalah2 yang lalu2 (masalah krisis dsb) mereka udah jauh di depan dan gua sendiri pesimis indo bisa ngejer ketertinggalannya.. Pembangunan kasino, dan gedung2 bertingkat tetap marak di SG sini..
    kenapa begitu? gini ceritanya:

    sebelum krisis, sebagian besar pembiayaan infrastruktur itu dilakukan pemerintah (dananya dari boom minyak tahun 70an, boom ekspor tahun 80-90an). Setelah krisis, anggaran pemerintah cekak. solusinya mengundang partisipasi swasta, tapi infrastruktur itu kan investasinya gede tapi pengembaliannya lama. jadi swasta minta jaminan dari pemerintah:

    • Payung undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. UU kelistrikan, pelabuhan, jalan raya, kereta api, pembebasan tanah. (soal pembebasan tanah ini yang paling bikin pusing). Sama DPR undang2 ini diproyekin, jadinya gak kelar2 LOL
    • Pembagian resiko bisnis. Pengusaha minta pemerintah ikut nanggung resiko usaha. Ceng li sih ... tapi pemerintah takut pengusaha menyalahgunakan fasilitas ini (Problem Moral Hazard). Negosiasi (antara pengusaha dan menteri keuangan) berapa persen yang ditanggung pemerintah ini berlarut2
    • Penetapan Tarif. Pemerintah ikut berperan dalam penetapan tarif. setiap kali tarif tol, angkutan jalan raya, listrik ... emang secara ekonomis harus dinaikkan ribut ... jadi isyu politik.
    • Kerumitan birokrasi, pembrantasan korupsi, masalah koordinasi. Gencarnya pemberantasan korupsi (sukses) ada ongkosnya juga, birokrat jadi sangat hati, gak berani ngambil keputusan penting, tender mesti sesuai prosedur ... gak bisa bret bret bret kaya jaman soeharto. Belum lagi ruwetnya koordinasi lintas sektoral, dan antar daerah terkait otonomi daerah.[/list:u]Singapore kan relatif gak demokratis, negara kecil yang dikelola secara sentralistis kayak Perusahaan dengan Pemerintah sebagai CEOnya, birokrasi peninggalan inggrisnya juga bagus, gak ada masalah otonomi daerah. pendek kata gak ngadepin masalah kaya di atas ... kalo mau kayak singapore, Indonesia dipecah aja jadi 100 negara LOL

    di kepala sempet mikir kek gitu, tapi bikin persekutuan gitu! tapi kebentur ama Pancasila! itu yang gua gak mau, Jakarta pasti leading kalo pecah, disusul kota2 besar lainnya, hehe abis itu kalo dah maju ya bantuin kota2 (negara lainnya) yup yup pernah kepikir hehehe.

    gimana, kalo mau diadu Jakarta ama Singapore, ya udah kalah Jakarta, keburu kelelep duluan :LoL:

    tiap negara2 itu akhirnya harus bersaing, tiap ibukota ya pasti maju! wong mereka harus spesialisasi produk dan jadi pusat ekonomi dan pemerintahan juga ^^ itu yang hino pengen. Tapi sekali lagi ga mungkin kayanya. ^^
  • hino wrote:
    de Hati wrote:
    hino wrote:
    soal pembangunan infrastruktur, jujur aja ya om, Indo ketinggalan jauh, kemarin dari seminar JCI aja mereka dah gak bahas masalah2 yang lalu2 (masalah krisis dsb) mereka udah jauh di depan dan gua sendiri pesimis indo bisa ngejer ketertinggalannya.. Pembangunan kasino, dan gedung2 bertingkat tetap marak di SG sini..
    kenapa begitu? gini ceritanya:

    sebelum krisis, sebagian besar pembiayaan infrastruktur itu dilakukan pemerintah (dananya dari boom minyak tahun 70an, boom ekspor tahun 80-90an). Setelah krisis, anggaran pemerintah cekak. solusinya mengundang partisipasi swasta, tapi infrastruktur itu kan investasinya gede tapi pengembaliannya lama. jadi swasta minta jaminan dari pemerintah:

    • Payung undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. UU kelistrikan, pelabuhan, jalan raya, kereta api, pembebasan tanah. (soal pembebasan tanah ini yang paling bikin pusing). Sama DPR undang2 ini diproyekin, jadinya gak kelar2 LOL
    • Pembagian resiko bisnis. Pengusaha minta pemerintah ikut nanggung resiko usaha. Ceng li sih ... tapi pemerintah takut pengusaha menyalahgunakan fasilitas ini (Problem Moral Hazard). Negosiasi (antara pengusaha dan menteri keuangan) berapa persen yang ditanggung pemerintah ini berlarut2
    • Penetapan Tarif. Pemerintah ikut berperan dalam penetapan tarif. setiap kali tarif tol, angkutan jalan raya, listrik ... emang secara ekonomis harus dinaikkan ribut ... jadi isyu politik.
    • Kerumitan birokrasi, pembrantasan korupsi, masalah koordinasi. Gencarnya pemberantasan korupsi (sukses) ada ongkosnya juga, birokrat jadi sangat hati, gak berani ngambil keputusan penting, tender mesti sesuai prosedur ... gak bisa bret bret bret kaya jaman soeharto. Belum lagi ruwetnya koordinasi lintas sektoral, dan antar daerah terkait otonomi daerah.[/list:u]Singapore kan relatif gak demokratis, negara kecil yang dikelola secara sentralistis kayak Perusahaan dengan Pemerintah sebagai CEOnya, birokrasi peninggalan inggrisnya juga bagus, gak ada masalah otonomi daerah. pendek kata gak ngadepin masalah kaya di atas ... kalo mau kayak singapore, Indonesia dipecah aja jadi 100 negara LOL

    di kepala sempet mikir kek gitu, tapi bikin persekutuan gitu! tapi kebentur ama Pancasila! itu yang gua gak mau, Jakarta pasti leading kalo pecah, disusul kota2 besar lainnya, hehe abis itu kalo dah maju ya bantuin kota2 (negara lainnya) yup yup pernah kepikir hehehe.

    gimana, kalo mau diadu Jakarta ama Singapore, ya udah kalah Jakarta, keburu kelelep duluan :LoL:

    tiap negara2 itu akhirnya harus bersaing, tiap ibukota ya pasti maju! wong mereka harus spesialisasi produk dan jadi pusat ekonomi dan pemerintahan juga ^^ itu yang hino pengen. Tapi sekali lagi ga mungkin kayanya. ^^
    gue mula2 juga pesimis ... tapi kalo pesimis, jadi males kerja ... konsekwen kaya rectory aja ... cabut dari Indonesia. tapi inget nasehat pak Sadli almarhum bagi para ekonom. Ajukan pertanyaan ini "Is Indonesia going to the right direction?" kalo jawabannya ya walau terseok-seok ... layak untuk optimis. Apakah makroekonomi going to the right direction? ya ... Apakah pemberantasan korupsi going to the right direction? ya. Apakah demokrasi dan kebebasan pers going to the right direction? ya. Apakah perlindungan HAM going to the right direction? ya. Apakah penyehatan perbankan going to the right direction? ya. Mungkin saat ini fokus ke njaga biar tetep going to the right direction aja, jangan terlalu ambisius, ntar malah kecewa sendiri. ;)

    Indonesia itu kan reformasi ekonomi dan politik sekaligus. Singapore dah gak perlu dua2nya ... mungkin ntar2nya perlu reformasi politik. China reformasi ekonomi, tanpa reformasi politik besar2an. Malaysia mulai reformasi politik. Thailand politiknya kacau. Filipina human resourcenya bagus banget, tapi reformasi ekonomi dan politiknya memble.
  • yayaya makasi om hati hohoo.. Jadi makin semangat, hohoho ada target setidaknya buat dapetin gelar Master. Hehe moga2 ada kesempatan.. membuka mata banget..

    Yap, harus rajin dan inisiatif sendiri baca2 buku lagi, hehehe semangat semangat!!

    Yoa berangkat dulu ya om, hehe takut telat lagi..

    Ada yang mau pisang ;pPpPp mayan loh buat ganjel2 perut ^^
  • edited October 2008
    demahend wrote:
    makanya mafia Berkeley pada jaman orba hobinya ngajarin Indonesia untuk berhutang (belajar dari suhunya di US)…sekarang yang lebih parah individu juga diajari berhutang demi gensi…punya mobil baru, motor baru, rumah baru…padahal semuanya dari hutang…tabungan tidak ada…saya selalu berusaha menasehati teman2x jangan sampai hanya karena gengsi terjerat hutang…memang enak punya credit card banyak tapi kalau tidak mampu bayar tagihan untuk apa???...kalau di US masih bisa filed chapter 13 (reorganisasi) atau chapter 7 (bankrupt)…kalau disini, bisa digebuki debt collector…hati3x dengan culture consumerisme dari US…jangan hidup besar pasak daripada tiang…
    tapi kemakmuran/pertumbuhan ekonomi dunia selama 63 tahun sejak berakhirnya perang dunia kedua itu ya dibiayai utang (lewat securitization dan leveraging) ... tanpa utang mungkin IBM belum ngembangin server, Steve Jobs belum nemuin PC, dan APRA belum nemuin Internet dan kita gak bisa saut2an seperti sekarang, lewat internet he..he..he.

    ***

    masalahnya memang besar pasak dari tiang itu sekarang sudah siap meletus. katanya, saat ini di dunia, pasaknya sudah 60 kali lebih besar dari tiangnya.

    0825_clip_image004.jpg[/list:u]
    kalo rasio pasak:tiang udah 60:1 gak mungkin lagi bisa ditalangin. bank sentral seluruh dunia nyerah, lempar anduk ke ring. yang terjadi menyusutnya ekonomi dunia pelan atau cepat tapi pasti, lenyapnya kredit, ekonomi bayar kontan (deleveraging). Serem kan? Trus ntar 10 tahun lagi kalo pasak:tiang udah mundur ke 10:1 mulai utang lagi sampe 60:1 :lol:

    ***

    balik ke Indonesia. Mungkin malah Indonesia ketinggalan kereta, dan kurang cepet memanfaatkan orgy utang ini, Kan kalo ikut arisan berantai/MLM itu yang duluan ikut yang paling untung :lol:. Coba kita udah utang sejak 45. Nah ... karena gak ikut orgy utang sejak 45 (kayak Jepang), ntar pas yang orgy utang itu udah orgasme bareng, kita cuma kecipratan sperm, gak nikmatin multiple orgasme orgy utang dari awal. pas kita horny utang, yang lain dah pada lemes, "modal"-nya udah pada deflasi alias mengkeret :lol: ... sial bener Indonesia, pas Indonesia siap2 recovery ... dunia bakal masuk ke resesi ... bahkan mungkin depresi

    ps: mudah2an ada yang salah dari analisis di atas, sehingga skenario armagedon finansial itu gak terjadi. ditemukan "viagra" yang bikin "modal" gak lemes-lemes ... jadi orgy utang bisa terus berlanjut :lol:
  • hino wrote:
    Ada yang mau pisang ;pPpPp mayan loh buat ganjel2 perut ^^
    maunya pisang yang kayak gini :oops:
    04-Banana-1.jpg[/list:u]
  • de Hati wrote:
    jadi betul apa kata mas demahend

    seperti ditulis krugman di sini: A cartoon model of the crisis (more serious wonkery)

    tapi kemakmuran/pertumbuhan ekonomi dunia selama 63 tahun sejak berakhirnya perang dunia kedua itu ya dibiayai utang ...

    Tidak setuju masak gue dipanggil mas…he3x…

    Jadi begini om… :lol: …yang Kurgman jelaskan di kurva itu kan karena pemain pasar modal membeli surat berharganya dengan hutang (leverage) makanya pas margin call (kudu bayar hutang segera)…untuk cut loss mesti jual segera…setelah itu yang kasih hutang enggak mau ngutangin lagi dong…biarin aja biar perusahaan itu pada bangkrut kayak Lehman…itu kan salahnya bank itu sendiri kasih pinjaman enggak pakai aturan kepatuhan…sudah gitu jual lagi ke bank lain hanya semata-mata mendapatkan fee…feenya masuk mana…masuk kantongnya pejabat bank yang dibayar gila-gilaan…kok sekarang harus ditanggung pemerintah…yang notebone duitnya pembayar pajak yang dibebani pajak tinggi…makanya kalau untung dinikmati yang kaya kalau rugi rakyat kecil suruh nanggung…enak ya jadi orang kaya yang ngerampok duit orang kecil…

    Ya tapi kalau hutang itu dipakai dengan benar dan ada due diligence nya (punya jaminan/guarantee yang cukup)…makanya kalau orang minta KPR kan pasti ditanya jaminannya apa…masalahnya dana ini digunakan untuk investasi yang kurang baik diperhitungkan resikonya…mempunyai sifat menggelembung (bubble), bahkan spekulatif, seperti properti… besarnya kredit macet dan pengawasan (non regulated) yang lemah pada perbankan sendiri maupun pihak otoritanya (SEC)…nyatanya masih banyak bank yang bagus dan siap mencaplok bank yang bangkrut seperti berita rebutan Wachovia antara Well Fargo dan Citibank…jadi kenapa harus di bail out demi menyelematkan orang berduit yang banyak menginvestasikan dananya di pasar modal (wall street)…lebih baik duit $700 milyar untuk program pengentasan kemiskinan…dimana banyak orang di dunia yang hidup dibawah $1 perhari…

    PS. Lebih baik telat tahu orgynya karena tahu cara yang lebih safe (condom) ketimbang buru-buru kan... :lol:
  • de Hati wrote:
    hino wrote:
    Ada yang mau pisang ;pPpPp mayan loh buat ganjel2 perut ^^
    maunya pisang yang kayak gini :oops:
    04-Banana-1.jpg[/list:u]

    iya pisang itu ;p

    hahaha ga kebawa itu pisang di jalan mlh tidur ^^
  • Hayo...
    krisis disana dan disini...kemana lagi kita harus bersembunyi???
    :)
  • apakah talangan gagal atau berhasil?

    ada dua kemungkinan:
    1. situasinya keseimbangan ganda, di mana keseimbangan pasar tergantung optimisme (H)/pesimisme (L) pasar
      margin2-1.png[/list:u]
    2. situasinya sudah sedemikan buruknya (leverage terlalu tinggi), sehingga hanya ada satu keseimbangan, keseimbangan rendah (L)
      margin3.png[/list:u][/list:o]kalo kemunginan 1 yang benar, maka dana talangan akan membawa pasar ke optimisme, akhirnya krisis akan berakhir. kalo kemungkinan 2 yang terjadi, maka dana talangan seperti ditelan black hole, krisis berkepanjangan, resesi, atau malah depresi.

      kemungkinan mana yang terjadi. ini indikasinya:
      • sudah berulangkali FED intervensi, namun pasar optimis sebentar, tapi pesimis lagi.
      • terakhir, setelah dana talangan keluar. dow jones gak naik juga, malah turun.
      • imbal hasil surat utang pemerintah (T-Bills) turun cuma 0.13%. artinya memindahkan modal ke tempat yang lebih aman terus berlangsung. berarti masih pesimis.[/list:u]data sementara menunjukkan no 2 yang lebih mungkin terjadi ... apakah dana talangan v.1 sudah gagal? ... apakah bakal ada sequel "the return of the bailout" ? dana talangan v.2 ... let's wait and see
Sign In or Register to comment.