BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

[AnTiQuE] Ho Do Tuhan (Kaulah Harapan) - Ch. 5(Unfinished)

1356789

Comments

  • edited July 2008
    “Gue pernah ada yang deket ama gue waktu masih di Indonesia. Namun gue mendadak harus pindah ke Oz and ga sempet pamit ama dirinya. Itu yang masih ganjelan ma gue. Waktu itu handphone belum ada. Jadi aku tidak bisa mengadakan kontak dengan dirinya.”

    “Aduh tragis nian cerita kalian. Tidak ingin ke Indonesia lagi dan bertemu dengan dia?”

    “Ingin sih, namun belum ada waktu nih.”

    “Gue cuman bisa doain moga-moga kalian dapat bertemu.”

    “Thanks atas doanya. Gimana dengan kamu sendiri? Ada pacar?”
  • “Aku juga belum ada. Saat ini aku lagi naksir seorang cewek cantik yang tinggal di seberang apartemenku. Dia satu sekolah denganku. Saat naik bus kami sering bertemu.”

    “So apa masalahnya? Dekati aja dan ajak kenalan dirinya.”

    “Masalahnya dia termasuk gadis popuer di kampus. Nah banyak cowok yang menjaga dirinya.”

    “Dekati saja dia saat di bus. Itu merupakan kesempatan terbaik.”

    “Tapi aku malu.”

    “Jangan malu. Coba saja.”

    “Thanks atas sarannya. Gue akan coba saran elo.”

    “Ok, gue tunggu hasilnya.”

    Obrolan kami pun akhirnya berakhir. Hari sudah menuju ke tengah hari. Waktu berlalu begitu cepat. Dan kami pun berpisah kembali ke apartemen kami masing-masing. Namun ini adalah awal dari persahabatan kami berdua.
  • edited August 2008
    Life is a road
    And I want to keep going
    Love is a river
    I wanna keep flowing
    Life is a road
    Now and forever
    Wonderful journey

    I'll be there
    When the world stops turning
    I'll be there
    When the storm is through
    In the end I wanna be standing
    At the beginning with you

    Life is a road and I wanna keep going
    Love is a river I wanna keep going on....
    Starting out on a journey
    Life is a road and I wanna going
    Love is river I wanna keep flowing
    In the end I wanna be standing
    At the beginning with you.
  • edited August 2008
    Selesai Chapter 1

    Mau start chapter berikutnya....................
  • Chapter 2 :

    Can't Take My Eyes Off of You
  • You're just too good to be true.
    Can't take my eyes off you.
    You'd be like heaven to touch.
    I wanna hold you so much.
    At long last love has arrived.
    And I thank God I'm alive.
    You're just too good to be true.
    Can't take my eyes off of you.


    Lantunan nada dari Lauryn Hill membuatku tersadar dari lamunan pekerjaanku. Ada panggilan di handphoneku. ‘Allan’ adalah kata yang tercantum di layer handphoneku.

    “Wei……..”

    “Hi Jason. Gue Allan masih inget? Elo ada waktu ga? I need your suggestion. I got a trouble........I need as soon as possible you can meet me.”

    Ada nada mendesak dalam nada suaranya. Entah apakah sesuatu yang penting itu.

    “Maybe we can meet this afternoon.”

    “Where is the place?”

    “I’ll meet you at your apartment. Sejalan dengan perjalanan pulang gue.”

    “Thanks ko. We’ll meet soon. See you later.”

    “Bubye……”

    “Bubye………”
  • Nada panggil yang kugunakan adalah lagu Lauryn Hill berjudul Can’t Take My Eyes Off of You, mungkin tepat melukiskan perasaanku saat menerima panggilan dari Allan. Tapi mengapa Allan meneleponku. Ada masalah penting apa ya? Dan mengapa dia memanggilku 'ko'? Konsentrasiku dalam mengerjakan tugas-tugas dari kantor tiba-tiba buyar. Waktu untuk menuju pukul 5.00 pm masih menunjukkan empat jam lagi. Harus bisa kembali konsentrasi karena masih banyak tugas yang harus aku selesaikan. Segera kutenggelamkan diriku dalam rutinitas tugas-tugas yang harus kukerjakan dan segera kuselesaikan.

    Tak berasa waktu sudah menunjukkan sore hari dimana aku dapat meninggalkan kantor. Segera kubereskan mejaku dan kututup ruanganku. Kulihat rekan-rekan kerjaku sudah banyak meninggalkan kantor. Ada beberapa yang masih harus menyelesaikan tugas mereka karena dikejar tenggat waktu yang sudah ditetapkan mereka sendiri bersama klien mereka. Segera kukeluar dari kantor dan menuju ke Hung Hom tempat dimana apartemen Allan berada.
  • Dari mobil yang kukendarai kulihat apartemen Allan muncul di balik jalan. Perjalanan yang kutempuh dari kantor menuju apartemen Allan hamper memakan waktu tiga puluh menit. Terjadi kemacetan yang lumayan parah saat jam pulang kantor karena dimana-mana semua orang pulang kerja. Untung di Negara ini pembelian mobil jarang terjadi karena kendala mencari tempat parkir susah dan juga mahal. Sarana transportasi umum pun sudah berjalan baik dan cukup sempurna sehingga tidak banyak orang berduit yang ingin memiliki mobil sendiri.

    Kumasukkan mobilku ke apartemen Allan. Kutekan tombol lift menuju lantai 17 tempat kamar Allan berada. Kutekan tombol bel di depan pintu apartemen Allan sesampainya disana.
  • “Halo Allan?”

    “Hi ko, come in.”

    Aku memasuki apartemen Allan yang bergaya dekorasi modern minimalis. Kulepaskan sepatuku dan menuju ke ruang tamu.

    “Papi dan Mami-mu pergi ya Allan?”

    “Iya, tadi pagi mereka ada panggilan mendadak dari cabang di Shen Zhen. Jadi mereka harus menuju kesana. Namun mungkin besok mereka akan kembali.”

    “So apa masalahmu Allan? Dan mengapa hari ini kau memanggilku ko?”

    “Boleh kan aku memanggilmu ko? Supaya lebih akrab.”

    “No problem sih. So lanjutin apa masalahmu?”

    “Minum dulu ya. Mau bir atau soda?”

    “Soda please”

    Sambil mengambilkan soda dingin dari lemari esnya Allan menceritakan masalahnya.
  • “Setelah pertemuan kita bulan lalu aku melakukan saranmu untuk mendekati Lisa. Lisa adalah gadis yang kuceritakan padamu. Hubungan kami membaik. Saat pertama kusapa dirinya di bus dia menyambut baik salamku. Makin hari kami makin dekat. Dan last Saturday night, aku berhasil mengajak dia keluar untuk berjalan ke Sin Kuang Tai To.”

    Kermudian Allan berhenti sejenak mengulurkan pepsi dingin ke diriku.

    “Terus gimana kelanjutannya?”

    “Saat kami di Sin Kuang Tai To kami bertemu dengan John. John adalah salah satu mantan Lisa yang terakhir. John juga adalah pengawal Lisa paling angker. Dia berpura-pura tersenyum di depan Lisa dan diriku saat kami bertemu. Dan...........”

    Kemudian kulihat ada sinar ketakutan di mata Allan.

    “Dan apa?”
  • “Kami bertemu kemaren. Dia mengancam diriku di toilet.”

    “Sebentar, John bertemu denganmu di toilet?”

    “Ya, aku dan dia berada satu kampus meski kami mengambil subjek yang berbeda.”

    “So........”

    “Dia mengancamku agar menjauhi Lisa. Dia mengatakan bahwa diriku bukan lelaki sejati karena gayaku yang terlalu lembek untuk dibilang lelaki sejati yang dapat melindungi wanita. Kemudian dia memaksa diriku di pinggir tembok. Tubuhnya mendorong tubuhku. Tangannya mencengkeram kerah bajuku. Dia bilang aku banci.............”

    “Kalau hanya itu saja it’s not big problem........”

    “Masalahnya kemudian John menciumku……………………Dan kemudian dia mengatakan ‘Bagaimana rasanya? Nikmat? Itu bukti kamu tidak pantas untuk Lisa.’ Kemudian John meninggalkanku. Untung saat itu di toilet room hanya kami berdua.”

    Sedikit terhenyak diriku. Allan berciuman dengan lelaki?

    “Jadi?”
  • “Gue menikmati saat dicium John. Bagaimana ini ko? Gue bukan homo. Gue bukan pecinta lelaki. Namun saat dicium mengapa gue bisa menikmati?”

    “Elo terangsang?”

    “Ga tau gue terangsang atau ga? Gue ga sempet mikir kaya gituan. Pikiran gue blank, kosong, nothing. So gue shock…………. Gue ga bisa cerita ke papi n mami. Gue ga punya saudara. Hanya elo yang bisa gue anggap sebagai kakak gue and saudara gue………..”

    Diriku bingung dalam menjawab. Kulihat kedua mata Allan yang sembab sedikit mengeluarkan air mata. Perasaan gue bercampur aduk. Antara gembira karena gue bisa mendapatkan teman senasib dan sedih karena adik angkatku mengalami perasaan seperti diriku sebagai penyuka lelaki. Kami sebagai pencinta lelaki sebenarnya tidak menyalahi hokum apapun hanya norma yang ditetapkan masyarakat menekan diri kami sehingga kami dianggap aneh dan melakukan dosa.

    Allan duduk di lantai dekat dinding saat menceritakan kisahnya dan kini dia menundukkan kepalanya menyentuh lututnya sembari menangis sesenggukan. Mungkin perasaan bersalah, malu, bercampur bingung muncul di benaknya. Perlahan kupeluk dirinya.
  • “Bro………..Elo belum tentu homo. Ciuman or kissing is universal. Itu tidak terbatas hanya pada perbedaan gender. Anak perempuan juga sering melakukan kissing di antara sesamanya. Anak lelaki jarang melakukan kissing diantara sesamanya karena perbedaan sifat dan juga norma masyarakat yang mentabukan hal tersebut. Contoh lain adalah berpelukan. Ketika sesame perempuan berpelukan masyarakat menganggap hal tersebut adalah hal wajar dan tidak menabukan hal tersebut. Namun berpelukan sesame laki-laki akan menimbulkan gunjingan dalam masyarakat meski dalam beberapa konteks peristiwa hal ini dapat dikecualikan. So jangan dipikirin ya bro………..”

    Kemudian kulihat Allan mengangkat kepalanya memandang diriku. Kami masih berpelukan. Diriku ingin melindungi dirinya dari cercaan yang ada. Kuamati dirinya………….
    Mata sipitnya yang tajam mencorong........................
    Hidungnya yang mancung menjulang.......................
    Poninya yang tergerai.....................
    Bibirnya yang tipis berisi………………

    Kejadian itu kembali berulang.
    De javu…………..
  • Entah siapa yang memulai kami berciuman. Bibir kami berdua bertemu. Lidah kami saling berpagutan. Ini lebih dari sekedar french kiss........... Nuraniku memberontak. ‘Ingat adik angkatmu’ Namun nafsu telah berbicara. Kami melupakan segalanya.

    Tiba-tiba kutarik diriku. Kulepaskan pelukanku dan kujauhkan diriku dari Allan. Ini salah.........

    “Maafkan koko angkatmu ini.............”

    Kami saling terdiam. Kuberdiri dan menuju ke pintu keluar. Allan bangkit terdiam. Kutatap matanya yang masih shock akibat perlakuanku tadi ataupun tindakan kami. Kukenakan sepatuku dan kulihat Allan hanya termenung memandangku dengan tatapan kosong.

    “Maafkan koko ya………”kembali kuulangi kembali kata-kata itu.

    Tiba-tiba Alan meraih tanganku dan menggenggamnya erat.
  • “Ko jangan tinggalkan aku. Kita tetap bisa berteman kan? Kita lupain kejadian tadi ya......”

    Aku tercengang. Perlahan kupeluk bahunya kembali. Kurangkul dia dengan kedua belah lenganku.

    “Aku yang seharusnya minta maaf bro........ Gue sebagai koko tidak mampu mengendalikan nafsu. Gue benar-benar malu. Sorr......”

    Belum selesai kuucapkan kalimatku, ditahannya bibirku dengan tangannya.

    “Sssst......... Jangan ucapkan maaf ko.......... Ini salah kita berdua.........”
Sign In or Register to comment.