BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

[AnTiQuE] Ho Do Tuhan (Kaulah Harapan) - Ch. 5(Unfinished)

1234689

Comments

  • Waktu berlalu begitu cepat. Tiada terasa malam berganti menjadi pagi dan siang pun berlalu serta sore menjelang. Runtutan waktu alami berjalan mengisi hari-hariku. Tiada terasa kujalani hubungan dengan Allan dan rasa bersalahku pada dirimu pun pudar terhapus oleh kasih tulus dari cinta Allan kepadaku.


    Namun saat-saat indah adakah berlangsung abadi untuk selamanya. Senandung cinta bergema dalam angan. Senantiasa bersama mencari asa. Meraih cita akan mimpi dua hati.

    KRINGGG..........
  • "Halo....."

    "Koko?"

    "Robert?"
  • "Iya ko, papa sekarang masuk di rumah sakit. Tadi pagi papa jatuh di kamar mandi. Sekarang lagi masuk ICU. Koko bisa datang? Papa butuh doa koko ya. Doain agar bisa melewati masa krisis malam ini."

    "Mama gimana?"

    "Mama sekarang juga di rumah sakit. Agak shock sedikit. Tapi mama mampu mengatasinya. Sekarang mendampingi papa di sampingnya. Mama sudah kusuruh pulang. Tapi mama ga mau. Dan bilang ingin tetap di samping papa sampai lewat masa krisisnya."

    "Baiklah koko akan cari Cathay paling pagi ke Djuanda. Apalagi ini off peak season. Seharusnya banyak kursi kosong. Sebentar ya nanti koko kabari lagi kalau sudah dapat pesawat. Nanti saja koko telepon mama, takutnya pemesanan tiket segera ditutup."

    "Ok ko. Bubye."

    "Bye"
  • edited November 2008
    Aku cemas akan kondisi papaku. Ingin segera berbicara dengan mamaku. Sebagai anak lelaki tertua tentunya wajib bagiku untuk menghibur mamaku. Namun mengingat waktu akan lebih baik kalau aku menelpon mencari tiket penerbangan Cathay dari Chep Lap Kok Airport menuju ke Djuanda secepatnya.

    Aku menelpon Cathay Pacific secepatnya namun untuk penerbangan menuju Djuanda yang tercepat baru ada besok ketika sore menjelang pukul 16.00. Ada penerbangan pagi namun menuju Soekarno-Hatta. Sementara ayahku dirawat inap di RKZ. Penerbangan dari Soekarno-Hatta menuju Djuanda harus kucari dulu. Saat kucaari ternyata Indonesia memasuki peak season sehingga sulit untuk mendapatkan Garuda, Lion, Air Asia, atau bahkan penerbangan dari perusahaann dovmestik sekalipun. Entah mungkin Indonesia sedang ada liburan cuti bersama sehingga semua kursi penerbangan telah full-booking.

    Kuputuskan mengambil Cathay sore untuk langsung menuju Djuanda. Namun jawaban yang kuterima mengecewakanku. Kursi kosog yang tersedia baru ada 5 hari lagi. Bahkan Cathay pagi juga penuh. Kursi terakhir yang tersedia untuk besok sore telah diambil 5 menit yang lalu. Diriku sekarang masih masuk waiting list. Kuambil kursi 5 hari lagi namun juga memasukkan namaku dalam daftar untuk menunggu penerbangan secepatnya yang ada.

    Aku telpon mamaku. Dia menangis sejadi-jadinya.
  • "Ko, papa kamu kok bisa jatuh. Mama sudah suruh Robert bikin pegangan di kamar .mandi. Kok papa kamu bisa jatuh? Bukan mestinya dia bisa pegang pegangan itu. Papa kamu ceroboh banget sih." Kudengar suara mama bercampur isak.

    "Mama tenang dulu. Papa butuh mama di sampingnya. Jangan lupa berdoa ya ma. Minta Tuhan bantu papa lewati masa krisis ya ma."

    "Mama akan tetap di samping papamu. Mama juga akan berdoa. Kamu juga berdoa bantu papamu ya"

    "Jason akan berdoa buat papa. Mama kalau capek istirahat. Jangan diforsir nungguin papa karena papa butuh mama yang sehat ketika sadar nanti. Lebih baik mama malam ini pulang dan istirahat. Robert ataupun Felix bisa nungguin papa di rumah sakit. So take a rest ya ma. Don't worry. Take a time to talk with God, mom. Okay?"
  • "Mama udah bilang akan tetap di samping papamu sampai dua sadar nanti. Mama ga capek kok. Mama masih kuat ko."

    "Ya udah terserah mama. Tapi mama bener-bener jaga kondisi ya. Jangan nantinya malah ikut-ikutan sakit. Nanti Robert, Felix ama Oliv ikut-ikutan bingung gih."

    "Mama udah besar. Mama bisa jaga kondisi. Koko jangan kuatirin keadaan mama. Koko kapan bisa datang?"

    "Koko baru dapat tiket Senin ma. Tapi kalo besok bisa berangkat koko usahain datang. Untuk penerbangan besok koko masih masuk waiting list."

    "Kerjaan kamu gimana? Bisa ditinggal?"
  • "Kebetulan sekarang bulan ini masuk off peak season. Jadi bisa diwakilkan sementara."

    "Kalo koko repot and sibuk, tidak perlu dipaksa pulang lho. Mama sudah ga apa-apa lagi."

    "Tenang saja ma. Sudah mama istirahat ya. Robert ada?"

    "Ada. Ini dia sebelah mama."

    "Halo, Obet?"

    "Ya ko. Ada apa?"
  • "Mama sudah koko bujuk untuk pulang. Tapi enggak mau. Kamu bantuin mama jagain papa ya. Gantian ama Felix. Ada ranjang buat mama kan di sebelah papa?"

    "Ada ko. Tenang saja siap laksanain perintah koko." Sambil cengengesan Robert katalan hal itu.

    "Hus, masih sempat-sempatnya elo bercanda. Cengengesan lagi."

    "Ya lah ko. Biar ga tegang melulu."

    "Ya udah. Mungkin koko baru bisa datang senin. Untuk besok masih masuk waiting list. Belom ada kepastian berangkat sih."

    "Ya udah koko jangan kuatir. Obet bisa jagain mama kok. Koko fokusin kerjaan dulu so bisa kembali kesini agak lamaan. Ok koko tersibuk?"

    "Oklah. Bye Bet."

    "Bye ko. Take care ya."
  • Kutenangkan diriku sejenak. Sudah lama diriku dan ayahku tiada bertemu. Mungkin sejak aku lulus tiga tahun yang lalu dari Melbourne. Kangen juga ingin bertemu papa, mama, and my brothers and sister.

    Tapi untuk pulang ke rumah aku sedikit tergetar mengingat akan kenangan bersama denganmu kekasihku.

    Kuangkat teleponku dan kutekan nomor Allan. Aku harus memberitahunya bahwa aku akan mengunjungi papaku. Telpon sibuk terus.

    KRINGGG........

    Bel teleponku berbunyi dan.....
  • "Halo"

    "Mr. Jason?"

    "Yes..."

    "This is Jenny Wang from Cathay Pacific. We want to confirm that your plan available at 04.00 pm tomorrow. Do you will take it?"

    "Thank you. I'll take it. I'll take the plane tomorrow afternoon."

    "Thank you sir. Have a nice day."
  • Sorry guys ceritanya sementara sampai disini.

    Sebenernya udah ada lanjutannya.

    Cuman ketinggalan di komputer lain.

    Masalahnya komputernya di luar kota.

    So sabar ya moga2 bisa cepet update.

    Gue sekarang pulang pergi ke luar kota.

    Jadi rada repot.

    Harap dimaklumin yah..........

    Kesempatan online juga makin jarang nih..........

    Doain bisa cepet lanjutin deh
  • Aku segera bergegas membenahi pakaianku. Besok pagi harus segera kuurus cutiku. Lelahnya diriku malam ini. Desain untuk Mr. Leung harus segera kuselesaikan agar tidak membebani cutiku nantinya.

    Semalam suntuk aku menyelasikan pekerjaanku sampai kurang tidur. Pagi aku segera mengejar waktu pagi-pagi menuju ke kantorku. Berbekal Mc Coffee yang kudapat dalam perjalanan menuju ke kantorku aku segera bergegas mengurus cuti mendadakku. Jadwal pertemuan dengan Mr. Leung segera kumajukan dan kubikin pertemuan sepagi mungkin dengannya sebelum makan siang. Dan dengan cepat kupaparkan desainku untuk ruangan rumahnya yang baru pada pertemuanku yang berlangsung pada pukul 10.00 am.

    Dengan desain minimalis berbalut gaya kehangatan British aku memaparkan presentasiku. Aku percaya bahwa desainku ini akan diterima dengan baik karena Mr. Leung menyukai gaya Eropa konservatif. Dan tidak meleset jauh dari tebakanku, Mr. Leung mau menerima rancangan desainku dengan sedikit perbaikan dan perubahan yang ditambahkan. Gaya Amerika ditambahkan pada desainku sehingga melengkapi rancangan konservatif dengan balutan fungsional khas Amerika.
  • Segera kutinggalkan beberapa pesan kepada anak buahku sehingga kepergianku tidak akan mengganggu kinerja kantor kami. Akhirnya menjelang pukul 01.00 pm aku dapat meninggalkan kantorku dan bergegas mengambil koper yang akan kubawa di apartemenku. Perjalanan siang diwarnai dengan kemacetan. Perjalanan menuju bandara memakan waktu hampir satu jam dari apartemenku. Bandara yang terletak di Lantau Island terletak cukup jauh dari kota dan harus menyeberangi jembatan antar pulau yang ada.. Tepat pukul 02.45 pm aku tiba di airport. Setelah pemeriksaan tiket dan paspor yang memakan waktu cukup lama kudapati pesawat Cathay Pacific dengan nomor CX 761 berada di port 78 sehingga untuk mencapainya aku harus menaiki kereta yang tersedia. Untung kopor yang kubawa tidak berat sehingga aku dapat mencapai pesawat tepat 15 menit sebelum jadwal berangkat.

    Kuletakkan diriku di kursi nomor 8A dan kulihat bandara dari jendela yang terletak di sampingku. Teringat Allan yang belum kuberitahu. Kuambil Handphoneku dan kutekan nomor Allan.


    ‘My Love’
  • Tulisan itu yang terpampang dalam layar di handphoneku. Lama tidak diangkat teleponklu. Kudengarkan nada deringnya. Segera diangkat dong karena pesawat ini akan segera lepas landas.

    “Wei”

    “Wei, Allan ma?”

    “Iya ko.”

    “Allan, koko mau pergi ke Indonesia.”

    “Kapan ko?”

    “Koko sekarang di pesawat. Sebentar lagi akan lepas landas.”

    “Kok koko tidak bilang-bilang? Kenapa mendadak sekali? Titi jadi tidak bisa mengantar koko.” Terdengar nada sedih dalam suaranya.

    “Maafkan koko ya. Papa koko mendadak sakit sehingga koko harus segera kembali ke Indonesia.”

    “Tapi kenapa koko ga bilang tadi malam kalau begitu.”

    “Koko sudah mencoba menghubungi titi. Tapi telepon titi sibuk dasulit untuk dihubungi. Sementara koko semalam lembur agar bisa mengambil cuti hari ini.”

    “Ah koko tidak menganggap titi penting. Koko tidak peduli ama titi.”
  • ‘Good Afternoon Ladies and Gentlemen. We will take off immediately. We hope all of the electricity like mobile phone and remote control can be switch off for our safety after this. The electricity that must be turned off can you read at the paper beside of your seat. We hope you use safety belt when we take off. Thank you for your attention.’

    Pramugari mendekatiku dan meningatkanku agar segera mematikan handphoneku.

    “Ti, koko sekarang berangkat. Maafkan koko semalam tidak telepon. Koko harap titi bisa ngertiin ya. Sorry ya ti. Bubye. Love you.”

    “Ko, maafin titi ko. Love you too ko.”

    Segera kuakhiri teleponku dan pesawatku bersiap menuju tanah kelahiranku tercinta. Penerbangan menuju Djuanda memakan waktu kurang lebih 4 jam. Kumanfaatkan waktuku dengan memesan minuman untuk menenangkan hatiku.

    Pramugari membagikan lap panas yang hangat untuk membasuh tanganku. Kemudian tak berapa lama dia menghampiriku dan menawarkan minuman.
Sign In or Register to comment.