It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Namun saat-saat indah adakah berlangsung abadi untuk selamanya. Senandung cinta bergema dalam angan. Senantiasa bersama mencari asa. Meraih cita akan mimpi dua hati.
KRINGGG..........
"Koko?"
"Robert?"
"Mama gimana?"
"Mama sekarang juga di rumah sakit. Agak shock sedikit. Tapi mama mampu mengatasinya. Sekarang mendampingi papa di sampingnya. Mama sudah kusuruh pulang. Tapi mama ga mau. Dan bilang ingin tetap di samping papa sampai lewat masa krisisnya."
"Baiklah koko akan cari Cathay paling pagi ke Djuanda. Apalagi ini off peak season. Seharusnya banyak kursi kosong. Sebentar ya nanti koko kabari lagi kalau sudah dapat pesawat. Nanti saja koko telepon mama, takutnya pemesanan tiket segera ditutup."
"Ok ko. Bubye."
"Bye"
Aku menelpon Cathay Pacific secepatnya namun untuk penerbangan menuju Djuanda yang tercepat baru ada besok ketika sore menjelang pukul 16.00. Ada penerbangan pagi namun menuju Soekarno-Hatta. Sementara ayahku dirawat inap di RKZ. Penerbangan dari Soekarno-Hatta menuju Djuanda harus kucari dulu. Saat kucaari ternyata Indonesia memasuki peak season sehingga sulit untuk mendapatkan Garuda, Lion, Air Asia, atau bahkan penerbangan dari perusahaann dovmestik sekalipun. Entah mungkin Indonesia sedang ada liburan cuti bersama sehingga semua kursi penerbangan telah full-booking.
Kuputuskan mengambil Cathay sore untuk langsung menuju Djuanda. Namun jawaban yang kuterima mengecewakanku. Kursi kosog yang tersedia baru ada 5 hari lagi. Bahkan Cathay pagi juga penuh. Kursi terakhir yang tersedia untuk besok sore telah diambil 5 menit yang lalu. Diriku sekarang masih masuk waiting list. Kuambil kursi 5 hari lagi namun juga memasukkan namaku dalam daftar untuk menunggu penerbangan secepatnya yang ada.
Aku telpon mamaku. Dia menangis sejadi-jadinya.
"Mama tenang dulu. Papa butuh mama di sampingnya. Jangan lupa berdoa ya ma. Minta Tuhan bantu papa lewati masa krisis ya ma."
"Mama akan tetap di samping papamu. Mama juga akan berdoa. Kamu juga berdoa bantu papamu ya"
"Jason akan berdoa buat papa. Mama kalau capek istirahat. Jangan diforsir nungguin papa karena papa butuh mama yang sehat ketika sadar nanti. Lebih baik mama malam ini pulang dan istirahat. Robert ataupun Felix bisa nungguin papa di rumah sakit. So take a rest ya ma. Don't worry. Take a time to talk with God, mom. Okay?"
"Ya udah terserah mama. Tapi mama bener-bener jaga kondisi ya. Jangan nantinya malah ikut-ikutan sakit. Nanti Robert, Felix ama Oliv ikut-ikutan bingung gih."
"Mama udah besar. Mama bisa jaga kondisi. Koko jangan kuatirin keadaan mama. Koko kapan bisa datang?"
"Koko baru dapat tiket Senin ma. Tapi kalo besok bisa berangkat koko usahain datang. Untuk penerbangan besok koko masih masuk waiting list."
"Kerjaan kamu gimana? Bisa ditinggal?"
"Kalo koko repot and sibuk, tidak perlu dipaksa pulang lho. Mama sudah ga apa-apa lagi."
"Tenang saja ma. Sudah mama istirahat ya. Robert ada?"
"Ada. Ini dia sebelah mama."
"Halo, Obet?"
"Ya ko. Ada apa?"
"Ada ko. Tenang saja siap laksanain perintah koko." Sambil cengengesan Robert katalan hal itu.
"Hus, masih sempat-sempatnya elo bercanda. Cengengesan lagi."
"Ya lah ko. Biar ga tegang melulu."
"Ya udah. Mungkin koko baru bisa datang senin. Untuk besok masih masuk waiting list. Belom ada kepastian berangkat sih."
"Ya udah koko jangan kuatir. Obet bisa jagain mama kok. Koko fokusin kerjaan dulu so bisa kembali kesini agak lamaan. Ok koko tersibuk?"
"Oklah. Bye Bet."
"Bye ko. Take care ya."
Tapi untuk pulang ke rumah aku sedikit tergetar mengingat akan kenangan bersama denganmu kekasihku.
Kuangkat teleponku dan kutekan nomor Allan. Aku harus memberitahunya bahwa aku akan mengunjungi papaku. Telpon sibuk terus.
KRINGGG........
Bel teleponku berbunyi dan.....
"Mr. Jason?"
"Yes..."
"This is Jenny Wang from Cathay Pacific. We want to confirm that your plan available at 04.00 pm tomorrow. Do you will take it?"
"Thank you. I'll take it. I'll take the plane tomorrow afternoon."
"Thank you sir. Have a nice day."
Sebenernya udah ada lanjutannya.
Cuman ketinggalan di komputer lain.
Masalahnya komputernya di luar kota.
So sabar ya moga2 bisa cepet update.
Gue sekarang pulang pergi ke luar kota.
Jadi rada repot.
Harap dimaklumin yah..........
Kesempatan online juga makin jarang nih..........
Doain bisa cepet lanjutin deh
Semalam suntuk aku menyelasikan pekerjaanku sampai kurang tidur. Pagi aku segera mengejar waktu pagi-pagi menuju ke kantorku. Berbekal Mc Coffee yang kudapat dalam perjalanan menuju ke kantorku aku segera bergegas mengurus cuti mendadakku. Jadwal pertemuan dengan Mr. Leung segera kumajukan dan kubikin pertemuan sepagi mungkin dengannya sebelum makan siang. Dan dengan cepat kupaparkan desainku untuk ruangan rumahnya yang baru pada pertemuanku yang berlangsung pada pukul 10.00 am.
Dengan desain minimalis berbalut gaya kehangatan British aku memaparkan presentasiku. Aku percaya bahwa desainku ini akan diterima dengan baik karena Mr. Leung menyukai gaya Eropa konservatif. Dan tidak meleset jauh dari tebakanku, Mr. Leung mau menerima rancangan desainku dengan sedikit perbaikan dan perubahan yang ditambahkan. Gaya Amerika ditambahkan pada desainku sehingga melengkapi rancangan konservatif dengan balutan fungsional khas Amerika.
Kuletakkan diriku di kursi nomor 8A dan kulihat bandara dari jendela yang terletak di sampingku. Teringat Allan yang belum kuberitahu. Kuambil Handphoneku dan kutekan nomor Allan.
‘My Love’
“Wei”
“Wei, Allan ma?”
“Iya ko.”
“Allan, koko mau pergi ke Indonesia.”
“Kapan ko?”
“Koko sekarang di pesawat. Sebentar lagi akan lepas landas.”
“Kok koko tidak bilang-bilang? Kenapa mendadak sekali? Titi jadi tidak bisa mengantar koko.” Terdengar nada sedih dalam suaranya.
“Maafkan koko ya. Papa koko mendadak sakit sehingga koko harus segera kembali ke Indonesia.”
“Tapi kenapa koko ga bilang tadi malam kalau begitu.”
“Koko sudah mencoba menghubungi titi. Tapi telepon titi sibuk dasulit untuk dihubungi. Sementara koko semalam lembur agar bisa mengambil cuti hari ini.”
“Ah koko tidak menganggap titi penting. Koko tidak peduli ama titi.”
Pramugari mendekatiku dan meningatkanku agar segera mematikan handphoneku.
“Ti, koko sekarang berangkat. Maafkan koko semalam tidak telepon. Koko harap titi bisa ngertiin ya. Sorry ya ti. Bubye. Love you.”
“Ko, maafin titi ko. Love you too ko.”
Segera kuakhiri teleponku dan pesawatku bersiap menuju tanah kelahiranku tercinta. Penerbangan menuju Djuanda memakan waktu kurang lebih 4 jam. Kumanfaatkan waktuku dengan memesan minuman untuk menenangkan hatiku.
Pramugari membagikan lap panas yang hangat untuk membasuh tanganku. Kemudian tak berapa lama dia menghampiriku dan menawarkan minuman.