It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Cpet lnjut y bro
Apalah. Itu urusan mereka berdua ..
Ditunggu lanjutannya kak
@josiii makasi udah membaca. Thanks buat sarannya. Percakapannya komo bikin seperlunya sesuai kebutuhan cerita. Jadi maaf kalo percakapannya agak pendek
@Yirly makasi udah membaca. Ditunggu aja kelanjutannya.
@Daser hahaha, kasihan dong Alfa kalo cuma dianggep temen sama Arsha *tepuk bahu Alfa* :v
@kikyo kebayang kalo beneran Alfa sampe dilepeh sama Arsha. Galau berat deh lu, Fa :v *ditimpuk Alfa*
Hahaha... pasti bakal diinget kok mentionnya :v
@tianswift26 makasi udah membaca :v
@lulu_75 Haha, semoga aja bisa terus akrab mereka :v Mungkin di part selanjutnya bakal terkuak misteri si Arsha *eh? :v
@William_Earthlings12 ok. Makasi udah membaca :v gak apa - apa kok kalo lebih suka Alfa sama Jimmy :v *ditabok Icha *eh? :v
BAGIAN #2
Aku udah nggak sabar lagi buat sekolah sekarang. Yup, apa lagi alasannya kalo bukan untuk ketemu Arsha. Tumben - tumbenan dia datang agak telat. Aku masih menunggu di parkiran dan sekitar lima belas menit kemudian Arsha datang dengan motornya. Wah, tumben - tumbenan dia bawa motor.
"Tumben nggak jogging, Fa?"sapaku padanya. Dia terkekeh sambil melepas helmnya.
"Tadi buru - buru soalnya. Aku pikir telat"balasnya. Dan aku cuma balas ooh panjang.
Aku dan Arsha segera ke kantin buat sarapan. Kami ngobrol seperti biasanya di sepanjang jalan menuju kantin. Atmosfirnya sama saja seperti biasanya. Tidak ada yang terlalu berubah. Arsha duduk di bangku favorite kita berdua dan untuk kali ini aku yang pesen makanan.
Aku duduk di bangku depan Arsha. Kulihat dia sedang mengetik sesuatu di handphonenya. Aku menahan diri untuk nggak kepo tentang apa yang dia lakukan. Handphone Arsha berdering. Dering khas pertanda sms masuk. Otomatis aku nggak bisa menahan rasa ingin tahuku.
"Pagi - pagi udah smsan aja"sindirku. Dia tergelak.
"Apaan, sih, Fa"dan pesanan kita datang beserta minumannya. Aku memicingkan mata saat handphonenya berdering lagi.
"Nah, lho bunyi lagi"sindirku dan dia segera menuliskan balasan sms. Aku mencoba mengintip tapi Arsha menutupi handphone dengan tangan.
"Aish, Alfa kepo"
"Coba, liat, Sha. Pasti dari pacar kamu, ya?"tanyaku lagi. Wajahnya pias dan menggeleng.
"Nggak. Cuma temen, kok"jawabnya datar.
"Kalo cuma temen kasih aku liat, dong" pintaku.
"Eh, nggak"
"Oh, kamu udah main rahasia - rahasiaan sama aku sekarang. Oke, fine"kataku pura - pura tak berminat dan memilih untuk makan. Arsha menyuapkan sesuap makanan ke mulutnya. Kami diam sebentar.
"Itu cuma sms temen, kok, Fa"katanya memulai. Aku masih pura - pura nggak perduli. Ku sedot minumanku. Sekarang dia menatapku dengan ekspresi aneh. Bagiku, ekspresinya itu lucu. Aku tersenyum dalam hati.
"Lagian, nggak ada sms apa - apa, kok. Cuma say hello aja"
"Kalo cuma say hello kenapa harus ditutupin?"tanyaku dan dia membalas dengan enteng. "Privasi" sambil menyodorkan handphonenya padaku.
Aku mengambilnya dan membaca sms itu. Bener apa kata Arsha cuma say hello dan tanya kabar doang. Nggak lebih. Yang membuatku tersentil adalah nama temannya itu.
"Icha? Teman kamu namanya Icha?"tanyaku dan dia mengangguk.
"Kenapa? Dulu dia itu temen SD ku"
"Nggak apa - apa, sih. Aku juga soalnya punya temen namanya Icha"
"Oh, gitu. Lagian nama Icha, kan pasaran"sahut Arsha bercanda. Aku terkekeh pelan. Bel pelajaran berbunyi. Aku dan Arsha segera menandaskan makanan kami. Selesai membayar handphoneku berdering tanda sms masuk. Wajah Arsha menyeringai.
"Siapa, tuh?"tanyanya jahil. Aku membuka sms itu.
-entar sore ketemuan gimana?-
Dari Randi.
Arsha mencoba melihat sms yang masuk.
"Nggak ada apa - apa, kok, Sha"
"Kalo nggak ada coba lihat?"tanyanya. Apa aku kasih tahu aja Arsha mengenai sms dari Randy?
Nggak lucu Alfa!
Kantin mulai sepi sekarang. Murid -murid yang lain pasti sudah masuk ke kelas.
"Aku udah kasih liat sms aku ke kamu. Sekarang giliran kamu kasih liat smsmu"katanya dan aku mengangguk lemah. Ku angsurkan handphoneku dan saat Arsha hendak mengambilnya aku segera berlari menjauh.
"Mau tauu aja"kataku sambil terkekeh
Saat jam pulang sekolah aku dan Jimmy segera menuju parkiran. Arsha membunyikan klakson dan pamitan pulang padaku juga Jimmy.
"Hati - hati"kataku dan dia balas mengacungkan jempol. Setelah motor Arsha menghilang di kejauhan Jimmy menudingku.
"Tumben target lu naik motor ke sekolah"
"Buru - buru katanya. Biar nggak telat ke sekolah"sahutku dan Jimmy mengangguk saja.
Sampai di rumah aku langsung menuju kamarku. Jimmy yang berjalan di belakang sedang asyik dengan handphonenya. Dari dering handphonenya, sih kayaknya dia lagi chating di line. Keadaan rumah lagi sepi. Seperti biasa bapak sama ibu pasti kerja. Sementara si tiang listrik kuliah.
"Welcome to my world"kataku sambil merebahkan diri di kasur. Jimmy menyusul dengan melompat dan melempar tubuhnya di sebelahku.
"Jim, kalo kasurku jebol kamu harus tanggung jawab!"ketusku dan dia cuma tertawa. Aku sibuk mengamati Jimmy yang sedang chating dengan 5 cewek sekaligus. Jari - jarinya mengetik balasan kilat.
"Biar efisien"katanya. Aku juga iseng memainkan handphoneku. Icha update status di Facebook kalo dia lagi kencan. Aku menyodorkan handphoneku agar Jimmy juga melihatnya. Dia tersenyum simpul.
"Biarkan dia bahagia"katanya
Tak lupa aku like dan komentari statusnya.
Jimmy bersiul saat aku mengganti seragamku dengan kaos oblong dan celana pendek motif batik. Selesai ganti baju aku kembali tidur - tiduran dikasur.
Sedetik kemudian handphoneku berdering nyaring. Aku segera mengambil handphoneku dan menemukan nama Randy di layar handphoneku. Jimmy menaikkan sebelah alis.
Ada apa ya?
Telpon itu pun kuangkat.
"Hallo?"
"Kamu dimana sekarang?"tanyanya tanpa basa - basi. Ditodong seperti itu aku tentu saja gelagapan. "Dirumah"
"Aku kesana sekarang"katanya dan segera alarm peringatan berdering di kepalaku.
"Jangan! Memang ada apa, sih?"tanyaku protective. Jimmy memperhatikanku. Dia memberi isyarat untuk 'loudspeakear' dan kulakukan.
"Aku mau ajak kamu jalan - jalan, kan?"katanya lagi. Jimmy tak bereaksi.
"Sekarang aku belum siap. Nggak bisa"
"Trus kapan kamu siap? Kapan kamu bisa?"serbunya. Aku menatap Jimmy minta bantuan. Dia membisikiku.
"Belakangan ini aku sibuk, Ran. Belum tahu ada waktu luang apa nggak"
"Sibuk apaan, Fa? Waktu itu kamu setuju aku ajak. Tapi tiba - tiba kamu batalin gitu aja"katanya terdengar frustasi. Jimmy mengirimiku isyarat 'nah lho PHP kamu, Fa'
Bahuku mencelos. Sekarang aku harus mencari - cari alasan yang bagus.
"Ya, sibuk. Ulangan, tugas, makalah. Aku batalin kan, karna aku sakit, Ran"
"Tapi sekarang kamu nggak sibuk, kan? Kamu di rumah, kan? Yuk, jalan sebentar aja. Nggak sampai malem, kok"rayunya padaku. Gimana, nih? Terima apa nggak?
"Iya, aku emang di rumah. Tapi aku lagi buat tugas kelompok sama Jimmy. Ya, kan Jim?"kataku sambil mengedipkan mata padanya. "iya"sahut Jimmy. Terdengar jeda di seberang.
"Oke. Aku mengerti. Tapi apa kamu nggak bisa pertimbangin lagi?"tanyanya. Aku dan Jimmy saling memandang nggak jelas.
"Pertimbangin apa?"
"Kita jalan aja dulu. Kalo kamu nggak tertarik aku nggak bakal ajak kamu lagi gimana?"tawarnya.
"Hmm, gimana, ya, Ran?"jawabku gamang. Aku meminta bantuan Jimmy dan dia bilang terserahku. Aku kembali mempertimbangkan.
"Cuma sekali aja. Lagian niatnya kan cuma hangout bareng. Refreshing, Fa"bujuknya. Sekali lagi aku menatap Jimmy minta persetujuan. Dalam hati aku sih setuju. Ini cuma ajakan jalan aja, kan? Nggak lebih? Kalo aku nggak tertarik untuk jalan lagi dia nggak bakal maksa, kan?
Jimmy mengangguk. Sepakat aku terima ajakan Randy.
"Oke, deh. Lusa jam lima aku jemput kamu"katanya memutuskan telpon secara sepihak. Aku memandang Jimmy pasrah.
Aku sudah melangkah dengan benar, kan?