BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Semua Tentang Kita

18911131417

Comments

  • ternyata benar emang suka Ka Ardit ...
  • Do'ain yaa supaya author nya cepet sembuh biar di lanjut lagi ceritanya
    Lagii sakiit nihh ...
  • Semoga lekas sembuh ya authornya biar kita bisa cepat baca lagi yang banyak dan panjanggggg
  • Semoga cepat sembuh..
    moga cepat dilanjut
  • belum di lanjut ya ... semoga lekas sembuh ...
  • Thankx,,
    Ntar sore i.allah post kelanjutannya...
    @gravitation minta yabg panjang nulu nih, hihihi
  • Wah gw gak denger d panggil ksini... Hehe thanks for mention
  • Baru sempat baca malam ini.... Jadi meleleh waktu bagian k ardit nyanyiin kagu utk seseorang( menurut gue itu udah pasti buat si Al, iya kan??
  • Semua sangga sudah menampilkan perwakilannya, dan sekarang semua siswa di perbolehkan kembali ke tenda sambil menunggu adzan subuh. Aku menoleh ke Arsya, namun dia tanpa pamit sama aku langsung pergi meninggalkanku dan masuk ke tenda sangganya, padahal semalam dia tidur di tenda Kak Erwan bareng aku,namun sekarang dia malah ninggalin aku dan masuk ke tenda sangganya. Kelihatannya dia marah sama aku. Tapi kenapa??

    “Kamu gak balik ke tenda?” seseorang dibelakangku bertanya dan aku membalikan tubuhku untuk menjawab pertanyaannya.

    “Aku gak ngantuk, Kak”

    “Ouh, Kamu tidur di tenda si Erwan, kan?”

    “Iya, Kak”

    “Aku lihat si Erwan kayaknya capek banget, barusan aku lihat dia terburu-buru ke tenda, semaleman dia ngurusin kegiatan dan patroli buat jagain kita semua. Katanya dia khawatir kalau sampai ada hewan buas yang mendekat ke arah perkemahan kita, padahal aku yakin bahwa disini gak ada hewan buas, palingan ya sekedar ular atau hewan melata lainnya”

    “Kok Kak Ardit tahu kalau Kak Erwan gak tidur semaleman? Berarti Kak Ardit juga gak tidur, dong?”

    “Aku nemenin si Erwan, kasian kalau dia harus patroli sendiri”

    Aku menganggukan kepalaku dan melihat sekeliling, disini tinggal beberapa siswa yang masih menikmati hangatnya api unggun sedangkan yang lainnya sudah masuk ke tenda dan pada tidur. Acara kesurupan tadi yang cukup merepotkanpun sudah bisa di tangani dan para guru menghimbau bahwa kami semua dilarang untuk bicara sembarangan juga melamun. Mungkin tujuannya supaya para penghuni hutan (baca:makhluk astral) ini tidak merasa terganggu. Aku menundukan kepalaku sambil berfikir tentang kelakuan Kak Ardit barusan. Dia terlihat lebih lembut, bahkan dia pake bahasa aku-kamu padahal sebelumnya dia selalu pake Lo-Gue. Entahlah semoga dia akan selamanya seperti itu.

    “Kamu kenapa melamun?”

    “Enggak kok, Kak. Cuman lagi mikirin sesuatu aja”
    “Mikirin apa?”
    “Sejak kapan Kak Ardit peduli sama urusan orang?”
    “Aku selalu peduli sama urusan orang, selama orang itu kamu”
    Ucapan Kak Ardit membuatku melongo. Apa aku salah dengar? Barusan Kak Ardit bilang kalau dia peduli sama aku? Ah mungkin ini salah satu cara dia untuk menjebakku lagi. Aku jangan terpengaruh.
    “Al”
    “Hmm” ucapku tanpa melihat kearahnya.
    “Aku mau minta maaf atas kesalahanku, kamu benar tentang taruhan itu”
    Mendengar ucapan Kak Ardit buatku tersentak padahal aku sebelumnya sudah tahu. Tapi entah mengapa mendengar Kak Ardit mengakuinya langsung seperti ini membuat hatiku sangat sakit. Aku menundukan kepalaku mencoba menahan air mataku.
  • “Aku melakukan taruhan konyol itu karena teman-temanku yang memaksa, awalnya emang aku hanya menganggap kamu hanya bahan mainan. Tapi setelah aku dekat dengan kamu, aku tahu semuanya tentang kamu, aku tertarik untuk bisa lebih dekat dengan sosok Al Yudhistira. Dan setelah itu entah mengapa hanya dalam sekejap hatiku selalu merasakan hal aneh saat aku dekat dengan kamu, Al. Aku selalu sakit jika melihatmu dekat dengan orang lain terutama si Arsya. sudah beberapa minggu ini aku mencoba mendalami apa yang aku rasakan ke kamu, dan aku sampai kepada kesimpulan bahwa aku ingin selalu dekat dengan kamu, aku ingin selalu ada buat kamu, aku gak mau jauh dari kamu. Entah kamu mau menganggapaku apa, tapi aku sayang sama kamu, Al” ucap Kak Ardit panjang lebar dan membuat seketika air mataku jatuh padahal aku gak tahu kenapa. Harusnya aku senang dengan pengakuannya tapi hatiku masih terganjal dengan seseorang yang tadi dia nyanyikan lagu khusus. Siapa orang itu, Kak? “Kamu nangis? Apa aku salah mempunyai rasa sayang ini?” tanya Kak Ardit dan aku menggelengkan kepalaku.

    Aku mencoba menenangkan diri dan mencoba menatap kedua mata Kak Ardit mencoba mencari kebohongan di matanya dan raut wajahnya tapi tak kunjung kutemukan.

    “Kak Ardit gak coba membohongiku, kan? Sudah cukup Kak Ardit membuat aku selalu berharap. Aku gak mau kalau akhinya Kak Ardit hanya jadiin aku bahan taruhan kayak dulu”

    “Aku gak pernah berkata selain dengan apa yang ingin aku katakan. Waktu dulu aku mencium kamu, itu juga karena aku memang ingin melakukannya sama kamu”

    “Tapi Kak, tadi kan Kak Ardit bilang kalau Kak Ardit sudah punya orang spesial”

    “Kapan aku bilang?”

    “Tadi pas Kak Ardit menyanyikan sebuah lagu”

    “Hahahahaha”

    “Kok Kak ardit malah ketawa?”

    “Aduh, Al-Al... lagu itu buat kamu, masa kamu nyangkanya lagu itu buat orang lain”

    “Beneran?”

    “Iya lah. Aku kan bilang aku ingin minta maaf atas kesalahanku yang sudah membuat permainan konyol. Dan seumur hidupku hanya kamu yang pernah aku jadiin bahan taruhan sialan itu”

    Aku melongo mendengar pengakuan Kak Ardit, jadi orang yang aku selalu tanyakan dari tadi jawabannya adalah diriku sendiri?

    “Jadi gimana, kamu mau jadi orang yang spesial di hatiku?” Ucap Kak Ardit mendekatkan wajahnya, aku melirik kesana kemari dan tidak ada siapapun, sepertinya semuanya sudah balik ke tendanya masing-masing.

    “Tapi, aku cowok, Kak. Dan Kak Ardit juga Cowok”

    “Kalau aku sudah ngungkapin semua perasaanku sama kamu berarti aku sudah memikirkan bahwa aku gak mempermasalahkan hal itu. Apapun kamu, siapapun kamu, bagaimanapun kamu aku tetap menyukaimu” waah Kak Ardit semakin dekat dengan wajahku dan aku memejamkan mataku. Namun tak ada yang terjadi, aku membuka mataku dan menatap Kak Ardit hanya menatapku. “Aku gak akan cium kamu sampai kamu menerima aku”.

    “Aku.....”

    #flashback Off
  • “Jadi kamu gak tahu siapa yang kesurupan?” tanya bibiku yang masih diam setelah ku ceritakan semua cerita perkemahan kemarin.

    “iya” jawabku polos.

    “Hmzz, tapi tunggu kata kamu, kamu di tembak cowok? Apa kamu gak salah ngomong?”

    “Enggak, bi. Dia beneran nembak aku”

    “Tapi kan kamu cowok, Al”

    “iya aku tahu”

    “terus kamu nerima dia? jangan bilang kalau kamu nolak”

    “Kok bibi bilang gitu?”

    “Soalnya bibi penasaran dengan kisah cinta sesama, Al. Di sekolah bibi juga ada yang kayak gitu, tapi sesama cewek. Bibi gak apa-apa kalau kamu jadian sama cowok itu, yang penting dia bisa jaga kamu dan kamu gak dibully sama temen-temen kamu lagi juga selama dia gak ngelakuin hal-hal aneh, karena kamu masih kecil dan belum pantes kalau harus sampai melakukan hal yang orang dewasa lakukan”

    “Bibi kenapa sih? Ya gak bakan atuh bi. Aku juga tahu batas-batas, kok”

    “Iya syukur kalau begitu bibi percaya sama kamu, kok.”

    “Jadi bibi dukung aku?”

    “Selama kamu bahagia dan gak ngelakuin hal-hal di luar batas wajar, bibi sih fine-fine aja.”

    “Hmmmm”

    “Tapi kamu kan belum cerita bahwa kamu nerima dia atau enggak?”

    “Akuu.....”
  • Happy reading, jangan lupa like and comment
Sign In or Register to comment.