It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
“Kak Erwan” Ucapku yang berada tepat dibelakang Kak Erwan. Kak Erwan berbalik kearahku dan menatapku. “Aku gak menemukan tas dan barang-barangku di tenda kelompokku” Lanjutku
“Tas dan barang-barangmu udah dipindahin ke tenda aku” Ucap Kak Erwan sambil menunjuk salah satu tenda berukuran lebih kecil dari tenda-tenda lainnya.
“Aku mau pipis lalu sikat gigi, Kak”
“Ya sudah, yuk aku antar”
“Jangan, Kak. Kak Erwan kan lagi sibuk ngurusin persiapan buat nanti acara api unggun”
“Terus, nanti kamu diantar siapa? Aku gak izinin kamu pergi sendirian”. Ucapan Kak Erwan benar juga, aku mana berani pergi sendiri. Belum aku menjawab pertanyaan Kak Erwan, seseorang datang.
“Biar aku yang antar dia” ucap seseorang di belakangku, Kak Erwan menatap kearah orang tersebut begitupun aku yang langsung berbalik melihat siapa orang yang ada di belakangku. “Sekalian aku juga mau BAB” Lanjutnya. Aku hanya diam menatap kearahnya, kenapa Kak Ardit selalu saja mengusik hidupku.
“Oke kalau gitu. Dit jaga si Al ya.” Ucap Kak Erwan tanpa menunggu jawabanku mau atau tidak.
“Aku gak mau, Kak” ucapku menolak.
“Kalau kamu gak mau, kamu gak boleh pergi kemanapun. Kamu tahu? pas tadi kamu tesesat, Arditlah orang pertama yang panik dan menanyai setiap orang. Jadi aku percaya sama dia bahwa dia bisa jaga kamu”.
“Tapi Kaaa” eluhku, namun aku gak bisa menolak juga karena aku sudah kebelet pengen buang air kecil. Aku hanya menghela nafas. aku berjalan menuju tenda yang di tunjuk sama Kak Erwan tadi dan menemukan tasku. Aku mengambil sikat gan pasta gigi dan keluar berjalan menuju selokan kecil di bawah lereng gunung. Disampingku berjalan sosok manusia aneh yang hobinya mempermainkan perasaan orang. Jujur saja yah, aku kagum sama sosok Kak Ardit ini, tapi kelakuannya yang bikin aku gak tahan dekat-dekat dengannya. Dia selalu egois dan gak peduli sama orang lain. Dia bahkan ditakuti sama siswa/i di sekolah. Jika saja dia baik hati kayak Kak Erwan, pasti banyak orang yang mau dekat dengan nya.
Sampai di selokan kecil, aku mengeluarkan pusakaku dan pipis disitu, aku membiarkan semua air yang berada didalam tubuhku keluar dengan tenang. Aku gak memperdulikan Kak Ardit yang dari tadi melihat kearahku. Selesai pipis, aku lalu berniat menggosok gigi. Namun sebelum itu, Kak Ardit membuka celananya dan mengeluarkan barang pusaka miliknya di depan mataku. Sontak aku berteriak dan berbalik membelakanginya.
“Lo, kenapa?” tanya Kak Ardit yang kedengarannya sedang mengeluarkan air seninya.
“Kak Ardit kenapa buka celana di depanku?”
“Lo, emang kenapa? Tadi lo buka celana depan gue, gue biasa aja”
“Iya itu beda. Aku kan masih kecil, jadi aku masih gak apa-apa”.
“Al, kita cuman beda setahun, so? Apa bedanya?”
“ya tetap bedalah. Lagipula aku kan masih marah sama Kak Ardit”
“Marah?” ucapnya
“I..iya” Jawabku kikuk.
“Lo marah sama gue? Pantesan akhir-akhir ini Lo jauhin Gue” ucapnya. “Kenapa lo marah sama gue?” tanya dia polos. Aku mengerlikkan mata, kesal. Masa dia se WATADOS itu. Apa dia lupa tentang taruhan yang dia buat waktu itu. “AL” teriaknya kemudian membalikan tubuhku supaya menghadap kearahnya. “Kenapa Lo marah sama Gue?” lanjutnya.
“Kak Ardit pengennya apa sih, Kak? Permainan apa lagi yang ingin Kak Ardit lakukan? Apa gak cukup hanya dengan bikin taruhan konyol?” Ucapku tanpa disadari, Kak Ardit hanya diam dan aku lekas pergi meninggalkannya.
@lulu_75 @gelandangan @cevans @o_komo @awi_12345 @bayu15213 @gravitation @Aurora_69 @Cleisso @Gabriel_Valiant juga @Riyand
@lulu_75 @awi_12345 @Aurora_69
Semoga selalu penasaran dengan kisah selanjutnya...
Jangan lupa like. ..
Tapi yang ngelike nya masih dikit...
Hehehe
Makasih bagi yang udah like
“Kamu gak apa-apa?” tanyaku mendekatinya.
“Kamu kenapa gigit aku sih, Al?” ucapnya
“Lagian siapa suruh kamu nakut-nakutin aku kayak gitu”
“Ya, aku kan Cuma bercanda, Al”
“Iya, deh. Maafin aku” ucapku memasang muka bersalah. Selanjutnya kita berdua berjalan menuju perkemahan.
Di tempat perkemahan aku menemui Kak Erwan berniat ingin mengajak dia tidur karena sungguh aku takut kalau tidur sendiri. Disampingku masih ada Arsya yang dari tadi berjalan bersamaku.
“Kak Erwan?” Seruku ke Kak Erwan saat aku berada di belakangnya.Kak Erwanpun berbalik dan tersenyum melihatku.
“Iya, Al?”
“Kak Erwan kapan tidur? Aku udah ngantuk”
“Aku masih harus nyiapin buat persiapan api unggun buat nanti, kamu tidur duluan aja, gak apa-apa”.
Aku masih terdiam di tempatku berfikir apa aku akan berani untuk tidur sendiri. Mending aku tidur ditenda kelompokku karena disana banyak orang.seperti mengetahui apa yang aku fikirkan, Kak Erwan tersenyum dan menatap Arsya.
“Arsya, kamu bisa temanin si Al? Mungkin dia takut kalau tidur sendiri” Ucap Kak Erwan ke Arsya yang di balas dengan anggukannya. “Sekarang kamu bisa tidur tenang, karena Arsya pasti jaga kamu”.
Aku dan Arsya bejalan menuju tenda yang seharusnya tempat Kak Erwan beristirahat, Namun karena Kak Erwan yang minta agar aku tidur di tendanya, jadi deh malam pertama aku akan tidur di tendanya dengan ditemani Arsya.
Kadang aku merasa kalau Kak Erwan terlalu baik sama aku, dia terlalu memperlakukanku istimewa, sehingga aku jadi tak sungkan untuk meminta bantuan padanya. Terkadang siswa lain malah takut sama Kak Erwan, mungkin lebih ke canggung,karena sebagai ketua osis juga pengurus pramuka, Kak Erwan termasuk sosok yang bijaksana, tegas juga tak menerima toleransi tanpa hukuman. Dia juga termasuk orang yang otoriter, tapi yang aku rasa, Kak Erwan adalah sosok yang baik, perhatian, rela berkorban, setia dan lain sebagainya. Sosok Kak Erwan sudah melekat dalam diriku menjadi seorang Kakak yang senantiasa membantuku kapanpun aku membutuhkannya.
Arsya sendiri menurut aku orangnya baik, pake banget malah. Masih ingat kejadian hidungku kena bola, dan Arsya pergi buru-buru? Ternyata kata Dadan Arsya itu menemui Erik dan membalas kelakuan Erik sama aku, Arsya menendang bola ke muka Erik meski tak sampai berdarah. Kata Dadan tadinya si Arsya mau nonjok Erik, tapi Dadan mencegahnya karena Arsya pasti akan bermasalah sama guru BK. Sebenarnya tak ada satupun siswa se angkatanku yang berani sama Arsya, selain Arsya itu jago olahraga dia juga jago bela diri. Tapi Arsya orangnya gak suka cari masalah sama orang, dia lebih suka stay cool. Namun terkadang dia suka kepedean terutama di depanku, dia selalu menunjukan bahwa dia lebih bisa dibanding aku, meski dalam beberapa hal aku lebih unggul dari dia terutama di mata pelajaran. Tapi apapun itu, Arsya tetap menjadi sosok yang aku kagumi sebagai apapun dia.
“Gak, apa-apa ko, Sya” jawabku sambil tersenyum. Aku membaringkan badanku disebelah Arsya. Aku menjadikan tanganku sebagai bantalan kepala, berbaring menyamping kearah Arsya. Dia menolehkan kepalanya menghadapku dan tesenyum.
Cukup lama kita saling bertatapan, aku menatap wajah tampannya, sejenak aku berpikir saat pertama kali aku melihatnya betapa kagumnya aku sama sosok Arsya, setiap melihat senyumannya membuat detak jantungku berdegup kencang. Tapi kali ini hatiku telah berkhianat, jujur saja selama aku menjauhi Kak Ardit, aku malah jadi sering memikirkan dia, mulai dari tingkah lakunya, penampilannya, omongannya juga tatapannya yang terkadang terdapat suatu yang disembunyikan dibalik mata tajamnya itu. Jantungku yang dulu sering meloncat bila dekat si Arsya, sekarang beralih sama Kak Ardit. Semakin aku berusaha membenci Kak Ardit, semakin pula aku memikirkan semua tentang dia.
Aku memejamkan mataku mencoba memasuki alam bawah sadarku hingga aku terlelap dalam kediaman berdua bersama sang bintang sekolah tahun ini.
Perkemahan kemarin membuat seluruh tubuhku terasa remuk, bayangkan saja aku tidur hanya beralaskan tikar plastik, kegiatan yang tiada hentinya mulai dari permainan-permainan yang menguras tenaga sampai ada kegiatan hiking yang mengharuskan kita semua berjalan ke beberapa posko dan masih diberi tantangan pula. Belum lagi makanan yang di buatkan panitia yang rasanya hambar, toilet yang jauh bahkan lebih tepatnya selokan besar, nyamuk dimana-mana meski siang hari dan masih banyak lagi keluahan-keluhanku saat perkemahan kemarin. Alhasil hari ini aku kesiangan bangun dan kena marah sama Nenekku karena ketinggalan sholat subuh. Kemarin aku sampai rumah sore hari, aku lagsung membersihkan diri. Selepas shalat isya tidur, dan bangun-bangun sudah pukul 11 siang. Untung ini hari dispensasi, jadi sekolah diliburkan.
Aku duduk di teras rumahku sambil memainkan game di hapeku. Di rumah aku tinggal dengan Nenek, Kakek juga Bibiku anak bungsu dari nenekku. Ibu sama ayahku tinggal di rumah mereka yang letaknya cukup jauh dari tempat tinggalku, aku tinggal dirumah nenekku karena dia memintaku untuk menemani mereka.
“Al, seru gak kemarin?” Tanya bibiku yang sudah duduk manis di sampingku. Bibi ku berusia 3 tahun di atasku, dia juga masih sekolah dan sekolahannya gak jauh dari sekolahku bahkan sangat dekat. Dia SMA kelas 1 dan sekolahnya tepat di depan sekolahanku.
“Biasa aja, Bi” jawabku yang masih serius memainkan game.
“Masa sih? Katanya ada yang kesurupan?”
“Bibi tahu dari siapa?”
“Kan bibi kenal deket sama Pak Adi, dia yang ngasih tahu bibi”
“Kok bibi kenal sama Pak Adi?”
“Al, bibi kan dulu sekolah disana juga, otomatis bibi kenal dan punya kontak semua guru yang kece” Ucapnya sambil cengengesan, aku mendengus kesal karena si bibi mengalihkan konsentrasiku dan alhasil aku gameover. Aku menoleh kearahnya dengan tatapan kesal. Dia hanya tersenyum bersalah. “Jadi bener gak ada yang kesurupan?”.
“Iya”
“Gimana ceritanya?”
#flashback on
Waktu untuk tidur telah selesai, semua siswa dibangunkan dan disuruh berkumpul dan berbaris di depan tenda masing-masing. Sebelumnya kami disuruh membawa dasi pramuka dan kemudian mengikatnya menutupi mata sehingga kami tak bisa melihat apa-apa. Aktivitasnya hampir sama dengan pas saat malam MOS dulu, namun karena ada sesuatu terjadi denganku, aku tak tahu apa yang selanjutnya terjadi waktu itu.
Tak lama ada seseorang yang menarikku menyuruhku untuk mengikutinya, aku melangkahkan kakiku mengikuti arahannya, aku tak tahu kemana orang ini akan membawaku, aku fikir semua peserta juga diperlakukan kaya gini. Saat dalam perlajanan orang yang membawaku selalu memberi aba-aba seperti awas ada lubang, awas ada genangan air dan sebagainya namun aku dengan bodohnya mengikuti instruksinya dan melompat, padahal saat itu sedang musim kemarau, mana mungkin ada genangan air. Bodohnya aku...