It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
“Aduh tragis nian cerita kalian. Tidak ingin ke Indonesia lagi dan bertemu dengan dia?”
“Ingin sih, namun belum ada waktu nih.”
“Gue cuman bisa doain moga-moga kalian dapat bertemu.”
“Thanks atas doanya. Gimana dengan kamu sendiri? Ada pacar?”
“So apa masalahnya? Dekati aja dan ajak kenalan dirinya.”
“Masalahnya dia termasuk gadis popuer di kampus. Nah banyak cowok yang menjaga dirinya.”
“Dekati saja dia saat di bus. Itu merupakan kesempatan terbaik.”
“Tapi aku malu.”
“Jangan malu. Coba saja.”
“Thanks atas sarannya. Gue akan coba saran elo.”
“Ok, gue tunggu hasilnya.”
Obrolan kami pun akhirnya berakhir. Hari sudah menuju ke tengah hari. Waktu berlalu begitu cepat. Dan kami pun berpisah kembali ke apartemen kami masing-masing. Namun ini adalah awal dari persahabatan kami berdua.
And I want to keep going
Love is a river
I wanna keep flowing
Life is a road
Now and forever
Wonderful journey
I'll be there
When the world stops turning
I'll be there
When the storm is through
In the end I wanna be standing
At the beginning with you
Life is a road and I wanna keep going
Love is a river I wanna keep going on....
Starting out on a journey
Life is a road and I wanna going
Love is river I wanna keep flowing
In the end I wanna be standing
At the beginning with you.
Mau start chapter berikutnya....................
Can't Take My Eyes Off of You
Can't take my eyes off you.
You'd be like heaven to touch.
I wanna hold you so much.
At long last love has arrived.
And I thank God I'm alive.
You're just too good to be true.
Can't take my eyes off of you.
Lantunan nada dari Lauryn Hill membuatku tersadar dari lamunan pekerjaanku. Ada panggilan di handphoneku. ‘Allan’ adalah kata yang tercantum di layer handphoneku.
“Wei……..”
“Hi Jason. Gue Allan masih inget? Elo ada waktu ga? I need your suggestion. I got a trouble........I need as soon as possible you can meet me.”
Ada nada mendesak dalam nada suaranya. Entah apakah sesuatu yang penting itu.
“Maybe we can meet this afternoon.”
“Where is the place?”
“I’ll meet you at your apartment. Sejalan dengan perjalanan pulang gue.”
“Thanks ko. We’ll meet soon. See you later.”
“Bubye……”
“Bubye………”
Tak berasa waktu sudah menunjukkan sore hari dimana aku dapat meninggalkan kantor. Segera kubereskan mejaku dan kututup ruanganku. Kulihat rekan-rekan kerjaku sudah banyak meninggalkan kantor. Ada beberapa yang masih harus menyelesaikan tugas mereka karena dikejar tenggat waktu yang sudah ditetapkan mereka sendiri bersama klien mereka. Segera kukeluar dari kantor dan menuju ke Hung Hom tempat dimana apartemen Allan berada.
Kumasukkan mobilku ke apartemen Allan. Kutekan tombol lift menuju lantai 17 tempat kamar Allan berada. Kutekan tombol bel di depan pintu apartemen Allan sesampainya disana.
“Hi ko, come in.”
Aku memasuki apartemen Allan yang bergaya dekorasi modern minimalis. Kulepaskan sepatuku dan menuju ke ruang tamu.
“Papi dan Mami-mu pergi ya Allan?”
“Iya, tadi pagi mereka ada panggilan mendadak dari cabang di Shen Zhen. Jadi mereka harus menuju kesana. Namun mungkin besok mereka akan kembali.”
“So apa masalahmu Allan? Dan mengapa hari ini kau memanggilku ko?”
“Boleh kan aku memanggilmu ko? Supaya lebih akrab.”
“No problem sih. So lanjutin apa masalahmu?”
“Minum dulu ya. Mau bir atau soda?”
“Soda please”
Sambil mengambilkan soda dingin dari lemari esnya Allan menceritakan masalahnya.
Kermudian Allan berhenti sejenak mengulurkan pepsi dingin ke diriku.
“Terus gimana kelanjutannya?”
“Saat kami di Sin Kuang Tai To kami bertemu dengan John. John adalah salah satu mantan Lisa yang terakhir. John juga adalah pengawal Lisa paling angker. Dia berpura-pura tersenyum di depan Lisa dan diriku saat kami bertemu. Dan...........”
Kemudian kulihat ada sinar ketakutan di mata Allan.
“Dan apa?”
“Sebentar, John bertemu denganmu di toilet?”
“Ya, aku dan dia berada satu kampus meski kami mengambil subjek yang berbeda.”
“So........”
“Dia mengancamku agar menjauhi Lisa. Dia mengatakan bahwa diriku bukan lelaki sejati karena gayaku yang terlalu lembek untuk dibilang lelaki sejati yang dapat melindungi wanita. Kemudian dia memaksa diriku di pinggir tembok. Tubuhnya mendorong tubuhku. Tangannya mencengkeram kerah bajuku. Dia bilang aku banci.............”
“Kalau hanya itu saja it’s not big problem........”
“Masalahnya kemudian John menciumku……………………Dan kemudian dia mengatakan ‘Bagaimana rasanya? Nikmat? Itu bukti kamu tidak pantas untuk Lisa.’ Kemudian John meninggalkanku. Untung saat itu di toilet room hanya kami berdua.”
Sedikit terhenyak diriku. Allan berciuman dengan lelaki?
“Jadi?”
“Elo terangsang?”
“Ga tau gue terangsang atau ga? Gue ga sempet mikir kaya gituan. Pikiran gue blank, kosong, nothing. So gue shock…………. Gue ga bisa cerita ke papi n mami. Gue ga punya saudara. Hanya elo yang bisa gue anggap sebagai kakak gue and saudara gue………..”
Diriku bingung dalam menjawab. Kulihat kedua mata Allan yang sembab sedikit mengeluarkan air mata. Perasaan gue bercampur aduk. Antara gembira karena gue bisa mendapatkan teman senasib dan sedih karena adik angkatku mengalami perasaan seperti diriku sebagai penyuka lelaki. Kami sebagai pencinta lelaki sebenarnya tidak menyalahi hokum apapun hanya norma yang ditetapkan masyarakat menekan diri kami sehingga kami dianggap aneh dan melakukan dosa.
Allan duduk di lantai dekat dinding saat menceritakan kisahnya dan kini dia menundukkan kepalanya menyentuh lututnya sembari menangis sesenggukan. Mungkin perasaan bersalah, malu, bercampur bingung muncul di benaknya. Perlahan kupeluk dirinya.
Kemudian kulihat Allan mengangkat kepalanya memandang diriku. Kami masih berpelukan. Diriku ingin melindungi dirinya dari cercaan yang ada. Kuamati dirinya………….
Mata sipitnya yang tajam mencorong........................
Hidungnya yang mancung menjulang.......................
Poninya yang tergerai.....................
Bibirnya yang tipis berisi………………
Kejadian itu kembali berulang.
De javu…………..
Tiba-tiba kutarik diriku. Kulepaskan pelukanku dan kujauhkan diriku dari Allan. Ini salah.........
“Maafkan koko angkatmu ini.............”
Kami saling terdiam. Kuberdiri dan menuju ke pintu keluar. Allan bangkit terdiam. Kutatap matanya yang masih shock akibat perlakuanku tadi ataupun tindakan kami. Kukenakan sepatuku dan kulihat Allan hanya termenung memandangku dengan tatapan kosong.
“Maafkan koko ya………”kembali kuulangi kembali kata-kata itu.
Tiba-tiba Alan meraih tanganku dan menggenggamnya erat.
Aku tercengang. Perlahan kupeluk bahunya kembali. Kurangkul dia dengan kedua belah lenganku.
“Aku yang seharusnya minta maaf bro........ Gue sebagai koko tidak mampu mengendalikan nafsu. Gue benar-benar malu. Sorr......”
Belum selesai kuucapkan kalimatku, ditahannya bibirku dengan tangannya.
“Sssst......... Jangan ucapkan maaf ko.......... Ini salah kita berdua.........”