It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Allan menempelkan tubuhnya dan mendorong tubuhku sehingga terhimpit di pintu. Kembali ciuman kami membara mengawali lautan gelora asmara kami berdua. Aku ingin memiliki tubuhnya. Namun aku tidak mau kejadian yang lalu berulang lagi.
Diantara ciuman panas kami kuingatkan dia, “Bro…….. udahan. Aku harus pulang. Sudah pukul 10.00 pm. Besok kita harus melanjutkan kerja. Aku harus masuk kantor dan kamu harus kuliah juga.”
“Baik ko......hati-hati di jalan ya...........”
“Iya bro...........”
“Aku sayang kamu ko..........”
Kemudian dia berlari kembali menuju ke apartemennya. Aku menuju ke dalam lift sambil memandang dirinya. Saat dia membalikkan badan, tatapan kami berdua bertemu dan dalam sekejap pintu lift menutup. Lift menuruni tempat parkir dimana mobilku berada.
Malam ini aku pulang dengan perasaan yang sulit terlukiskan. Bisakah perasaan ini abadi?
“AKU SAYANG AMA KAMU JUGA..................”
I need you baby, and if it's quite all right,
I need you baby to warm a lonely night.
I love you baby. Trust in me when I say it's OK
Oh pretty baby, don't let me down I pray.
Oh pretty baby, now that I found you, stay.
And let me love you,
oh baby let me love you, oh baby....
Karena kesibukan kerjaan jadinya begitu susah menulis.
Sekarang gue lagi tahap pengerjaan chapter 3..........
Well chapter 3 masih bingung kasi judulnya......
Beberapa hari lagi browsing untuk cari data judulnya nih..............
Moga2 dalam minggu ini bisa selesai chapter 3 sehingga bisa gue cepet publikasikan nih..........
Doakan gue ya guys...........
Trims be4..............
Setia
Menjemput kesendirianku
Dan bila pagi datang
Kutahu kau tak disampingku
Aku masih disini untuk setia
“Halo ko, lagi sibuk ya?”
“Iya nih agak sibuk. Kerjaan di kantor lumayan banyak. Tumben kok siang-siang telepon?” Kuusahakan suaraku tetap normal seperti biasanya saat kuterima telepon dari Allan.
“Ko, titi kangen ma koko. Nanti sehabis pulang kerja bisa ke tempat titi lagi?”
“Aduh sorry ya........ Kebetulan kerjaan menumpuk dan mau dateline nih.”
“Ga pa pa ko. Santai aja kanmasih ada waktu. Kapan datelinenya?”
“Lusa nih........ Mungkin sehabis itu ya.”
“Okay ko. I’ll wait.”
Itu adalah telepon pertama yang kuterima dari Allan setelah kejadian malam itu. Aku belum siap untuk bertemu dengannya. Masih goncang dan aku masih setia terhadapmu kekasihku.
“Iya sudah selesai, baru saja kuserahkan. Moga-moga lolos semua.........”
“Kabari ya nanti ko, oke. Titi tunggu kabarnya.”
“Ya. Nanti tak kabari lagi.”
Kemudian.............
“Halo Allan? Sorry ninggalin pesan aja di mesin ini. Gue ada pesta ama bos and rekan-rekan soalnya akhirnya proyek gue diacc. Ini mau berangkat ke restoran. Bubye.....”
Satu hari lagi aku berhasil menghindari pertemuan ini.
“Aku juga minta maaf karena malam kemaren ga telpon.”
“Ga pa pa ko. Nanti malam ada waktu ko?”
“Kayanya aku ga bisa soalnya ini hari Jumat sehingga kerjaan akhir pekan harus aku selesein agar besok bisa istirahat.”
“Oh gitu ya. Kalo besok sabtu ada rencana?”
“Mau hang out ama teman-teman. Ini rencana mau mancing ikan. Kebetulan ada teman yang lagi menyewa kapal. Jadi kesempatan weekend bareng-bareng teman sekantor n keluarga nih.”
“Gitu ya ko. Titi kangen......”
“Sabar ya...........”
“Koko kalau besoknya ga bakalan keluar kan?”
“Seharusnya ga soalnya aku bakalan capek.”
“Titi perlu bicara ama koko.”
“Seriusnya..........”
“Iya ko. Ya udah ampe besok minggu ko.”
Dan satu hari lagi berhasil kujaga kesetiaanku kepadamu kekasih hatiku. Aku mencoba untuk setia.
Minggu pagi, sesaat aku bangun dari tidurku, I feel got a fever. Suhu tubuhku serasa meninggi. Aku harus menelpon Allan untuk membatalkan rencana kami bertemu dan akan kukatakan kalau demam menyerangku.
KRINGGGGGGGGGGG......
“Halo Ko....” seraut wajah ceria yang kukenal dan kupikirkan akhir-akhir ini menyapa dari balik pintu.
“Ga ada masalah kok ko. Cuman kepengen datang pagi saja dan melihat rumah koko seperti apa?”
Terpaku aku mendengar alasannya yang agak dibuat-buat.
“Jadi titi boleh masuk dan melihat rumah koko ga?”
“Boleh. Masuk saja. Sorry aku belom sempet membersihkan rumah jadi masih berantakan. Btw aku cuci muka dulu ya, baru bangun nih.”
“Santai aja ko. Sorry titi ganggu koko pagi-pagi.”
“Tunggu saja di ruang tamu ya. Itu remote Tvnya. Kalau mau ganti channel bisa kan?”
“Tenang saja ko, dah peergi dulu gosok gigi. Masih bau tuh........”
“Sebentar ya..........”
Kutinggalkan Allan di ruang tamuku sendirian menikmati TV yang dia pilih channelnya sendiri. Kusiramkan air mengguyur mukaku yang masih kusut. Bagaimana aku dapat menghadapinya kekasih hatiku. Aku tergetar oleh pesona Allan. Mampukan aku bertahan kesetiaanku terhadapmu? Aku akan selalu mencoba setia kepadamu, kekasih hatiku.
“Lagi nonton kartun nih. Ga tau ga ada acara yang bagus. Jadi iseng saja nonton yang ringan-ringan.”
“Kenapa pagi-pagi kamu datang ke tempatku?”
“Kangen ko. Titi merasa koko akhir-akhir ini menghindari titi ya. Tidak seperti dulu. Sejak kejadian malam itu titi merasa ada jarak antara kita. Kenapa ko?”
“Koko benar-benar sibuk minggu ini. Maafkan koko yang kurang memperhatikan titi ya. Kejadian malam itu bukan masalah besar kok,” dustaku cukup meyakinkan.
“Ko, bilang saja terus terang pa sebenarnya yang mengganjal pikiran koko?”
“Ga ada ganjalan apapun.”
“Koko sayang titi ga?”
Termenung aku mendengar pertanyaan itu. Bagaimanakah aku haruis menjawab. Disatu pihak aku sudah berjanji untuk setia namun di lain pihak perhatian Allan mencuri sebagian hatiku.
Tiba-tiba Allan bangkit dari tempat duduknya menuju diriku dan dalam sekejap bibir kami kembali bertemu. Rasa ini sudah lama sekali terpendam. Gejolak jiwa membuncah membangkitkan rasa di dasar lubuk hati. Enam tahun lamanya kita berpisah kekasih hatiku. Dan selama itu tidak ada seorangpun yang mampu membangkitkan perasaan yang kupendam hanya bagi dirimu seorang. Namun kini dalam hitungan kejapan mata seorang anak muda mampu menggantikan bayanganmu kekasih hatiku.
Kupeluk erat Allan. Kami berdua tidak ingin berpisah. Bibir kami menyatu begitu juga dengan tubuh kami berdua. Itu hanyalah ekspresi rasa sayang kami berdua. Namun dari dasar lubuk hatiku mempertanyakan dimanakah kesetiaan yang selama ini kupendam bagimu kekasih hatiku.
“Ti, cukup.” Kupaksakan diriku menjauhi dirinya. “Kita jadi pergi makan siang tidak?”
“Koko belum ganti tuh. Ganti sana, terus kita berdua makan. Mau makan di Ocean Park?”
“Ocean park?”
“Ya kita coba saja.”
Kemudian aku menuju ke kamarku dan bersiap-siap mengenakan baju yang pantas. Bisakah ini disebut kencan? Baju apa yang sepatutnya kukenakan? Kuambil pakaianku yang kasual dan celana jeans.
Debaran perasaan ini. Sulit, betul-betul sulit. Bisakah aku menghindarinya? Namun keinginanku dari dasar lubuk hatiku mengatakan lain. Aku ingin berkencan bersama Allan, aku betul-betul ingin bersamanya menghabiskan hari ini. Aku ingin mencoba mengenalnya. Tapi aku masih teringat janjiku kepadamu pujaan hatiku. Aku akan mencoba setia bersamamu apapun yang terjadi. Perpisahan kita sudah lama berlangsung enam tahun yang lalu namun janji ini masih selalu baru di dalam hatiku.
Tersadar dari lamunanku segera kuselesaikan. Kupatut diriku di depan cermin dan kulihat kemeja lengan pendek yang kukenakan cukup untuk hari ini pergi bersama Allan. Warna putih dipadukan dengan celana jeans biru dari Levis cukup kasual dan pantas tidak terlalu bergaya kuno.
“Ayo ti, koko siap sekarang.” Ajakku pada Allan yang sembari tadi gelisah menunggu di ruang tamuku.
“Ko, keyen.................. Cool banget nih.”
“Kamu bisa aja. It’s juat ussual. Tidak ada yang baru.”
“Biasa lihat koko dengan baju kasual, kini pakai jeans lain kelihatannya. Baju koko juga tidak kedodoran. Menarik melihat koko kaya begini.”
“Sudah ah emang kamu mau jadi desainer pakaian sampai sedetil itu kamu perhatian. Ayo kita ke Ocean Park sekarang.”
“Hore............. Akhirnya bisa pergi sama koko..............” Allan melonjak kegirangan di sampingku sambil memegang tanganku. Tawa lebar menghiasi wajahnya.